TINJAUAN HISTORIS SEKALA BEKHAK SEBAGAI MUASAL KEBERADAAN KERATUAN ADAT LAMPUNG

(1)

TINJAUAN HISTORIS SEKALA BEKHAK SEBAGAI MUASAL KEBERADAAN KERATUAN ADAT LAMPUNG

Oleh

OKTAVIYANTI SUBING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS SEKALA BEKHAK SEBAGAI MUASAL KEBERADAAN KERATUAN ADAT LAMPUNG

Oleh

OKTAVIYANTI SUBING

Secara umum masyarakat adat Lampung dibedakan menjadi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin atau Pesisir dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat Lampung Pesisir biasanya sebagian besar mereka banyak tinggal di daerah pantai pesisir termasuk masyarakat Krui, Ranau, Komering sampai Kayu Agung. Dan masyarakat adat Lampung Pepadun sebagian besar mereka tinggal di daerah pedalaman Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung, Menggala dan Buay Lima.

Sehubungan dengan adanya Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keberadaan Keratuan adat Lampung, ada empat orang Datu atau Keratuan yaitu, Keratuan Datu Di Puncak mengambil arah ke Puncak bukit, Keratuan datu di pugung mengambil tempat di Punggung Bukit, Keratuan Datu di Belalau mengambil tempat di tengkuk bukit dan yang terakhir adalah Keratuan datu di Pemanggilan mengambil tempat di bukit Pesagi. Maka salah satu masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalang tentang sekala Bekhak Sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung Pesisir. Merupakan Keturunan Puyung lunik di way andak mengangkat dirinya menjadi Ratu di kampungnya yang disebut ratu menangsi. Hal ini dilakukan karena orang Abung, Pubian dan lain-lain telah mendirikan adat masing-masing dalam pemukimannya.

Berdasarkan uraian diatas masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses Sekala Bekhak sebagai muasal keberadaan Keratuan adat lampung pesisir? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses Sekala Bekahak sebagai muasal keberadaan Keratuan Adat Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan fokus penelitianproses sekala bekhak sebagai muasal keberadaan keratuan adat lampung.. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.


(3)

Dari penelitian diperoleh hasil bahwa Keratuan di pesisir timbulnya jauh di belakang masa keturunan di Bukit gunung pesagi. Kedatuan empat di sekala Bekhak masing-masing tempat bermukim Datu yang berpagar keliling dari galih kayu. Jadi dapat diumpamakan seorang putri untuk pimpinan rombongan bersama keluarganya dan warga yang dipimpinnya. Itulah sebabnya disebut Kedatuan atau Kedatun karena tempat Datu. Sedangkan tempat Ratu yang di Pesisir tidak ada keratonnya. Jadi sama halnya dengan Penyimbang dengan sebutan ditempat lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sekala Bekhak merupakan sebuah Peradaban Kuno yang besar menghasilkan banyak produk-produk kebudayaan suber sejarah berupa Tambo dan silsilah dalam huruf Lampung yang ditulis di atas tanduk kerbau, kulit kayu dan dalung sebelum adanya kertas.Keratuan di Pesisir timbulnya jauh di belakang masa Kedatuan di Gunung Bukit Pesagi. Kedatuan empat di Sekala Bekhak masing-masing tempat bermukim Ratu yang berpagar keliling dari gilih kayu. Kepunahan Ratu Di Pugung karena di landa lahar dan musnahnya Ratu Bualaw karena takluk dan dihancurkan. Sedangkan Ratu yang tiga hilang akibat dari persengkongkolan antara Ratu Darah Putih Raden Intan mengakibatkan pudarnya Ratu Menangsi dan Ratu Melinting.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 4

1. Indentifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tinjauan Historis ... 7

2. Konsep Sekala Bekhak ... 8

3. Konsep Keratuan ... 9

4. Konsep Adat Lampung ... 10

5. Kerangka Pikir ... 11


(7)

III. Metode Penelitian

A. Metode Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Teknik Pengumpulan Data ... 19

1. Teknik Kepustakaan ... 19

2. Teknik Dokumentasi ... 20

3. Teknik Analisis Data ... 20

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 23

1. Gambaran Umum Lampung ... 23

a. Letak Giografis Wilayah Lampung ... 23

b. Kebudayaan Lampung ... 23

c. Sejarah Berdirinya Kepaksian Sekal Bekhak ... 24

d. Perpindahan Warga Negeri Sekala Bekhak ... 28

e. Ketetapan Adat Tentang Pepadun dan Hirarki Adat Dalam Kepaksian ... 31

2. Proses Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir ... 35

a. Latar Belakang Timbulnya Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir ... 35

b. Pelaksanaan Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir ... 39 c. Dampak Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keberadaan Keratuan


(8)

B. Pembahasan ... 44 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum masyarakat Lampung dibedakan menjadi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat Lampung Peminggir biasanya sebagian besar mereka banyak tinggal di daerah pantai pesisir termasuk masyarakat Krui, Ranau, Komering sampai Kayu Agung. Dan masyarakat adat Lampung Pepadun sebagian besar mereka tinggal di daerah pedalaman Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung, Menggala dan Buay Lima.

