PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARN TEMATIK PADA SISWA KELAS II DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN

(1)

ii ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARN TEMATIK PADA SISWA KELAS II

DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN

Oleh: Sudarmi

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah : (1) motivasi belajar peserta didik yang masih rendah, (2) prestasi belajar IPA peserta didik masih rendah di bawah KKM, dan (3) kurangnya kreativitas guru untuk menggunakan medel pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka tujuan penelitian ini : meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tematik.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Bhakti Negara dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas II. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 4 langkah kegiatan, meliputi kegiatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah perangkat tes, lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru.

Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 1, 2, dan 3 menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar IPA yang dapat terlihat dari peningkatan hasil prestasi belajar peserta didik. Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 1 mencapai rata-rata 33,33 % atau sekitar 11 orangdi bawah KKM. Hasil analisis tndakan yang dilakukan pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar IPA melalui medel pembelajaran tematik menunjukkan kemajuan mencapai rata-rata 78,79% atau sekitar 26 orang yang telah mencapai KKM. Hasil analisis tindakan yang dilakukan pada siklus 3 menunjukkan peningkatan prestasi belajar IPA peserta didik melalui model pembelajaran tematik menunjukkan kemajuan kemajuan yang signifikan, secara keseluruhan peserta didik yang telah mencapai skor ketuntasan minimal mencapai rata-rata 87,88% atau sekitar 29 orang telah mencapai KKM. Demikian model pembelajaran tematik dapat dijadikan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar IPA peserta didik.


(2)

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR halaman


(3)

x

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul... i

Abstrak... ii

Judul... iii

Lembar Persetujuan ...iv

Pengesahan ...v

Riwayat Hidup...vi

LembarPernyataan... vii

Persembahan...viii

Motto ... ...ix

Kata Pengantar ... ...x

Daftar Isi ...xi

Daftar Gambar...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5


(4)

xi

A. Prestasi Belajara

... 7

B. Pengertian Model Pembelajaran

Tematik ... 9

C. Tujuan Penerapan Model

Pembelajaran Tematik ... 10

D. Teori Yang Melandasi Model

Pembelajaran Tematik ... 12

1. Teori Pemrosesan Informasi dari

Robert Gagne ... 12

2. Teori Perkembangan Kognitif dari

Piaget ... 16

3. Teori Gestalt

... 18

E. Langkah – Langkah Pembelajaran

Tematik ... 19

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

... 20

2. Menentukan Jaringan Tema

... 22

3. Menyusun Silabus

... 22

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran


(5)

xii

F. Hakekat Pelajaran IPA

... 25

G. Hipotesis

Penelitian... 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian

... 29

C. Desains Penelitian

...29

D. Instrumen Penelitian

... 30

E. Prosedur Penelitian

... 30

F. Pengumpulan Data

... 32

G. Analisis Tindakan PTK

... 32

H. Indikator Keberhasilan

... 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian


(6)

xiii

B. Siklus 1

... 37

C. Siklus

2... 43

D. Siklus

3………...49

E. Pembahasan Hasil Penelitian

... 35 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

... 58

B. Saran

... 59 DAFTAR PUSTAKA


(7)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena petunjuk dan hidayahNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian Tindakan Kelas yang berjudul : “ Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui model Pembelajaran Tematik pada siswa kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara

Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012 / 2013”. Penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Program S-1 PGSD Dalam Jabatan.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun material dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Prof. Dr. H Sudjarwo, M.S Dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bibingan

dan arahan dengan penuh kesabaran dari awal hingga penelitian Tindakan Kelas ini selesai.

4. Drs. Maman Surahman, M.Pd Dosen pembahas yang dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan dan masukan pada peneliti hingga Peneliti Tindakan Kelas ini selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen selaku tim pengajar dalam pelaksanaan Program S1 PGSD dalam jabatan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama penelitia


(8)

viii

menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Slamet, S.Pd. sebagai Kepala SD Negeri 1 Bhakti negara Kabupaten Way Kanan yang telah memberikan bantuan serta izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri 1 Bahkti negara dan segenap dewan guru yang telah membantu di dalam penelitian ini.

