PERAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL

(1)

A. Latar Belakang

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan utama akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang pungggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integritas dan keterpaduan jaringan.

Dalam hal ini sarana transportasi yaitu angkutan umum, merupakan salah satu bentuk angkutan umum yang mempunyai fungsi sebagai sarana penggerak manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, yang juga merupakan sarana transportasi alternatif di dalam kota, terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Sehingga kebutuhan akan sarana dan prasarana ini sangat diperlukan di wilayah perkotaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat LLAJ, khususnya Pasal 158, bahwa pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kota Bandar Lampung


(2)

bekerjasama dengan seluruh Perusahaan Otobus selanjudnya disingkat PO, telah memperkenalkan moda transportasi massal yang diharapkan mampu mengatasi masalah transportasi yaitu Bus Rapid Transid Trans Bandar Lampung (Hasil wawancara di Dishub Kota Bandar Lampung).

Terdapat empat hal yang dapat dijadikan tolok ukur dalam melakukan evaluasi sederhana kondisi angkutan umum, yaitu: keselamatan, keamanan, keterjangkauan, dan kenyamanan yang selanjutnya disebut dengan 4K. Aspek pertama dan utama adalah masalah keselamatan. Hal ini tidak bisa ditawar sebab siapapun tentunya tidak menginginkan musibah menimpa. Berbagai data kecelakaan (Jasa Raharja, Kepolisian, Dinas Perhubungan) yang selalu berbeda menunjukkan bahwa angka korban kecelakaan meninggal dunia dan luka cukup mencengangkan. Aspek kedua adalah keamanan. Keamanan merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para penumpang. Kenyataan ini konsisten dengan berbagai kajian bahwa faktor keamanan sangat mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan jenis kendaraan yang dipilih. Ketiga adalah masalah keterjangkauan. Pemerintah telah berupaya maksimal untuk mengatur tarif sehingga aspek keterjangkauan ini tidak menyusahkan rakyat banyak. Pelayanan angkutan kelas ekonomi yang sering kali dianggap sebagai kewajiban pelayanan umum, telah dicoba untuk diatur sehingga masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki berbagai aksesibilitas dalam aktivitas kesehariannya (Abbas, 2004).

Aspek terakhir dari 4K adalah kenyamanan. Dalam suasana di mana pasokan (supply) jauh lebih kecil daripada permintaan (demand), maka aspek ini


(3)

tampaknya harus lebih ditoleransi oleh para penumpang angkutan umum, utamanya yang berpenghasilan rendah. Bagi mereka yang berpenghasilan rendah, aspek survival akan lebih mengemuka dalam melakukan perjalanan. Sedangkan bagi yang berpenghasilan menengah ke atas, perjalanan dengan kendaraan pribadi biasanya akan menyebabkan kemacetan dan berujung pada ketidaknyamanan. Seperti halnya di Kota Bandar Lampung, segala persoalan transportasi seperti: kemacetan, ketidakteraturan, pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin banyak, dari tingkat disiplin pemakai jalanpun masih belum memadai, dari fenomena ini masih sering terlihat.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sangat berperan dalam mewujudkan pelayanan angkutan kota/angkutan umum yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau bagi kepentingan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dinas perhubungan dalam penataan lalu-lintas di Kota Bandar Lampung yang difokuskan pada pelaksanaan BRT Trans Bandar Lampung di kota Bandar Lampung, selain itu untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannyaBus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung.

Pemerintah berusaha mendukung adanya usaha mewujudkan transportasi massal yang memadai di wilayah perkotaan dengan melakukan monitoring dan evaluasi tentang sistem angkutan umum massal di perkotaan (Implementasi Konsep Bus Rapid Transit). Menyangkut kebijakan BRT, bahwa kebijakan tersebut adalah satu bentuk angkutan yang berorientasi pelanggan dan mengombinasikan halte,


(4)

kendaraan, perencanaan, dan elemen-elemen sistem terpadu dan memiliki satu identitas unik.

Pada prinsipnya, penerapan BRT di Bandar Lampung bukan menambah sistem angkutan kota yang baru. Melainkan mengubah sistem pengelolaan angkutan kota. Ketentuan dalam penerapan BRT di kota Bandar Lampung mengakomodasi operator angkutan eksisting, yaitu menjadi operator BRT/operator angkutan pengumpan BRT, orientasi benefit/keuntungan pengusaha diganti dengan orientasi menjual pelayanan dan biaya operasi operator BRT dipenuhi oleh pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disebut UPT di bawah Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung (Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung, 2012).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal?

b. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannyaBus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung?


(5)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini, pada garis besarnya adalah untuk menjawab permasalahan, yaitu:

a. Mengetahui Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal;

b. Mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut : a. Kegunaan Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang bagaimana pelaksanaan sistem angkutan umum massal dengan dengan beroperasinya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung dalam upaya meningkatkan pelayanan angkutan publik di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait dalam merumuskan Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar


(6)

Lampung dalam hal ini beroperasinya Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung;

2. Diharapkan dapat membantu upaya penyelesaian kesempurnaan di bidang pelayanan angkutan publik di Kota Bandar Lampung;

3. Sebagai tambahan informasi bagi para pihak yang berminat melakukan penelitian lanjutan bidang pelayanan angkutan publik di Kota Bandar Lampung.


(7)

ABSTRAK

PERAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN SISTEM ANGKUTAN

UMUM MASSAL

Oleh

M. Zikri

Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat LLAJ, khususnya Pasal 158, bahwa pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kota Bandar Lampung bekerjasama dengan seluruh Perusahaan Otobus selanjudnya disingkat PO, telah memperkenalkan moda transportasi massal yang diharapkan mampu mengatasi masalah transportasi yaitu Bus Rapid Transid Trans Bandar Lampung. Pemerintah berusaha mendukung adanya usaha mewujudkan transportasi massal yang memadai di wilayah perkotaan dengan melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) tentang sistem angkutan umum massal di perkotaan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal dan apa faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan, mensistemisasikan, menilai dan menginterpretasikan hasil penelitian lapangan berdasarkan pada sistem hukum yang berlaku yang mengatur tentang peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal.

Hasil penelitian didapatkan data bahwa Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sangat berperan dalam mewujudkan pelayanan angkutan kota/angkutan umum yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau bagi kepentingan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal yang difokuskan pada pelaksanaan BRT Trans Bandar Lampung di kota Bandar Lampung, selain itu untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan system angkutan umum missal yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung adalah adanya tarik-ulur yang dilakukan oleh perusahaan yang


(8)

ditunjuk dalam pembangunan halte BRT, prasarana dan fasilitas perhubungan masih sangat minim dan banyak terdapat fasilitas perhubungan yang mengalami kerusakan dan perbandingan antara kemampuan penambahan ruas jalan dengan laju pertambahan kendaraan bermotor di Kota Bandar lampung terlihat tidak seimbang.