Dalam catatan Kitab Tiongkok Kuno yang disalin oleh Groenelt kedalam Bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi, disebutkan kisah Kerajaan Kendali yang terletak diantara Pulau Jawa dan Kamboja Prof Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of The Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun-tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563. Yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali ibukota Kecamatan Belalau sekarang nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan


(10)

berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasah melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bkanlah suatu nama.

Sekala Bekhak Kuno menjalin kerja sama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan-Kerajaan lain di Nusantara, bahkan dengan India dan Cina. O.W. Wolters dari Cornell Uneversity dalam bukunya Early Indonesian Commerce, Cornell University Pres, Ithaca, New York, 1967 halaman 160 mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan dengan cina pada abad ke 5 dan 6 yaitu.

Kendali di Andalas dan Holotan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala Bekhak yang ada di selatan Andalas dan menghadap kearah Sumudera Hindia.

Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 saka yang ditemukan di Bunuk Tenuwakh Liwa, terpahat nama Raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada Prasasti. Prasasti ini terkait dengan Sekala Bekhak Kuno, Prof Dr Louis Charles Damais dalam buku Epigrafi dan sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26, 45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan Prasasti ini, tercantum pada baris ke 7, menurut pembacaan Prof Dr Louis Charles Damais namanya adalah Baginda Sri Hari Dewa.

Para Payung Bangsa Lampung menempati dataran tinggi Sekala Bekhak di lereng Gunung Pesagi, sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Bekhak dan beliau menyebut To_Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa


(11)

3

Hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To_Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Bekhak adalah puncak tertinggi di Tanoh Lampung.

Dalam buku The History of Sumatera karya William Marsdn, The Secretary to the President an The council of Port of Port Marlborouggh Bengkulu, 1779, diketahui asal usul penduduk asli Lampung. Di dalam bukunya William Marsdn mengungkapkan “Apabila Tuan Tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung tentang darimana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang Luas”. Dari tulisan ini bias disimpulkan bahwa Gunung yang dimaksud adalah Gunung Pesagi sedangkan Danau tersebut adalah Danau Ranau.

Prof Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung berdasarkan Kuntara Raja Niti sebagai berikut, Inder Gajah gelar Umpu Bejalan Di Way kedudukan Puncak Dalom menurunkan Abung, Pak Lang gelar Umpu Pernong kedudukan Henibung menurunkan Pubiyan, Sikin gelar Umpu Nyerupa kedudukan Tampak Siring menurunkan Jelma Daya, Belunguh gelar Umpu Belunguh kedudukan Barnasi menurunkan Peminggir, Indarwati gelar Putri Bulan kedudukan Cenggikhing Way Nekhima menurunkan Tulang Bawang.

Pada Masyarakat Adat Lampung Sebatin keturunan Datu Di Belalau meliputi empat kebuayan (marga) asal, sebenarnya ada pepadun yang pertama dari Kayu Lemasa Kepampang. Oleh karena mereka menganut adat Daatu Empat di Bukit Pesagi, maka sistim pepadun yang diduplikatkan kepada ebuayan yang lebih muda


(12)

tidak mereka pakai. Akibat sistim pemilikan pepadun yang tidak mereka kembangkan sedangkan masyarakatnya sduah jauh berkembang secara kwantita dan kwanlita, maka dahulu telah timbul perembutan hak dalam penugasan Pepadun tersebut.

Sehubungan dengan adanya Sekala Bekhak SebagaiMuasal Keberadaan Keratuan adat Lampung, ada empat orang Datu atau Keratuan yaitu, Keratuan Datu Di Puncak mengambil arah ke Puncak bukit, Keratuan datu di pugung mengambil tempat di Punggung Bukit, Keratuan Datu di Belalu mengambil tempat di tengkuk bukit dan yang terakhir adalah Keratuan datu di Pemanggilan mengambil tempat di bukit Pesagi. Maka salah satu masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalang tentang sekala Bekhak Sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung Pesisir. Merupakan Keturunan Puyung lunik di way andak mengangkat dirinya menjadi Ratu di kampungnya yang disebut ratu menangsi. Hal ini dilakukan karena orang Abung, Pubian dan lain-lain telah mendirikan adat masing-masing dalam pemukimannya. Dia tidak menyebut dirinya penyimbang dengan gelar Minak dan sebagainya melainkan memakai sebutan Ratu atau Datu (Abdullah, A.Soebing, 1988:9).

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(13)

5

1. Sekala Bekhak sebagai muasal keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir.

2. Sekala Bekhak sebagai muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung Pepadun.

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang diambil penulis dari penelitian ini yaitu, Sekala Bekhak sebagai muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah proses Skala Bekhak sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung Pesisir?”

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses Sekala bekhak sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung Pesisir.

2. Untuk mengetahuistruktur masyarakat pada orang Lampung Pesisir.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(14)

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai pedoman penyusunan karya tulis ilmiah bagi para peneliti selanjutnya.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek penelitian yaitu: 1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bidang ilmu sejarah dengan wilayah kajian sejarah yang membahas tentang sSekala Bekhak sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung.

2. Ruang lingkup subjek

Subjek penelitian ini adalah Tinjauan Historis tentang Sekala Bekhak sebagai muasal keberadaan keratuan adat Lampung.

