Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan oleh:

RONI DELIMA SIANTURI 040501074

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

ABSTRACT

Every country or region will be try to get a higher economic growth. Economic growth can show how the level prosperity of it’s resident. The main objectives of this research is to analyze how the influence of real region income (PAD) to gross domestic regional product (PDRB) Dairi. The source of real region income is region taxes, region retribution, profit of regional busniss and others real income region.

To know how the relation, we use simple regression function with ordinary least square method. The regression use region taxes, region retribution, profit of region busniss and others real income region as independent variable and gross domestic regional product of Dairi as dependent variable. The data used in this research is time series with twenty years, since 1986 until 2004. From the regression we can find that region taxes and region retribution have significant influence to gross domestic regional product of Dairi, but from the F-test, all independent variable have significant influence to gross domestic regional product of Dairi.

Kewords: real region income, gross domestic regional product


(3)

ABSTRAK

Setiap negara atau daerah akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi dapat menunjukkan tingkat kemakmuran daerah tersebut. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Sumber pendapatan asli daerah adalah pajak daerah, retribusi daerah, laba dari perusahaan daerah (BUMD) dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya, kita menggunakan fungsi regresi sederhana dengan metode ordinari least square (OLS). Regresi ini menggunakan pajak daerah, retribusi daerah, laba dari perusahaan daerah (BUMD) dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai variabel independen dan produk domestik regional bruto (PDRB) sebagai variabel dependent. Data yang digunakan adalah berupa data time series dengan kurun waktu dari tahun 1986 sampai tahun 2004. Dari hasil regressi dapat kita ketahui bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Dairi, tetapi kalau dilihat dari F-test nya, semua variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Dairi.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, produk domestik regional bruto


(4)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah yang sungguh sangat baik melimpahkan kasih setia-Nya kepada penulis, yang selalu menyertai penulis dalam melakukan segala aktivitas penulis hingga sampai pada penyelesaian skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat, materil, maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang mendukung penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec, Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam Hasyim, SE, selaku Dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rujiman, MA, selaku Dosen Pembanding I.


(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi, selaku Dosen Pembanding II.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi, selaku Dosen wali penulis serta seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

7. Seluruh Staff Pegawai Bappeda Kabupaten Dairi dalam memberikan data hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Kedua Orangtua penulis Ayahanda H. Sianturi dan Ibunda T. br Sinaga, Dengan penghargaan dan sayang yang sedalam-dalamnya, terimakasih buat dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik dukungan materil maupun semangat dan doa yang tak ternilai harganya.

9. Kakak/abang penulis : A. Sihotang/V. br Sianturi, Jhohanes/E.br Sianturi, B’Budi, B’Joy yang telah banyak memberi dukungan dan semangat bagi penulis.

10.Keponakan penulis yang lucu-lucu, Febrian (ebi), Jimmy(jimbot), Samuel(mueng), Angel (eppeng).

11.Amazing grace (K’Yulia Kajol, K’Welf, Hendra, Julina), terimakasih buat doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman penulis di EP’04 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terutama buat Princess, Neva(oppung), Diana, Ida topu, Tina, Rita, Ciol, Sarma, Tia , Chandra(Cen-cen), Deont, terimakasih buat senyum, semangat, kerjasama dan kebersamaan kita selama ini.


(6)

13.Saudara-saudara penulis yang ada di kost H’20, yang tidak bias penulis sebutkan satu-persatu, terutama buat adel terimakasih buat canda tawa maupun duka anak kost yang telah kita rasakan selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan ataupun kelemahan dan keterbatasan dalam penyusunanya oleh sebab itu penulis menerima segala masukan yang konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, terimakasih.

Hormat Saya Penulis,

(Roni Delima Sianturi)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Hipotesa ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Pendapatan Asli Daerah ... 10

2.1.1 Pajak Daerah ... 11

2.1.2 Retribusi ... 17


(8)

2.1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah ... 22

2.1.4 Lain-lain penerimaan daerah yang sah ... 23

2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.2.1 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.3 Produk Domestik Regional Bruto ... 34

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.4 Pengolahan Data ... 36

3.5 Model Analisis Data ... 37

3.6 Test of Goodness of Fit ... 38

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 38

3.6.2 Uji F- Statistik ... 38

3.6.3 Uji t- Statistik ... 40

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 41

3.7.1 Multikolinerity ... 41

3.7.2 Autokorelasi ... 41

3.8 Defenisi Operasional ... 43


(9)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian ... 45

4.1.1 Geografi ... 45

4.1.2 Penduduk ... 46

4.1.3 Pendidikan ... 50

4.1.4 Ketenagakerjaan ... 51

4.1.5 Potensi daerah ... 52

a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan ... 54

b. Pertambangan dan penggalian ... 54

c. Industri pengolahan ... 54

d. Listrik, gas, dan air bersih ... 54

e. Bangunan ... 55

f. Perdagangan, hotel, dan restoran ... 55

g. Pengangkutan dan komunikasi ... 56

h. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ... 57

i. Jasa-jasa ... 58

4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi (PDRB) ... 59

4.3 Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dairi ... 61

4.3.1 Sumber Pajak Daerah Kabupaten Dairi ... 61

4.3.2 Sumber Retribusi Daerah Kabupaten Dairi ... 62

4.3.3 Sumber Laba BUMD Kabupaten Dairi ... 63 viii


(10)

4.3.4 Sumber Lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Dairi ... 64

4.4 Hasil Penelitian ... 68

4.4.1 Regresi Linear Berganda ... 68

4.4.2 Test of Goodness of Fit ... 70

a. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 70

b. Uji t-statistik ... 70

c. Uji F- Statistik ... 73

4.4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 74

a. Uji Multikolinearity ... 74

b. Uji Autokorelasi (D-W test) ... 75

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN .


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 2.1 : Jenis Pajak Daerah Menurut UU no. 34 tahun 2000 15 4.1 : Luas Kabupaten Dairi 46 4.2 : Jumlah Penduduk Dairi per Kecamatan 47 4.3 : Penduduk Kab. Dairi menurut kel. Umur dan Jenis Kelamin 49 4.4 : Tingkat Pendidikan Menurut Jenis Kelamin tajun 2004 50

4.5 : Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Kerja 51 4.6 : Distribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB 53

4.7 : Laju Pertumbuhan Riil Menurut Lapangan Usaha 2001-2006 60 4.8 : Komponen Pendapatan Asli Kabupaten Dairi 65 4.9 : Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dairi (rupiah) 67


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.2 : Kurva Penduduk Optimum 28

3.1 : Kurva Uji F- Statistik 39

3.2 : Kurva Uji t- Statistik 40

4.1 : Uji t Variabel Pajak Daerah (X1) 71

4.2 : Uji t Variabel Retribusi Daerah (X2) 72

4.3 : Uji t Variabel Laba BUMD (X3) 72

4.4 : Uju t Variabel Pendapatan Lain-lain Yang Sah 73

4.5 : Uji F- Statistik 74


(13)

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran

1 : Data variabel

2 : Hasil regressi

3 : Hasil regressi pajak daerah (X1) terhadap variabel retribusi daerah (X2), variabel laba BUMD (X3), dan variabel lain-lain pendapatan yang sah (X4).

4 : Hasil regresi variabel retribusi daerah (X2) terhadap variabel pajak daerah (X1), variabel laba BUMD (X3) dan lain-lain pendapatan yang sah (X4).

5 : Hasil regresi variabel laba BUMD (X3) terhadap variabel pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) dan lain-lain pendapatan yang sah (X4).

6 : Hasil regresi variabel lain-lain pendapatan yang sah (X4) terhadap variabel pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) dan laba BUMD (X3).


(14)

ABSTRACT

Every country or region will be try to get a higher economic growth. Economic growth can show how the level prosperity of it’s resident. The main objectives of this research is to analyze how the influence of real region income (PAD) to gross domestic regional product (PDRB) Dairi. The source of real region income is region taxes, region retribution, profit of regional busniss and others real income region.

To know how the relation, we use simple regression function with ordinary least square method. The regression use region taxes, region retribution, profit of region busniss and others real income region as independent variable and gross domestic regional product of Dairi as dependent variable. The data used in this research is time series with twenty years, since 1986 until 2004. From the regression we can find that region taxes and region retribution have significant influence to gross domestic regional product of Dairi, but from the F-test, all independent variable have significant influence to gross domestic regional product of Dairi.