7. Teman – teman peserta Program S1 PGSD dalam jabatan yang telah banyak memberikan bantuan serta rasa persahabatan dan kekeluargaan yang akan menjadi kenangan indah.

8. Suamiku Mujiana, serta anak-anakku Eka Handayani dan Dwi Handoko atas do’a dan dukungan yang selama ini diberikan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti mengakui bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Peneliti harapkan untuk perbaikan lebih lanjut dan masukan bagi peneliti sebagai pedoman acuan dalam penelitian yang akan datang.


(9)

viii

Bandar Lampung, Februari 2013

SUDARMI

NPM.1013144022


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar - sebenarnya bahwa :

1. Skripsi ini dengan judul “Peningkatan Prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran tematik pada siswa kelas II di SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan” adalah hasil karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan tata cara yang tidak sesuai dengan karya ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme

2. Hak intlektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Demikian perbyataan ini saya buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan ada yang ketiadak beneran atas pernyataan saya ini, saya bersedia menanggung akibat dan sangsi hokum yang berlaku.

Baradatu, Februari 2013

SUDARMI


(11)

ix MOTTO

Ajaklah Manusia Itu Ke Jalan Tuhanmu Dengan Cara Bijaksan Dan Nasihat (Pendidikan) Yang Baik...


(12)

v

PENGESAHAN

1. Tim Penguji

Peguji : Prof. Dr.H. Sudjarwo, M.S

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Maman Surahman, M.Pd

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(13)

v


(14)

vii

Judul Skripsi : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELASM II DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN

Nama Mahasiswa : SUDARMI

NPM : 1013144022

Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pimbimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Prof. Dr Sudjarwo, M.S NIP.19510507 198103 1 002 NIP.19530528 198103 1 002


(15)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Dalam perjuanganku sebagai tanda bakti dan kasihku

Kepada

1. Kedua orangtuaku yang selalu mendo’akan keberhasilanku

2. Suami tercinta yang selalu memberikan semangat demi keberhasilanku

3. Anak-anakku tersayang yang selalu membuat hidupku lebih berarti dan

yang selalu mendo’akan untuk keberhasilanku

4. Adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan dan

semangat


(16)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA KABUPATEN WAY KANAN.

Nama Mahasiswa : SUDARMI

No. Pokok Mahasiswa : 1013144022

Program Studi : S1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd Prof.Dr. H Sudjarwo, M.S


(17)

vi

RIWAYAT HIDUP

SUDARMI, lahir di Setianegara, 10 Juni 1972. Anak pertama dari tiga bersaudara dari bapak Sutrisno dan ibu Suparti. Menikah dengan mujiana dan dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Eka Handayani dan Dwi Handoko.

Memulai pendidikan di SD Negeri 1 Banjar Sari lulus tahun 1985. Melanjutkan ke SMP YP 17 Baradatu lulus tahun 1988. Melanjutkan ke SPG YP 17 Baradatu lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program S-1 PGSD Dalam Jabatan lulus tahun 2013.

Peneliti memulai karir mengajar di SD Negeri 01 Bhaktinegara Kabupaten Way Kanan tahun 2003 sampai sekarang.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.

Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik bagi guru ataupun lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima. Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada dibarisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang didalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilal-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Jika diizinkan saya mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijak yang di kemukakan oleh Carla Rinaldi (2006: 5) bahwa kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan dengan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah.


(19)

Hal itudidasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua. Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang kuat. Guru secara terus menerus harus selalu memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik dan psikis peserta didik. Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang diemban oleh guru memang sangat berat, namun sanatlah mulia. Untuk itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru disekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras.

Guru dan juga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secara sikap mental yang positif. Untuk itu, dalam proses pembelajaran, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah suatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang digunakan dalam penyampaian sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, keperibadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, kecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara propesional. Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangansampai masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode atau model


(20)

pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak.

Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar peserta didik. Melihat kondisi belajar peserta didik kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara dalam mengikuti pembelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 yang masih rendah, yaitu sekitar 30 % peserta didik atau 8 orang saja yang mampu memenuhi standar ketuntasan minimal (KKM) 60. Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan peserta didik juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan peserta didiknya.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Menurut Kunandar (2007: 331) model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang anak belajar alphabet. Atau sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai. Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedang mempelajari satu mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan hanya dalam satu kali pertemuan saja.


(21)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Motivasi belajar peserta didik yang masih rendah 2. Prestasi belajar IPA peserta didik masih dibawah KKM

3. Kurangnya kreativitas guru untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas II khususnya untuk mata pelajaran IPA.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah adalah : Bagaimanakahpenerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada peserta didik kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk :

1. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tematik.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis antara lain untuk memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan model pembelajaran tematik terhadap prestasi belajar IPA ditinjau dari motivasi peserta didik.

2. Manfaat Praktis


(22)

a. Bagi peserta didik

Dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan motivasi peserta didik sehingga prestasi belajar pun meningkat.

b. Bagi Guru

Mampu memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru kelas rendah pada khususnya, tentang pengaruh penerapan model pembelajaran tematik terhada prestasi belajar IPA ditinjau dari motivasi peserta didik.

Sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk mengadakan pembaharuan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran tematik. d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran tematik dalam meningkatan prestasi belajar peserta didik.


(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni”prestasi” dan “belajar”, mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, penelitian menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu atau kelompok. Kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

Sedangkan Djamarah (1994:20) bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Nasrun Harahap berpendapat bahwa prestasi belajar adalah “ penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik berkenaan dengan penguasaan bahwa pelajaran yang disajikan kepada peserta didik. Dari pengertian diatas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (186:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan pisikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum


(24)

mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuai dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar peserta didik dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik.

B. Pengertian Model Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yakni landasan filosofis, psikologis, dan yurisis. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas, 2006: 226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Pembelajaran, tema


(25)

diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.

Model pembelajaran ini diperuntukkan bagi pembelajaran di SD kelas rendah. Model tematik tidak mengenalkan anakdengan istilah mata pelajaran. Anak dikenalkan dengan istilah tema, dan substansi didalamnya dapat mencakup beberapa aspek aktivitas bidang kehidupan yang secara tradisional disebut mata pelajaran. Pembelajaran model tematik esensinya bertolak dari hakekat pendidikan kecakapan hidup. Artinya bagi anak pendidikan itu adalah melatih kecakapan dasar untuk kehidupan. Kecakapan dasar kehidupan itu, mencakup kecakapan sosial, emosional, artimatika, kecakapan literasi dan lain-lain. Untuk memudahkan penguasaan kecakapan itu, maka pembelajarannya perlu kontek yang tepat. Kontek yang tepat untuk ukuran anak SD adalah tempat dan aktivitas yang sering menjadi pusat minat perhatian mereka. Oleh karena itu, pusat minat anak yang diberi tema, selalu berhubungan dengan kontek yang disenangi anak, misalnya pariwisata, tetangga, diri sendiri dan lain-lain.

Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek pembelajaran. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik dikemasdalam suatu tema atau biasa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.


(26)

Kesimpulan yang diperoleh adalah pembelajaran yang menggunakan tema mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep- konsep langsung mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami.

C. Tujuan Penerapan Model Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitanya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan.

Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya : (1) peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajarai mata pelajaran lain; (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk


(27)

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (Poerwadarminta dalam Depdiknas, 2006 : 5)

Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/ materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat pengertiaan mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Adanya pemanduan antara mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa, dan Seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah opitomo dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara ilmiah tentang dunia sekitar mereka.

Kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah peseta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya melalui pembelajaran yang lebih menekan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.