3. Tempat Penelitian di laksanakan di Perpustakaan Derah Lampung, Perpustakaan Pemerintah Kota Bandar Lampung, dan Perpustakaan Pemerintah Provinsi Lampung


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka

1. Konsep Tinjauan Historis

Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan. Sedangkan kata Historis berasal dari bahasa Yunani yaitu merupakan kata benda Istoria yang berarti ilmu. Kata Histori dalam Bahasa Jerman yaitu Geschichte yang berarti sesuatu yang telah terjadi. (Lukman Ali, 19911061)

Tinjauan adalah hasil meninjau pandangan, pendapat tentang suatu hal sesudah menyelidiki atau dipelajari. (Hasan Almi, 2005:1198)

Dalam bahasa Indonesia kata historis lebih dikenal dengan istilah sejarah. Pengertian sejarah adalah cerita perubahan, peristiwa atau kejadian masa lampau yang telah diberi tafsiran atau alas an dan dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap. (Poewantana dan Hugiono, 1987:2)

Definisi yang paling umum dari kata history yaitu masa lampau umat manusia. (Nugroho Notosusanto, 1645:27)


(16)

Sejarah sebagai rekonstruksi masa lalu (Kuntowijoyo, 1995:7).

Sejarah adalah ilmu pengetahuan pada umumnya yang berhubungan dengan cerita tentang kejadian dalam masyarakat pada waktu yang lampau sebagai hasil penyelidikan bahan-bahan atau tanda-tanda yang lain”. (Moh. Yamin dan Husin Sayuti, 1974:74)

Sejarah adalah:

Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang meneliti secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat dimasa lampau beserta kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan pedoman bagi penelitian dan penentuan keadaan sekarang serta mengarah pada proses masa depan. (R. Ruslan Abdulgani kutipan Muhammad Ali) Jadi penulis menyimpulkan bahwa tinjauan historis merupakan suatu kajian mengenai sejarah atau tinjauan mengenai objek yang diteliti berdasarkan bukti-bukti sejarah baik tertulis maupun pada masa yang akan dating dan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

2. Konsep Sekala Bekhak

Sekala Bekhak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung, yang melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran Kerajaan Sekala Bekhak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Ada beberapa teori tentang Etimologi sekala Bekhak (Diandra Natakembahang:2005), yaitu:


(17)

9

1. Sekala Brha yang berarti titisan Dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno)

2. Segara brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)

3. Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyank dan luas. (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan Dataran tingginya)

Jadi penulis menyimpulkan bahwa sekala Bekhak merupakan warahan secara turun-temurun dalam adat budaya Lampung, juga dapat diartikan sebagai tumbuhan Sekala dalam jumlah yang banyak dan tumbuhan tersebut banyak terdapat di Dataran Tinggi Gunung Pesagi.

3. Konsep Keratuan

Kata Keratuan berasal dari kata Ratu yang berarti raja-raja atau suatu Kerajaan. Namun Keratuan juga bukan merupakan Kerajaan yang berdiri dengan Keratonnya, mereka hanya merupakan perkampungan biasa dan rumahpun seperti yang lainnya. Sedangkan sebutan Ratu atau Datu tidak lebih daripada panggilan terhadap kepala rombongan atau kepala adat. {Abdullah, 1988, Hal:8).

Keratuan Adat Lampung dipimpin orang Lampung yang pernah berdiri sekitar abad 14. Di dalam keratuan orang Lampung terdapat keratuan yang masing-masing memiliki pimpinan yaitu dari Keratuan Adat Lampung Pesisir dan Keratuan Adat dari Lampung Pepadun.


(18)

Adapun Keratuan tersebut adalah:

1. Keratuan yang dipimpin oleh Indokh Gajah adok Katu Di Puncak Lampung Abung, berpusat di Cangguk Rancak Way Ranaw pada Keratuan Adat Lampung Pepadun.

2. Keratuan yang dipimpin Belunguh Lampung Belalau Krui, berpusat di Way Mincang pada Keratuan Adat Lampung Pesisir.

3. Keratuan yang dipimpin oleh Paklang Lampung Pubian, berpusat disekitar Way Pengubuan dan Way Pubian, pada Keratuan Adat Lampung Pepadun. 4. Keratuan yang dipimpin Ratu Di Pugung berpusat disekitar Labuhan

Meringgai dan Jabung, Lampung Melinting.

5. Keratuan yang di pimpin oleh Ratu Dara Putih berpusat di Kuripan Kalianda Lampung Melinting.

Kemudian pada sekitar akhir abad ke-16 Masehi, pernah pula berdiri Keratuan Pugung milik Lampung Pubian yang berpusat di daerah Kolonisasi Gedung Tataan, antara Pasar Gadinrejo dan Gedung Tataan. Keratuan ini bersifat kekerabatan yang sangat besar dipengaruhi Banten. (Hilman Hadikusuma, 1978:138)

Jadi penulis menyimpulkan bahwa Keratuan atau Datu merupakan suatu raja-raja ataupun kerajaan yang memiliki kepala adat ataupun yang mempunyai keturunan adat itu sendiri.

4. Konsep Adat Lampung

Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi


(19)

11

masyarakat pendukungnya. Di Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. Adat telah melembaga dalam dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga.

Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga bahkan masyarakatnya.Anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau

Kata Lampung berasal dari kata Lappung merupakan singkatan dari melampung. Asal sebutan Lampung ada dua macam, yaitu:

1. Bahwa orang yang menurunkan Suku Lampung ini dengan nama Appu Serunting Satti adalah orang yang tidak bias terendam dalam air atau sungai, dengan kata lain bila ia menyelam selalu terapung atau melampung karena itu ia dipanggil si Lampung (Sai Lampung).

2. Bahwa daerah ujung Pulau Sumatera ini dikatakan dahulu merupakan daerah yang seolah-olah terapung di laut dan hanya dihubungkan oleh Bukit Barisan.

Jadi penulis menyimpulkan bahwaAdat Lampung merupakan kebiasan-kebiasaan atau norma-norma dalam masyrakat yang terbentuk atas dua masyarakat adat diantaranya masyrakat adat lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung saibatin yang masing-masing memiliki cirri-ciri tersendiri.


(20)

B. Kerangka Pikir

Asal-muasal penduduk Lampung itu ternyata mereka berasal dari Paguruyung, disebutkan bahwa ketika itu Paguruyung diserang musuh dari india penduduk setempat mengalami kekalahan karena musuh telah menggunakan senjata dari besi, sedang rakyat menggunakan alat dari nibung. Mereka kemudian melarikan diri ada yang melalui sungai Rokan sebagian melalui laut dan terdampar di Hulu Sungai Ketaun di Bengsuku Batak yang terdampar di Gowa Sulawesi Selatan dengan menurunkan Suku Bugis, sedangkan yang terdampar di Sungai Krui lalu menyebar ke dataran tinggi Sekala Bekhak, mereka inilah yang menurunkan Suku Lampung.

Sebelum kedatangan Para Umpu dari Paguruyung, Sekala Bekhak dihuni oleh Suku Tumi. Para Umpu menaklukkan Suku Tumid an mendirikan Konfederasi Paksi Pak Sekala Bekhak, kemudian Para Umpu-umpu bernazar sebagai berikut, Umpu Bejalan Di Way bernazar menjadi seorang yang gagah berani, Umpu Nyerupa meminta untuk seurang yang sakti, Umpu Belunguh meminta kemakmuran dan kekayaan, Umpu Pernong bernazar untuk menjadi seorang yang cerdik dan pandai.

Sekala Bekhak sebagai sebuah Peradaban Kuno yang besar menghasilkan banyak produk-produk kebudayaan. Salah satu eksistensi terbesar dari Sekala Bekhak adalah diciptakannya Had Lampung oleh raja-raja di sekala Bekhak pada Abad ke 9 Masehi. Setelah terciptanya Had Lampung, raja-raja Sekala Bekhak mendokumentasikan Sumber sejarah berupa Tambo dan silsilah dalam huruf


(21)

13

Lampung yang ditulis dengan benda tajam di atas tanduk kerbau yang mengkilat, kulit kayu dan dalung sebelum adanya kertas.

Di dalam kehidupan, tepatnya di Sekala Bekhak Takit Pesagi berdirilah perkampungan atau bias disebut Tiyuh. Mereka masing-masing mendirikan Kedatuan yang mereka anggap tepat dari segala segi. Kedatuan ini menjadi tempat kediaman keluarga berikut yang mengikutinya dan merupakan bagian dari perkampungan mereka. Sedangkan sebutan Datu diberikan kepada pimpinan rombongan yang ditunjuk mereka selaku orang yang di hormati dan berwibawa diantara mereka.

Empat orang Datu dengan kedatuannya ini merupakan cirri khas daripada pembentukkan kampong bagi orang Lampung. Kedatuan yang dimaksud adalah:

1. Keratuan datu di Puncak mengambil tempat arah ke Puncak Bukit. 2. Keratuan Datu di Pugung mengambil tempat di Punggung Bukit. 3. Keratuan Datu di Belalau mengambil tempat di tengkuk bukit

4. Keratuan Datu di Pemanggilan mengambil tempat yang strategis dalam menyampaikan panggilan kepada warga Bukit Pesagi.

Keadaan aman dan tentram mereka nikmati di Kampung sekala Bekhak rupanya tidak bias berjalan untuk beberapa generasi. Mereka telah melihat akan kemungkinan terjadi penguasaan oleh kekuatan lebih besar yang dating dari luar. Untuk itu mereka harus Untuk menghindari penguasaan atas mereka, agar dapat menduduki daerah seluas mungkin, maka satu-satunya cara adalah melakukan perpindahan dengan menyebar. Sebelum melaksanakannya mereka terlebih


(22)

dahulu melakukan perundingan yang menghasilkan kesepakatan dalam melaksanakan rencana tersebut. Kesepakatan itu diwujudkan dalam bentuk Bekasam dari siamang Putih yang disimpan dalam sebuah gentong. Gentong berisi tersebut baru dapat dibuka kembali apabila keturunan mereka bersatu kembali di Sekala Bekhak.