Saran kepada pihak-pihak yang terkait didalam proses penataan trasnportasi publik darat di Kota Bandar Lampung sebagai berikut: Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat mempertimbangkan kembali kerja sama dengan CV Devis Jaya dalam pembangunan halte dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak lain, selain itu agar meninjau kembali kebijakan memberikan izin pembangunan halte di atas trotoar yang menurut undang-undang adalah hak pejalalan kaki. Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk membuat pembagian jalur atau jalan yang dilalui kendaraan umum menjadi berbeda dengan jalur yang dilalui oleh Bus Trans Bandar Lampung sehingga mengurangi penumpukan kendaraan di jalur tersebut yang mengakibatkan kemacetan. Pemerintah sebaiknya segera mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat, serta memberikan sosialisasi agar penggunanya dialihkan dan beralih untuk lebih memilih menggunakan kendaraan umum dalam pelaksanaan aktivitasnya.


(9)

IN THE GENERAL MASS SYSTEM IMPLEMENTATION

by M. Zikri

Law of the Republic of Indonesia No 22 of 2009 on the Road Transportation Traffic then LLAJ abbreviated, especially Article 158, that the governments ensure the availability of road-based mass transit to meet the transport needs of people with common motor vehicles in urban areas. Based on the city government of Bandar Lampung in cooperation with the entire company Autobus then abbreviated PO, has introduced a mode of mass transportation are expected to solve the transportation problem is Bus Rapid Trans Transit Bandar Lampung. The government tried to support the effort to realize an adequate mass transportation in urban areas by monitoring and evaluation (M & E) of the mass public transit systems in urban areas. Problems in this study is how the role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation and what the limiting factor in the implementation role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation.

Analysis of the data used in this study is a qualitative analysis, by way of outlining, systemized, assess and interpret the results of field research based on the legal system governing role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation.

The study obtained data that the Bandar Lampung’s Transportation Department was instrumental in realizing the city transport service/public transport good for public welfare or for the public interest. The purpose of this study was to determine the role of Belfast City Transport Department in the implementation of mass public transport system that is focused on the implementation of BRT Trans Bandar Lampung in Bandar Lampung, in addition to the factors inhibiting the implementation of mass public transit system effective at the Belfast City holding of Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung. Factors inhibiting the implementation of mass public transport system is effective in the city of Bandar Lampung with the holding of Bus Rapid Transit (BRT) Trans Belfast is a push-pull by the designated companies in the construction of BRT stops, infrastructure and transport facilities are very minimal and there are many transportation facilities were damaged and the comparison between the ability to increase the rate of road motor vehicles in the city of Bandar Lampung look unbalanced. Advice to relevant parties in the process of structuring public trasnportasi land in Bandar Lampung as follows: It is recommended that the city government of Bandar Lampung may consider re-collaboration with the CV Devis Jaya in the construction of shalte and opens greater opportunities to other parties, other than that to review the policy to permit the construction of shalte on sidewalk which by law is pedestrian rights . the city governmeSnt of Bandar Lampung to make the division line of the road or


(10)

public transport to be different from the path traversed by the Trans Bus Bandar Lampung, thereby reducing the accumulation of vehicles in those lanes that lead to congestion. The Government should immediately issue a policy to limit the number of private vehicles continues to increase, as well as providing socialization routed and switched so that users prefer to use public transport in the implementation of activities.


(11)

A. Teori Peranan

Peranan menurut Poerwadarminta (1995:751) adalah “tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Menurut Soerjono Soekanto (2002; 243) Pengertian Peranan adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin (1994; 768) dalam buku “ensiklopedia manajemen “mengungkap sebagai berikut :

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen; b. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status; c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata;

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya;


(12)

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern (1995: 100) yang dikutip dalam buku pokok-pokok pikiran dalam sosiologi karangan David Bery mendefinisikan “peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu

Namun, lain lagi pengertian peranan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Ia mengatakan bahwa “peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Soerjono Soekanto, 2002: 243).

Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat.


(13)

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 243), peranan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi;

c. Peranan yang dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa setiap individu atau kelompok yang dalam hal ini adalah dinas perhubungan, menjalankan peranan sesuai dengan norma-norma yang dihubungkan dengan posisi dinas perhubungan dalam masyarakat, yang artinya menjalankan peranan berdasarkan peraturan-peraturan yang membimbing dinas perhubungan dalam proses pembangunan masyarakatnya, dalam hal ini penulis merujuk norma hukum berupa undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah, dan norma sosial yang apabila peranan ini dijalankan oleh dinas perhubungan maka akan tercipta suatu hubungan yang memunculkan nilai pelayanan antara dinas perhubungan dengan masyarakatnya yang disebut dengan lingkaran sosial (social circle), yang diikuti dengan apa yang dapat dilakukan dinas perhubungan dalam masyarakat, dan juga perilaku dinas perhubungan yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Selain itu, menurut Soekanto (2002: 243), pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat, penting bagi hal-hal sebagai berikut:


(14)

a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya;

b. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus terlebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya;

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak;

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.

Begitu pentingnya peranan sehingga dapat menentukan status kedudukan seseorang dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Hal inilah yang hendaknya kita fikirkan kembali, karena kecenderungan untuk lebih mementingkan kedudukan daripada peranan. Hal ini juga yang menunjukkan gejala yang lebih mementingkan nilai materialisme daripada spiritualisme. Nilai materialisme dalam kebanyakan hal diukur dengan adanya atribut-atribut atau ciri-ciri tertentu yang bersifat lahiriah dan di dalam kebanyakan hal bersifat konsumtif. Tinggi rendahnya prestise seseorang diukur dari atribut-atribut lahiriah tersebut


(15)

B. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Pada Umumnya keberadaan sebuah organisasi tidak akan selalu tetap, melainkan selalu dinamis/berubah sesuai tuntutan perubahan jaman, baik dalam hal bentuk/strukturnya, orang yang duduk didalamnya, sampai ke dalam hal misi dan visinya, itu semua dilakukan dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai objek penelitian merupakan sebuah Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung, termasuk sebuah organisasi yang dinamis, karena keberadaannya merupakan hasil perubahan/ likuidasi dari 2 (dua) organisasi yang menangani masalah transportasi di Bandar Lampung, yaitu organisasi/instansi vertikal yang bernama Kantor Wilayah X Departemen Perhubungan Kota Bandar Lampung dan organisasi/instansi Daerah yang bernama Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya disebut DLLAJ Bandar Lampung. Masing-masing institusi tersebut dalam perjalanannya telah mengalami beberapa kali perubahan dan akhirnya dengan diberlakukannya otonomi daerah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008. Sejalan dengan perkembangan isu politik dan pemerintahan, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang isinya berupa panduan pembentukan organisasi perangkat daerah bagi Pemerintahan Daerah Kota dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan potensi dan beban kerja yang dimiliki masing-masing daerah. Oleh Karena itu Organisasi


(16)

Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung ikut berubah dengan mengacu pada peraturan tersebut.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari visi dan misi yang diembannya. Visi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung adalah terwujudnya perhubungan terpadu sebagai pendorong utama pembangunan Bandar Lampung. Prima dalam pelayanan menuju tercapainya masyarakat Bandar Lampung yang mandiri, dinamis dan sejahtera, serta tujuan sebagaimana tertuang dalam visi yang telah ditetapkan.

