TINJAUAN HISTORIS PERKEMBANGAN PENDIDIKA PENDIDIKA

TINJAUAN HISTORIS PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
SPANYOL ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYAH II
ABAD KE 10
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan

Dosen :
Wawan Darmawan, S Pd, M.Hum
Dr. Erlina Wiyanarti, M. Pd

Disusun oleh :
Danni Syahroni

1105584

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Alhamdulillahirobbil’alamiin
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya didalam
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuannya
tentang tinjauan historis perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada masa
Dinasti Umayah II, yang mana materi ini penulis dapatkan dari hasil searching
internet dan studi pustaka yang berkaitan dengan materi yang dikaji. Makalah ini
disusun penyusun dengan beberapa kendala yang dihadapi. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Wawan
Darmawan, S Pd, M.Hum dan Ibu Dr. Erlina Wiyanarti, M. Pd yang telah
memberikan tugas ini sehingga membuat penyusun terus berusaha untuk
memperbanyak materi yang didapat terutama yang berkaitan dengan konten ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu

kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Bandung, Mei 2014

Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah...........................................................................3
BAB II PEMAHASAN............................................................................................4
2.1


Sejarah Masuknya Islam ke Spanyol.........................................................4

2.2

Perkembangan Pendidikan Spanyol Islam.................................................9

2.3

Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Spanyol Islam............22

2.4

Kontribusi Intelektual Muslim Spanyol..................................................23

BAB III PENUTUP...............................................................................................27
3.1

Kesimpulan..............................................................................................27

3.2


Saran........................................................................................................28

Daftar Pustaka........................................................................................................29

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peradaban Islam merupakan suatu peradaban yang besar dimana ketika
jaman dinasti Umayah, peradaban islam semakin meluas sampai kedaratan Eropa
yang mana ini menjadikan islam merupakan peradaban yang besar, peradaban ini
hidup dimulai ketika kedatangan seorang rosul dengan nama Muhammad, melalui
ajarannya yang diberi nama islam ini lah mulai muncul peradaban Islam, salah
satunya yaitu adanya peradaban islam di Spanyol ketika dinasti Umayah II.
Spanyol ini merupakan salah satu wilayah yang ada didataran Eropa yang
memiliki wilayah yang cukup luas. Didalam sejarah, kita akan melihat bahwa
Spanyol merupakan daerah Eropa yang pernah dikuasai oleh Islam tepatnya
terjadi pada zaman khalifah Khalid Al- Walid yang merupakan salah seorang

khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Didalam proses
penaklukan Spanyol ini sendiri terdapat tiga pahlawan islm yang dapat dikatakan
paling berjasa didalamnya, diantaranya Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan
Musa Ibn Nushair, melalui ketiga pemimpin inilah Spanyol dapat dikuasai oleh
islam dan peradaban islam ini mulai muncul, berkembang dan besar hal ini
didukung oleh perkembangan dari peradaban ini salah satunya yaitu pendidikan,
kebudayaan, pembangunan dan sebagainya.
Terkait dengan kemajuan yang ada pada masa itu, bahkan mampu menjadi
sebuah peradaban yang besar yang mampu menunjukan eksistensi yang baik,
disini penulis ingin melihat perkembangan pendidikan yang ada pada saat itu yang
telah diakui kebesarannya, tidak hanya dari kalangan muslim sendiri, orang-orang
barat pun telah mengakui, bahwa sebagian besar dasar-dasar ilmu pengetahuan di
lahirkan oleh para ilmuwan muslim. Begitu pula dengan masa kebangkitan Eropa
yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam,
dimana para pelajar-pelajar dari Eropa telah dikirim ke Cordova untuk menggali
ilmu pengetahuan di sana. Di bidang-bidang ilmu keIslaman, perkembangan

1

sastra dan bahasa Arab secara meluas terjadi pada masa Umayah. Selain itu lahir

pula ulama-ulama besar. Maka dari itu disini kami merasa perlu untuk melihat
perkembangan pendidikan Spanyol pada masa Islam ini sehingga mampu menjadi
sebuah peradaban besar yang diakaui eksistensinya dikalangan dunia.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas kami sebagai
penulis merasa perlu untuk mengangkat topik ini ke permukaan hal ini dilakukan
dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui ataupun mendapatkan pemahaman
mengenai tinjauan historis perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada masa
Dinasti Umayah II. Pada makalah ini, penulis mencoba menganalisis literatur
yang ada yang berkaitan dengan materi. Ada beberapa hal yang dikaji oleh peneliti
dalam melihat tinjauan historis perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada
masa Dinasti Umayah II ini diantaranya sejarah masuknya islam ke Spanyol,
perkembangan pendidikan di Spanyol islam, faktor pendukung kemajuan
pendidikan Spanyol islam sampai kepada kontribusi intelektual muslim Spanyol.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana Sejarah Masuknya Islam ke Spanyol ?
1.2.2 Bagaimana perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada masa dinasti
Umayah II ?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor pendukung kemajuan pendidikan Spanyol Islam ?

1.2.4 Bagaimana kontribusi intelektual Spanyol Islam bagi dunia pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.3.1
1.3.2

Bagaimana Sejarah Masuknya Islam ke Spanyol.
Bagaimana perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada masa

1.3.3

dinasti Umayah II.
faktor-faktor apa saja pendukung kemajuan pendidikan Spanyol

1.3.4

Islam.
kontribusi intelektual muslim Spanyol bagi dunia pendidikan.


2

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan yaitu memberikan manfaat yang positif
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca mengenai tinjauan
historis perkembangan pendidikan Spanyol Islam pada masa Dinasti Umayah II,
selain itu semoga dengan adanya tulisan ini dapat dijadikan sebagi acuan dalam
menulis topik ini secara lebih mendalam dan lebih baik lagi sehingga mampu
memberikan pengetahuan yang lebih kompleks dan mendalam yang mampu
memberikan khazanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
pendidikan Spanyol islam ini ketika pemerintahan dinasti umayah II.