Dalam perjanjian itu juga ditetapkan bahwa hak prnguasaan atas adat berda atas Datu di Puncak dan keturunanya, sedangkan benda-benda yang berat seperti Gentong emas, Pepadun, Tongtong atau Kentongan dan lain-lain tetap pada mereka yang tinggal di sana. Datu di Puncak selaku pimpinan pra Datu dan pemegang hak adat pergi berpindah dan diikuti oleh Datu di Punggung dan Datu di Pemanggilan masing-masing bersama keluarga, keturunan dan warga kedatuan mereka. Sedangkan datu di Belalu tetap tinggal di Sekala Bekhak sebagai pemegang amanat baik mengenai barang-barang maupun daerah yang merupakan milik mereka bersama. Perpindahan dan penyebaran ini mereka laksanakan dengan menempati daerah mulai dari batas Way komring hingga Pantai Selatan dan Timur daerah Lampung. Pusat mereka berada di Canguk Ratcak Way Rerem yaitu tempat pemukiman keturunan Datu di Puncak dan berbagai Jurai keturunan datu di Pemanggilan.


(23)

15

C. Paradigma

Sekala Bekhak

Latar Belakang Pelaksanaan Akibat

Keratuan Adat Lampung

Keterangan :

: Garis Sebab : Garis Akibat


(24)

PENELITIAN A. Metode yang digunakan

Dalam melakukan kegiatan ilmiah terdapat suatu metode yang harus dipakai oleh penulis, metode yang tepat dan sistematis sebagai suatu penentu kea rah pemecahan masalah. Metode adalah cara yang seharusnya ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Penelitian historis adalah:

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramaikan kejadian atau keadaan masa yang akan dating.

(Husin Sayuti, 1989:32)

Metode historis lebih memusatkan pada masa lalu yang berupa peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, dan arsip-arsip. Data tersebut tidak hanya sekedar diungkapkan dari sudut kepentingan sejarahnya, namun untuk memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu. Masalah yang diselidiki oleh peneliti pada dasarnya terbatas pada data yang sudah ada.


(25)

17

Tujuan penelitian historis adalah untuk rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan menginteskan bukti-bukti untuk memperoleh kesimpulan.

Langkah-langkah dalam penelitian historis adalah:

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah 2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak sejarah itu asli atau palsu

3. Interpretasi adalah setelah mendapatkan fakta-fakta yang diperlukan maka kita harus merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal

4. Historiografi adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian

(Nugroho Notosusanto, 1974:11)

Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah:

1. Heuristik

Pada tahap ini peneliti mencoba mencari dan mengumpulkan data-data yang diperlukan yang bersumber dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yang berjudul Tinjauan Historis Sekala Bekhak sebagai Muasal Keberadaan Keratuan Adat Lampung

2. Kritik

Setelah data terkumpul, kegiatan peneliti selanjutnya adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat untuk menguji apakah data-data tersebut valid atau tidak, serta layak dan menunjang penelitian yang dilakukan.

3. Interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang telah didapatkan selanjutnya peneliti berusaha untuk melakukan analisis data atau melakukan pembentukkan dan generalisasi sejarah.


(26)

4. Historiografi

Pada tahap akhir ini peneliti melakukan penyusunan suatu penulisan dalam bentuk laporan tersusun konsep sejarah yang sistematis.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian sebagai factor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 2000:72). Variabel adalah “suatu objek penelitian atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu peneliti”. (Suharsimi Arikunto, 1989:19)

Variabel penelitian adalah suatu yang digunakan sebagai cirri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep.

(Notoadmojo, 2002:76)

Sedangkan yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah “Beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah”. (Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa variable merupakan suatu gejala yang menjadi objek atau perhatian utama dalam penelitian. Adapun variabel yang diajukan dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu sejarah keberadaan Keratuan Adat Lampung Pesisir.


(27)

1

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam matrial yang terdapat di ruang perpustakaan seperti Koran, naskah, catatan-catatan kisah sejarah, dokumentasi dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koenjaraningrat,1983:420)

Teknik kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, memahami, dan membuat catatan-catatan teori dari berbagai buku yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti, yang dalam hal ini adalah buku-buku tentang budaya, teknik penelitian dan berbagai literature lainnya yang mendukung terhadap masalah yang diteliti yang mengenai fungsi keberadaan Keratuan Persekutuan Adat di Sekala Bekhak.

Mamfaat dari penggunaan teknik kepustakaan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apakah topic penelitian kita telah diteliti oleh orang lain sebelumnya, sehingga penelitian kita bukan hasil duplikasi.

b. Untuk mengetahui hasil penelitian orang lain yang ada kaitannya dengan penelitian kita sehingga kita dapat memamfaatkannya sebagai bahan refrensi tambahan.

c. Untuk memperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah dalam penelitian kita.

d. Untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang telah ditetapkan. (Muhammad Nazir, 1989:97)


(28)

2. Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi merupakan teknik penelitian yang penting dalam penelitian ilmiah. Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan permasalahan penelitian, baik dari sumber dokumen maupun dari buku-buku, Koran, majalah dan lain-lain.selain menggunakan cara-cara itu, penulis jg menggunakan teknik pengumpulan data dengan memamfaatkan fasilitas internet. Pertimbangan utamanya karena internet merupakan jaringan dunia maya yang sangat luas dan lintas baras, sehingga memungkinkan untuk mengakses data penting akan tetapi mungkin data tersebut berada di lokasi yang jauh dan juga informasi atau data yang diperoleh melalui fasilitas ini biasanya melalui diperbaharui. Pencarian data melalui internet akan dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin pencari (searh engine) seperti www.google.com dan

www.wikipedia.com

3. Teknik Analisis Data

Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, yang berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan karangan para sejarawan, sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian. Menurut Koentjaraningrat teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan bersifat monografi atau kasus-kasus dan tidak berbentuk angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara statistic (Koentjaraningrat, 1977:338).