Kewords: real region income, gross domestic regional product


(15)

ABSTRAK

Setiap negara atau daerah akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi dapat menunjukkan tingkat kemakmuran daerah tersebut. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Sumber pendapatan asli daerah adalah pajak daerah, retribusi daerah, laba dari perusahaan daerah (BUMD) dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya, kita menggunakan fungsi regresi sederhana dengan metode ordinari least square (OLS). Regresi ini menggunakan pajak daerah, retribusi daerah, laba dari perusahaan daerah (BUMD) dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai variabel independen dan produk domestik regional bruto (PDRB) sebagai variabel dependent. Data yang digunakan adalah berupa data time series dengan kurun waktu dari tahun 1986 sampai tahun 2004. Dari hasil regressi dapat kita ketahui bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Dairi, tetapi kalau dilihat dari F-test nya, semua variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Dairi.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, produk domestik regional bruto


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Mudrajat, 2004:120). Tolak ukur dari keberhasilan pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, stuktur ekonomi dan dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sector.

Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat, sementara beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tinggi adalah dambaan setiap daerah. Dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan berarti akan secara langsung dapat mengurangi kemiskinan. Salah satu indikasi dari kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat Produk Domestic Bruto ( PDB ) atau Produk Domestic Regional Bruto ( PDRB ), dimana PDRB di defenisikan sebagai angka yang secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam


(17)

menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada factor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi dalam daerah tersebut. (BPS, 1992:3 ).

Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dalam melaksanakan pemerintahan dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pembangunan daerah yaitu pendekatan sentralis dan pendekatan desentralisasi. Dimana pendekatan sentralisasi mengandung arti pelaksanaan pembangunan daerah sepenuhnya merupakan wewenang pusat dan dilaksanakan oleh para pemerintah pusat. Sedangkan pendekatan Desentralisasi adalah pembangunan daerah yang sebagian besar merupakan wewenang daerah dan dilaksanakan sendiri oleh daerah atau pemerintah daerah secara otonom, dimana pembangunan daerah melalui desentralisasi atau otonomi daerah memberi peluang dan kesempatan bagi terwujudnya pemerintah yang bersih dan baik. Dan pembangunan daerah melalui desentralisasi juga mendorong pemberdayaan masyarakat local (setempat) sehingga memungkinkan masyarakat local untuk dapat menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram dan sekaligus memperluas pilihan-pilihan yang dapat dilakukan masyarakat.

Dengan demikian maka desentralisasi atau otonomi daerah adalah strategi yang cepat dalam konteks pembangunan dan pemberdayaan daerah sesuai dengan perkembangan dan kondisi Indonesia saat ini. Otonomi daerah atau desentralisasi merupakan dua hal yang saling melengkapi dan multidimensi. Otonomi daerah


(18)

biasanya diikuti dengan kebijakan desentralisasi fiscal sebagai instrument di dalam mendukung daerah dalam pelayanan public dengan transfer dana ke daerah.

Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001 melalui UU no. 22 tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 walaupun ada sebagian kecil daerah yang sudah melaksanakanya pada tahun 2000, berbagai kebijakan menyangkut keuangan daerah dan APBD mengalami perubahan. Dalam hal sumber pendapatan daerah misalnya sebelum otonomi daerah digulirkan sumber pendapatan daerah relative terbatas yakni hanya mengandalkan Penadapatan Asli Daerah ( PAD ) dan relative sedikit dana dari bantuan pusat.

Seperti telah disebutkan bahwa lahirnya kebijakan dana perimbangan merupakan konsekuensi dari strategi desentralisasi fiskal. Namun dalam proses implementasi desentralisasi fiskal belum menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, jika Pemda tidak siap dalam mengelola dan memanfaatkan keuangan daerah secara efektif dan efisien untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Persoalan yang dihadapi Pemda di era otonomi daerah tidak hanya berkutat pada persoalan pendapatan asli daerah ( PAD ), dana perimbangan, khususnya Dana Alokasi Khusus ( DAU ), pajak daerah, dan retribusi daerah dan sebagainya, namun lebih dari itu sesuai dengan konsep otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Persoalan-persoalan seperti ini merupakan hal yang dapat muncul dalam proses pelaksanaan otonomi daerah khususnya dalam desentralisasi fiscal yang juga mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian.


(19)

Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya kebijakan ini diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua UU ini mengatur tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemerintah daerah (pemda) dikarenakan pemda memiliki kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah. Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU No. 32 tahun 2004). Inti hakekat otonomi adalah adanya kewenangan daerah, bukan pendelegasian (Saragih, 2003).

Sebelum dikeluarkan UU otonomi daerah tahun 1999, sumber keuangan daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kotamadya menurut UU no. 5 tahun 1974 adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Asli Daerah ( PAD ) 2. Bagi Hasil pajak dan non pajak

3. Bantuan Pusat ( APBN ) untuk daerah tingkat I dan tingkat II 4. Pinjaman Daerah


(20)

5. Sisa lebih anggaran tahun lalu

6. Lain-lain penerimaan daerah yanng sah

Sedangkan sesuai dengan pasal 79 UU nomor 22 tahun 1999 dan pasal 3, 4, 5 dan pasal 6 UU nomor 25 tahun 1999, sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, bagian pemda dari hasil keuntungan perusahaan milik daerah ( BUMD ), hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan.

2. Dana perimbangan yang terdiri daerah dana bagi hasil, DAU, DAK. 3. Pinjaman Daerah.

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Menurut UU no. 33 tahun 2004 menyatakan bahwa sumber penerimaan daaerah adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan daerah dalam pelaksanaan dsentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan.

2. Pendapatan daerah sebagaimana dimadsud di atas bersumber dari:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak daerah, Retribusi daerah, Hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan daerah yang sah.

 Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus.


(21)

3. Pembiayaan sebagaimana dimadsud diatas bersumber dari:  Sisa lebih perhitungan anggaran daerah.

 Penerimaan pinjaman daerah.  Dana cadangan daerah.

 Hasil penjualan daerah yang dipisahkan

Dari tahun ke tahun kebijakan mengenai pendapatan aslli daerah ( PAD ) setiap daerah provinsi, kabupaten, kota relatif tidak banyak berubah. Setelah desentralisasi fiskal digulirkan oleh pemerintah pusat, maka pemerintah daerah berlomba-lomba menciptakan kreatifitas baru untuk meningkatkan jumlah PAD masing-masing daerah, karena PAD merupakan salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang berdaya guna serta upaya yang sungguh-sungguh dari pemda untuk meminimalkan ketergantungan kepada pusat. Sebaliknya jika PAD justru berdampak terhadap perekonomian daerah yang tidak berkembang atau semakin buruk maka belum dapat dikatakan bahwa peningkatan PAD merupakan andalan utama daerah untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan namun nilai dan peran PAD selama ini masih relatif, PAD banyak tergantung kepada besar kecilnya nilai investasi di suatu daerah.

Umumnya daerah yang dengan intensitas kegiatan ekonomi yang tinggi, dengan peningkatan nilai investasi yang tinggi setiap tahun akan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pajak atau PDRB. Jika dibandingkan dengan daerah


(22)

perkotaan dengan kabupaten, maka kegiatan perekonomian jauh lebih berkembang di kota dibandingkan dengan daerah kabupaten oleh sebab itu, PAD daerah perkotaan cenderung lebih besar dari pada PAD daerah kabupaten. Seperti diketahui sebagian besar daerah Indonesia merupakan kabupaten dan wajar apabila sebagian besar Kabupaten di Indonesia berupaya untuk meningkatkan PAD-nya agar tidak jauh berbeda dengan daerah perkotaan. Namun daerah Kabupaten dengan potensi SDA yang cukup besar cenderung mampu untuk meningkatkan PAD nya.

Kabupaten Dairi merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sumut yang perekonomianya lebih didukung oleh sektor pertanian.Berdasarkan PDRB tahun dasar 2000, struktur perekonomian Dairi tidak mengalami perubahan yang mendasar dengan dominasi yang mendasar dari sektor pertanian.Tahun 2000 peranan sektor pertanian sebesar 72,76 % dari tahun ke tahun cenderunng menurun dimana hingga pada tahun 2005 menurun menjadi 67,81 % dimana kontribusi terbesar sektor pertanian diberikan oleh subsektor tanaman bahan makanan utamanya tanaman padi dan palawija yang menjadi komoditi unggulan Dairi.