3

BAB II
PEMAHASAN
2.1 Sejarah Masuknya Islam ke Spanyol

Spanyol merupakan salah satu negara yang ada di Eropa, dimana Spanyol
ini merupakan negara terbesar kedua di Eropa Barat dan Uni Eropa, selain itu

Spanyol pula merupakan negara terbesar kelima yang ada di Eropa. (Wikipedia
2014). Jika dilihat dari pernyataan ini kita bisa melihat bahwa wilayah Spanyol ini
merupakan salah satu wilayah yang ada didataran Eropa yang memiliki wilayah
yang cukup luas. Didalam sejarah, kita akan melihat bahwa Spanyol merupakan
daerah Eropa yang pernah dikuasai oleh Islam tepatnya terjadi pada zaman
khalifah Khalid Al- Walid (705-715) yang merupakan salah seorang khalifah dari
Bani Umayah yang berpusat di Damaskus (Yatim, 2011: 87). Jadi Khalid AlWalid ini merupakan salah seorang Khalifah yang pernah berkuasa dalam dinasti
Umayah tepatnya itu terjadi pada tahun 705-715, dan ketika masa kekuasaannya
Spanyol berhasil ditaklukan dan masuk menjadi wilayah yang dikuasai oleh islam.
Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai AfrikaUtara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Pada masa
itu Khalifah Khalid Al- Walid mengangkat Musa Ibn Nushair untuk menjadi
gubernur diwilayah Afrika Utara dan pada saat itu Musa Ibn Nushair dibawah
kekuasaan Khalifah Khalid Al- Walid mulai memusatkan perhatiannya untuk
menaklukan Spanyol dan itu mulai direalisasikan ketika Khalifah Khalid AlWalid mulai merestui hal itu, dengan mengirimkan pasukan orang Arab untuk
membantu penyerangan terhadap wilayah Spanyol dan penyerangan ini
sepenuhnya dilakukan dengan baik oleh Musa Ibn Nushair dengan cara
memerintahkan penyerangan kewilayah Spanyol itu sendiri yang dilakuakan oleh
Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan oleh dirinya sendiri (Musa Ibn Nushair).


Sehingga disini jika kita lihat, bahwa didalam proses penaklukan Spanyol
ini sendiri terdapat tiga pahlawan islam yang dapat dikatakan paling berjasa

4

didalamnya, diantaranya Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn
Nushair, hal ini dikarenakan ketiganya merupakan pelopor yang menjadikan
Spanyol merupakan salah satu bagian dari peradaban islam yang ramai dan maju.
Disini kita bisa melihata bahwa Tharif dapat dikatakan sebagai perintis
penaklukan Spanyol karena ialah yang pertama kali memulai penyebrangan
tentara muslim ke Spanyol dan mendapatkan keuntungan yang lumayan
berlimpah, selain itu, ia pula berhasil menguasai ujung paling selatan pulau
Spanyol ini. Dikatakan bahwa orang kristen lokal lebih memilih lari dari pada
melawan dan menafsirkan kedatangan tak terduga Tharif dan anak buahnya
sebagai ramalan kiamat (Lewis, 2012 : 190). Maka dari itu kita dapat melihat
secara jelas bagaimana pasukan Tharif mendapatkan kemenangan dengan mudah
dikarenakan mereka atau orang kristen tak melakukan perlawanan yang berarti,
disini mereka bukan melakukan perlawanan melainkan mengundurkan diri
sehingga hal ini mempermudah Tharif memperoleh kemenangan yang mudah
didaerah spanyol ini.


Dengan kemenangan yang telah dialami Tharif, ini mendorong Musa Ibn
Nushair untuk mengirim pasukan ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad
yang mana ini terjadi tepatnya pada tahun 93 H (711 M) dimana pada waktu itu
Islam masuk ke Spanyol dibawah pimpinan Tariq bin Ziayad yang pada waktu itu
memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa
7000 orang pasukan dan mendapatkan pasukan tambahan sebanyak 5000 pasukan,
dan dengan kekuatan tambahan ini Thariq mengepalai 12.000 pasukan. Dalam
pertempuran disuatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan dan dari sini Thariq dan pasukannya menaklukan kota-kota penting,
seperti Cordova, granada, dan Toledo yang merupakan ibu kota kerajaan Goth saat
itu (Yatim, 2011: 87). Raja Roderick ini sendiri adalah raja terakhir Hispania
(sekarang Iberia) (710-712) yang berasal dari bangsa Visigoth (Wikipedia, 2013).
Disini kita melihat bahwa Roderick ini merupakan penguasa ataupun raja yang
berkuasa di semenanjung Iberia yang sekarang kita kenal sebagai wilayah Spanyol
dan wilayah Portugis. Di dalam sebuah legenda ia dikenal sebagai "raja terakhir
bangsa Goth" dan pada Pertempuran Guadalete (711) ia dikalahkan oleh orang-

5

orang Islam yang dipimpinan Thariq bin Ziyad, yang selanjutnya menguasai
Iberia dengan cepat (Wikipedia, 2013). Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa
Roderick ini merupakan raja yang berasal dari bangsa Visigoth dari sebuah
kerajaan yang berkuasa di Iberia atau Spanyol dan Portugis yang mengalami
kehancuran setelah datangnya invasi islam yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad.
Invasi Tariq ini adalah bagian dari serangan muslim yang melintasi masa daratan
Eurasia, mengarah pada jihad berulang yang tampaknya ditakdirkan untuk
mengisi sepenuhnya kekosongan yang ditinggalkan oleh kekaisaran Romawi
(Lewis, 2012 : 190).

Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin
Nushair, dengan tujuan membantu perjuangan Thariq. Musa Ibnu Nushair pada
tahun 712 berangkat menuju Spanyol, la bersama pasukannya sebanyak 18.000
personil yang kebenyakan dari suku-suku Arab pergi ke Spanyol dengan
menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu menaklukkan
Sidonia, Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva dan ahirnya mengikuti
arah sungai, sampailah ia bersama pasukannya kekota Merido dan kota-kota kecil
lainnya yang pada akhirnya bertemu dengan Thariq di Toledo. (Nasrah, 2004 : 2).
Jadi disini kita melihat dengan pasukan yang besar ia berangkat menyebrangi selat
untuk mencapai Spanyol dan satu persatu kota yang ada di Spanyol yang ia lewati
satu persatu dapat ia kuasainya. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh
kota penting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari Sragozza sampai
Navare (Yatim, 2011: 90). Jadi disini kita dapat melihat dengan jelas bahwa
dibawah ketiga pemimpin islam inilah Spanyol dapat dikuasai oleh muslim dan
itu semua dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Spanyol dapat dikuasai
dalam kurun waktu (711-715) dibawah kepemimpinan Musa ibn Nushair dengan
dibantu Thariq ibn Ziyad (Fa’al, 2008: 138). Dari penyataan ini kita dapat melihat
bahwa kemenangan-kemengan yang dicapai umat islam nampak begitu mudah,
hal ini tidak bisa dipisahkan dari beberapa faktor, diantaranya faktor eksternal dan
internal yang menguntungkan bagi muslim itu sendiri. Yang dimaksud dengan
faktor eksternal ini sendiri adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negri
Spanyol sendiri dimana pada waktu itu kondisi Spanyol mulai dari perpolitikan,

6

sosial, ekonomi sangatlah menyedihkan, secara politik negara ini terbagi-bagi
kedalam negara-negara kecil bersamaan dengan itu penguasa Gothic tidak bersifat
toleran (Yatim, 2011: 91). Jadi disini kita bisa melihat bahwa kondisi Spanyol pra
kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa
pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan tangan
besi yang mana kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan
tertekan.

Dari kondisi sosial masyarakat Spanyol menjelang kedatangan islam
sangat memprihatinkan dimana masyarakat terpecah pecah menjadi beberapa
kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya (Sabondie, 2013 : 4). Disini banyak
orang-orang kelas dua dan tiga yang sudah bosan terus tertindas oleh masyarakat
kelas satu dan memilih lari kehutan karena trauma, dan hadirnya kekuatan islam
ke Andalusia disambut antusiasme rakyat kelas dua dan tiga, mereka berharap
banyak kepada cahaya islam sebab islam mengajarkan bahwa bumi dan semua
isinya milik Allah (Fa’al, 2008: 139). Dari sini kita lihat mereka sangat
merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu
mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan
momentumnya ketika kedatangan Islam ke Spanyol atau Andalusia ini sehingga
sedikitnya ini akan memudahkan pasukan islam mendapatkan kemenangan
dengan mudah di wilayah Spanyol.

Disini pula kita dapat melihat bahwa kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, atau Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam ini.
Awal kehancuran kerajaan Ghoth ini sendiri terjadi ketika Raja Roderick
memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang
saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja yang
mana keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak
Witiza yang mana keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk
menjatuhkan Roderick dan disini mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung
dengan kaum muslimin (Yatim, 2011: 92). Sehingga disini kita akan melihat
bahwa pada masa itu sudah terjadi perpecahan didalam struktur kekuasaan para

7

pemimpin di Spanyol yang mana ini merupakan salah satu cermin bahwa
kedudukan Spanyol dibawah kekuasaan Raja Rodrick sangatlah kacau dan ini
memudahkan pasukan islam mengusai Spanyol apalagi hal ini juga didukung oleh
pemimpin Spanyol yang menentang Raja Roderick, diantaranya mantan
pemimpin Toledo ini, sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan
Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan
kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk
menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang
dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya
adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak
lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan
kaum Muslimin (Yatim, 2011: 93). Jadi disini kita dapat mlihat bahwa masyarakat
ataupun penguasa yang membenci Roderick ini bahu membahu untuk membantu
kelancaran umat islam didalam menguasai Spanyol dengan harapan mampu
menjatuhkan raja Spanyol ketika itu yang diduduki oleh Roderick, salah satunya
kita melihat adanya penguasa wilayah Septah yaitu Julian dengan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang digunakan untuk penyebrangan pasukan islam
ke wilayah Spanyol (Andalusia).

Selain adanya dukungan penguasa dan rakyat Spanyol itu sendiri, disini
pula penentu kemenangan pasukan Islam yaitu adanya faktor internal dimana
pasukan islam ini sendiri merupakan pasukan yang kompak dan kuat serta
pemimpin yang diterjunkan ke dalam penaklukan Spanyol merupakan pemimpin
yang memiliki kemampuan yang bagus dan memiliki keberanian, sehingga hal ini
pula faktor penentu dalam kemenangan pasukan Islam dalam menguasai wilayah
Spanyol. Dan Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan
para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

8

Keberhasilan

ekspansi

ini

akhirnya

benar-benar

terjadi

ketika

dikuasainya seluruh wilayah Spanyol ke tangan Islam. Dan pada saat itu
kekhalifahan dinasti umayah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik
hanya menjadikan daerah Andalusia atau Spanyol ini sebagai sebuah keamiran
saja. Ketika ke kahalifaan ini berlangsung Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai
amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti umayah di
Damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang
pangeran umayah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos
dari buruan Bani Abbas (Nizar, 2013: 78). Tokoh inilah yang kemudian berhasil
mendirikan kembali daulah Bani Umayah II di wilayah Andalusia ataupun
Spanyol ini.

Semenjak tentara Islam menginjakan kakinya di Andalusia hingga
jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat
besar, masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. (Tatang, - : 3). Jadi
kedatangan islam di Spanyol telah membawa perubahaan yang sangat besar
terutama di bidang sosial dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Semua ini tidak
terlepas dari kepiawaian dan dukungan dari penguasa dalam memajukan ilmu
pengetahuan, dan tingginya motivasi umat islam dalam mengembangkan
pengetahuan dan kebudayaan sehingga dalam waktu yang singkat Spanyol ini
berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam yang besar
dibelahan Barat. Kondisi ini membuat Eropa berkiblat pada semua aspek
kebudayaan manusia pada Spanyol Islam. Bahkan jika masyarakat Eropa
memerlukan tabib, arsitek atau penjahit, maka Cordova atau Ibu kota Spanyol lah
tempatnya untuk memenuhi kota tersebut.