(29)

21

Penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan untuk suatu kebenaran atau sebaiknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya. (Joko Subagyo, 1997:106)

Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang mengelompokkan, membuat suatu manipulasi serta menyikat data sehingga mudah dicerna. Dalam mengadakan analisis data yang perlu diingat bahwa data yang diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin dipecahkan dan informasi merupakan data yang dapat menjawab sebagian ataupun dari masalah yang hendak diteliti. (Zasir, 1998:419)

Dengan analisis kualitatif ini diharapkan dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang akan diteliti guna mendapatkan kesimpulan sesuai dengan kondisi.

Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Muhammad Ali yaitu:

1. Penyusunan data, digunakan untuk mempermudah dalam penelitian hal ini menyangkut apakah data yang dibutuhkan sudah memadai atau tidak perlu melakukan seleksi.

2. Klasifikasi data, merupakan usaha penggolongan data berdasarkan kategori tertentu yang dibuat oleh peneliti.


(30)

3. Pengolahan data, data-data yang dimasukkan kemudian diolah dengan jalur menyaring dan mengatur apakah data-data tersebut dapat digunakan atau tidak.

4. Penyimpulan data, setelah diadakan pengolahan data maka untuk langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. (Muhammad Ali, 1985:152)


(31)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dibahas, diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Sekala Bekhak merupakan sebuah Peradaban Kuno yang besar menghasilkan banyak produk-produk kebudayaan suber sejarah berupa Tambo dan silsilah dalam huruf Lampung yang ditulis di atas tanduk kerbau, kulit kayu dan dalung sebelum adanya kertas. Sejarah berdirinya keberadaan Paksi Pak sekala Bekhak erat kaitannya dengan berdirinya marga atau budaya Lain baik yang ada di wilayah Lampung barat maupun di wilayah-wilayah lain di Provinsi Lampung.

Dalam periode islam, Buay Kenyangan diakui Buay Pernong dan tidak dihilangkan. Kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan dan kekuasaan. Paksi Pak Sekala Bekhak adalah mutlak sebagai masyarakat adat bersendikan islam, Trah darah keturunan Paksi Pak Sekala Bekhak inilah yang menyebar ke Pesisir Selatan Lampung.

Diketahui pula adanya silsilah keturunan Kepaksian Sekala Bekhak yang termasuk sudah cukup tua yaitu berkisar antara 20 sampai dengan 24 generasi. Silsilah ini yang tertulis secara garis lurus menurut garis keturunan anak tertua laki-laki. Hal ini telah cukup memadai kendatipun belum tertulis secara lengkap silsilah menyamping kea rah keturunan saudara-saudara kandung dan


(32)

yang berkaitan dengan silsilah-silsilahnya dari marga atau Buay yang ada di wilayah Sekala Bekhak pada umumnya. Secara umum dapat ditarik benang merah bahwa Masyarakat suku Lampung adalah satu keturunan, sama-sama berasal dari nenek moyang yang sama dan berasal dari wilayah yang sama yaitu sekala Bekhak

2. Di sekala Bekhak Takit Pesagi dahulu didirikan sebuah perkampungan atau tiyuh yang masing-masing didirikan oleh kedatuan di tempat. Kedatuan ini menjadi tempat kediaman warga yang merupakan bagian dari perkampungan mereka. Sebutan datu diberikan kepada pimpinannya yang ditunjuk mereka selaku orang yang dihormati dan berwibawa diantara mereka. Adapun keekmpat orang Datu dengan Kedatuannya yaitu kedatuan datu di Puncak, kedatuan datu di Pugung, Kedatuan datu di Belalau dan Kedatuan datu di Pemanggilan.

Mereka yang tinggal di sekala Bekhak bukit Pesagi bagian dari pemukiman mereka disebut Kedatuan. Setelah mereka berpencar beberapa generasi kemudian pemukiman mereka di daerah muara sungai, beberapa diantaranya menamai

3. Keratuan di Pesisir timbulnya jauh di belakang masa Kedatuan di Gunung Bukit Pesagi. Kedatuan empat di Sekala Bekhak masing-masing tempat bermukim Ratu yang berpagar keliling dari gilih kayu. Kepunahan Ratu Di Pugung karena di landa lahar dan musnahnya Ratu Belalau karena takluk dan dihancurkan. Sedangkan Ratu yang tiga hilang akibat dari persengkongkolan


(33)

50

antara Ratu Darah Putih Raden Intan mengakibatkan pudarnya Ratu Menangsi dan Ratu Melinting.

B. Saran

Dalam Kepaksian di Paksi Pak sekala Bekhak memiliki hirarki adat dari yang tertinggi sampai yang rendah. Kepangkatan seseorang dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan, akan tetapi ditentukan oleh asal keturunan, akhlak dan pengikut dalam lingkungan adat. Oleh karena itu perlu adanya musyawarah adat untuk mengetahui lebih lanjut atau dalam keberadaan keratuan di Paksi Pak Sekala Bekhak.