Pertumbuhan ekonomi Kab Dairi pada tahun 2005 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan adanya penurunan yaitu sekitar 5,83 %, tahun 2004 dan menjadi 5,34 % pada tahun 2005. Pertumbuhan tersebut didukung oleh hampir semua sektor perekonomian Kab Dairi. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kabupaten Dairi pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 4.489.018.000 mengalami peningkatan jika dilihat dari tahun 2003 yang jumlahnya sebesar Rp. 3.365.644.349, tetapi bila dibandingkan dengan tahun 2002 mengalami


(23)

penurunan dimana jumlahnya sebesar Rp. 4.995.021.985. Untuk melihat hubungan antara PDRB Kab. Dairi dengan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), maka penulis tertarik untuk membuat penelitian ini dengan judul”Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Dairi”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut yaitu :

1. Bagaimana pengaruh Pajak daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto.

2. Bagaimana pengaruh Retribusi daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto.

3. Bagaimana pengaruh Hasil perusahaan milik daerah (laba BUMD) terhadap Produk Domestik Regional Bruto.

4. Bagaimana pengaruh Lain-lain penerimaan daerah yang sah terhadap Produk Domestik Regional Bruto.

C.HIPOTESA

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian, maka tingkat kebenaranya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah antara


(24)

PAD dengan PDRB terdapat pengaruh yang positif. Jika PAD meningkat maka PDRB juga akan meningkat demikian juga sebaliknya, Ceteris Paribus.

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara PAD dan PDRB di Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PAD terhadap PDRB Kabupaten Dairi.

E. MANFAAT PENELITIAN.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang ini.

2. Untuk menambah dan melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topic yang sama.

3. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

4. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam mengambil kebijaksanaan khususnya tentang komponen PAD.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Menurut UU no 33 tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terdiri atas :

1. Hasil pajak daerah yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada semua objek pajak, seperti orang/badan, benda bergerak/tidak bergerak.

2. Hasil retribusi daerah,yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh Pemda secara langsung dan nyata.

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain laba deviden, penjualan saham milik daerah.

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain hasil penjualan aset tetap dan jasa giro.

Peningkatan PAD dapat dilaksanakan melalui langkah-lanmgkah sebagai berikut:

1. Intensifikasi melalui upaya:


(26)

 Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari kemungkinan untuk dialihkan untuk menjadi retribusi.

 Mengintensifikasi penerimaan daerah yang ada.

 Memperbaiki sarana dan prasarana retribusi daerah yang ada.

2. Penggalian sumber penerimaaan baru (ektensifikasi). Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agara tidak menimbulkan ekonomi biaya yang tinggi. Sebab pada dasarnya tujuan meningkatkan pendapatan daerah melalui ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Peningkatan pelayanan pada masyarakat. Peningkatan pelayanan ini merupakan unsur yang penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi daerah merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.

1. PAJAK DAERAH

Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan untuk pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan pasal 1 UU no. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU no. 18 tahun 1997, tentang pajak daerah yang selanjutnya disebut dengan pajak yang adalah iuran wajib yang dilakukan oleh


(27)

pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pembangunan daerah. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak daerah memiliki unsur-unsur :

1. Iuran dari rakyat kepada negara bahwa yang berhak memungut pajak hanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang ( bukan barang ).

2. Berdasarkan UU pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan UU serta aturan pelaksanaanya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjukkan dalam pembayaran pajak tidak ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara dan pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sebelum dilaksanakanya perubahan UU no. 18 tahun1997, jenis pajak daerah provinsi mencakup 3 jenis pajak yakni sebagai berikut :

- Pajak kendaraan bermotor ( PKB )

- Bea balik nama kendaraan bermotor ( BBNKB ) - Pajak bahan bakar kendaraan bermotor ( PBBKB )

sedangkan pajak daerah Kabupaten atau Kota terdiri dari 6 jenis yaitu sebagai berikut - Pajak hotel dan restoran

- Pajak penerangan jalan - Pajak reklame


(28)

- Pajak hiburan

- Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C - Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Semua pajak tersebut di atas merupakan kewenangan Provinsi, Kabupaten atau Kota yang diatur dalam peraturan pemerintah yakni PP no. 19 tahun 1997 tentang pajak daerah dan PP no. 21 tahun 1997 tentang pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang efektif berlaku 4 juli 1997.

Sedangkan jenis pajak daerah menurut UU nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan PP nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah adalah:

a. Pajak Provinsi antara lain:

1. Pajak kendaraan bermotor antaa lain:  Kendaraan bermotor bukan umum  Kendaraan bermotor umum

 Kendaraan mbermotor alat-alat berat dan alat-alat besar 2. Pajak kendaraan diatas air

3. Bea balik nama kendaraan bermotor antaa lain:  Penyerahan pertama:

 Kendaraan bermotor non umum  Kendaraan bermotor umum


(29)

 Penyerahan kedua antara lain:

 Kendaraan bermotor non umum  Kendaraan umum

 Kendaraan alat-alat besar dan alat-alat berat  Penyerahan karena warisan antara lain:

 Kendaraan bermotor non umum  Kendaraan bermotor umum

 Kendaraan alat-alat berat dan alat-alat besar 4. Bea balik nama kendaraan diatas air antara lain:

 Penyerahan pertama  Penyarahan kedua

 Penyerahan karena warisan 5. Pajak bahan baku kendaan bermoyor

6. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah 7. pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan

b. Pajak Kabupaten Kota 1. Pajak hotel 2. Pajak restoran 3. rekalame


(30)

5. pajak pengambilan bahan galian C 6. pajak parkir

Tabel 2.1: Jenis pajak daerah menurut UU nomor 34 tahun 2000 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah Dan PP nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah

No Pajak Kabupaten / Kota Tarif maks ( %)

1 Pajak hotel 10

2 Pajak restoran 20

3 Pajak 35

4 Pajak rekalame 25

5 Pajak pnerangan jalan 10

6 Pajak penggalian bahan golongan C

20

7 Pajak parkir 20

Di samping jenis atau objek pajak daerah seperti yang disebutkan di atas daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk menciptakan pajak daerah lainya asal sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku, beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru ( Suparmoko: 2002, 59 ) adalah sebagai berikut :

1. Pungutan harus Bersifat sebagai pajak, artinya dapat dipaksakan dan balas jasanya tidak dapat langsumg ditunjuk.

2. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum artinya,pajak tersebut dimadsudkan untuk kepentingan bersama yang


(31)

lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek kententarman dan kestabilan politik ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan keamanan. Contoh: pajak atas seluruh komoditi, pajak atas minuman beralkohol.

3. Potensi pajak tersebut memadi artinya, biaya pemungutannya tidak akan lebih besar daripada penerimaan pajak.

4. Pajak baru itu tidak berdampak ekonomi negatif, artinya tidak menyebabkan alokasi faktor-faktor produksi yang salah dan menghambat pembangunan.Pajak tidak menggangu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor. Contoh jenis pajak yang bertentangan dengan kriteria ini adalah pajak yang dipungut atas kegiatan ekonomi tertentu tanpa alasan ekonomis dn sosial yang kuat. Seperti pajak pajak atas hasil perkebunan, pajak atas produksi semen, pajak atas lalu lintas barang.

5. Pajak harus memperhatikan aspek keadilan (equity) dan kemampuan membayar (abiliyt to pay) si wajib pajak.

6. Pajak yang dikenakan akan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan yang berarti pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah/pusat atau madyarakat luas untuk merusak lingkungan.

7. Objek pajak harus terletak di wilayah daerah Kab/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas rendah serta hanya melayani masyarakat di


(32)

wilayah daerah Kab/kota yang bersangkutan. Yang dimadsud dengan mobilitas rendah adalah objek pajak sulit untuk dipindahkan.

Sistem pengenaan pajak

1. Pajak bersifat progresif yaitu sistem pengenaan pajak dimana semakin tinggidasar pajak (tax base) seperti tingkat penghasilan wajib pajak, harga barang mewah dan sebagai akan dikenakan pungutan pajak yang makin tinggi persenya.

2. Pajak bersifat proporsional yaitu sistem pengenaan pajak dimana tarif pajak (dalam %) yang dikenakan tetap sama dasarnya walaupun nilai objeknya berbeda.