2.2

Perkembangan Pendidikan Spanyol Islam

Spanyol islam berubah menjadi peradaban besar ketika pemerintahan
Umayah II. Sewaktu terjadi pemindahan kekuasaan dari Bani Umayah kepada

9

Bani Abassiah, hampir seluruh Bani Umayah dibunuh, kecuali Abdurahman yang
berusia sekitar 20 tahun yang waktu itu berhasil melanjutkan kekuasaannya di
jajirah Andalusia (terkenal dengan kekhalifahan Kordoba) (Syafiee & Azikin,
2007: 102). Artinya disini kita dapat melihat bahwa melalui Abdurahman inilah
Spanyol mulai berubah, dan nantinya akan berkembang menjadi sebuah
peradaban yang mampu menyaingi peradaban yang ada di Timur yaitu peradaban
Abassiah dan menjadi sebuah peradaban yang maju dengan berbagai sarana dan
prasarana mulai dari pendidikan, bangunan, dan lain sebagainya sehingga wilayah
Spanyol pada saat itu menjadi surganya para pelancong dan pencari ilmu.

Sebagai suatu kekuasaan yang besar, yang baru saja menjadi penguasa
dalam melanjutkan suatu imperium yang kuat dengan daerahnya yang luas,
sangatlah diperlukan suatu fondasi yang dapat mempertahankan imperium yang
baru saja di bangun, setidaknya pondasi ini bisa dibangun dari penataan politik
yang mapan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi. Sehingga dengan
hal ini diharapkan dinasti islam ini dapat bertahan di Spanyol dan menunjukan
eksistensinya yang gemilang bahkan menjadi besar dan kuat yang mampu
membawa perubahan bagi sebuah peradaban. Didalam menunjukan ataupun
mewujudkan hal ini, dinasti Umayah II dibawah pemerintahan Abd al-Rahman alDakhil mengembangkan dengan sebaik-baiknya Ilmu pengetahuan melalui
pendidikan yang mana nantinya ini akan ditiru oleh penguaa sesudahnya dan ini
tentunya memberikan suatu kontribusi bagi perkembangan peradaban Spanyol
Islam ini

sendiri. Pendidikan ini sendiri adalah sebagai usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik dengan kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan.
(Hasan, 1995 : 3). Pendidikan ini pula dapat diartikan sebagai upaya terencana
dan berkesinambungan yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
manusia agar menjadi manusia yang berkualitas (Saripudin & Winataputra, 2010:
32). Dari sini secara umum kita dapat melihat bahwa pendidikan ini sendiri
dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan
potensi, kecakapan ke arah yang diharapkan dan tentunya bersifat positif.

10

Disini pada masa Spanyol islam mulai diterapkan salah satunya
pendidikan islam, pendidikan islam ini adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya
menuju terbetuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma islam
(Achmadi, 2001: 86). Adapun upaya untuk mengembangkan pendidikan islam dan
peradaban, dapat dilihat dari beberapa gerakan oleh Abd al-Rahman al-Dakhil,
yang kemudian diikuti oleh penguasa Spanyol sesudahnya. Adapun upaya-upaya
yang dilakukan oleh Abd al-Rahman al-Dakhil tersebut antara lain: mendirikan
lembaga pendidikan dan pengembangan perpustakaan (Nizar, 2013: 79). Pendirian
lembaga-lembaga pendidikan dan perpustakaan ini merupakan awal pendidikan
Spanyol islam, dan nantinya mengalami perkambangan yang sangat pesat ketika
menginjak abad ke 10.

a. Mendirikan Lembaga Pendidikan

Disini didalam mengembangkan pendidikan yang ada di Spanyol,
pemerintahan islam atau umat Islam mulai mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan diantaranya madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna
menopang pengembangan pendidikannya. Madrasah ini sendiri adalah hasil
evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan, yang dimaksudkan evolusi disini
adalah perkembangan yang terjadi tanpa unsur paksaan dimana yang melatar
belakangi timbul evolusi ini adalah lamanya pendidikan didalam masjid yang
menuntut tersedianya tempat tinggal permanen bagi santri yang datang dari jauh
(Nashir, 2011 : 2). Jadi disini bahwa madrasah ini merupakan lembaga pendidikan
yang tak terlepas dari bangunan masjid.

Pada pertengahan abad ke-14 H, sebuah bangunan madrasah yang besar
didirikan di Granada oleh penguasa Nasrid, Yusuf Abu al- Hajjaj pada tahun 750
H/1349 M. Pembangunan Madrasah di Granada tersebut akhirnya menjadi contoh
bagi pendirian madrasah-madrasah besar ditempat tempat lain di Andalusia
11

(Nashir, 2011 : 8). Madrasah-madrasah di Spanyol tersebar diseluruh daerah
kekuasaan islam antara lain Cordova, Sevile, Toledo, Granada dan lain sebagainya
(Nizar, 2013: 80). Jadi pada masa Spanyol islam ini sendiri pembangunan
lembaga pendidikan dibeberapa kota yang ada di Spanyol mulai dibangun dan
ditingkatkan, hal ini tidak lain untuk menjadikan wilayah tersebut menjadi sebuah
wilayah yang maju dan memiliki suatu peradaban yang baik. Pendidikan pada
masa pemerintahan Umayah bersipat desentrasi yang berarti pendidikan tidak
hanya terpusat diibu kota negara saja tapi juga dikembangkan secara otonom
didaerah yang telah dikuasai dengan ekspansi teritorial (Indarto & Wulandari.
2012 : 3). Artinya disini bahwa pendidikan ini sendiri tersebar ke berbagai
wilayah bukan hanya berpusat dipusat pemerintahan saja melainkan juga wilayah
lainnya, maka dengan ini jelaslah mengapa universitas dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya tersebar dengan baik di Spanyol ketika pemerintahan Spanyol
Islam atau Umayah II ini berkuasa.

Adapun lembaga pendidikan yang dibangun sudahlah berjenjang dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi. Misalkan disini lembaga pendidikan yang
dibangun guna proses pendidikan yang masih dalam tahap rendah yaitu
dibangunnya kuttab. Kuttab/Maktab ini berasal dari kata dasar yang sama, yaitu
kataba yang artinya menulis, sedangkan kataba/maktab berarti tempat untuk
menulis, atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis dan
kebanyakan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa keduanya merupakan
istilah yang sama dalam arti lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang
mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran
Alquran dan pengetahuan agama tingkat dasar (Indarto & Wulandari, 2012).
Kuttab ini memiliki dua bentuk, (1) berfungsi sebagai tempat pendidikan yang
memfokuskan pada baca tulis. (2) kutab tempat pendidikan yang mengajarkan alQuran dan dasar-dasar keagamaan (Febriandri, 2011). Jadi dari pernyataan di atas
kita dapat melihat bahwa yang dimaksud dengan kuttab adalah sebuah lembaga
pendidikan islam tingkat dasar dimana proses pembelajaran yang ada atau yang
dipelajari hanyalah merupakan sesuatu yang bersifat dasar diantaranya tata cara

12

menulis, membaca al qur’an, dan dasar-dasar keagamaan lainnya yang mana ini
berada pada tingkatan awal dalam pendidikan.