(28)

1. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Menurut teori Gagne, cara untuk menentukan persaratan untuk suatu tujuan belajar adalah melakukan hirarki belajar. Sebuah hirarki belajar dibangun dengan bekerja mundur dari tujuan pembelajaran akhir. Dan kemampuan akhir yang dimiliki oleh peserta didik setelah belajar disebut kabilitas. Karena itu, hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di pucak dari hirarki belajar tesebut, diikuti kemampuan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Hirarki belajar dariGagne memungkinkan juga prasyaratan yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula (Orton, 1987 : 76).

Berdasarkan analisanya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksi; kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi kejadian-kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne ditujukan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok peserta didik. Kejadian-kejadian instruksi itu adalah :

1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation) 2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar

3. Mengarahkan perhatian (directing attention) 4. Merangsang ingatan ( simulating recall) 5. Menyediakan bimbingan belajar


(29)

6. Meningkatkan retensi (enhancing retention) 7. Melancarkan transfer belajar.

Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu (Sutrisna,2010) :

1. Informasi verbal. Informasi verbal adalah kemampuan peserta didik untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan peserta didik mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya bersifat verbal.

2. Keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual merupakan penampilan yang ditunjukkan peserta didik tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Ketermapilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya. Untuk memecahkan masalah peserta didik memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperoleh aturan-aturan ini peserta didik sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini peserta didik harus menguasai diskriminasi-diskriminasi. 3. Strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan suatu macam keterampilan

intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan peserta didik untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir.


(30)

Beberapa strategi kognitif adalah strategi menghafal, strategi menghafal, strategi elaborasi, strategi pengaturan, strategi metakognitif, dan strategi afektif.

4. Sikap-sikap. Merupakan pembawaan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok peserta didik yang penting ialah sikap-sikap terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu menjadi hal yang penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.

5. Keterapilan-keterampilan motorik. Keterampilan motorik merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar seperti membaca, menulis, dan sebagai berikut. Karenanya, di saat guru menemui para peserta didik yang mengalami kesulitan atau melakukan kesalahan, cobalah unntuk berpikir jernih dalam menetapkan penyebab kesulitan maupun kesalahan peserta didik tersebut dan dapat menggunakan teori tentang hirarki belajar ini sebagai salah satu alat pentingnya. Sekali lagi, seorang peserta didik tidak akan dapat mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu jika mereka tidak memiliki pengetahuan prasyaratnya. Karena itu, untk memudahkan para peserta didik selama proses pembelajaran di kelas, proses tersebut harus dimulai dengan memberi kemudahan bagi para peserta didik dengan mengecek, mengingat kembali, dan memperbaiki pengetahuan-pengetahuan prasyaratnya.

Disimpulkan bahwa berdasarkan teori Gagne belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar dipengaruhi oleh factor dalam diri dan factor dari luar peserta didik di mana keduanya saling berinteraksi.


(31)

2. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunya empat aspek, yaitu (1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf; (2) pengalaman, yaitu hubungan timbal bali antara organisme dengan dunianya; (3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan (4) ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Sistem mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisme yang merupakan skumulasi dari tingkah laku yang sederhan hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang skumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang skumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget, perkembangan kognotif seseorang atau peserta didik adalah suatu proses yang bersifat genetic. Artinya proses belajar itu di dasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syarat.

Oleh sebab itu makin bertambahnya umur seseorang peserta didik, mengakibatkan kompleksnya susunan sel-sel syaraf dan juga makin meningkatkan kemampuan khususnya dalam bidang kualitas intelektual (kognitif). Ketika seseorang peserta didik berkembang dalam proses menuju kedewasaan diri, mereka pasti melakukan atau mengalami proses adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga terjadi


(32)

proses perubahan-perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Asumsi ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang memiliki perbedaan usia secara kronologis akan berbeda secara kualitatif. Inilah yang kemudian dijadikan standar ukuran anak masuk SD minimal berusia kronologis 7 tahun.

Kesimpulan yang bisa diambil bahwa teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecilpeserta didik dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal.