(34)

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dibahas, diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Sekala Bekhak merupakan sebuah Peradaban Kuno yang besar menghasilkan banyak produk-produk kebudayaan suber sejarah berupa Tambo dan silsilah dalam huruf Lampung yang ditulis di atas tanduk kerbau, kulit kayu dan dalung sebelum adanya kertas. Sejarah berdirinya keberadaan Paksi Pak sekala Bekhak erat kaitannya dengan berdirinya marga atau budaya Lain baik yang ada di wilayah Lampung barat maupun di wilayah-wilayah lain di Provinsi Lampung.

Dalam periode islam, Buay Kenyangan diakui Buay Pernong dan tidak dihilangkan. Kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan dan kekuasaan. Paksi Pak Sekala Bekhak adalah mutlak sebagai masyarakat adat bersendikan islam, Trah darah keturunan Paksi Pak Sekala Bekhak inilah yang menyebar ke Pesisir Selatan Lampung.

Diketahui pula adanya silsilah keturunan Kepaksian Sekala Bekhak yang termasuk sudah cukup tua yaitu berkisar antara 20 sampai dengan 24 generasi. Silsilah ini yang tertulis secara garis lurus menurut garis keturunan anak tertua laki-laki. Hal ini telah cukup memadai kendatipun belum tertulis secara lengkap silsilah menyamping kea rah keturunan saudara-saudara kandung dan


(35)

49

yang berkaitan dengan silsilah-silsilahnya dari marga atau Buay yang ada di wilayah Sekala Bekhak pada umumnya. Secara umum dapat ditarik benang merah bahwa Masyarakat suku Lampung adalah satu keturunan, sama-sama berasal dari nenek moyang yang sama dan berasal dari wilayah yang sama yaitu sekala Bekhak

2. Di sekala Bekhak Takit Pesagi dahulu didirikan sebuah perkampungan atau tiyuh yang masing-masing didirikan oleh kedatuan di tempat. Kedatuan ini menjadi tempat kediaman warga yang merupakan bagian dari perkampungan mereka. Sebutan datu diberikan kepada pimpinannya yang ditunjuk mereka selaku orang yang dihormati dan berwibawa diantara mereka. Adapun keekmpat orang Datu dengan Kedatuannya yaitu kedatuan datu di Puncak, kedatuan datu di Pugung, Kedatuan datu di Belalau dan Kedatuan datu di Pemanggilan.

Mereka yang tinggal di sekala Bekhak bukit Pesagi bagian dari pemukiman mereka disebut Kedatuan. Setelah mereka berpencar beberapa generasi kemudian pemukiman mereka di daerah muara sungai, beberapa diantaranya menamai

3. Keratuan di Pesisir timbulnya jauh di belakang masa Kedatuan di Gunung Bukit Pesagi. Kedatuan empat di Sekala Bekhak masing-masing tempat bermukim Ratu yang berpagar keliling dari gilih kayu. Kepunahan Ratu Di Pugung karena di landa lahar dan musnahnya Ratu Belalau karena takluk dan dihancurkan. Sedangkan Ratu yang tiga hilang akibat dari persengkongkolan


(36)

antara Ratu Darah Putih Raden Intan mengakibatkan pudarnya Ratu Menangsi dan Ratu Melinting.

B. Saran

Dalam Kepaksian di Paksi Pak sekala Bekhak memiliki hirarki adat dari yang tertinggi sampai yang rendah. Kepangkatan seseorang dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan, akan tetapi ditentukan oleh asal keturunan, akhlak dan pengikut dalam lingkungan adat. Oleh karena itu perlu adanya musyawarah adat untuk mengetahui lebih lanjut atau dalam keberadaan keratuan di Paksi Pak Sekala Bekhak.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmffi, D.1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Halaman 68 Ali Mohammad, 1992. Metode Penelitian Ghalia: Jakarta. Halaman 125 Gootshalk, L.1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press. Halaman 32

Hadikusuma Hilman, 1978. Adat Istiadat Lampung. Penelitian Budaya: Lampung. Halaman 35-45

Iskandar Syah, 2008. Kedatuan Dan Keratuan Orang Lampung. Bandar Lampung.Halaman 36

Iskandar Syah, 2006. Keteram adat Lampung. Bandar Lampung. Halaman 28 Koendjaraningrat, 1983. Teknik Penelitian PT Raja grafindo Persada.

Jakarta. Halaman 542

Nitpradjo Arifin, 1998. Hubungan Lampung dan Banten. CV. Mitra Media Pustaka.Bandar Lampung. Halam an 2

Pemuda 1878. The Hidden Paradise. Dinas Perhubungan Pariwisata:: Lampung. Halaman 25

Sayuti Husin, 1978. Sejarah Daerah Lampung. Lampung. Halaman 6. Sayuti Husin, 1989. Metedologi Penelitian PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Halaman 309

Sunakmat Winarno, 1982. Metode Penelitian.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 525


(38)

(1)

50

antara Ratu Darah Putih Raden Intan mengakibatkan pudarnya Ratu Menangsi dan Ratu Melinting.