Peserta didik dalam Khutab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik miskin
ataupun kaya (Efendi, 2011). Jadi dari sini setidaknya kita tahu bahwa Khuttab
ditentukan bagi mereka yang memiliki umur yang setara dengan masa kanakkanak karena hal yang dipelajari disini adalah sesuatu yang bersifat rendah
ataupun dasar dari awal pembelajaran dimana yang dipelajari adalah tata cara
menulis dan membaca serta ajaran ilmu agama yang masih rendah atau sifatnya
pengenalan, maka dari itu pantaslah bahwa itu diperuntukan bagi mereka yang
berumur pada masa kanak-kanak, walaupun disini saya menganalisis bahwa pada
awalnya ini sendiri pendidikan khuttab ini ketika islam masuk bukan hanya untuk
kalangan anak-anak saja melainkan juga dewasa yang pada saat itu belum paham
dan mengerti bahasa arab, tulisan arab, sampai dengan pengetahuan islam yang
mendasar, maka dari itu pada awalnya ini sendiri saya menafsirkan bahwa khuttab
bukan hanya diperuntukan bagi mereka yang berumur pada masa kanak-kanak
melainkan juga dewasa namun pada perkembangannya khuttab ini diperuntukan
bagi umur yang berusia masih kanak-kanak walaupun disini belum jelas untuk
berapa tahun pendidikan Kuttab ini dilaksanakan. Disini ada beberapa sumber
abad pertengahan yang memberikan informasi yang berbeda tentang pandangan
pada usia berapa anak memasuki pendidikan kuttab. Ilmuwan Al-Andalus
(Spanyol) Ibn Hazm, menganggap bahwa usia 5 tahun adalah ideal untuk memulai
pendidikan kuttab, Ibn Al-Jawzi memberitakan bahwa ia memulai pendidikan
kuttab nya pada usia 6 tahun, tetapi banyak diantara teman sekelasnya yang lebih
tua dari dia sendiri. Seorang ulama bernama Ibn Al-Adin baru masuk kuttab pada
usia 7 tahun. Yang lin bahkan menunggu sampai berusia 10 tahun, hal ini
menunjukan tidak adanya keseragaman mengenai kapan seorang anak harus
memulai pendidikan kuttab-nya (Lutfiana, 2013). Dilihat dari pernyataan ini kita
dapat bahwa tidak adanya ketentuan yang baku mengenai kapan anak dapat
memasuki pendidikan kuttab, namun yang hal yang jelas bahwa pendidikan ini
diperuntukan bagi mereka yang belajar pada tahapan yang paling rendah ataupun
dasar.

13

Pada tahap selanjutnya didirikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan
formal yang terdiri dari sekolah rendah sampai sekolah menengah atas, dilembaga
ini berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan ada diantaranya Fiqh, Bahasa dan
Sastra, Musik dan Kesenian mulai diajarkan. Sehingga di Spanyol mulai
berkembang fiqh, bahasa, sastra, musik dan seni. Disini dalam fiqih pemeluk
islam di Andalusia menganut mazhab Imam Maliki, sehingga disini para ilmuan
memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab Imam Maliki dan tokoh-tokoh
yang termasur disini diantaranya Ziyad Ibn Abd, Ar-Rahman dan Ibn Yahya
(Nizar. 2007 : 98). Dari hal ini kita bisa melihat bahwa yang diajarkan dan
dipelajari pada saat itu terutama dalam fiqih ini sendiri adalah pembelajaran fiqih
yang bermazhab Imam Maliki hal ini dikarenakan mereka atau masyarakat
muslim yang ada di Spanyol pada saat itu merupakan mayarakat yang bermazhab
Imam Maliki. Kemudian dalam bidang bahasa, bahasa ini dijadikan sebagai
bahasa resmi dan diajarkan pada pendidikan Kuttab, bahkan kepada siswanya
diwajibkan untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi islam
(bahasa Arab) sehingga bahasa ini pada saat itu menjadi populer dan menjadi
bahasa keseharian (Nizar. 2007 : 98). Artinya disini bahwa pendidikan bahasa
terutama bahasa Arab sudah diberikan atau diajarkan pada peserta didik ketika
peserta didik belajar pada tahapan pendidikan di Khuttab, dimana bahasa yang
diajarkan adalah bahasa Arab dan dijadikan sebagai bahasa remi dalam
pengajaran, sehingga pada perkembangannya kita akan melihat bahwa bahasa
Arab sangat berkembang dengan baik di bumi Spanyol ini. Kemudian dalam hal
seni disini di Spanyol islam ini dikembangkan dan dijarkan musik-musik yang
bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan, tokohnya
yang terkenal adalah Al-Hasaan Ibn Nafi yang dijuluki Ziryab dan ia selalu
mengajarkan keterampilannya kepada anak-anak, dewasa bahkan para budak.