3. Teori Gestalt

Kontribusi paling penting dalam teori gestalt terhadap pemahaman kita mengenal pembelajaran adalah pada studi tentang wawasan (insight). Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Teori pendidikan yang dikembangkan dunia barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar peserta didik tersebut aktif, sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar peserta didik tersebut pasif, sehingga sistensisnya dikembangkan teori ketiganya yang mengatakan bahwa


(33)

perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi) sehingga dalam proses belajar dan mengajar peserta didik tersebut aktif dan pasif.

Menurut pandangan Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran. Teori belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari penamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah, dan menghendaki agar peserta didk belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insting yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dalam teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha menemukan hubungan antara bagian, memperoleh instingh agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan ajaran tersebut.


(34)

Sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : (1) berpusat pada peserta didik, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajarn tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, (7) prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (dikutip dari Depdiknas, 2006 : 12-14).

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dan berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator

Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indicator. Mengembangakan indikator perlu memperhatikan haal sebagai berikut :

1. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik 2. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

3. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan atau dapat diamati.


(35)

b. Menentukan Tema 1. Cara penentu tema

Menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

Yang pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan untuk menentukan tema tersebut, uru dapat bekerja sama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

2. Prinsip penentu tema

Menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik Yang termudah menuju yang sulit

Yang sederhana menuju ke yang kompleks Yang kongkrit menuju yang abstrak

Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik

Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

c. Identifikasi dan analisis standar kompetensi dasar dan indikator, lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.


(36)

2. Menetapkan Jaringan Tema

Bualtlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indicator dengan tema pemersatu. Jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

3. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari stnadar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat atau sumber, dan penelitian. 4. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembeljaran tematik meliputi :

1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu, banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.

3. Materi pokok bahasan uraiannya yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan


(37)

sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutupan).

5. Alat dan media yang digunakan unuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian.

Secara oprasional tahap-tahap kegiatan dalam penelitian ini yang akan dilakukan dalam siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan

1. Mempersiapkan kelompok mata pelajaran yang akan disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

2. Memilih dan menetapkan tema yang sesuai dengan kelompok mata pelajaran yang akan disampaikan.

3. Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran.

4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

5. Merencanakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

6. Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan keberhasilan 7. Mempersiapkan media pembelajaran


(38)

9. Membuat lembar observasi b. Pelaksanaan Tindakan

Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah :

1. Setelah menyusun rencana pembelajaran kemudian menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajaran.

2. Menyampaikan kepada peserta didik mengenai pelaksanaan dan tujuan model pembelajaran tematik

3. Guru menyampaikan materi pelajar dengan menggunakan model pembelajaran tematik

4. Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator selama proses pembelajaran. c. Pengamatan (Observasi)

1. Observasi melakukan pengamatan sesuai dengan menggunakan lembar observasi.

2. Menilai tindakan dengan mengunakan format evaluasi.

3. Tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disesuaikan, kemudian mengamati kegiatan peserta didik dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu di lakukan pemotretan untuk mendokumentasikan kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

d. Repleksi

1. Repleksi dilakukan setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari hasil kegiatan, dan akhirnya komentar dari dosen atau tentang keseluruahan proses serta saran sebagai peningkatan


(39)

pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.

2. Mengevaluasikan tindakan yang telah dilakukan dan menganalisis hasil tindakan

3. Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap berikutnya.

F. Hakekat Pelajaran IPA

Ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapanpun dimanapun. Sund dan Rrowbribge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.

Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Tersikapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu kewaktu jarak tersebut makin sempit, sehingga semboyan “Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini sains dan teknologi menunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan


(40)

dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat sains (the nature of cience) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology)

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winataputra, 1992 :122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Mata pelajaran ini pula di gunakan dalam UN dan UASBN. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sain perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebutkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Ada empat alasan sains dimasukkan dikurikulum sekolah dasar yaitu :

1. Bahwa sains berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materi suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang ini, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering di sebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atua dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenal berbagai gejala alam.

2. Bila diajarkan sains menurut cara tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir keritis; misalnya sains diajarkan dengan


(41)

mengikuti metode “menemukan sendiri”. Anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.

3. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan oleh anak, maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

A. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka di atas hipotesis peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut : melalui penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan.


(42)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini berfokus pada peserta didik SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan Kelas II yang berjumlah 33 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 20 orang dan perempuan 13 orang.

B. Tempat dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Bhakti Negara Kabupaten Way Kanan. Tahun 2012/2013 Selama dua bulan.

C. Desains Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran tematik. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan utama yaitu : perencanaan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Setiap akhir kegiatan siklus diadakan refleksi, sehingga kelemahan-kelemahan setiap siklus dapat dibenahi pada siklus berikutnya. Setiap siklus dilengkapi dengan indikator kinerja yaitu 80% peserta didik harus memiliki nilai ≥ 60.

D. Instrumen Penelitian

Peningkatan kemampuan peserta didik di kelas dapat diketahui dengan cara observasi langsung dan didukung oleh wawancara dengan peserta didik. enelitian ini peneliti


(44)

berperan sebagai instrument utama dalam mengumpulkan informasi. Selain itu akan digunakan instrumen penunjang yaitu lembar panduan observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru, lembar tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, kamera untuk mendokumentasikan segala kegiatan dalam penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yaitu penelitian tindakan yang berbentuk siklus (tindakan). Secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini dapat divisualisasikan ke dalam siklus kegiatan sebagai berikut :

Alur Siklus Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas

Rencana Umum

(pembelajaran

)

Refleksi Siklus 1


(45)

Kemmis dan Mc Taggart (Aqib,2006 :31)

Kegiatan perencana diawali dengan orientasi pendahuluan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan melakukan tanya jawab dengan peserta didik mengenai proses pembelajaran konvensional. Kegiatan ini merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan mengidentifikasi masalah dan menemukan fakta lapangan. Kemudian berdasarkan temuan pada orientasi pendahuluan, peneliti merencanakan tindakan yang akan ditampilkan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan, kemudian observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan

Tindakan & Observasi 1

Perbaikan rencana Refleksi

Tindakan & Observasi Siklus 2

Perbaikan Rencana Refleksi

Tindakan & observasi III

Keputusan Lebih

Siklus III


(46)

refleksi dan revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan untuk menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

F. Pengumpulan Data

Alat bantu yang digunakan peneliti dalam mempermudah pengumpulan data, yaitu : 1.Observasi, dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yaitu aktivitas peserta

didik dan kinerja guru selama penelitian sebagai upaya mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan. Data aktivitas peserta didik diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru.

2. Lembar tes dilakukan setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah diterapkannya pembelajaran tematik

G. Analisis Tindakan PTK

Proses analisa data dilakukan secara reflektif, partisipatif, dan kolaborasi pada setiap tahap refleksi sehingga dari hasil analisis refleksi ini dapat ditemukan alternatif jalan keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya. Data kualitatif diperoleh dari data aktivitas peserta didik dan kinerja guru. Setiap peserta didik diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda (x) pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator peserta didik dikatakan aktif jika lebih atau sama dengan 60% frekuensi yang ditetapkan peridikator. Setelah selesai di observasi maka jumlah aktivitas yang dilakukan peserta didik dihitung, lalu dipersentasikan.

Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan rumus : %A = Na x 100%


(47)

Keterangan :

%A : Persentase aktivitas peserta didik

Na : Jumlah indikator aktivitas terkategori aktif dilakukan peserta didik N : Jumlah indikator aktivitas keseluruhan

Data pada siklus 1 dan 2 dioleh menjadi persentase aktivitas peserta didik. Seorang peserta didik dikategorikan aktif apabila minimal memperoleh 61% dari 9 indikator aktivitas yang ada. Pemilihan persentase keaktifan peserta didik yaitu :

81% - 100 % : sangat baik 61% - 80% : baik 41% - 60% : cukup 21% - 40% : kurang 0% - 20% : kurang sekali

Menentukan persentase peserta didik aktif dengan menggunakan rumus : %As = ∑As x 100%