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat dilaksanakan dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak lain dapat mengetahui peran dan program serta mewujudkan Visi tersebut di atas, maka misi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

a. Mengintegrasikan penyelenggaraan perhubungan melalui konsolidasi dan penataan ketatalaksanaan sejalan dengan otonomi daerah;

b. Memenuhi kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas perhubungan yang berdimensi kelancaran dan keselamatan;

c. Mengembangkan sistem perhubungan terpadu yang mampu mendukung percepatan pembangunan ekonomi berskala lokal, regional dan nasional melalui pembangunan sistem informasi manajemen perhubungan dan pemanfaatan kemajuan IPTEK, serta meningkatkan profesionalisme SDM Perhubungan (Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, 2012).


(17)

Sebagai dinas daerah, dinas perhubungan mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah kota dalam bidang perhubungan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut sebagaimana pada Pasal 54 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung mempunyai fungsi yaitu:

a. Penetapan Lokasi terminal, kecuali lokasi terminal yang fungsinya melayani angkutan antar kota propinsi, pengelolaan dan pemeliharaan fisik dan ketertiban terminal;

b. Penetapan lokasi dan pengelolaan parkir kendaraan bermotor dan tidak bermotor;

c. Penetapan lokasi tempat-tempat penyeberangan orang;

d. Pengaturan tentang pembatasan menyangkut orang dengan kendaraan tidak bermotor;

e. Menunjukkan lokasi, pengelolaan dan ketertiban tempat pemberhentian / halte untuk kendaran umum di wilayah Kota;

f. Pemberian izin kendaraan bermotor;

g. Pemberian izin pendirian bengkel umum untuk kendaraan bermotor dan pengawasannya;

h. Pemberian izin operasi angkutan jalan untuk trayek atau lalu-lintas yang seluruhnya berada dalam daerah Kota;

i. Penetapan ketentuan-ketentuan tambahan mengenai susunan alat-alat pada mobil bus dan mobil penumpang yang digunakan orang/barang secara tertib dan teratur;


(18)

j. Penetapan larangan penggunaan jalan-jalan tertentu di wilayah daerah kota; k. Pengaturan sirkulasi lalu-lintas wilayah daerah kota;

l. Penetapan kecepatan maksimal bagi jenis kendaraan tertentu pada jalan kotamadya dan jalan propinsi yang berada dalam ibukota;

m. Pengadaan, penetapan, penempatan, pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu serta tanda jalan di kota;

n. Penetapan pelabuhan kegiatan-kegiatan dalam hal rekayasa lalu-lintas serta manajemen lalu-lintas pada jalan kota dan manajemen angkutan pada kota. o. Penetapan larangan penggunaan jalan kota bagi jenis dan macam kendaraan

bermotor yang muatan sumbunya melebihi batas maksimal;

p. Penetapan muatan sumbu kurang dari yang ditetapkan untuk jalan wilayah kota;

q. Penetapan dan pemberian izin sekolah mengemudi;

r. Penetapan larangan menggunakan jalan sungai atau danau di wilayah kota. s. Perencanaan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan darat.

C. Pelaksanaan Sistem Angkutan Umum Massal

1. Pengertian Angkutan

Angkutan (transport) pada dasarnya adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan) (Warpani, 1990). Sedangkan angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus dan atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur (SK Dirjen HubDat no.687, 2002).


(19)

Menurut Tamin (1997: 18), prioritas terhadap angkutan umum perlu dilakukan sebab merupakan prasarana lebih efisien dibandingkan kendaraan pribadi, terutama pada waktu jam sibuk. Tujuan prioritas bus adalah mengurangi waktu perjalanan dan membuat bus lebih menarik untuk penumpang. Secara keseluruhan trayek angkutan umum membentuk sistem angkutan umum perkotaan yang mempunyai pola pelayanan yang sesuai dengan jaringan jalan yang ada. Kondisi sistem angkutan umum tersebut dapat dianalisis dari segi pengelolaannya (kapasitas, frekuensi, dan pola pelayanannya) dan juga dalam melayani permintaan. Angkutan umum memberikan pelayanan dan kontribusi ekonomi kepada masyarakat untuk mobilitas kerja, sosial, rekreasi, dan lain-lain. Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar (Munawar, 2004).

Angkutan umum juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi kota dan merupakan komponen yang peranannya sangat signifikan karena kondisi sistem angkutan umum yang jelek akan menyebabkan turunnya efektifitas maupun efisiensi dari sistem transportasi kota keseluruhan, hal ini akan menyebabkan terganggunya sistem kota secara keseluruhan, baik ditinjau dari mutu kehidupan kota (Dirjen HubDat, 2000 dalam Pratomo 2007).

Ukuran pelayanan angkutan umum yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, nyaman, dan murah, serta pelayanan akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan (Warpani, 1990).


(20)

Angkutan Jalan adalah kendaraan yang diperbolehkan untuk menggunakan jalan, menurut "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi" disebutkan:

a. Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping;

b. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; c. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8

(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

d. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus;

Menurut Munawar (2004), jenis angkutan umum dapat dibedakan menjadi: a. Dari segi kualitas angkutan umum meliputi:

1) Bus umum: Penumpang tidak dijamin mendapatkan tempat duduk; 2) Bus patas: semua penumpang mendapatkan tempat duduk;

3) Bus patas ac: semua penumpang mendapatkan tempat duduk yang nyaman dengan waktu perjalanan yang cepat.

b. Dari segi kapasitas, misalnya:

1) Mikrolet: kapasitas sekitar 12 orang; 2) Bus sedang: kapasitas 40 orang; 3) Bus besar: kapasitas sekitar 60 orang; 4) Bus tingkat: kapasitas sekitar 100 orang;


(21)

5) Bus gandeng: kapasitas sekitar 150 orang.