Kemudian jika dilihat dari materi yang diajarkan disini nampak jelas hal
ini adalah tindak lanjut dari mereka yang belajar di Khuttab itu sendiri, sehingga
disini dapat dilihat bahwa mereka yang belajar di Madrasah adalah mereka yang
memiliki suatu kecenderungan berumur diatas orang-orang yang baru masuk
ataupun yang belajar di khuttab. Kemudian, guna pengembangan lembaga

14

pendidikan dan ilmu pengetahuan, khalifah Abd al-Rahman III mencoba
merintisnya dengan mendirikan Universitas Cordova sebagai pusat ilmu
pengetahuan dan universitas ini mengambil tempat disebuah mesjid (Nizar, 2013:
80). Hal menarik disini kita bisa melihat bahwa pada awalnya sendiri universitas
Cordova ini merupakan sebuah masjid yang mulai beralih fungsi menjadi sebuah
universitas dan awal pembangunan atau perintis dari universitas yang terkenal ini
adalah Al- Rahman III dan disini pula kita bisa melihat bahwa mesjid ini atau
Universitas ini nantinya diperluas lokasinya pada masa al-Hakam II (961-976 M).
Pada masa al-Hakam II (961-976 M) selain diperluas lokasinya disini pula mulai
didatangkan para profesor dari Timur (al-Azhar dan Nizamiyah), pendatangan
para pengajar ini dimaksudkan agar pendidikan yang ada di Universitas Cordoba
memiliki tingkat kemajuan yang sama dengan universita-universitas terkenal maju
di belahan bumi lainnya. Jadi disini ada semacam keinginan dari dinasti Umayah
II di Spanyol ini untuk menjadikan pendidikan yang ada di Spanyol memiliki
tarap yang tinggi sama dengan peradaban yang maju dengan pasat pada waktu itu,
maka disini para penguasa Spanyol islam mulai mengadakan perombakan dalam
dunia pendidikan diantaranya pendirian lembaga pendidikan, universitas sampai
kepada pendatangan para pengajar atau profesor dari dari Timur.

Pendidikan pada tarap universitas dipokuskan pada materi-materi
pendidikan ilmu-ilmu akal seperti filsafat, matematika, farmasi, kedokteran,
pelayaran, fisika, seni arsitektur, geografi, ekonomi dan sebagainya, serta
pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an
dan Hadith) (Nizar, 2013: 80). Jadi disini pada tarap universitas ini pembelajaran
ini lebih diarahkan kepada pemikiran yang tinggi dimana yang dipelajari
merupakan materi-materi yang dipokuskan pada akal. Dimana pengembangan
ilmu-ilmu akal, mereka lakukan dengan jalan penerjemahan karya-karya Yunani
kuno dan Persia kedalam bahasa Arab, terutama karya-karya Aristoteles dan Plato
dan karya-karya tersebut mereka analisis dalam framework ajaran islam atau
sejalan dengan pemikiran islam. Sehingga disini kita akan melihat bahwa Spanyol
(Andalusia) merupakan pusat utama bagi penyaluran filsafat Yunani dari bangsa
Arab kepada bangsa Eropa dan dengan kata lain ia juga berperan sebagai

15

jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa
pada abad 12 M, maka tak heran bila kebanyakan filosof-filosof Spanyol dalam
pemikiranya banyak yang menganut Aristoteles (M Ilyas, 2012 : 6).

Disini di universitas-universitas yang dibangun penguasa pada saat itu
baik di universitas Sevila, Malaga, Granada dan Cordova memiliki perkembangan
yang sangat baik dalam hal filsafat apalagi di Universitas Cordova dimana atas
inisiatif Al-Hakam (961-976), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari timur
dalam jumlah besar, yang menjadikan Cordova dengan perpustakaannya dan
universitasnya mampu menyaingi Bagdhad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan
di dunia Islam yang salah satunya yang paling menonjol dalam hal filsafat. Dan
hal ini dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayyah II di Spanyol dalam
rangka persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Hal ini terbukti dengan munculnya Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang
lebih dikenal dengan Ibn Bajjah yang menjadi tokoh pertama filsafat ArabSpanyol. Masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum
opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu bakr ibn
Thufail. Karya filsafatnya yang paling terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. (Yatim,
2011:101). Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar digelanggang filsafat Islam, yaitu Ibn Rusyd dari
Cordova yang memiliki ciri khas yaitu kecermatan dalam menafsirkan naskahnaskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik
tentang keserasian filsafat dalam agama yang mana pada perkembangannya Ibn
Rusyd ini akan memberikan sumbangsihnya dalam perkembangan Bangsa Barat
menuju kehidupan yang lebih baik. Hal yang paling inti disini bahwa pendidikan
diuniversitas lebih menekankan pada tingkat pemikiran yang bersifat tinggi
terutama filsafat. Dan apabila disini diajarkan tentang seni dan lain sebagainya
yang telah diajarkan pada tahap madrasah dan lain sebagainya tentu materi yang
diajarkan pada tahap universitas lebih mendalam dan memerlukan pemikiran yang
tinggi.

16

Sedangkan untuk sekolah-sekolah rendah atau memiliki tingkatan
dibawah, pembelajaran lebih dipokuskan pada pendidikan agama yang meliputi
dasar-dasar agama dan sastra. Pada masa ini sekolah-sekolah tumbuh dengan
cepat, bahkan disini kita akan melihat di Cordoba mulai bermunculan sekolahsekolah mulai dari sekolah yang bertahap rendah sampai dengan perguruan tinggi
yang mencapai angka 800 sekolah. Maka dari fenomena ini kita bisa melihat
bahwa penguasa islam yang ada di Spanyol merupakan orang-orang yang cinta
akan ilmu pengetahuan, dari pernyataan di atas pula kita dapat melihat bahwa pola
pendidikan yang ditawarkan pada masa ini telah memiliki kesamaan stratifikasi
dengan pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatantingkatan kelas tertentu dalam proses pendidikannya, yang mana dari sini kita
dapat melihat bahwa pengelolaan administrasi pendidikan sudah berjalan dengan
baik, baik yang menyangkut tarap perkembangan peserta didik, fasilitas maupun
materi yang akan diajarkan.

Semangat untuk menuntut ilmu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan
hanya untuk pelajar muslim saja akan tetapi juga terbuka untuk pelajar
nonmuslim. Sikap toleransi yang ditawarkan, membuat para pelajar non muslim
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Mereka diberlakukan
sama sederajat dan fenomena ini merupakan salah satu faktor penarik perhatian
para pelajar untuk datang dan menimba ilmu pengetahuan ke Spanyol (Nizar,
2013: 82). Dari uraian ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa pendidikan yang
ditawarkan pada lembaga pendidikan Spanyol Islam tidak bersifat parsial atau
hanya orang-orang islam saja, akan tetapi bersifat integral yaitu keseluruhan
dimana setiap orang diperbolehkan untuk mendapatkan pengajaran. Dan sistem
pendidikan ini tidak mengenal ras dan agama tertentu artinya disini semua orang
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Dari
sistem yang ada ini kemudian sedikitnya membuahkan nilai kompetisi positif
dalam pengembangan ilmu pengetahuan kearah yang lebih maju, hal ini
dikarenakan motivasi umat dalam menuntut ilmu menjadi lebih besar hal ini
bukan disebabkan faktor untuk mendapatkan makan, pekerjan dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan dirinya melainkan kerena dorongan oleh nilai-nilai

17

ajaran agamanya yang mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Kesadaran inilah
yang menopang pendidikan Spanyol Islam pada waktu itu. Tingginya motivasi
agama, telah memotivasi umat Islam berlomba-lomba, apakah untuk mendirikan
lembaga pendidikan, maupun mengisi (belajar) di lembaga pendidikan yang sudah
ada.

Pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan
komprehensif, artinya menawarkan pendidikan agama dan umum secara integral
pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pendidikan tinggi. kurikulum ini
dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Ruhimat Toto dkk, 2009 : 63). Kurikulum pula diartikan sebagai “
program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang
diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara
sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.
“Nana Sudjana” (Kartika, 2010 : 1). Jadi disini kita dapat melihat bahwa
kurikulum ini semacam perangkat rencana dan pengaturan didalam pendidikan
terutama mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta didalamnya pula terdapat
cara-cara

yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan atau
diharapkan.

Dan disini

kita

dapat

melihat

bagaimana

Spanyol

islam

mengembangan kurikulum universal dan komprehensif, dimana didalamnya
ditawarkan pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan
pendidikannya, khususnya pendidikan tinggi. Jadi didalamnya bukan hanya
mempelajari tentang agama saja melainkan didalamnya pula dipelajari ilmu-ilmu
lainnya secara integral. Disini untuk pendidikan kejuruan, kurikulum yang
ditawarkan boleh memberikan pendekatan khusus pada spesialisasi yang
ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak kepada kebijaksanaan
lembaga atau penguasa di mana pendidikan itu dilaksanakan. Sedangkan metode

18

yang diterapkan, dapat dibagi kepada dua macam. Pertama, Metode bagi
pendidikan formal dan kedua metode pendidikan non formal (Nizar, 2013: 83).

Pada metode pendidikan formal disini seorang guru (dosen) duduk diatas
podium dan ia memberikan pelajaran, khususnya pendidikan tinggi dengan
membacakan manuskrip-manuskrip dimana setelah itu guru menerangkan secara
jelas dan kemudian materi itu didiskusikan bersama. Disini para pelajar diberikan
kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan
untuk berbeda pendapat dengan statemen yang diberikan oleh gurunya, asal
mereka dapat menunjukkan bukti-bukti yang mendukung kebenaran pendapatnya.
Mahasiswa biasanya diminta untuk menghafal materi-materi khusus, menganalisa
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyampaikan
materi pembelajaran, disini seorang dosen dibantu oleh seorang asisten yang
memiliki tugas atau bertugas untuk membantu pelajar (mahasiswa) dalam
memahami materi yang dipelajarinya. Seorang dosen menggunakan tiga langkah
dalam presentasinya yaitu menerangkan materi secara umum, menerangkan materi
agak singkat, dan menerangkan secara mendetail. Kemudian jika masih ada yang
belum mengerti seorang dosen tidak segan-segan mengulangi kembali, kemudian
mahasiswa menghapalnya, mengulang kembali apa yang dihapalnya, dianalisis,
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dan metode pendidikan bagi lembaga pendidikan nonformal, baik di
istana maupun diluar istana menggunakan metode halaqah. Halaqah ini sendiri
artinya lingkaran. Artinya, proses belajar mengajar di sini dilaksanakan di mana
murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai
menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan komentar atas karya
pemikiran orang lain. Kegiatan halaqah ini bisa terjadi di masjid atau di rumahrumah. Kegiatan halaqah ini tidak khusus untuk mengajarkan atau mendiskusikan
ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat (Musthofa,
2012). Jadi disini pada metode ini posisi guru berada diantara pengunjung
tepatnya ditengah-tengah dan pengunjung atau disini peserta didik melingkari
guru tersebut. Sama seperti yang dikemukakan Azyumardi Azra dalam (Sanaky,

19

2009 : 2). Menyatakan bahwa “ ketika masyarakat Islam sudah terbentuk,
pendidikan diselenggarakan di mesjid dan proses pendidikan pada kedua tempat
ini dilakukan dalam halaqah yaitu lingkaran belajar “. Maka dari pernyataan ini
pula kita dapat melihat bahwa metode Halaqoh ini merupakan metode
pembelajaran dengan posisi yang melingkar. Disini guru mendektikan sejumlah
buku, dan kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi semacam ini
merupakan metode pengajaran yang telah membumi di Spanyol Islam.

Jika kita lihat dari pendekatan-pendekatan ini maka kita dapat melihat
bahwa pendidikan pada masa ini sungguh demokratis, tidak absolut dan antara
guru dengan peserta didik terjalin hubungan yang harmonis. Kemerdekaan
individu dalam mengeluarkan pendapat sangat dihargai, dengan bukti dan
argumentasi. Upaya pembelajaran tidak dibatasi ruang dan waktu, situasi yang
kondusif ini yang membuat lembaga pendidikan Spanyol Islam mengalami
kemajuan pesat. Para pelajarnya tidak dibatasi oleh usia dan status sosial. Ilmu
yang dimiliki tidak saja menyentuh aspek kognitif, akan tetapi mencakup aspek
afektif dan psikomotorik secara simultan dan integral. Keunikan inilah yang
membuat pendidikan Spanyol Islam berbeda dengan pola pendidikan yang
ditawarkan pendidikan Islam sebelumnya. Sebab, penekanannya berorentasi
menstimuli seluruh potensi manusia secara komprehensif dan integral.