3. Pajak bersifat regresif yaitu sistem pengenaan pajak dimana walaupun nilai atau harga objek pajak meningkat dan juga jumlah pajak yang dibayar wajib pajak juga meningkat, namun dalam arti persentase jumlah pajak yang dibayar itu semakin kecil.

2. RETRIBUSI

Yang dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Perbedaan antara pajak dan retribusi daerah tidak hanya didasarkan atas objeknya tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif oleh sebab itu tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh Pemda masing-masing


(33)

untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik didaerahnya. Jadi dalam hal retribusi daerah, balas jasa dengan adanya retribusi daerah tersebut dapat langsumg ditunjuk. Misalnya retribusi jalan, karena kendaraan bermotor tertentu melewati jalan dimana retribusi jalan tersebut dipungut, retribusi pasar dibayar karena adanya pemakaian ruangan pasar tertentu oleh si pembayar retribusi tersebut. Semakin banyak jenis pelayanan publik dan meningkatnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh Pemda terhadap masyarakat maka kecenderungan perolehan dana retribusi makin besar.

Namun yang menjadi masalah adalah menentukan berapa besar manfaat yang diterima oleh orang yang membayar retribusi tersebut dan menentukan berapa pungutan yang harus dibayarnya. Untuk menilai manfaat yang harus ditempuh melalui beberapa langkah (Suparmoko, 2002:85-86) yaitu:

 Diidentifikasi manfaat fisik yang dapat diukur dasarnya.

 Ditetapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga pasar, atau harga barang pengganti, atau mengadakan survei tentang kesediaan membayar (willingness to pay).

Retibusi dibagi atas tiga golongan yakni retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu. Penggolongan ini dimadsudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan sektor retribusi yang ditentukan dalam pasal 21 UU pajak daerah tentang prinsip dan sasaan penetapan tarif.


(34)

1. Retribusi jasa umum

 Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perijinan tertentu.

 Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

 Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan diharuskan membayar retribusi disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

 Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.

 Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraanya.

 Retribusi tidak bertentangan dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

 Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Adapun yang termasuk dalam jasa pelayanan umum antara lain:  Pelayanan kesehatan

 Pelayanan kebersihan dan persampahan

 Pelayanan penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan akta catatan sipil.


(35)

 Pelayanan parkir di tepi jalan umum.  Pelayanan pasar.

 Pelayanan air bersih

 Pengujian kendaraan bermotor

 Pemerikasaan alat pemadam kebakaran

 Penggantian biaya cetak peta yang dibuat oleh Pemda  Pengujian kapal perikanan

2. Retribusi Jasa Usaha

 Bersifat bukan pajak dan bujan retribusi jasa umum atau retribusi perijinan tertentu.

 Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki / dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemda. Adapun yang termasuk dalam retribusi jasa usaha adalah:

 Pemakaian kekayaan daerah

 Pemakaian pasar grosir atau pertokoan  Pelayanan terminal

 Pelayanan tempat khusus parkir  Pelayanan tempat penitipan anak  Pelayanan penginapan/villa


(36)

 Pelayanan penyedotan kakus  Rumah potong hewan  Tempat pendaratan kapal  Tempat rekreasi dan olahraga  Penyebrangan diatas air  Pengelolaan limbah

 Penjualan usaha produksi daerah

3. Retribusi Perijinan tertentu

 Perijinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka azas desentralisasi.

 Perijinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum.

Perijinan tertentu dapat dipungut retribusinya antara lain:  Ijin peruntukan penggunaan tanah

 Ijin mendirikan bangunan

 Ijin tempat penjualan minuman beralkohol  Ijin gangguan

 Ijin trayek


(37)

Dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi selain yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penerimaan jenis retribusi tertentu daerah sebagian diperuntukkan kepada desa. Bagian desa ditetapkan lebih lanjut dengan Perda Pemda dengan memperhatikan aspek keterlibatan desa dan penyediaan layanan tersebut.

Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif berdasarkan potensi atau kemampuan pembayar retribusi. Sebagai contoh: retribusi sampah dapat dikenakan tarif yang lebih tinggi di daerah perumahan elite dan lebih rendah di daerah perumahan tipe sederhana.

3. HASIL PERUSAHAAN MILIK DAERAH

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) lainya yang menduduki peran paling penting setelah pajak dan retribusi daerah adalah Bagian pemerintah daerah atas laba BUMN. Kedudukan, fungsi dan tujuan pendirian suatu perusahaan daerah ( BUMD ) diatur dalam UU tentang perusahaan daerah dam masih berlaku sampai saat ini. Posisi perusahaan daerah atau BUMD di era otonomi sebenarnya sangat penting dan strategis sebagai salah satu institusi milik daerah dalam meningkatkan penerimaan PAD.

Pembinaan dan pengembangan BUMD merupakan wewenang dari kepala daerah atas restu DPRD.Memang dalam tahap awal otonomi, tidak banyak yang dapat diharapkan dengan kehadiran BUMD untuk menambah kas daerah, selama BUMD


(38)

tersebut rugi terus. Untuk mengembangkan BUMD memang wewenang penuh sudah ditangan Pemda, oleh karena itu pejabat Pemda harus punya visi tentang BUMD yang ada di daerahnya, selain itu Pemda juga harus dapat mengembangkan kerja sama dengan pihak lain atau perusahaan swasta lokal maupun internasional dalam upaya peningkatan perolehan laba perusahaan, dengan meningkatnya laba perusahaan daerah otomatis nilai PAD akan bertambah. Jenis penerimaan yang termasuk hasil-hasil pengolahan kekayaan daerah lainya yang dipisahkan antara lain: Bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.

4. Lain-lain penerimaan daerah yang dianggap sah antara lain hasil penjualan aset tetap daerah dan jasa giro.

B. PERTUMBUHAN EKONOMI

Menurut Rahardja, istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Suatu negara kadang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang mengalami pertumbuhan yang pesat. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat.

Angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneter yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto ( PDB ). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan karena pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sekalipun angka yang


(39)

muncul adalah nilai uang dari total output barang dan jasa.Perubahan nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yangn dihasilkan.

Untuk menghitung PDB jika selang waktu pertumbuhan hanya satu periode digunakan rumus sebagai berikut (Rahardja, 2003) :

PDBRt - PDBRt-1 G t =

PDBRt-1

Dimana : Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t PDBRt = Produk Domesti Bruto Riil periode t

PDBRt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Riil periode sebelumnya Jika interval waktunya lebih dari satu periode maka :

PDBRt = PDBRo ( 1+ r )t Dimana : PDBRt : PDBR periode t

PDBRo : PDBR periode awal r : tingkat pertumbuhan t : jarak periode

Tujuan utama dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk melihat apakah kondisi perekonomian makin membaik atau sebaliknya. Ukuran baik buruknya dapat dilihat dari struktur produksi (sektoral) dan daerah asal produksi ( regional ).


(40)

Adapun pertumbuhan ekonomi sangat penting karena dapat mempengaruhi hal – hal sebagai berikut :

1. Tingkat kesejahteraan.Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output nasional per capita meningkat.Tingkat kesejahteraan tersebut apabila pertumbuhan GNP per capita harus melebihi dari pertumbuhan penduduk. Jika pertumbuhan penduduk suatu negara adalah 2% pertahun, maka pertumbuhan GNP harus lebih besar dari 2%.

2. Kesempatan kerja.Terjadinya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan naiknya GNP riil, kondisi ini sangat jelas membawa kesempatan kerja bagi seluruh faktor produksi,mengingat manusia adalah salah satu faktor produksi terpenting dalam proses produksi.

3. Distribusi pendapatan, Pertumbuhan ekonomi juga dapt diharapkan untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang ada hanyalah pemerataan kemiskinan. Upaya pemerataan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan pendapatan dapat berupa :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuat kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya tarik fiskal.

b. Memperluas kesempatan kerja. c. Meningkatkan produktivitas.


(41)

Dengan meluasnya kesempatan kerja maka peluang masyarakat untuk memperoleh penghasilan semakin besar.

Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Klasik

Teori Klasik ini dipelopori oleh Adam Smith mengatakan bahwa output akan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Penduduk makin bertambah begitu juga dengan produk nasional. Semakin bertambah penduduk ssemantara jumlah lahan tidak bertambah sehingga mulai dirasakan tanah/lahan saemakin sempit. Sehingga pekerja baru akan mendapat lahan yang semakin kecil untuk digarap. Pada saat seperti ini barulah berlaku konsep the law of diminishing returns. Menurunya rasio antara jumlah pekerja dan dan lahan yang tersedia akan menimbulkan penurunan marginal produk sehingga akan menurunkan uipah riil.