Menurut Gray (1977, dalam Kurniawan 2008), pengguna angkutan umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

a. Keselamatan, baik di dalam kendaraan maupun di tempat pemberhentian, termasuk keselamatan dari kecelakaan dan keselamatan penumpang dan pencurian dan kekerasan fisik serta keselamatan kendaraan dari pengerusakan; b. Kenyamanan, mencakup kenyamanan fisik penumpang di dalam kendaraan dan di tempat pemberhentian (kualitas perjalanan pada saat naik, pengawasan lingkungan yang memadai, keadaan tempat duduk, tempat masuk dan keluar serta akomodasi paket/barang), kualitas estetika dari sistem (kebersihan dan hiburan di dalam kendaraan, tempat pemberhentian yang menarik, terminal dan fasilitas lainnya), perlindungan lingkungan bagi pengguna (kebisingan dan gas buang), fasilitas terhadap gangguan dan layanan yang baik dari operator;

c. Aksebilitas (kemudahan pencapaian), secara tidak langsung merupakan tercukupinya distribusi rute diseluruh area yang dilayani, kapasitas kendaraan, frekuensi pelayanan dan rentang waktu operasi, ciri khas pemberhentian dan kendaraan serta distribusi informasi mengenai jarak, jadwal dan lain-lain; d. Reliabilitas (Kehandalan), bergantung pada kecilnya rata-rata penyimpangan

pelayanan khusus yang disediakan pada saat penyimpangan terjadi, ketaatan pada jadwal dengan cukupnya informasi mengenai berbagai perubahan pelayanan dan terjaminnya ketersediaan transfer;

e. Perbandingan biaya, berarti kelayakannya berdasarkan jarak minimum dan kemudahan mekanisme transfer dan kemungkinan pengurangan biaya bagi


(22)

penumpang dan kelompok-kelompok khusus (pelajar, anak-anak, lansia dan lain-lain);

f. Efisiensi, termasuk tingginya kecepatan rata-rata dengan waktu singgah/tinggal minimum dan ketiadatundaan lalu-lintas, cukupnya pemberhentian dengan waktu berjalan minimum (tetapi tidak terlalu banyak karena dapat meningkatkan waktu perjalanan) jadwal dan tempat transfer yang terkoordinasi dengan pengguna yang tidak dapat dilayani minimum, rute langsung serta pelayanan ekspres dan khusus yang terjamin. Efisiensi juga mencakup kemudahaan sistem pemeliharaan dengan fasilitas-fasilitas pemeliharaan yang memadai, efisiensi sistem manajemen.

Wilayah pelayanan angkutan perkotaan adalah wilayah yang di dalamnya bekerja satu sistem pelayanan angkutan penumpang umum karena adanya kebutuhan pergerakan penduduk dalam wilayah perkotaan (SK Dirjen HubDat No.687, 2002). Penentuan wilayah angkutan penumpang umum ini diperlukan untuk: a. Merencanakan sistem pelayanan angkutan penumpang umum;

b. Menetapkan kewenangan penyediaan, pengelolaan, dan pengaturan pelayanan angkutan penumpang umum.

Menurut Warpani (1990), trayek merupakan rute kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal, tujuan, lintasan dan jadwal tetap. Kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang membentuk jaringan trayek yang ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagai berikut (SK.Dirjen HubDat nomor 687, 2002):


(23)

a. Pola tata guna lahan. Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksebilitas yang baik, yaitu lintasan angkutan umum diusahakan melewati tata guna lahan dengan potensi permintaan yang tinggi dan potensi potensial tujuan berpergian;

b. Pola pergerakan penumpang angkutan umum. Rute angkutan umum yang baik adalah arahnya mengikuti pola pergerakan penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efisien;

c. Kepadatan penduduk. Trayek angkutan umum diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah kepadatan penduduk yang tinggi, pada umumnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi;

d. Daerah pelayanan. Pelayanan angkutan umum juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada, sehingga terjadi pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas angkutan umum;

e. Karakteristik jaringan. Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan umum. Karekteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi, lebar jalan dan tipe operasi jalur.


(24)

2. Sistem Angkutan Umum Massal

Sistem transportasi adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain baik secara alami maupun buatan/rekayasa. Sistem transportasi bertujuan untuk memindahkan suatu obyek, baik benda tak bernyawa, maupun benda hidup seperti manusia, hewan dan tanaman. Dalam suatu sistem transportasi terdapat komponen-komponen dasar yang berfungsi pada sistem transportasi tersebut. Komponen-komponen dasar sistem tranportasi terdiri atas muatan (benda) yang dipindahkan, kendaraan yang memindahkan benda, jalur gerakan benda atau kendaraan yang terdiri atas ruas dan titik, terminal untuk memindahkan muatan dari suatu jalur ke jalur yang lain, dan pengelolaan (manajemen) transportasi meliputi rencana operasi, informasi dan kontrol, dan pemeliharaan. Komponen-komponen dalam sistem transportasi tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Agar tercipta suatu sistem transportasi yang baik diperlukan suatu teknik perencanaan sistem transportasi. Tujuan utama dari teknik perencanaan sistem transportasi adalah untuk menemukan kombinasi yang paling optimum dari sarana transportasi dan metode untuk pengoperasiannya pada suatu daerah tertentu (MorIok, 1991: 10).

Menurut Santoso (1996: 1), sistem angkutan pada dasarnya dibentuk dari prasarana dan sistem sarana yang dioperasikan dengan sistem pengoperasian yang terdiri dari komponen-komponen seperti: frekuensi, tarif, dan lain-lain. Sedangkan, sistem angkutan umum terdiri dari : komponen prasarana angkutan


(25)

umum (system jaringan rute, terminal, halte) dan komponen sarana angkutan umum (jenis kendaraan, dimensi dan desain kendaraan).

Salah satu arahan kebijakan dalam pengembangan angkutan massal adalah Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang tertib, aman, lancar, nyaman, dan efisien agar menarik bagi pengguna jasa angkutan, sehingga diharapkan:

a. Dapat menarik pengguna angkutan pribadi menjadi pengguna angkutan umum;

b. Mengurangi pertumbuhan armada angkutan umum (khususnya, ukuran kecil, dan sedang);

c. Efektivitas dan efisiensi pengoperasian.

Daerah cakupan sistem angkutan umum massal dapat dibedakan menjadi tiga kelas (Vuchic, 1981), yaitu:

a. Angkutan jalan raya (street car), menggunakan jalan raya, campuran antara lalu lintas umum dan pribadi. Contoh: bus kota.

b. Angkutan semi cepat (semi rapid transit), masih menggunakan jalan raya tetapi sebagian besar sudah terpisah dari lalu-lintas pribadi. Contoh: Bus Rapid Transit.

c. Angkutan cepat (rapid transit), menggunakan jalur khusus yang seluruhnya sudah terpisah dari lalu-lintas pribadi, sehingga kecepatannya tinggi. Contoh: kereta api.


(26)

3. Bus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung a. PengertianBus Rapid Transit(BRT)

Bus Rapid Transit yang selanjudnya disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal. Menggunakan bus untuk melayani servis yang kualitasnya lebih baik dibandingkan servis bus yang lain. Setiap sistem BRT pasti menggunakan sistem improvantasi yang berbeda, walaupun improventasinya berbagi dengan sistem BRT yang lain mendekati rail transit jika masih menikmati keamanan dan tarif bus. Negara yang memakai BRT ada di Amerika Utara, di Eropa dan Australia dinamai busway dan nama tersebut juga dipakai di Indonesia, sedangkan negara lain memanggilnya quality bus atau servis bus mudah saat mencapai kualitas tinggi.