N Keterangan :

%As : Persentase peserta didik yang aktif ∑As : Jumlah peserta didik yang aktif N : Jumlah peserta didik

Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru, dengan kategori kurang, cukup, baik, dan sangat baik, kinerja guru dapat dilihat berdasarkan rentang nilai sebagai berikut : 0 – 4 (kurang), 15 – 28 (cukup), 29 – 42 (baik), dan 43 – 56 (sangat baik) dengan kategoti : kurang (apabila indikator yang mempengaruhi kinerja guru sudah dilaksanakan), baik


(48)

(apabila indikator yang mempengaruhi kinerja guru sudah dilaksanakan namun masih kurang baik), dan sangat baik (apabila indikator yang mempengaruhi kinerja guru sudah dapat dilaksanakan dengan baik). Untuk menilai kinerja guru, peneliti dibantu oleh seorang guru mitra yaitu guru di sekolah tersebut yang mengajar di kelas lain.

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran tematik diambil dari persentase ketuntasan belajar peserta didik setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Pesreta didik dikatakan tuntas jika mendapat nilai lebih atau sama dengan 60. Untuk menentukan persentase peserta didik tuntas setiap siklusnya dengan menggunakan rumus :

%At = ∑At r

Keterangan :

%At : Persentase peserta didik tuntas belajar ∑At : Banyak peserta didik yang tuntas r : Jumlah peserta didik

Langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Kategori Data

Kategori data yaitu menkategorisasikan data terlebih dahulu berdasarkan fokus masalah penelitian, yaitu mengenai aktivitas peserta didik dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan situasi kelas.

2. Validasi Data

Teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Referensi untuk meningkatkan kevalidasian dan kesahihan data


(49)

b. Triangulasi, mengecek kebenaran data atau informasi kebenaran data untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber lain mengenai kebenaran data peneliti.

c. Member check, informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penelitian laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran IPA siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika siswa yang tuntas minimal 75% dengan rerata 65. Siswa dikatakan aktif jika 80% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan.


(50)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, ternyata penerapan model pembelajaran tematik mendapat tanggapan yang positif dari guru dan peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung dengan aktif dan menyenangkang, guru dan peserta didik menjadi lebih bersemangat melaksanakan setiap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini terlihat dari peneilaian kinerja guru dan aktivitas peserta didik yang makin meningkat dari siklus 1, 2, dan 3.

2. Model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar IPA peserta didik. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, yaitu peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran tematik menjadi aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, antusias mengerjakan tugas yang diberikan, berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, mengikuti dan melaksanakan aturan dan tata cara permainan, dapat


(51)

2

bekerja sama dengan baik, antusias pada saat mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga terlihat daripencapaian hasil belajar peserta didik yang meningkat dari siklus ke siklus, siklus 1 prestasi belajar siswa masih di bawah KKM rata-rata 33,33% atau sekitar 11 orang. Siklus 2 prestasi belajar siswa mencapai rata-rata 78,79% atau sekitar 26 orang yang mencapai KKM. Di akhir siklus 3 prestasi belajar siswa telah mencapai 87,88% atau sekitar 29 orang telah mencapai KKM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut :

a. Bagi Peserta Didik

Agar lebih aktif dalam proses pembelajaran supaya materi yang disampaikan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Agar lebih kreatif dalam proses belajar mengajar ( dalam menyampaikan materi pembelajaran).


(52)

3

Agar dapat lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.


(53)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA

KELAS II DI SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh : SUDARMI 1013144022

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Program Studi PGSD STRATA 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S 2003, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia, Jakarta. Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya.

Departeman Pendidikan Nasional, (2004), Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Depdiknas.

---, (2006), kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta:

Depdiknas

---, (2006), Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta : PUSKUR BALITBANG.