b. Pengembangan Perpustakaan

Selain membangun sekolah-sekolah disini pula para khalifah umayah II
juga membangun atau mendirikan lembaga-lembaga yang dapat meningkatkan
sarana pendidikan diantaranya pembangunan perpustakaan, hal ini dikarenakan
walau bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
sarana dan prasarana yang mendukungnya salah satu dintaranya yaitu
perpustakaan yang mampu menyediakan fasilitas dalam pendidikan diantaranya
buku-buku yang dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Untuk itulah khalifah20

khalifah Umayah telah berupaya menyisihkan dana dari kas negara untuk
membangun berbagai sarana pendudukung tersebut secara intensif. Ini dapat
dilihat dari upaya khalifah Abdurahman III (912-961 M) membangun
perpustakaan dikota Granada dengan koleksi hingga mencapai 600.000 jilid buku
dan upaya yang sama juga dilakukan oleh khalifah al-Hakam II (961-976 M) yang
tak mau kalah dengan upaya yang dilakukan oleh bapaknya dimana ia juga
membangun perpustakaan yang terbesar (Greatest Library) di seluruh Eropa pada
masa itu dan masa-masa sesudahnya (Nizar, 2013: 85). Dari pernyataan ini kita
dapat melihat bahwa pada masa kekhalifahan Umayah di Spanyol ini
pemerintahan khalifah sangatlah memperhatikan ilmu pengetahuan yang
berkembang diwilayah Spanyol, hal ini terbukti dengan banyaknya perpustakaan
yang dibangun pada masa itu, hal ini menunjukan dengan jelas bahwa
pemerintahan islam pada masa ini sangat memperhatikan pendidikan dan
pengetahuan. Bahkan disini pada masa khalifah al-Manshur (977-1002 M),
tepatnya di ibu kota Umayah terdapat 73 perpustakaan, dan sejumlah besar toko
buku, mesjid dan istana, sehingga disini membuat ibu kota Umayah memperoleh
popularitas internasional. Hal yang menarik disini kita bisa melihatnya dimana
para penguasa pada saat itu merupakan penguasa yang dapat dikatakan pecinta
ilmu pengetahan yang mana mereka haus akan ilmu pengetahuan, sehingga
diwilayah yang mereka kuasai tmbuh dengan cepat sarana dan prasarana ilmu
pengetahuan yang mana ini tentunya didukung oleh penguasa yang sedang
berkuasa.

Ambisi dan ketertarikan para khalifah ini telah diakui oleh ahli-ahli barat
dengan mengatakan bahwa, al-Hakam II begitu juga dengan pendahulunya,
kurang berminat dan tidak menginginkan peperangan melainkan mereka lebih
tertarik dan gemar ketenangan dan waktunya lebih banyak dipergunakan untuk
mendalami kesusasteraan sehingga pada masa ini pendidikan adalah prioritas
utama, bahkan disini para wakil-wakilnya ditugaskan untuk menulis dan mencari
buku-buku di dunia Timur (Baghdad), atau melakukan sejumlah penerjemahkan
karya-karya klasik. Bahkan ia sendiri sering menulis surat pada setiap penulis
untuk menjual karangannya tersebut kepada khalifah di Spanyol. Bahkan disini Ia

21

tidak segan-segan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk usahanya itu, yang
penting ia bisa memiliki karya-karya yang ada, dan dengan koleksi-koleksi
tersebut ia akan simpan baik itu di perpustakaan pribadi maupun perpustakaan
umum yang nantinya diharapkan mampu memberikan ilmu pengetahuan kepada
umum. Maka disini jelaslah bahwa penguasa Spanyol islam ini sangat tertarik
akan ilmu pengetahuan. Disini dijelaskan bahwa amir sering menulis surat kepada
setiap penulis kenamaan guna memeperoleh naskah karya ilmiah dan
membayarnya sangat mahal dan Pujangga arab, Abu Farj al-Aashfihani yang yang
tinggal di Bagdad pernah didatangi utusan Amir Andalusia guna memperoleh
naskah karangan lagu dan himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000
dirham. (Nasrah, 2004 : 7). Sehingga dari sini nampak jelas lah bahwa penguasa
sangat mencintai akan ilmu pengetahuan dan disini pendidikan ilmu pengetahuan
menjadi sorotan utama dalam pembangunan peradaban ini sehingga peradaban ini
menjadi besar dan pendidikan ini pula mendapatkan prioritas utama dari para
penguasa yang mencintai ilmu, sehingga pendidikan pada masa ini tumbuh
dengan cepat.

Ambisi untuk mendirikan perpustakaan tidak hanya dimiliki oleh para
khalifah, akan tetapi, hal ini juga diminati oleh masyarakat Spanyol Islam. Mereka
mengoleksi berbagai buku bukan untuk keperluan pribadi, namun akan tetapi ada
pula yang merka wakafkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum,
seperti yang dilakukan oleh Abd Mutrif, seorang hakim di Cordova. Abd Mutrif,
telah mengoleksi berbagai buku-buku langka dan Ia juga mempekerjakan enam
orang karyawan untuk menyalin buku-buku tersebut sehingga dapat disebar
luaskan pada masyarakat umum (Nizar, 2013: 85). Artinya disini paradigma
pengetahuan sebagai prioritas dalam pembangunan ini pula bukan hanya milik
penguasa (Kahalifah) yang menjalankan pemerintahan namun disini pula kita
melihat bahwa kesadaran ini juga dimiliki oleh masyarakat yang ada di Spanyol
itu sendiri, dimana merka mengeluarkan dana pribadi yang tidak sedikit untuk
melaksanakan ambisinya tersebut didalam mendirikan perpustakaan, sama halnya
dengan perpustakaan yang didirikan oleh Abd Mutrif ini, dimana ia harus

22

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam pembangunan dan pengkoleksian
buku perpustakaannya yang mana ini diperuntukan untuk umum.

Pada masa ini pula para wanitapun tidak ketinggalan, mereka berlombalomba untuk mengumpulkan buku-buku, demikian pula para budak (Nizar, 2013:
86). Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang relatif singkat
pertumbuhan perpustakaan di Spanyol Islam menyebar dengan sangat menggeliat
dan cepat. Yang mana dari pembangunan perpustakaan ini sangatlah mendukung
bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol, sehingga dengan sekejap saja
telah mengubah daerah Spanyol menjadi sebuah negara yang kaya, makmur dan
maju, dan ilmu pengetahuan yang maju dengan sangat cepatnya. Disini ilmu
pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka, akan tetapi juga milik para budak
dan hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak tersendiri bagi
kemajuan pendidikan yang di perkenalkan Spanyol Islam (Nizar, 2013: 86).

2.3

Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Spanyol Islam

Jika kita kaji sendiri faktor-f