Bus Rapid Transit memakai sebagian nama dari rapid transit yang mendeskripsikan transportasi rel berkapasitas tinggi atau kita bisa memanggilnya right of way. Kereta rapid transit memakai terowongan bawah tanah, dan tipikal kereta berbadan panjang dalam jalur pendek dalam beberapa menit. Kecepatan dari Bus Rapid Transit tidak mengikutsertakan kecepatan dari bus-bus BRT. Kecepatan transit tipikal dari sistem BRT rata-rata 19-48 km/jam mengkomparasikan dengan permukaan jalan.

Fitur ideal dari servisBus Rapid Transittermasuk dari fitur-fitur berikut ini: a. Jalur khusus bus, jalur khusus (atau di jalur ekslusif) right of way: Fitur utama

BRT adalah jalur khusus dimana jalur tersebut bebas dari jangkauan mobil pribadi. Hal ini menyebabkan bus dioperasikan di level kualitas tinggi sejak


(27)

hanya pengendara bus profesional yang hanya ada di busway. Sebuah sisi benefit bisa direndahkan biaya konstruksinya sejak busway diengineered untuk memasuki zona aman bila dikomparasikan dengan untuk jalan yang dibuka untuk pengemudi non professional;

b. Terdiri dari jalur yang bisa dielevasikan, dalam permukaan aspal, jalur sebelah kanan bisa dimodifikasirel right of way;

c. Sebuah jalan bus atau street mall bisa dibuat di tempat urban dengan mendedikasikan semua jalur dari jalan kota untuk digunakan ekslusif untuk bus;

d. Elemen infrastruktur rendah bisa mengurangi kecepatan dan kendala servis bus termasuk bus yang keluar jalur, bus melanggar peraturan dan bus yang kecepatannya terlalu tinggi;

e. Jalur komperhensif: Tambahan untuk menggunakan busway, BRT bisa mengambil bagian dari jalan-jalan di setiap kota dan mempunyai network jalan untuk mobil pribadi. Servis ini bisa membuat waktu menjadi lebih effisien dan cepat dibandingkan sistem bus biasa yang memakan waktu lebih lama;

f. Melayani market tertentu dengan frekuensi tinggi servis setiap hari: Network BRT bisa melayani market tertentu (semua penumpang) dengan mengangkut penumpang dari lokasi sekarang menuju tujuan mereka dengan frekuensi tinggi dan waktu yang lebih cepat bisa membuat level kekaguman konsumen meningkat. Dibandingkan dengan sistem transit yang lain sistem ini bisa berjalan dengan baik. Jika sistem ini berjalan dengan kacau maka servis tidak akan melayanimarkettertentu;


(28)

g. Prioritas bus atau Jalur bus: Setiap jalur bus pasti ada rambu tertentu. Bila lampu hijau di interseksi yang memiliki sinyal pasti akan mendeteksi bila melewati bus. Prioritas interseksi seharusnya bisa dioptimalkan dan bisa membantu saat pertemuan antara jalur bus dan jalan, karena lalu-lintas bisa kacau di antara bus dan sinyal lalu-lintas;

h. Kendaraan yang punya karateristik tram

Sistem ini kadang-kadang juga melibatkan tekhnologi terbaru di antaranya bus tempel dan bus tempel ganda. Hal utama yang diprioritaskan adalah:

1) Kualitas berkendara yang terjamin (bus pandu dan electronic drivetrain controluntuk jaminan kontrol yandsmoothsaat beroperasi);

2) Kapasitas besar (bus tempel ganda dan bus tingkat); 3) Mengurangi ongkos operasi (hybrid electric power train).

i. Gambar spesifik dengan nama perusahaan: (Viva, TransMillenio, TransJakarta dan lain sebagainya) dan stasiun yang spesifik dengan fitur seni dari negara-negara yang menggunakan BRT;

j. Koleksi penumpang off bus: Koleksion boardkonvensional tanpa penumpang bisa menurunkan proses boarding. Alternatif lain adalah bila penumpang masuk lewat stasiun bus yang tidak ditutup atau area shelter sebelum kedatangan bus. Sistem ini mencegah penumpang berdiri di semua pintu pemberhentian bus;

k. Lantai Boarding: Banyak sistem BRT yang menggunakan sistem low floor (atau sistem high floor bila bus yang digunakan adalah high floor bus) untuk mempermudah penumpang masuk bus;


(29)

l. Halte: BRT berkualitas tinggi bisa membuat haltenya menjadi berkualitas tinggi dan menghadirkan fitur yang berkualitas tinggi pula seperti pintu geser yang terbuat dari kaca, konter tiket yang dijaga dan tempat informasi, dan masih banyak fitur lain di daftar ini di antaranya off-bus fare collection dan lantai boarding.

b. Bus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung

Trans Bandar Lampung merupakan Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Indonesia yang akan melayani secara koridor penuh di tujuh wilayah kota tersebut. BRT ini akan melayani tujuh rute sekaligus yang merupakan koridor penuh dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung. Pengelolaan angkutan massal yang dirancang dalam Trans Bandar Lampung sepenuhnya dilaksanakan oleh Pengusaha Otobus atau PO dengan didukung oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Sebanyak 37 pengusaha otobus di Provinsi Lampung siap memberikan pelayanan angkutan kepada masyarakat (Data Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung),

Pengoperasian BRT merupakan gagasan dari walikota bersama investor yang didasari dalam usaha memberikan pelayanan angkutan umum yang lebih baik bagi masyarakat di kota Bandar Lampung. Saat peluncuran uji coba gratis BRT Trans Bandar Lampung, Walikota menyatakan akan memberikan kemudahan bagi pegemudi/supir untuk peralihan surat izin mengemudi (SIM) dari A umum menjadi B umum. Namun semuanya tentu melalui proses yang berlaku dan telah ditentukan oleh pihak kepolisian selaku penguji kelulusan SIM tersebut,


(30)

sedangkan seluruh biayanya akan diupayakan dari pihak pemerintah kota (Walikota Bandar Lampung dalam Koran Tribun Bulan Desember 2011).

Pembangunan Shalter dipersiapkan oleh pihak ke tiga yaitu Devis Jaya. Sebanyak 191 unit Trans Bandar Lampung disiapkan guna melayani masyarakat di Kota Bandar Lampung. Guna mendukung pengoperasian Bus Rapid Transit Trans Bandar Lampung dimana Sebanyak 218 shelter yang dipersiapkan, 60 unit diantaranya dalam proses pembangunan.


(31)

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian melalui tahap-tahap yang telah di tentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian. (Abdulkadir Muhammad, 2004 : 112)

Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah upaya mengidentifikasi masalah dari sudut hukum, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari peraturan-peraturan yang erat kaitannya dengan peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lamung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum.

Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan dengan melihat langsung dan mengumpulkan informasi dengan kenyataan dalam praktek di lapangan yang berkaitan dengan peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lamung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum


(32)

Sumber data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah bersumber pada:

1. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini bersumber dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dan ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, seperti buku-buku, peraturan-peraturan dan dokumen-dokumen;

2. Data Primer

Data primer penelitian ini bersumber dari hasil penelitian langsung di lapangan berupa keterangan atau penjelasan dari informan tentang pelaksanaan penataan lalu-lintas dan transportasi yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung. Penentuan informasi yang berjumlah 5 orang terdiri dari Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Kabid Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Kasi Angkutan Orang Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Kepala Bagian Angkutan Barang Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Kabid Teknik Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan Kepala Seksi Teknik Sarana Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dengan alasan unsur-unsur tersebut cukup relevan untuk menilai Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum.


(33)

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mengutuf, menelaah serta meneliti bahan-bahan bacaan (buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta bahan bacaan lainnya) yang ada kaitannya dengan peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lamung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum.

b. Studi Lapangan (Field research)

Penelitian lapangan dengan cara mengadakan wawancara (interview), yaitu tanya jawab langsung tentang masalah yang akan di teliti dengan para informan yang terdiri dari pejabat-pejabat yang berkaitan langsung dengan Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lamung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum massal. Adapun teknik ini menggunakan daftar pertanyaan terbuka yang akan dikembangkan lagi pada saat wawancara berlangsung.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, baik data sekunder maupun data primer, maka dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Identitas data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pokok bahasan, antara lain sumber literatur, peraturan perundang-undangan serta data arsip instansi yang berhubungan dengan Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lamung dalam pelaksanaan sitem angkutan umum;


(34)

pokok bahasan yaitu mengutip data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur serta dokumen yang berhubungan dengan pokok bahasan;

c. Klasifikasi data, yaitu menempatkan data yang sesuai dengan ketetapan dan peraturan yang telah ada;

d. Sistematis data, yaitu menyusun data menurut data urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan, dan bahan sehingga memudahkan proses analisis.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan, mensistemisasikan, menilai dan menginterpretasikan hasil penelitian lapangan berdasarkan pada sistem hukum yang berlaku yang mengatur tentang Peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal.


(35)

Oleh M. ZIKRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(36)

UMUM MASSAL

Nama Mahasiswa :

M. ZIKRI

No. Pokok Mahasiswa : 0812011052

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi pembimbing

Dr. Charles Jackson, S.H., M.H. Elman Eddy Patra, S.H., MH

NIP. 195512171981031002 NIP. 196007141986031002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H.


(37)

Ketua :Charles Jackson, S.H., M.H. : ...

Sekretaris/Anggota :Elman Eddy Patra, S.H., M.H. : ...

Penguji Utama :Syamsir Syamsu, S.H., M.H. : ...

2. PJ Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP. 19621109 198703 1 003


(38)

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyia dan Tamat pada tahun 1996, melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Taanjung Raja hingga tamat pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Tanjung Raja dan tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Madrasah Aliah Negeri (MAN) 2 Tanjung Karang dan tamat pada tahun 2008.

Pada Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk PKAB, dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Datarajan Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus.

Penulis dilahirkan di Tanjung Raja pada tanggal 26 Juni 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak A. Junaidi, S. Pd. dan Ibu Erna Juwita, S. Pd.


(39)

Ilmu adalah harta yang sangat berharga, dan sebaik-baiknya ilmu

adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Jangan pernah merasa

takut untuk membagikan ilmu kapada orang lain.

(H.R. Ad-Daylani)

“Seluruh manusia akan binasa

, kecuali orang yang berilmu. Orang

yang berilmu akan binasa kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan

orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali yang ikhlas.

(Imam Al Ghazali)

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

( Lessing )


(40)

Puji Syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam untuk setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang berdegup dan darah yang mengalir dalam hidupku ini. Karena karunia-Mu dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan karya ini untuk

Kedua orang tua ku A. Junaidi S.Pd dan Erna Juwita, S.Pd yang telah melahirkan dan membesarkan juga memperjuangkan diriku menghadapi dunia

ini dengan tetes keringat yang tidak dapat dinilai oleh apapun didunia ini, Kakakku Meri Edian Sari, Handri Juliansyah dan adikku Dina Komaria yang

selalu memberikan semangat walaupun tak dekat, serta sahabat-sahabatku terimakasih atas doa, dan semangat yang selalu kalian berikan.

Sahabat-sahabat tersayang yang selalu menemani, memberikan semangat, dan doa demi keberhasilanku. Terimakasih atas persahabatan kita dan setiap waktu

yang telah kita lalui bersama-sama.

Serta


(41)

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi, mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas menyediakan waktu memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

4. Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

5. Bapak Dr. Heryandi S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(42)

telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Shafruddin, S.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.

8. Bapak Drs. Hi. Normasyah, M.si selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung beserta staff atas informasi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada penulis.

10. Seluruh staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik dibidang kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini terutama.

11. Mama, Papa, untuk semua dukungan, semangat, dan doa yang diberikan. Semoga aku bisa membuat kalian bahagia dan bangga.

12. Kakakku Mery Edian Sari, Handri Juliansyah dan adikku Dina Komaria yang selalu menjadi penyemangat dalam hidup, kalian adalah saudaraku yang paling sempurna yang aku miliki (Aku menyayangimu).

13. Nenekku sayang Arnia (nenek paling baik di dunia) yang sudah begitu banyak membantu, mendukung, dan meluangkan waktu, semoga aku dapat membuatmu bangga seperti aku bangga kepada mu.

14. Sepupuku Herliansyah putra, Umaruzhaman, Ahmad Yani dan adikku Regina Nathania dan Mawaddah yang sudah banyak membantu penulis,


(43)

15.“Ia”tersenyumlah dalam rasa sakit dan teruslah berjuang untuk orang-orang yang mencintaimu, jangan sedikitpun menyerah karena itulah yang ku temukan dari diri mu.

16. Claudya Vitaloka, Krishna Wati Suyadi, Amew, Dachie, M. Ferdian Syahputra, Aulia Akbar, Bagus Erlangga, James Ganda Tua Napitu, Yopi, Yan Bastian sahabat-sahabat yang bisa diandalkan dalam segala bidang dan aspek kehidupan, terima kasih atas persahabatan yang tidak akan terlupakan, dukungan, dan bantuan selama ini.

17. Sahabat karibku Ali Sobri yang selalu setia mendampingi dan membimbingku, kakakku Acil dan Laili yang senantiasa membimbing dan menasihati dalam hidup dan kehidupan, Ahmad Yani yang sudah ku anggap lebih dari adikku bersama-sama kita dalam mengejar impian.

18. Teman-teman Hima HAN Kyai Iqbal Ade Basrie, M. Ferdian Syahputra, Ferry Aditya Utama, Aulia Akbar, Bagus Erlangga, Moh Arif Abdurrachman, James Ganda Tua Napitu, Susiana, Ira Familia, Bachrul Ulum, Mona Sindytia, Nadia Raissofi, Raydo, Andri Timur ke Barat, James, Raden, Christianto, Adel, Nene, Tiara, Kakak Tua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya.