Teori Pertumbuhan klasik juga mengemukakan keterkaitan antra pendapatan per capita dan jumlah penduuduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori ini menyatakan hal-hal sebagai berikut:

 Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan per capita, jumlah penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

 Ketika produk marginal makin menurun, pendapatan nasional semakin naik tetapi dengan kecepatan yang lambat. Maka pertambahan penduduk akan


(42)

menambah tenaga kerja, tetapi pendapatan per capita turun dan pertumbuhan ekonomi masih ada meskipun kuantitasnya semakin kecil.

 Ketika produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per capita, artinya nilai pendapatan per capita mencapai maksimum dan jumlah penduduk optimal (jumlah penduduk yamg sesuai dengan keadaan suatu negara yang ditandai dengan pendapatan per capita mencapai maksimum). Sehingga pertambahan penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut kaum klasik berlakunya hukum the law of diminishing returns menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan justru akan menurunkan tingkat output nasional. Tetapi pertambahan tenaga kerja diikuti dengan pertambahan produk akan terjadi apabila pertambahan tenaga kerja diikuti dengan pertambahan modal. Kondisi ini secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:


(43)

Total Produk Nasional

Q3

Q1

Q2 TP2

TP 1

Tk 1 Gambar 2.2: Kurva Penduduk Optimum Keterangan:

 Kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output nasional. Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi adalah Tk1, dan jumlah produk nasional Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi Tk2, produk nasional tidak bertambah tapi justru berkurang menjadi Q2.

 Pertambahan jumlah tenaga kerja menjadi Tk2 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bila diikuti dengan pertambahan barang modal sehingga produk nasional dapat mencapai Q3.


(44)

Menurut teori neo klasik ini dipelopori oleh Robert Solow menyatakan pendapatnya saebagai berikut:

 Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap dua input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonomi memerlukan:

1. Adanya intensifikasi modal, yaitu suatu proses jumlah modal per tenaga kerja naik setiap saat.

2. Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada saat intensifikasi modal terjadi. Sehingga masyarakat mempunyai daya beli tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan produk.

 Disamping faktor tenaga kerja dan modal, hal yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah faktor perkembangan teknologi. Menurut Solow, yang paling penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi dan peningkatan keahlian serta keterampilan para pekerja dalam menggunakan teknologi.

3. Teori Keynesian

Teori ini dipelopori oleh J.M Keynes yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan


(45)

agregate. Kaum keynesian yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal harus digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian juga menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat berperan besar dalam meningkatkan perrumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instability, inequity, dan inefisiensi. Bila perekonomian sering dihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan jelas akan menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

4. Teori Rostow

Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu sebagai berikut:

 Perubahan reorientasi organisasai ekonomi.  Perubahan pandangan masyarakat

 Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang lebih produktif.

 Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa alam itu tidak akan menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu menaklukkan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran.


(46)

Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain:

 The Traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan cara berpikirnya masih primitif dan irasional.

 The precondition for take off (persyaratan tinggal landas), artinya merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya untuk menerima teknik-teknik baru dari luar kehidupan mereka.

 The take off (tinggal landas), artinya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang sangat pesat dalam inovasi berproduksi dan lain sebagainya.

 The drive to maturity (menuju kematangan), artinya masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

 The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sisterm perpajakan yang lebih progresif.Masyarakat tidak


(47)

mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi, tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah

.

5. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada peranan pengusaha dalam pembangunan, kemajuan peekonomian sangat ditentukan oleh adanya enterpreneur (wiraswasta). Entepreneurer yang unggul yaitu orang yang memiliki inisiatif yang tinggi, kemampuan, dan keberanian mengaplikasikan penemuaqn-penemuan baru dalam kegiatan berproduksi. Para enterpreneur akan menciptakan hal-hal yang baru sepert menciptakan barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam berproduksi, memperluas pasar ke daerah baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, reorganisasi dan restrukturisasi dalam perusahaan industri untuk kemajuan yang lebih baik.

6.Teori Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar, syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang tangguh atau steady growth dalam jangka panjang yaitu perlunya investasi. Untuk menciptakan investasi perlu meningkatkan tabungan. Oleh sebab itu setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk menyimpan sebgian pendapatanya guna meningkatkan tabungan. Sebagai ahli yang mengembangkan konsep Keynes, Harrod-Domar tetap meningkatkan peran pemerintah terutama dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan


(48)

dalam menghimpun dana untuk keperluan investasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi adalah:

1. Barang modal, agar ekonomi bertumbuh stok barangn modal harus ditambah melalui investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi akan lebih baik lagi jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai penambahan kualitas.

2. Tenaga kerja, Sampai saat ini khususnya di negara sedang berkembang, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan (Pratama; 2001:189). Penambahan tenaga kerja sangat tergantung berpengaruh terhadap peningkatan output. Berapa anyak penambahan tenaga kerja sangat tergantung dari seberapa ceepatnya terjadi The law of diminishing return. Sedangkan cepat atau lambat proses ini sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan keterkaitanya dengan kemajuan teknologi produksi.

3. Teknologi, penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat maemacu pertumbuhan ekonomi jika hanya dilihat dari peningkatan output. Namun hal ini bukan berarti baik, sebab tujuan akhir pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang adil dann sejahtera, bukan orang per orang.

4. Kewirausahaan, hal ini dapat didefenisikan sebagai kamampuan dan keberanian mengambil resiko guna memperoleh keuntungan. Para mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan menghasilkan


(49)

barang dan jas yang dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengkombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi

C. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

Tingkat perekonomian suatu wilayah/daerah dapat diukur dengan menggunakan besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang merupakan jumlah dari nilai tambah seluruh sektor ekonomi. Melalui angka PDRB dapat diketahui pertumbuhan dan struktur perekonomian suatu wilayah. Nilai PDRB disajikan dalam dua versi yaitu menurut lapangan usaha dan menurut penggunaan seluruh nilai tambah yang dihasilkan. Selain disajikan dalam dua versi tersebut, PDRB disajikan juga atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.perubahan besaran PDRB atas dasar harga konstan. Perubahan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun penghitungan masih memuat akibat terjadinya inflasi dan deflasi, sehungga tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara riil. Sebaliklnya PDRB atas harga konstan menggunakan harga pasar pada tahun tertentu (1983, 1993) sehingga perubahan besaran PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi atau deflasi. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan inilah laju perekonomian suatu wilayah dapat diketahui. Pada dasarnya ada 4 cara perhitungan nilai tambah atas dasar konstan yaitu:

1. Revaluasi: dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antar masing-masing tahun dengan harga tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya


(50)

antara atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

2. Ekstrapolasi: Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh denagn cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstarpolator dapat merupakan indeks darai masing-masing produksi ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja. Jumlah perusahaan dan yang lainya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan sub sektor dan sektor yang dihitung. 3. Deflasi: nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi

nilai tambah atas dasra harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga yang digunakan sebagai deflator, biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), Indeks harga perdagangan besar (IHKB) tergantung mana yang lebih cocok.

4. Deflasi berganda: dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antara, saedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harag yang digunakan saebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya saedangkan indeks harga untuk biaya antra adalah dari komponen input terbesar.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan judul maka penelitian ini dilakukan di Kabupaten Dairi.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka.Sumber data adalah diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA ) Kab. Dairi, BPS Kab. Dairi dan BPS Sumut.

C. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data time series yaitu dari tahun 1985 sampai 2004 ( sampel data 20 tahun ) dan juga dengan cara menelaah berbagai bahan pusataka seperti buku, jurnal serta laporan yang ada hubunganya dengan topik yang diteliti.

D. PENGOLAHAN DATA

Penulis menggunakan program E-views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(52)

E. MODEL ANALLISIS DATA

Dengan menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa regresi linear berganda, yaitu dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik.

Adapun model dasarnya adalah sebagai berikut:

Y= f (X1, X2, X3 4)……….(1)

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda, yaitu sebagai berikut:

Y= α + 1X1 +2X2 + 3X3 + 4X4 + μ………….(2) Keterangan:

Y = Produk Domestik Regional Bruto (dalam jutaan rupiah) α = Intercept

X1 = Pajak daerah ( dalam jutaan rupiah ) X2 = Retribusi daerah ( dalam jutaan rupiah )

X3 = Hasil perusahaan milik daerah ( dalam jutaan rupiah )

X4 = Lain–lain penerimaan daerah yang sah ( dalam jutaan rupiah ) 1, 2,3, 4 = Koefisien Regresi

μ = Error Term


(53)

, 0 1 X

Y

artinya pajak daerah (X1) mengalami kenaikan, maka (Y) PDRB akan

mengalami kenaikan, ceteris paribus. ,

0 2 X

Y

artinya apabila retribusi daerah (X2) mengalami kenaikan, maka (Y) PDRB

akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. ,

0 3 X

Y

artinya apabila hasil perusahaan milik daerah (X3) mengalami kenaikan,

maka (Y) PDRB akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

4 

 >0, artinya apabila penerimaan lain-lain daerah yang sah (X4) mengalami

kenaikan maka ( Y ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. F. Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian)

1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

2. Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F* =

) /( ) 1 ( 1 / 2 2 k n R k R   


(54)

Dimana:

R2= koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = βk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : β1 # β2 # βk = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak artinya, variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. dan jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Ho diterima

Ha diterima

0 F-tabel


(55)

3. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : βi = 0 ( tidak signifikan ) Ha : βi ≠ 0 ( signifikan )

Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, artinya, tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y.Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t- hitung < t- tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima

Ha diterima

Ho diterima 0


(56)

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t* =

Sbi b bi ) ( 

Dimana:

bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta standard error.

Adanya multikolinerity ditandai dengan: a) Standard error tidak terhingga.

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%. c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

d) R2 sangat tinggi. b. Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila:


(57)

Variabel (εi.εj) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: a) Dengan memplot grafik.

b) Dengan Durbin-Watson (Uji D-Wtest).

D-hit =

t e et et 2 2 )) 1 ( (    

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah:

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Inconclusive Inconclusive

Ho: Accept

Autokorelasi (-) Autokorelasi (+)


(58)

Dimana:

Ho : tidak ada autokorelasi

Dw < du : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw > 4du : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du < Dw < 4-du : tolak Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≥ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

G. DEFENISI OPERASIONAL

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 1985- 2004 yang dinyatakan dalam Rupiah.

2. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah Kab.Dairi yang dinyatakan dalam Rupiah.

3. Retribusi Daerah merupakan penerimaan daerah yang dipungut langsung sebagai pembayaran atas imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kab.Dairi kepada masyarakat yang dinyatakan dalam Rupiah.

4. Hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainya yang dipisahkan adalah keuntungan / laba dari perusahaan milik daerah yang dinyatakan dalam Rupiah.


(59)

5. Penerimaan lain-lain daerah yang sah adalah sumber pendapatan asli daerah seperti hasil penjualan aset tetap daerah dan jasa giro yang dinyatakan dalam Rupiah.


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN 1.Geografi

Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, dimana Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara. Posisi daerah Kabupaten Dairi adalah antara 98000-98030 LS dan 2 0

15-3000 LU dengan luas 1927.82. Ha. Dengan luas 191.625 Ha.

Perbatasan Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kab. Aceh Tenggara dan Kab. Karo Sebelah Timur berbatsan dengan : Kab. Tobasa

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kab. Phakpak Barat Sebelah Barat berbatsan dengan : Kab. Aceh Selatan

Kabupaten Dairi termasuk daerah dataran tinggi dengan letak antara 700-1600 m di atas pemukaan laut. Topografi daerah ini bervariasi dan pada umumnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit, dan kemiringanya juga bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.

Kabupaten Dairi secara administratif dibagi dalam 15 Kecamatan. Perincian mengenai luas wilayah Kab. Dairi dapat dilihat dalam tabel berikut:


(61)

Tabel 4.1: Luas Kabupaten Dairi

No Kecamatan Luas (Km2)

1 Sidikalang 70.69

2 Sitinjo 39.48

3 Berampu 39.45

4 Parbulauan 235.40

5 Sumbul 192.58

6 Silahi sabungan 75.62

7 Silima pungga-pungga 83.40

8 Lae parira 61.00

9 Siempat nempu 59.35

10 Siempat nempu hulu 93.93

11 Siempat nempu hilir 105.12

12 Tigalingga 197.00

13 Gunung sitember 77.00

14 Pegagan hilir 158.40

15 Tanah pinem 439.40

16 Jumlah 1.927.82

Sumber : Dairi dalam angka 2006

2. Penduduk

Jumlah penduduk kab. Dairi pada tahun 2006 adalah 267.629 jiwa. Dengan perincian jumlah laki-laki 133.426 jiwa dan perempuan 134.203 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99.42 persen. Denagn laju pertumbuhan penduduk (LPP) kab. Dairi tahun 2006 sebesar 0.02% (terjadi penurunan dibanding tahun 2000 sebesar


(62)

0.11%). Untuk mengetahui jumlah penduduk di tiap kecamatan dapat diliha dari tabel berikut:

Tabel 4.2: Jumlah penduduk Kab. Dairi per Kecamatan

Kecamatan Penduduk Kepadatan

penduduk

Sidikalang 44.004 622

Sitinjo 8.928 223

Berampu 7.723 196

Parbuluan 18.064 77

Sumbul 36.807 191

Silahisabungan 4.587 61

Silima pungga-pungga 14.532 174

Laeparira 14.800 243

Siempat nempu 20.260 341

Siempat nempu hulu 19.333 206

Siempat nempu hilir 11.863 113

Tigalingga 22.388 114

Gunung sitember 9.318 121

Pegagan hilir 15.045 95

Tanah pinem 19.977 45

Jumlah 267.625 139

Sumber : Dairi dalam angka tahun 2006

Dari tabel dapat dilihat penduduk terbanyak berada di Kec. Sidikalang, dan Sumbul setelah Kecamatan ini dimekarkan menjadi dua yaitu kec. Silahisabungan masing-masing sebesar 16.44% dan 13.75%, sedangkan penduduk terkecil berada di Kec. Silahisabungan dan Berampu masing-masing 1.71% dan 2.89%. Kedua


(63)

Kecamatan dengan penduduk terkecil tersebut merupakan Kecamatan pemekaran yang baru defenitif beroperasi tahun 2005 dan awal tahun 2003.

Ditinjau dari sudut kelompok umur penduduk Kab. Dairi tergolong dalam penduduk muda karena penduduk usia 0-14 tahun masih sebanyak 39.96%. dimana 41.24% untuk penduduk laki-laki dan 38.69% untuk penduduk perempuan. Untuk melihat penduduk Kab Dairi berdasarkan kelompok umur disajikan dalam tabel berikut:


(64)

Tabel 4.3: Penduduk Kab. Dairi menurut Kelompok umur dan jenis kelamin

Kel. umur Laki-laki Perempuan Lk + Pr

0-4 18.024 17.029 35.053 5-9 18.025 17.285 35.539 10-14 18.750 17.604 36.354 15-19 14.846 14.124 28.970 20-24 10.015 8.815 18.200 25-29 8.398 7.910 16.308 30-34 8.244 8.501 16.745 35-39 7.806 8.323 16.129 40-45 7.330 8.472 15.802 45-49 6.318 7.031 13.349 50-54 4.950 5.675 10.625 55-59 3.168 3.782 6.950 60-64 2.948 3.718 6.666 65-69 1.680 2.469 4.151 70-74 1.374 2.052 3.426 75+ 1.319 2.043 3.362 Total 133.426 134.203 267.629 Sumber: Dairi dalam angka 2006

Dari tabel dapat dilihat bahwa Persentase penduduk usia muda tersebut merupakan beban yang sangat berarti bagi penduduk usia produktif (15-64) tahun yang bejumlah 149.744 jiwa (55.95%)


(65)

c. Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bertitik tolak pada u paya pemabngunan pendidikan, sebagian besar penduduk di Kab. Dairi telah mengenyam pendidikan hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 4: Tingkat Pendidikan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004 Tingkat pendidikan Laki-laki(%) Perempuan(%) % Lk + Pr Tidak/belum pernah sekolah 0.18 2.41 1.29

Tidak/ belum tamat SD/TK 22.29 26.50 24.28

SD 30.32 32.70 31.50

SLTP 30.03 26.07 28.06

SLTA/ Umum 12.20 6.76 9.49

SMA/Kejuruan 3.26 3.17 3.22

Diploma I dan II 0.76 1.29 1.02

Diploma III 0.28 0.18 0.54

D-IV dan S1 0.69 0.28 0.49

Jumlah 100 100 100

Sumber: Bappeda Kab. Dairi

Dari data diatas dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat Kab. Dairi telah mengenyam pendidikan dari 276.459 jiwa penduduk, 98.71% jiwa diantaranya telah mengenyam pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi artinya masyarakat telah menyadari arti pentingnya pendidikan dan terjalin kerja sama dari semua pihak dalam meningkatkan kkukalitas masyarakat. Masyarakat Kab. Dairi lebih banyak berpendidikan yaitu 31.50%, SLTP sebanyak 28.06% dan yang menamtkan SLTA sebanyak 9.49% dan perguruan tinggi sebanyak 2.05%.


(66)

3. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasr dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Kegiatan penduduk tercermin dari lapangan pekerjaan yang dilakukan sebagian besar penduduk Kab. Dairi berkecimpung dalam bidang Pertanian. Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan, dapat dilihat pada tabel beriut.

Tabel 4.5: Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Kab. Dairi

No Sektor Lapangan Usaha Jumlah Persentase

1 Pertanian 110.97 89.27

2 Pertambangan & Penggalian 125 0.10

3 Industri Pengolahan 487 0.39

4 Listik, Gas dan air bersih 299 0.17

5 Bangunan 387 0.24

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.489 4.41

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.971 1.58

8 Keuangan, Jasa Perusahaan 112 0.09

9 Jasa-jasa lainya 4.467 3.53

10 Jumlah 124.308 100


(67)

4. Potensi Daerah

4.1. Pertanian, Peternakan, kehutanan, dan Perikanan

Sektor ini mencakup sub sektor tanaman bahan makanan (Tabama), tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 sektor pertanian merupakan andalan Kabupaten Dairi dalam penciptaan PDRB. Pada tahn 2005 sektor pertanian memberikn kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 67,81 persen dan pada tahun 2006 menurun menjadi 656,27 oersen. Sub sektor tanaman bahan makanan sebagai penyumbang terbesar terhadap sektor pertanian memperlihatkan penurunan perananya terhadap PDRB, yakni sebesar 43,84 persen taanaun 2005 menjadi 41.08 persen pada tahun 2006. Termasuk di dalam sub sektor ini adalah padi, jagung, ketela, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan. Produksi padi memberi andil yang terbesar di sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor tanaman perkebunan adalah penyumabng terbesar kedua diantara sub sektor lainya yaitu tercatat 17,12 persen, lebih dari seluruh nilai tambah pertanian. Untuk melihat bagaimana distribusi persentase sektor pertanian terhadap PDRB dapat dilihat dari tabel berikut:


(68)

Tabel 4.6: Distrrbusi Persentase Sektor Pertanian Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2006 (persen)

Sektor 2002 2003 2004 2005r 2006*

Pertanian 72,36 71,06 69,84 67,81 65,27

Tanaman bahan makanan 49,20 47,27 45,88 43,84 41,08 Tanaman perkebunan 15,66 6,08 16,49 16,70 17,12

Peternakan dan hasilnya 3,77 3,77 3,77 3,77 3,81

Kehutanan 3,33 3,54 3,30 3,11 2,90

Perikanan 0,39 0,40 0,39 0,39 0,39

Non Pertanian 27,64 28,94 30,16 32,19 29,91

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Bappeda Kab. Dairi r) angka perbaikan

*) angka sementara

Sedangkan pada sub peternakan dan hasi-hasilnya, perananya mengalami stagnasi mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, yakni 3,77%. Namun pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 0,04% sementara pada sub sektor perikanan perananya tidak mengalami perubahan yakni 0,39 % pada tahun 2004 dan tahun 2006 tidak terjadi perubahan. Sedangkan sub sektor kehutanan kontribusinya trhadap PDRB mengalami penurunan yaitu 3,30 % pada tahun 2004 dan 3,11% pada athun 2005 penurunany juga terjadi pada tahun 2006 yakni menjadi 2,90%.


(69)

4.2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,82% yang mengalami penigkatan dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar 3,64 persen. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB tahun 2006 sebesar 0,08%, sama dengan tahun 2005 sebesar 0,08%.

4.3. Industri Pengolahan

Pada tahun 2006 sektor industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 5,25%, menurun jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 5,28%. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Dairi pada tahun 2006 menyumbang sebesar 0,39 %, hal ini meningkat dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 0,37 %.

4.4 Listrik, Gas, dan Air bersih

Sektor ini merupakan penunjang bagi seluruh kegiatan ekonomi dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian lagi oleh non PLN. Produksi air bersih dihasilkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih pada tahun 2006 sebesar 3.27% yang menaglami penurunan dari 6,96% pada tahun 2005. Sub sektor air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 3,29% pada tahun 2006 dan mengalami kenaikan


(70)

bila dibandingkan dengan tahun sebelumnnya yang tumbuh sebesar 3,17% dan sub sektor listrik mengalami penurunan sebesar 3,30%.

4.5. Bangunan

Pada tahun 2006 pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,90%, namun bila dibanding dengan pertumbuhan tahun 2005 yang mencapai angka sebesar 3,70% Menunjukkan peningkatan yang tidak cukup berarti. Namun demikian prospek sektor ini cukup diharapkan akan cerah, terutama dalam proyek baru pembangunan infrastruktur di berbagai sektor. Sejalan dengan meningkatnya produksi sektor ini meningkat pula sumbangannya terhadap PDRB yaitu 4,03% di tahun 2005 menjadi sebesar 4,21 % pada tahun 2006.

4.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini adalah penunjang ekonomi yang mengahsilkan barang dan jasa. Secara keseluruhan nilai tambah bruto sektor ini meningkat dari 7.51 persen pada tahun 2005 dan menjadi sebesar 8,27 persen di tahun 2006.

Sub sektor hotel tumbh sebesar 6,05 persen pada tahun 2006 yang mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbh sebesar 6,01 persen. Terdapat kaitan yang erat antara sub sektor hotel dengan wisatawan asing maupun wisatawan nusanntara, saehingga perkembangan perhotelan sangat dipengaruhi oleh kunungan wisatawan, terutama lama menginap wisatawan selama berkunjng di Kabupaten Dairi.


(71)

Pada sub sektor restoran tumbuh sebesar 5,04 persen pada tahun 2006, lebih rendah bila dibanding dengan tahun sebelummnya yanng tumbuh sebesar 5,73 persen. Meningkatnya pendapatan masyarakat juga berpengaruh pada konsumsi makanan diluar rumah dan akhirnay akan mempengaruhi kegiatan restoran.

Sektor ini menduduki urutan kedua setelah sektor pertanian, dengan andil sebesar 11,89 persen tahun 2002. kemudian 13,18 persen di tahun 2004 dan meningkat lagi menjadi 14,45 persen tahun 2006. Sumbangan terbesar di sektor ini diberikan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 13,04 persen pada tahuun 2005 dan meningkat menjadi 13,69 persen pada tahun 2006, Kemudian sub sektor hotel memberikan kontribusi 0,08 persen di tahun 2005dan tetap 0,08 persen di tahun 2006. Sub sektor restoran pada tahun 2005 sebesar 0,64 persen dan naik pada tahun 2006 menjadi 0,88 persen.

4.7. Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini berperan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor eonomi. Dalam era globaisasi sektor ini perananya sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi yang membuat dunai tanpa batas. Sub sektor transportasi juga memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian.

Pada tahun 2006 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,56 persen, naik bila dibanding dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,96 persen. Sebagai sektor yang mendukung aktivitas sektor riil, pengangkutan dan komunikasi berkaitan


(72)

erat dengan sektor-sektor lain dan dipengaruhi oleh dinamisnya mobilisasi masyarakat dan aktivitas ekonomi.

Walaupun terjadi pertumbuhan yang menurun, namun kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam pembentukan PDRB mengalami peningkatan dari 4,24 persen tahun 2003 dan menjadi 5,03 persen pada tahun 2006. Porsi yang besar di sektor ini dalam pembentukan PDRB diberikan oleh sub sektor pengangkutan sebesar 3,38 persen pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 4,06 persen pada tahun 2006. Sedangkan sub sektor komunikasi hanya memberi porsi 0,86 persen di tahun 2005 dan 0,97 persen di tahun 2006. Untuk sub sektor penagangkutan, andil terbesar diberikan oleh jasa angkutan jalan raya yaitu 3,35 persen tahun 2005 dan menjadi 4,02 persen pada tahun 2006.

4.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini secara garis besar dibagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan dan moneter(otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan dan tanah serta jasa perusahaan. Sektor ini disebut sebagai sektor finansial yang bersifat mediator, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun penyaluranya kembali kepada masyarakat.

Kontiribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB sebesar 1,55 persen yang mengalami sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,46 persen.


(73)

Porsi terbesar diberikan oleh sub sektor Bank yaitu 0,74 persen di tahun 2006 yang meningkat dari 0,69 persen di tahun 2005, kemudian sub sektor persewaan banguna memberikan kontribusi sebesar 0,70 persen di tahun 2006 yang meningkat dari 0,66 persen di tahun 2005. Sub sektor lainya yaitu lembaga keuangan non bank, jasa penunjang keuangan dan jasa perusahaan memberi porsi yang rendah dibandingkan dengan sub sektor yang lainya.

4.9. Jasa-jasa

Pada sektor ini jasa-jasa digolongkan menjadi dua sub sektor yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jasa pemerintah lainya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lainya. Sub sektor swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan dan rumah tangga. Sejalan dengna perkembangan sektor penghasilan barang, sektor ini juga meningkat dan memiliki prospek yang baik, terutama sub sektor swasta yang memperlihatkan peningkatan diatas rata-rata sektor jasa keseluruhan.

Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke 2006 yaitu dari 7,83 persen menjadi 6,82 persen. Penyumbang terbesar masih pada sub sektor pemerintahan umum yaitu sebesar 7,78 persen dan sub sektor jasa swasta memberikan kontribusi sebesar 0,81 persen pada tahun 2006. Peranan sub sektor swasta dalam perkembanganya akan menjadi penting, terutama perananya sebagai pendukung aktivitas perekonomian dan pemerintahan


(74)

domestik yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat di masa mendatang.

B. PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2006 sebesar Rp. 2.552,75 milyar. Sektor pertanian kembali sebagai kontributor utama dengan perananya mencapai 65,27 %, selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebanyak 4,45 % dan sektor jasa-jasa sebesar 8,62 %. Sementara sektor lainya hanya memberikan kontribusi sebesar 11,66 % terhadap perekonomian Kabupaten Dairi.

Untuk melihat produktivitas ekonomi dengan mengabaikan inflasi maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan. Berdasarkan harga konstan 2000 PDRB Kabupaten Dairi tahun 2006 sebesar Rp. 1.704,13 milyar. Secara keseluruhan PDRB menurut harga berlaku per kapita tahun 2004 Kabupaten Dairi sebesar Rp. 8.934,9 ribu, mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 9.538,40 ribu atau menigkat sebesar 6,76 %.


(1)

DATA VARIABEL

Tahun Pajak

daerah(X1)

Retribusi daerah

(X2)

Laba BUMD

(X3)

Penerimaan

lain-lain (X4)

1985/1986 82767000 235163000 6560000

19296000

1986/1987 179166022 236562093 7979651

6470984.81

1987/1988 205604000 259387000 8401000

25574000

1988/1989 98413000 274719000 10601000 26710000

1989/1990 94662000 319306000 18467000 15866000

1990/1991 147447000 397314000 24333000

5180000

1991/1992 127726000 397499000 20000000

9416000

1992/1993 125620000 461530000 12520000

11270000

1993/1994 126249000 482020000 8264000

32068000

1994/1995 192270000 510230000 24210000

21510000

1995/1996 252692000 650496000 33063000

22056000

1996/1997 250830000 713814000 39135000

47965000

1997/1998 277880935 898939385 52546497.05 37343092

1998/1999 234814595 527712972 56267505 158382891.93

1999 303446257

502440000

-

38771895.61

2000

412867000

423481085

-

789848142

2001 861844370.58

2546887306

-

578801423.59

2002 1168870720.15

2751420764.42

-

626968048.59

2003 1418078660.32

1888885841.77

-

58679847.10

2004 1631506454.75

1873954382.52

-

1217792676.48

Sumber : Dairi dalam angka


(2)

HASIL REGRESI

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 02/16/08 Time: 23:14 Sample: 1985 2004

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -86216824 36813287 -2.342003 0.0334

X1 0.684434 0.089947 7.609330 0.0000

X2 0.284387 0.047702 5.961760 0.0000

X3 1.987405 1.176128 1.689786 0.1117

X4 0.023126 0.080496 0.287298 0.7778

R-squared 0.981460 Mean dependent var 4.67E+08 Adjusted R-squared 0.976515 S.D. dependent var 5.21E+08 S.E. of regression 79820649 Akaike info criterion 39.44078 Sum squared resid 9.56E+16 Schwarz criterion 39.68971 Log likelihood -389.4078 F-statistic 198.5099 Durbin-Watson stat 1.508059 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Hasil regresi variabel pajak daerah (X1) terhadap variabel retribusi daerah

(X2), laba BUMD (X3) dan lain-lain pendapatan yang sah (X4)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/18/08 Time: 15:31 Sample: 1985 2004

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 53957475 1.01E+08 0.531985 0.6020

X2 0.400743 0.086840 4.614733 0.0003

X3 -2.682832 3.199412 -0.838539 0.4141

X4 0.358391 0.205009 1.748170 0.0996

R-squared 0.810429 Mean dependent var 4.10E+08 Adjusted R-squared 0.774884 S.D. dependent var 4.68E+08 S.E. of regression 2.22E+08 Akaike info criterion 41.44981 Sum squared resid 7.88E+17 Schwarz criterion 41.64895 Log likelihood -410.4981 F-statistic 22.80032 Durbin-Watson stat 1.103690 Prob(F-statistic) 0.000005


(4)

Hasil regresi variabel (X2) terhadap variabel pajak daerah (X1), laba BBUMD

(X3) dan lain-lain pendapatan yang sah (X4)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/18/08 Time: 15:29 Sample: 1985 2004

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.93E+08 1.87E+08 1.034761 0.3162

X1 1.424845 0.308760 4.614733 0.0003

X3 2.079664 6.142001 0.338597 0.7393

X4 0.095291 0.421199 0.226236 0.8239

R-squared 0.755772 Mean dependent var 8.29E+08 Adjusted R-squared 0.709979 S.D. dependent var 7.77E+08 S.E. of regression 4.18E+08 Akaike info criterion 42.71830 Sum squared resid 2.80E+18 Schwarz criterion 42.91745 Log likelihood -423.1830 F-statistic 16.50420 Durbin-Watson stat 1.235008 Prob(F-statistic) 0.000037


(5)

Hasil regresi variabel (X3) terhadap variabel pajak daerah (X1), retribusi

daerah (X2) dan lain-lain pendapatan yang sah (X4)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 02/18/08 Time: 15:33 Sample: 1985 2004

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 21562310 5672199. 3.801402 0.0016

X1 -0.015691 0.018712 -0.838539 0.4141

X2 0.003421 0.010103 0.338597 0.7393

X4 -0.009841 0.016933 -0.581213 0.5692

R-squared 0.204556 Mean dependent var 16117383 Adjusted R-squared 0.055410 S.D. dependent var 17457370 S.E. of regression 16966822 Akaike info criterion 36.30827 Sum squared resid 4.61E+15 Schwarz criterion 36.50742 Log likelihood -359.0827 F-statistic 1.371516 Durbin-Watson stat 0.933607 Prob(F-statistic) 0.287273


(6)

Hasil regresi variabel (X4) terhadap variabel pajak daerah (X1), retribusi

daerah (X2), dan laba BUMD (X3)

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 02/18/08 Time: 15:34 Sample: 1985 2004

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10074354 1.14E+08 0.088136 0.9309

X1 0.447483 0.255972 1.748170 0.0996

X2 0.033463 0.147913 0.226236 0.8239

X3 -2.100960 3.614783 -0.581213 0.5692

R-squared 0.546841 Mean dependent var 1.87E+08 Adjusted R-squared 0.461874 S.D. dependent var 3.38E+08 S.E. of regression 2.48E+08 Akaike info criterion 41.67182 Sum squared resid 9.83E+17 Schwarz criterion 41.87097 Log likelihood -412.7182 F-statistic 6.435905 Durbin-Watson stat 2.412117 Prob(F-statistic) 0.004585