Rumusan Masalah Tujuan Penelitan Tinjauan Pustaka

commit to user 4 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, didapatkan data bahwa terdapat 20 pasangan infertilitas. Peneliti menemui 5 lima dari 20 pasangan tersebut, 3 tiga di antaranya mengatakan cemas dengan keadaannya Data Primer, 2012. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertilitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu : Apakah ada pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertilitas?

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertilitas. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasangan yang mengalami infertilitas sebelum diberikan konseling eklektik. commit to user 5 b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasangan yang mengalami infertilitas setelah diberikan konseling eklektik. c. Untuk menganalisis pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertilitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai kondisi psikologis, khususnya kecemasan yang terjadi pada pasangan yang mengalami infertilitas. 2. Manfaat aplikatif a Bagi responden Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan yang terjadi setelah diberikannya konseling eklektik. b Bagi profesi Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu, mencegah, dan mengatasi kecemasan pada kasus infertilitas dengan pemberian konseling eklektik. Profesi ini terkait dengan pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti bidan, dokter, atau tenaga kesehatan lainnya, psikolog, maupun masyarakat umum. commit to user 6 c Bagi mahasiswa Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertitas. commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tingkat kecemasan a. Definisi Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik Trismiati, 2004. Hawari 2008 mendefinisikan kecemasan sebagai gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada subjek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas Videbeck, 2008. b. Faktor penyebab Menurut Burham dalam Nurmelly 2010, sumber kecemasan dapat ditelusuri dari tiga penyebab dasar, yaitu : commit to user 8 1 Rasa harga diri yang mungkin terancam oleh keraguan akan penampilan lahiriah. 2 Kesejahteraan pribadi yang mungkin terancam oleh ketidakpastian akan masa depan. 3 Kesejahteraan yang terancam oleh berbagai konflik yang tidak terpecahkan. Adapun faktor yang berhubungan dengan kecemasan menurut Stuart dan Sundeen 2007 adalah konflik yang tidak disadari tentang nilai esensial dan tujuan hidup, ancaman pada konsep diri, ancaman pada kematian, ancamanperubahan status kesehatan, ancamanperubahan status sosioekonomi, peran fungsi, lingkungan, pola interaksi, krisis situasi dan maturitas, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. c. Mekanisme terjadinya kecemasan Seseorang yang mengalami stressor psikososial perkawinan, orang tua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma yang ditangkap melalui panca inderanya, melalui sistem saraf panca indera akan diteruskan ke susunan saraf pusat otak, yaitu bagian saraf otak yang disebut lymbic system, melalui transmisi saraf neurotransmittersinyal penghantar saraf. Dan selanjutnya stimulus atau rangsangan psikososial tadi melalui susunan saraf autonom simpatisparasimpatis akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar commit to user 9 hormonal endokrin yang merupakan sistem imunitas tubuh dan organ-organ tubuh yang dipersarafinya Hawari, 2008. Struktur kepribadian terdiri atas tiga elemen, yaitu : id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego. Berkaitan dengan sebab-sebab kecemasan, Freud mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu- pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan ke mana ia akan memberikan respons, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Fungsi-fungsi eksekutif ini dijalankan dengan mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan Leod, 2005. d. Tingkat Kecemasan Peplau dalam Stuart dan Sundeen 2007 membagi tingkat kecemasan menjadi empat, yaitu : commit to user 10 1 Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan kreatifitas. 2 Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tindak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. 3 Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu. Cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. 4 Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk commit to user 11 berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. e. Gejala klinis Menurut Bucklaw dalam Trismiati 2004, para ahli membagi bentuk kecemasan itu menjadi dua tingkat, yaitu : 1 Tingkat psikologis Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu, dan sebagainya. 2 Tingkat fisiologis Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi saraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Menurut Hawari 2008, keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami kecemasan antara lain sebagai berukut : 1 Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah tersinggung. 2 Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut. 3 Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4 Gangguan pola tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan. 5 Gangguan konsentrasi dan daya ingat. commit to user 12 6 Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak mafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. 