19. Teman-teman seangkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya.


(44)

selama menempuh studi.

Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis berikan. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya dan semoga semua amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(45)

UMUM MASSAL

SKRIPSI

Oleh

M. ZIKRI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(46)

PERAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

DALAM PELAKSANAAN SISTEM ANGKUTAN

UMUM MASSAL

Oleh

M. Zikri

Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat LLAJ, khususnya Pasal 158, bahwa pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kota Bandar Lampung bekerjasama dengan seluruh Perusahaan Otobus selanjudnya disingkat PO, telah memperkenalkan moda transportasi massal yang diharapkan mampu mengatasi masalah transportasi yaitu Bus Rapid Transid Trans Bandar Lampung. Pemerintah berusaha mendukung adanya usaha mewujudkan transportasi massal yang memadai di wilayah perkotaan dengan melakukanmonitoring dan evaluasi (Monev) tentang sistem angkutan umum massal di perkotaan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal dan apa faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan, mensistemisasikan, menilai dan menginterpretasikan hasil penelitian lapangan berdasarkan pada sistem hukum yang berlaku yang mengatur tentang peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal.

Hasil penelitian didapatkan data bahwa Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sangat berperan dalam mewujudkan pelayanan angkutan kota/angkutan umum yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau bagi kepentingan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal yang difokuskan pada pelaksanaan BRT Trans Bandar Lampung di kota Bandar Lampung, selain itu untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan sistem angkutan umum massal yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan system angkutan umum missal yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung adalah adanya tarik-ulur yang dilakukan oleh perusahaan yang


(47)

ditunjuk dalam pembangunan halte BRT, prasarana dan fasilitas perhubungan masih sangat minim dan banyak terdapat fasilitas perhubungan yang mengalami kerusakan dan perbandingan antara kemampuan penambahan ruas jalan dengan laju pertambahan kendaraan bermotor di Kota Bandar lampung terlihat tidak seimbang.

Saran kepada pihak-pihak yang terkait didalam proses penataan trasnportasi publik darat di Kota Bandar Lampung sebagai berikut: Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat mempertimbangkan kembali kerja sama dengan CV Devis Jaya dalam pembangunan halte dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak lain, selain itu agar meninjau kembali kebijakan memberikan izin pembangunan halte di atas trotoar yang menurut undang-undang adalah hak pejalalan kaki. Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk membuat pembagian jalur atau jalan yang dilalui kendaraan umum menjadi berbeda dengan jalur yang dilalui oleh Bus Trans Bandar Lampung sehingga mengurangi penumpukan kendaraan di jalur tersebut yang mengakibatkan kemacetan. Pemerintah sebaiknya segera mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat, serta memberikan sosialisasi agar penggunanya dialihkan dan beralih untuk lebih memilih menggunakan kendaraan umum dalam pelaksanaan aktivitasnya.


(48)

IN THE GENERAL MASS SYSTEM IMPLEMENTATION by

M. Zikri

Law of the Republic of Indonesia No 22 of 2009 on the Road Transportation Traffic then LLAJ abbreviated, especially Article 158, that the governments ensure the availability of road-based mass transit to meet the transport needs of people with common motor vehicles in urban areas. Based on the city government of Bandar Lampung in cooperation with the entire company Autobus then abbreviated PO, has introduced a mode of mass transportation are expected to solve the transportation problem is Bus Rapid Trans Transit Bandar Lampung. The government tried to support the effort to realize an adequate mass transportation in urban areas by monitoring and evaluation (M & E) of the mass public transit systems in urban areas. Problems in this study is how the role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation and what the limiting factor in the implementation role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation.

Analysis of the data used in this study is a qualitative analysis, by way of outlining, systemized, assess and interpret the results of field research based on the legal system governing role of Bandar Lampung’s Transportation Department in the general mass system implementation.

The study obtained data that the Bandar Lampung’s Transportation Department was instrumental in realizing the city transport service/public transport good for public welfare or for the public interest. The purpose of this study was to determine the role of Belfast City Transport Department in the implementation of mass public transport system that is focused on the implementation of BRT Trans Bandar Lampung in Bandar Lampung, in addition to the factors inhibiting the implementation of mass public transit system effective at the Belfast City holding of Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung. Factors inhibiting the implementation of mass public transport system is effective in the city of Bandar Lampung with the holding of Bus Rapid Transit (BRT) Trans Belfast is a push-pull by the designated companies in the construction of BRT stops, infrastructure and transport facilities are very minimal and there are many transportation facilities were damaged and the comparison between the ability to increase the rate of road motor vehicles in the city of Bandar Lampung look unbalanced. Advice to relevant parties in the process of structuring public trasnportasi land in Bandar Lampung as follows: It is recommended that the city government of Bandar Lampung may consider re-collaboration with the CV Devis Jaya in the construction of shalte and opens greater opportunities to other parties, other than that to review the policy to permit the construction of shalte on sidewalk which by law is pedestrian rights . the city governmeSnt of Bandar Lampung to make the division line of the road or


(49)

public transport to be different from the path traversed by the Trans Bus Bandar Lampung, thereby reducing the accumulation of vehicles in those lanes that lead to congestion. The Government should immediately issue a policy to limit the number of private vehicles continues to increase, as well as providing socialization routed and switched so that users prefer to use public transport in the implementation of activities.


(50)

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 4

1. Permasalahan ... 4

2. Ruang Lingkup... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Peranan ... 7

B. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 11

C. Pelaksanaan Sistem Angkutan Umum Massal... 14

1. Pengertian Angkutan ... 14

2. Sistem Angkutan Umum Massal... 20

3. Bus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 27

B. Sumber Data... 28

1. Data Sekunder ... 28

2. Data Primer ... 28

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 29

1. Teknik Pengumpulan Data... 29

2. Teknik Pengolahan Data ... 29

D. Analisis Data ... 30


(51)

B. Faktor penghambat dalam pelaksanaan Sistem Angkutan Umum Massal di Kota Bandar Lampung dengan diadakannyaBus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung... 56

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran... 65


(52)

Lampiran 1: Berita Acara Rapat Pembahasan Besaran Tarif Bus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung

Lampiran 2: Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan PT. TRANS Bandar Lampung

Lampiran 3: Berita Acara Rapat Pembahasan Pengoperasian Perum Damri Bandar Lampung

Lampiran 4: Surat Pengaduan Serikat Karyawan DAMRI kepada Walikota Bandar Lampung yang diwakili Drs. H. Riswan Tony DK. selaku anggota Komisi V DPR RI

Lampiran 5: Surat Jawaban Walikota Bandar Lampung Kepada Serikat Karyawan DAMRI yang diwakili Bapak Drs. H. Riswan Tony DK.

Lampiran 6: Surat Walikota Bandar Lampung Kepada Direktur Utama Perum DAMRI tentang Pengoperasian DAMRI

Lampiran 7: Naskah Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan CV. Devis Jaya


(53)

(54)

A. Literatur

Abbas, 2004.Hukum Transportasi, Teori dan Praktik. Jakarta. Cendekia Sentra. Abdulkadir Muhammad,. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra

Aditya Bakti.