B. Saran

Dalam Kepaksian di Paksi Pak sekala Bekhak memiliki hirarki adat dari yang tertinggi sampai yang rendah. Kepangkatan seseorang dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan, akan tetapi ditentukan oleh asal keturunan, akhlak dan pengikut dalam lingkungan adat. Oleh karena itu perlu adanya musyawarah adat untuk mengetahui lebih lanjut atau dalam keberadaan keratuan di Paksi Pak Sekala Bekhak.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dibahas, diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Sekala Bekhak merupakan sebuah Peradaban Kuno yang besar menghasilkan banyak produk-produk kebudayaan suber sejarah berupa Tambo dan silsilah dalam huruf Lampung yang ditulis di atas tanduk kerbau, kulit kayu dan dalung sebelum adanya kertas. Sejarah berdirinya keberadaan Paksi Pak sekala Bekhak erat kaitannya dengan berdirinya marga atau budaya Lain baik yang ada di wilayah Lampung barat maupun di wilayah-wilayah lain di Provinsi Lampung.

Dalam periode islam, Buay Kenyangan diakui Buay Pernong dan tidak dihilangkan. Kedudukan antar Paksi adalah sama, tidak ada yang lebih dituakan dan kekuasaan. Paksi Pak Sekala Bekhak adalah mutlak sebagai masyarakat adat bersendikan islam, Trah darah keturunan Paksi Pak Sekala Bekhak inilah yang menyebar ke Pesisir Selatan Lampung.

Diketahui pula adanya silsilah keturunan Kepaksian Sekala Bekhak yang termasuk sudah cukup tua yaitu berkisar antara 20 sampai dengan 24 generasi. Silsilah ini yang tertulis secara garis lurus menurut garis keturunan anak tertua laki-laki. Hal ini telah cukup memadai kendatipun belum tertulis secara lengkap silsilah menyamping kea rah keturunan saudara-saudara kandung dan


(3)

49

yang berkaitan dengan silsilah-silsilahnya dari marga atau Buay yang ada di wilayah Sekala Bekhak pada umumnya. Secara umum dapat ditarik benang merah bahwa Masyarakat suku Lampung adalah satu keturunan, sama-sama berasal dari nenek moyang yang sama dan berasal dari wilayah yang sama yaitu sekala Bekhak

2. Di sekala Bekhak Takit Pesagi dahulu didirikan sebuah perkampungan atau tiyuh yang masing-masing didirikan oleh kedatuan di tempat. Kedatuan ini menjadi tempat kediaman warga yang merupakan bagian dari perkampungan mereka. Sebutan datu diberikan kepada pimpinannya yang ditunjuk mereka selaku orang yang dihormati dan berwibawa diantara mereka. Adapun keekmpat orang Datu dengan Kedatuannya yaitu kedatuan datu di Puncak, kedatuan datu di Pugung, Kedatuan datu di Belalau dan Kedatuan datu di Pemanggilan.

Mereka yang tinggal di sekala Bekhak bukit Pesagi bagian dari pemukiman mereka disebut Kedatuan. Setelah mereka berpencar beberapa generasi kemudian pemukiman mereka di daerah muara sungai, beberapa diantaranya menamai

3. Keratuan di Pesisir timbulnya jauh di belakang masa Kedatuan di Gunung Bukit Pesagi. Kedatuan empat di Sekala Bekhak masing-masing tempat bermukim Ratu yang berpagar keliling dari gilih kayu. Kepunahan Ratu Di Pugung karena di landa lahar dan musnahnya Ratu Belalau karena takluk dan dihancurkan. Sedangkan Ratu yang tiga hilang akibat dari persengkongkolan


(4)

50

antara Ratu Darah Putih Raden Intan mengakibatkan pudarnya Ratu Menangsi dan Ratu Melinting.

B. Saran

Dalam Kepaksian di Paksi Pak sekala Bekhak memiliki hirarki adat dari yang tertinggi sampai yang rendah. Kepangkatan seseorang dalam adat tidak dapat dinilai dari materi dan kekuatan, akan tetapi ditentukan oleh asal keturunan, akhlak dan pengikut dalam lingkungan adat. Oleh karena itu perlu adanya musyawarah adat untuk mengetahui lebih lanjut atau dalam keberadaan keratuan di Paksi Pak Sekala Bekhak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmffi, D.1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Halaman 68 Ali Mohammad, 1992. Metode Penelitian Ghalia: Jakarta. Halaman 125 Gootshalk, L.1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press. Halaman 32

Hadikusuma Hilman, 1978. Adat Istiadat Lampung. Penelitian Budaya: Lampung. Halaman 35-45

Iskandar Syah, 2008. Kedatuan Dan Keratuan Orang Lampung. Bandar Lampung.Halaman 36

Iskandar Syah, 2006. Keteram adat Lampung. Bandar Lampung. Halaman 28 Koendjaraningrat, 1983. Teknik Penelitian PT Raja grafindo Persada.

Jakarta. Halaman 542

Nitpradjo Arifin, 1998. Hubungan Lampung dan Banten. CV. Mitra Media Pustaka.Bandar Lampung. Halam an 2

Pemuda 1878. The Hidden Paradise. Dinas Perhubungan Pariwisata:: Lampung. Halaman 25

Sayuti Husin, 1978. Sejarah Daerah Lampung. Lampung. Halaman 6. Sayuti Husin, 1989. Metedologi Penelitian PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Halaman 309

Sunakmat Winarno, 1982. Metode Penelitian.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 525


(6)