Djamarah, Syaiful Bahri, (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,

Surabaya: Usaha Nasional

Kunandar, (2007), Guru Profesional, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nasution, S, (1996), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,

Jakarta : Bumi Aksara

Orton, A, (1987), Learning Mathematics, London ; Casel Educational Limited. Purwanto, Ngalim, (1986). Pisikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rinaldi, Carla, (2006), 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri, Jakarta : PT.

Gramedia

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara, 1987

Sutrisna, Putu, (2010), Teori Belajar Robert Gagne,

http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/teori-belajar-rober-gagne.html didownload tanggal 9 Agustus 2012

Winataputra, Udin S.(2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(1)

peneliti.

c. Member check, informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penelitian laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran IPA siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika siswa yang tuntas minimal 75% dengan rerata 65. Siswa dikatakan aktif jika 80% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti semua aspek kegiatan.


(2)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, ternyata penerapan model pembelajaran tematik mendapat tanggapan yang positif dari guru dan peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung dengan aktif dan menyenangkang, guru dan peserta didik menjadi lebih bersemangat melaksanakan setiap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Hal ini terlihat dari peneilaian kinerja guru dan aktivitas peserta didik yang makin meningkat dari siklus 1, 2, dan 3.

2. Model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar IPA peserta didik. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, yaitu peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran tematik menjadi aktif dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, antusias mengerjakan tugas yang diberikan, berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, mengikuti dan melaksanakan aturan dan tata cara permainan, dapat


(3)

bekerja sama dengan baik, antusias pada saat mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga terlihat daripencapaian hasil belajar peserta didik yang meningkat dari siklus ke siklus, siklus 1 prestasi belajar siswa masih di bawah KKM rata-rata 33,33% atau sekitar 11 orang. Siklus 2 prestasi belajar siswa mencapai rata-rata 78,79% atau sekitar 26 orang yang mencapai KKM. Di akhir siklus 3 prestasi belajar siswa telah mencapai 87,88% atau sekitar 29 orang telah mencapai KKM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran dalam penerapan model pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut :

a. Bagi Peserta Didik

Agar lebih aktif dalam proses pembelajaran supaya materi yang disampaikan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Agar lebih kreatif dalam proses belajar mengajar ( dalam menyampaikan materi pembelajaran).


(4)

3

Agar dapat lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana dalam mendukung proses pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.


(5)

iii

KABUPATEN WAY KANAN

Oleh :

SUDARMI 1013144022

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada Program Studi PGSD STRATA 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S 2003, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Indonesia, Jakarta. Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya.

Departeman Pendidikan Nasional, (2004), Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Depdiknas.

---, (2006), kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta: Depdiknas

---, (2006), Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta : PUSKUR BALITBANG.

Djamarah, Syaiful Bahri, (1994), Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional

Kunandar, (2007), Guru Profesional, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nasution, S, (1996), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara

Orton, A, (1987), Learning Mathematics, London ; Casel Educational Limited. Purwanto, Ngalim, (1986). Pisikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rinaldi, Carla, (2006), 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri, Jakarta : PT.

Gramedia

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara, 1987

Sutrisna, Putu, (2010), Teori Belajar Robert Gagne,

http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/teori-belajar-rober-gagne.html didownload tanggal 9 Agustus 2012

Winataputra, Udin S.(2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 54

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU KELAS 1 SD NEGERI 2 SUKOHARJO II SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD NEGERI 2 BUKIT GEMURUH WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN

0 8 40

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODELJIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPOKOSAWIT II Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Modeljigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cepokosawit II Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODELJIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPOKOSAWIT II Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Modeljigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cepokosawit II Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 12

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas II Semester 1 SD Negeri Kayen 05 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2012

0 0 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas II Semester 1 SD Negeri Kayen 05 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2012

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PELAJARAN IPA KELAS II SD Contoh Penelitian Tindakan Kelas

0 2 29

Peningkatan Prestasi Belajar Pada Tema Peristiwa Melalui Model Pembelajaran Tematik Pada Siswa Kelas II SD Negeri Paguyangan 03.

0 0 2

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA, IPA, DAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS II SD NEGERI 1 BOJANEGARA

0 0 12