Anderson dalam Koryati dkk. 2005. Akuntabilitas Pemerintahan lokal dalam otonomi daerah. Pustaka Kendi. Yogyakarta.

Anderson dalam Widodo 2007.Analisis Kebijakan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Elex Media

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

David Easton dalam Pandji Santosa, 2008. Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, Jakarta: Bina Aksara.

Dunn. 1994, Local government in developmg countries. New york : Mc.Graw Hill. Burns, D., Hambleton.

Ealau dan Pewitt, 1973.Kebijakan Publik.Jakarta: Handal Niaga Pustaka

Edi Suharto, 2008.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung. : Refika Aditama

Hakim. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Ekonisia Kampus. Fakultas Ekonomi UII

Maleong, Lexy J, 2005,Metode Penelitian Sosial: Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Mustopadidjaja, 2002. Komepetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Pancur Siwah

Riplay dalam Widodo 2007. Analisis Kebijakan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Elex Media


(55)

Theodore Lowi dalam Winarno 2002. Kebijakan Publik (Public Policy). Alfa Beta. Bandung.

Titmuss, 1974.Social Policy. Jakarta: Handal Niaga Pustaka

B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 22 tahun 2009. Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhhubungan Darat Nomor 687 Tahun


(56)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sangat berperan dalam mewujudkan pelayanan angkutan kota/angkutan umum yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau bagi kepentingan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dinas perhubungan dalam penataan lalu lintas di Kota Bandar Lampung yang difokuskan pada pelaksanaan BRT Trans Bandar Lampung di kota Bandar Lampung, selain itu untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan transportasi yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannyaBus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung;

2. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan transportasi yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung adalah adanya tarik ulur yang dilakukan oleh CV Davis Jaya dalam pembangunan halte BRT yang disebabkan oleh permasalahan dana. Perbandingan antara kemampuan penambahan ruas jalan dengan laju pertambahan kendaraan bermotor di Kota Bandar lampung terlihat tidak seimbang.


(57)

B. Saran

Dilihat dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait didalam proses penataan trasnportasi publik darat di Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

1. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat mempertimbangkan kembali kerja sama dengan CV Devis Jaya dalam pembangunan halte dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak lain dalam pembangunan halte, selain itu agar Pemerintah Kota Bandar Lampung meninjau kembali kebijakan memberikan izin pembangunan halte di atas trotoar yang menurut undang-undang adalah sebagai hak pejalan kaki;

2. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk membuat pembagian jalur atau jalan yang dilalui kendaraan umum menjadi berbeda dengan jalur yang dilalui oleh Bus Trans Bandar Lampung sehingga mengurangi penumpukan kendaraan di jalur tersebut yang mengakibatkan kemacetan, selain itu pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah kendaraan bermotor agar dapat menekan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat.


(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Berita Acara Rapat Pembahasan Besaran Tarif Bus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung

Lampiran 2: Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan PT. TRANS Bandar Lampung

Lampiran 3: Berita Acara Rapat Pembahasan Pengoperasian Perum Damri Bandar Lampung

Lampiran 4: Surat Pengaduan Serikat Karyawan DAMRI kepada Walikota Bandar Lampung yang diwakili Drs. H. Riswan Tony DK. selaku anggota Komisi V DPR RI

Lampiran 5: Surat Jawaban Walikota Bandar Lampung Kepada Serikat Karyawan DAMRI yang diwakili Bapak Drs. H. Riswan Tony DK.

Lampiran 6: Surat Walikota Bandar Lampung Kepada Direktur Utama Perum DAMRI tentang Pengoperasian DAMRI

Lampiran 7: Naskah Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan CV. Devis Jaya


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abbas, 2004.Hukum Transportasi, Teori dan Praktik. Jakarta. Cendekia Sentra. Abdulkadir Muhammad,. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra

Aditya Bakti.

Anderson dalam Koryati dkk. 2005. Akuntabilitas Pemerintahan lokal dalam otonomi daerah. Pustaka Kendi. Yogyakarta.

Anderson dalam Widodo 2007.Analisis Kebijakan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Elex Media

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

David Easton dalam Pandji Santosa, 2008. Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, Jakarta: Bina Aksara.

Dunn. 1994, Local government in developmg countries. New york : Mc.Graw Hill. Burns, D., Hambleton.

Ealau dan Pewitt, 1973.Kebijakan Publik.Jakarta: Handal Niaga Pustaka

Edi Suharto, 2008.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung. : Refika Aditama

Hakim. 2003. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Ekonisia Kampus. Fakultas Ekonomi UII

Maleong, Lexy J, 2005,Metode Penelitian Sosial: Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Mustopadidjaja, 2002. Komepetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Kebijakan Publik. Jakarta: Penerbit Pancur Siwah

Riplay dalam Widodo 2007. Analisis Kebijakan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Gramedia Elex Media


(4)

38

Theodore Lowi dalam Winarno 2002. Kebijakan Publik (Public Policy). Alfa Beta. Bandung.

Titmuss, 1974.Social Policy. Jakarta: Handal Niaga Pustaka

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 22 tahun 2009. Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhhubungan Darat Nomor 687 Tahun


(5)

64

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sangat berperan dalam mewujudkan pelayanan angkutan kota/angkutan umum yang baik bagi kesejahteraan masyarakat atau bagi kepentingan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dinas perhubungan dalam penataan lalu lintas di Kota Bandar Lampung yang difokuskan pada pelaksanaan BRT Trans Bandar Lampung di kota Bandar Lampung, selain itu untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan transportasi yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannyaBus Rapid Transit(BRT) Trans Bandar Lampung;

2. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan transportasi yang efektif di Kota Bandar Lampung dengan diadakannya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Bandar Lampung adalah adanya tarik ulur yang dilakukan oleh CV Davis Jaya dalam pembangunan halte BRT yang disebabkan oleh permasalahan dana. Perbandingan antara kemampuan penambahan ruas jalan dengan laju pertambahan kendaraan bermotor di Kota Bandar lampung terlihat tidak seimbang.


(6)

65

B. Saran

Dilihat dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait didalam proses penataan trasnportasi publik darat di Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

1. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat mempertimbangkan kembali kerja sama dengan CV Devis Jaya dalam pembangunan halte dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak lain dalam pembangunan halte, selain itu agar Pemerintah Kota Bandar Lampung meninjau kembali kebijakan memberikan izin pembangunan halte di atas trotoar yang menurut undang-undang adalah sebagai hak pejalan kaki;

2. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk membuat pembagian jalur atau jalan yang dilalui kendaraan umum menjadi berbeda dengan jalur yang dilalui oleh Bus Trans Bandar Lampung sehingga mengurangi penumpukan kendaraan di jalur tersebut yang mengakibatkan kemacetan, selain itu pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah kendaraan bermotor agar dapat menekan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat.