c. Karakter Qurani, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Qurani dalam tingkah laku nyata. Karakter kepribadian Qurani seperti membaca, memahami
dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran dan Sunnah. d. Karakter Rasuli, yaitu karakter yang mampu menginternalisasikan sifat-sifat Rasul
yang   mulia.   Karakter   kepribadian   Rasuli   diantaranya   jujur   al-Siddiq,   dapat dipercaya al-Amanah, menyampaikan informai atau wahyu al-Tabligh dan cerdas
al-Fathonah. e. Karakter   yang   berwawasan   dan   mementingkan   masa   depan   hari   akhir   yang
menghendaki adanya karakter yang mementingkan jangka panjang daripada jangka pendek atau wawasan masa depan daripada masa kini QS. al-Dhuha: 4, bertanggung
jawab QS. al-Nisaa’: 77. f. Karakter Takdiri, yaitu karakter yang menghendaki adanya penyerahan dan kepatuhan
pada   hukum-hukum,   aturan-aturan   dan   sunnah-sunnah   Allah   SWT   untuk kemaslahatan hidupnya.
2. Metode Islamiah
Islam secara etimologi memilik tiga makna yakni penyerahan dan ketundukan al- silm, perdamaian dan keamanan al-salm, dan keselamatan al-salamah
9
. Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih,
suci   dan   dapat   menyesuaikan   dengan   segala   kondisi   yang   merupakan   syarat   terciptanya kesehatan mental. Kepribadian muslim membentuk lima karakter ideal.
a. Karakter syabadatain yaitu karakter yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi
dan hawa nafsu QS.  Al-Furqon: 43. Lalu mengisi diri sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.
b. Karakter  mushailli  yaitu   karakter   yang   mampu   berkomunikasi   dengan  Allah   dan dengan   sesama   manusia.   Komunikasi   ilahiah   ditandai   dengan   takbir,sedangkan
kominukasi ihsaniah ditandai dengan salam. Karakter  mushailli  juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan batin dengan berwudhu kesucian lahir dan
dalam kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyu’an.
9Afif Abd al-Fatah, Ruub al-Din al-Islamiy Damascus: Syarif Khalil Syakar, 1966, hlm. 18
9
c. Karakter  muzakki,   yaitu   karakter   yang   berani   mengorbankan   hartanya   untuk kebersihan   dan   kesucian   jiwanya   QS.   al-Taubah:   103,   serta   pemerataan
kesejahteraan ummat pada umumnya. d. Karakter  sha’im  yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari
nafsu-nafsu rendah. Dan apabila dirinya terbebas dari nafsu-nafsu rendah maka ia berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik.
e. Karakter hajji yaitu karakter yang mampu mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT.
3. Metode Ihsaniah
Ihsan   secara   bahasa   berarti   baik.   Orang   yang   baik   Muhsin   adalah   orang   yang mengetahui hal-hal yang baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik dan dlakukan
dengan   niatan   yang   baik.   Metode   ini   bila   dilakukan   dengan   benar   maka   memberikan kepribadian muhsin yang ditempuh dalam beberapa tahapan
10
, yaitu: a. Tahapan permulaan al-bidayah
Pada tahap ini, seseorang akan rindu pada khaliknya. Ia sadar dalamkerinduan itu terdapat   tabir   al-hijab   yang   menghalangi   hubungannya   sehingga   ia   berusaha
menghilangkan tabir tersebut. Tahapan ini disebut  takhalli  yaitu mengosongkan diri dari segalasifat kotor, maksiat dan tercela.
b. Tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan al-mujabadat Tahapan ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat lalu
berusaha secara sungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik yang disebut dengan tahapan tahailli. Tahailli adalah upaya mengisi diri dengan sifat-
sifat yang baik yang terdiri dari beberapa fase yaitu: 1 taubat dari segala tngkah laku yang mengandung dosa; 2 menjaga diri dari hal-hal yang subhat al-wara’; 3 tidak
terikat   oleh   gemerlapan   materi;   4   merasa   butuh   pada  Allah   al-faqr;   5   sabar terhadap cobaan dan melaksanakan kebajikan; 6 tawakkal pada putusan Allah; 7
ridha terhadap pemberian Allah; 8 merasa bersyukur atas nikmay yang Allah berikan; 9 ikhlas melakukan apa saja demi Allah; 10 takut al-khauf dan berharap al-raja
terhadap Allah; 11 kontinue dalam melakukan kewajiban al-istiqomah; 12 takwa kepada Allah; 13 jujur, berpikir, berzikir dan sebagainya.
Tahapan ini harus ditopang tujuh pendidikan dan latihan psikofisik yaitu:
10Ibrahim Basyuniy, Nasy’at al-Tasbawwuf al-Islamiy, Mesir; Dar al-Ma’arif, tt hlm. 17-25
10
 Musyarathah, yaitu memberikan dan menemukan syarat bagi diri sendiri.
 Muraqabah, yaitu mawas diri dari perbuatan maksiat agar selalu dekat kepada
Allah. 
Muhasabah,   yaitu   membuat   perhitungan   terhadap   tingkah   laku   yang diperbuat.
 Mu’aqabah, yaitu menghukum diri sendiri karena melakukan keburukan.
 Mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh berusaha menjadi baik.
 Mu’atabah, yaitu menyesali diri atas perbuatan dosanya.
 Mukasyafah,   yaitumembuka   penghalang   atau   tabir   agar   tersingkap   semua
rahasia Allah. c. Tahapan merasakan al-Muziqat
Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekedar menjalankan perintah Khalik-nya dan menjauhi   larangannya,   namun   ia   merasakan   kedekatan,   kelezatan,   kerinduan
denganNya. Tahapan ini disebut tajalli, yaitu menempakkan sifat-sifat Allah pada diri manusianya setelah sifat-sifat buruknya dihilangkan dan tabir menjadi sirna. Oleh sufi
tahapan ini biasa dilalui dalam dua proses yaitu al-fana dan al-baqa. Bila seseorang mampu   menghilangkan   wujud   jasmaniah   dengan   menghilangkan   nafsu-nafsu
impulsifnya dan tidak terikat oleh materi atau lingkungan sekitar, makaia telah  al- fana. Kondisi itu lalu beralih pada ke-baqa-an wujud ruhani yang ditandai dengan
tetapnya sifat-sifat ketuhanan
11
. Ketika tahapan itu telah dilalui maka muncul apa yang   disebut  al-baal  yaitu   kondisi   spiritual   dimana   sang   pribadi   telah   mencapai
kebahagiaan tertinggi yang dicita-citakan.
D. Ayat-ayat Al Quran yang Berkaitan dengan Tolak Ukur Kesehatan Mental