Sekolah Menengah Kejuruan SMK

40 rendah sebesar Rp294.817,13 dari yang ditetapkan overcosting, Kompetensi Keahlian Pemasaran sebesar Rp2.717.201,00 terdapat selisih lebih tinggi sebesar Rp60.534,48 dari yang ditetapkan underrcosting, dan Kompetensi Keahlian Tata Kecantikan sebesar Rp5.375.856,00 terdapat selisih lebih tinggi sebesar Rp2.719.188,94 dari yang ditetapkan undercosting. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama penelitian deskriptif kuatitatif, sama-sama menghitung biaya satuan unit cost perseta didik menggunakan model perhitungan Activity Based Costing. Perbedaan penelian ini adalah penelitian membandingkan hasilnya dengan model perhitungan tradisional. Perbedaan yang lain adalah berbeda tempat penelitian, jenis dan jumlah kompetensi keahlian yang dihitung biaya satuannya berbeda. 3. Rika Agustina S. 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Perhitungan Biaya Satuan Pendidikan di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan biaya satuan per peserta didik per tahun yang meliputi 1 biaya satuan investasi personalia sebesar RP35.188,00; 2 biaya satuan non personalia sebesar Rp199.825,00; 3 biaya satuan operasional personalia sebesar Rp1.405.651,00; 4 biaya satuan operasional non personalia Rp1.200.936,00; 5 total biaya satuan pendidikan Rp2.841.599,00. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama penelitian deskriptif kuantitatif, sama-sama menghitung biaya satuan unit cost perseta didik. Perbedaan penelian ini adalah model perhitungan yang digunakan yakni model tradisional yakni dengan 41 menjumlahkan seluruh komponen biaya per tahun lalu dibagi dengan jumlah peserta didik serta lebih menekankan pada unit cost tiap kategori biaya. Perbedaan yang lain adalah berbeda tempat penelitian yakni di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. C. Kerangka Berfikir SMK N 1 Wonosari merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan berstatus negeri yang memiliki lima paket keahlian. Hingga saat ini SMK N 1 Wonosari belum menerapkan analisis perhitungan biaya khususnya analisis perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, yang berdampak pada keterbatasan sekolah dalam mengungkap dan menyediakan informasi-informasi penting terkait biaya pendidikan. Padahal informasi penting tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan pendidikan termasuk bagi administrator sekolah itu sendiri, sebagai materilandasan pengambilan keputusan terkait perencanaan, penentuan, dan pengawasan biaya pendidikan. Keterbatasan informasi terkait biaya pendidikan yang mampu disediakan oleh sekolah dapat menyulitkan administrator sekolah dalam mengidentifikasi besarnya konsumsi sumberdaya untuk setiap aktivitas, sehingga memungkinkan terjadinya ketidakakuratan pembebanan biaya. Ketidakakuratan pembebanan biaya inilah yang kemudian menyebabkan ketidaktepatan pengambilan dan penetapan keputusan baik terkait besarnya pengalokasian dana untuk tiap aktivitas maupun penetapan tarif biaya pendidikan untuk setiap siswa antar paket keahlian. 42 Activity Based Costing merupakan model perhitungan akuntansi yang mengukur pembebanan biaya dengan didasarkan pada konsumsi sumberdaya atas aktivitas yang dilakukan. Penerapan model perhitungan Activity Based Costing diharapkan menjadi alternatif bagi SMK N 1 Wonosari untuk menghitung harga pokok kegiatan pelayanan pendidikan per siswa per paket keahlian guna menentukan besarnya biaya satuan unit cost siswa pada masing- masing paket keahliannya dengan mengidetifikasi aktivitas sebagai objek biaya dasar fundamental dan membebankan biaya berdasarkan aktivitas yang mengkonsumsi sumberdaya. Penerapan model perhitungan sistem ABC ini diharapkan mampu menghasilkan informasi terkait pembebanan biaya pada masing-masing aktivitas dan besarnya biaya satuan unit cost secara lebih akurat dengan melakukan penelusuran tidak hanya pada seluruh siswa di sekolah namun lebih kepada tiap unit siswa dari masing-masing paket keahlian. Selanjutnya, penerapan analisis perhitungan biaya ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengungkap permasalahan pemborosan dan inefisiensi internal berikut alternatif kemungkinan cara mengatasinya, serta memberikan saran cara untuk meningkatkan produktivitas eksternal dan keuntungan pendidikan melalui investasi pendidikan yang terarah. Penerapan model perhitungan dengan sistem ABC akan dilakukan dengan melalui beberapa tahap, antara lain tahap pengidentifikasian aktivitas, transformasi anggaran belanja dari laporan keuangan ke aktivitas, pengumpulan biaya dalam cost pool, serta pengidentifikasian dan perhitungan