2. Konseling a. Pengertian konseling Konseling yang berasal dari bahasa Inggris “counseling”, pengertiannya dapat dilihat dari segi bahasa dan dari segi layanan profesional. Dari segi bahasa, konseling terkait dengan kata counsel yang berarti nasihat to obtain counsel, anjuran to give counsel, dan pembicaraan to take counsel. Dari segi layanan profesional, konseling memiliki deskriptif yang dikemukakan oleh para ahlinya di dalam literatur profesional Amerika. Definisi konseling dapat dipandang sebagai komunikasi antar pribadi relationship, sebagai proses yang dilalui process, dan sebagai pertemuan tatap muka face to face relationship Sutarno, 2008. Burks dan Stefflre dalam Yuridah 2009 menyatakan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar pribadi. commit to user 13 American Psychological Association APA memberi batasan konseling sebagai suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan pribadinya dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang dimiliki secara optimal. Konseling adalah suatu hubungan timbal balik antara konselor dan klien yang bersifat profesional baik secara individu ataupun kelompok, yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam kehidupan Yuridah, 2009. b. Macam-macam konseling Menurut Latipun 2003, macam-macam konseling yang bisa diberikan kepada klien, antara lain : 1 Konseling berpusat pada person, yang memandang klien sebagai partner dan memerlukan keserasian pengalaman pada pasien maupun konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengalamannya saat hubungan berlangsung. 2 Konseling rasional emotif behavior atau cognitive behavior therapy, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. 3 konseling behavior, merupakan proses konseling dengan upaya- upaya pengubahan perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala neurotik. commit to user 14 4 Konseling realitas, memandang individu pada perilaku dengan standar yang objektif yang dikatakan dengan realistik. konseling ini berfokus pada perilaku, personal, dan pada saat ini. 5 Konseling eklektik, merupakan konseling yang menggunakan data klien sebagai studi secara individual yang meliputi keseluruhan kehidupan sehari-hari yang terus mengalami perubahan sesuai masalah dan situasinya. 6 Konseling kelompok, salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar. lebih memfokuskan menangani klien yang mengalami gangguan neurotik atau problem emosional berat lain dan dilakukan untuk jangka panjang. 7 Konseling keluarga, merupakan penerapan konseling yang secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan keluarga. c. Pengertian konseling eklektik Konseling eklektik merupakan konseling yang menggunakan data klien sebagai studi secara individual yang meliputi keseluruhan kehidupan sehari-hari yang terus mengalami perubahan sesuai masalah dan situasinya Latipun, 2003. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prochaska pada tahun 1984 dalam Nugroho 2012 bahwa konseling eklektik merupakan penerapan fungsi commit to user 15 psikologi untuk memecahkan masalah personal, dengan menerapkan prinsip khusus yang ditetapkan berdasar masalah khusus yang dipecahkan. Atau dapat juga dikatakan bahwa konseling eklektik berpegang teguh pada pandangan teoritis dan pendekatan approach yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil. d. Asumsi dasar tentang konseling eklektik Latipun 2003 menyatakan bahwa eklektik memiliki sejumlah asumsi dasar yang berkaitan dengan proses konseling, asumsi dasar itu adalah tidak ada sebuah teori yang dapat menjelaskan seluruh situasi klien, dan pribadi konselor adalah faktor penting akan keberhasilan konseling pada berbagai tahap proses konseling. Berangkat dari asumsi dan fakta ini maka konseling eklektik tidak mendukung secara eksklusif mengikuti teori tertentu. Eklektik didasarkan pada prinsip umum untuk memahami dan menggunakan teori dan strategi serta teknik konseling sesuai dengan situasi nyata. Asumsi-asumsi di atas ditunjang oleh kenyataan berikut: 1 Tidak ada dua klien atau situasi klien yang sama. 2 Klien adalah pihak yang paling mengerti problemanya. 3 Kepuasan klien lebih diutamakan diatas pemenuhan kebutuhan konselor. 4 Konselor menggunakan keseluruhan sumber profesional dan personal yang tersedia dalam situasi pemberian bantuan konseling. commit to user 16 5 Konselor dan proses konseling dapat salah dan dapat tidak mampu untuk melihat secara jelas atau cepat berhasil dalam setiap konseling atau situasi klien. 6 Secara umum, efektifitas konseling adalah proses yang dikerjakan dengan klien bukan kepada atau untuk klien. e. Tujuan konseling eklektik Konseling eklektik mengutamakan aspek kondisi psikologis sebagai fokus sentral yang lain dari kepribadian. Tujuan konseling eklektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi, yang ditandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan. Untuk mencapai tujuan yang ideal ini maka klien perlu dibantu untuk menyadari sepenuhnya situasi masalahnya, mengajarkan klien secara sadar dan intensif memiliki latihan pengendalian di atas masalah tingkah laku. Eklektik berfokus pada tingkah laku, tujuan, masalah, dan sebagainya. Konselor dalam mencapai tujuan ini dapat berperan secara bervariasi, misalnya sebagai konselor, psikiater, guru, konsultan, fasilitator, mentor, advisor, atau pelatih Latipun, 2003. f. Tahapan konseling eklektik Menurut Nugroho 2012, pelaksanaan konseling eklektik tidak ada suatu tahapan yang spesifik. Untuk tahapan-tahapan konseling, Carkhuff mengemukakan ada enam tahapan konseling eklektik. Enam tahapan tersebut adalah : commit to user 17 1 Tahapan eksplorasi Tahapan ini adalah tahap awal dari proses konseling. Pada tahap ini diharapkan untuk membangun hubungan yang baik dengan klien. Hal ini diperlukan karena dengan hubungan yang baik konselor dapat mencari informasi tentang permasalahan yang dihadapi klien sebanyak-banyaknya. 2 Tahapan perumusan masalah Bersama klien, konselor membuat rumusan dan membuat kesepakatan bersama tentang masalah apa yang dihadapi oleh klien. Jika rumusan tidak disepakati maka kembali ke tahap pertama. 3 Tahap identifikasi masalah Pada tahap ini konselor dan klien bersama mengidentifikasi masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan masalah. Alternatif yang diidentifikasi adalah alternatif yang tepat dan realistik. Konselor tidak boleh menentukan alternatif mana yang akan digunakan, tetapi semua keputusan tentang penggunaan alternatif pemecahan masalah berada di tangan klien. Konselor hanya membantu dalam menyusun daftar alternatif. 4 Tahap perencanaan Jika klien telah menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemudian klien bersama konselor membuat rencana tindakan. Rencana tersebut antara lain tentang apa yang dilakukan, commit to user 18 bagaimana caranya, kapan waktunya, dan sebagainya. Syarat rencana yang baik adalah realistik, bertahap, mempunyai tujuan yang jelas, dan dapat dipahami oleh klien. 5 Tahap tindakan atau komitmen Pada tahap selanjutnya hasil perencanaan kemudian dilaksanakan. Di sini klien harus melakukan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan ini harus dilakukan karena proses konseling akan sia-sia jika perencanaan yang telah disusun sedemikian rupa tidak dilaksanakan. 6 Tahap penilaian dan umpan-balik Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang keberhasilannya. Jika dirasa gagal maka perlu adanya tinjauan atau perencanaan ulang dalam memberi tindakan terhadap masalah yang dihadapi klien sehingga dapat dicari suatu tindakan yang paling tepat untuk menghadapi masalah yang dihadapi oleh klien. g. Faktor-faktor yang mempengaruhi konseling Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling menurut Luddin 2010 adalah : 1 Usia klien Klien berusia dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi tingkahlakunya dibandingkan dengan klien commit to user 19 berusia belasan tahun, karena berhubungan dengan fleksibilitas kepribadiannya. 2 Jenis kelamin Jenis kelamin terutama berkaitan dengan perilaku model. Faktor modelling sangat penting dalam upaya pembentukan tingkah laku baru. 3 Tingkat pendidikan Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungan, sehingga akan berbeda cara menyikapi proses berlangsungnya konseling pada klien yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah. 4 Inteligensi Inteligensi pada prinsipnya adalah kemampuan penyesuaian diri dan cara pengambilan keputusan klien yang berinteligensi tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam membuat suatu keputusan. 5 Status sosial ekonomi Status sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku, individu yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mempunyai sikap dan pandangan yang positif tentang masa depannya dibandingkan keluarga yang status ekonominya rendah. commit to user 20 6 Sosial budaya Yang termasuk dalam sosial budaya adalah pandangan keagamaan dan kelompok etnis. h. Indikator keberhasilan konseling eklektik Norma atau patokan yang dipegang oleh Thorne dalam Nugroho 2012, klien dikatakan telah berhasil dalam menjalani proses konseling eklektik apabila klien : 1 Mampu mengungkapkan perasaan-perasaan dan motif-motifnya secara lebih memadai. 2 Mampu mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik. 3 Memandang dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya secara lebih realistik. 4 Mampu berpikir lebih rasional dan logis. 5 Mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang lebih selaras dan lebih konsisten yang satu dengan yang lain. 6 Mengatasi penipuan diri dengan meninggalkan penggunaan berbagai mekanisme pertahanan diri. 7 Menunjukkan tanda-tanda lebih mampu mandiri dan bertindak secara lebih dewasa. 3. Infertilitas a. Definisi Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang anak. Keadaan ini tidak sama dengan commit to user 21 sterilitas, yang merupakan ketidakmampuan absolut dan irreversibel untuk hamil. Secara klinis, suatu pasangan diduga mengalami infertilitas jika tidak terjadi kehamilan setelah koitus yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi selama 12 bulan Heffner, 2008. Infertilitas adalah apabila sepasang suami istri setelah bersenggama secara teratur 2-3x per minggu, tanpa memakai metode pencegahan, belum mengalami kehamilan selama satu tahun Mansjoer, 2001. b. Klasifikasi Infertilitas terdiri dari : 1 Infertilitas primer Apabila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama teratur selama 12 bulan Wiknjosastro, 2005. 2 Infertilitas sekunder Apabila istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama teratur selama 12 bulan Wiknjosastro, 2005. c. Etiologi Penyebab infertilitas 25-40 dari pihak suami, 40-55 dari pihak istri, 10 dari keduanya, dan 10 merupakan faktor yang tidak dapat dijelaskan Bereks, 2002. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi infertilitas pada perempuan adalah faktor ovulasi sebanyak 5-25, faktor tuba atau uterus 15-25, faktor serviks commit to user 22 imunologik 5-20, dan faktor yang tidak dapat dijelaskan 10-25. Pada seperempat kasus, diyakini terdapat lebih dari satu faktor yang terlibat Llewellyn. 2001. d. Penyebab infertilitas pada wanita Penyebab utama infertilitas dari pihak wanita adalah kegagalan ovulasi 15-20, sumbatan pada tuba fallopii 50, dan faktor uterus 8-10. Penyebab pada infertilitas sekunder tidaklah jauh berbeda dengan infertilitas primer, biasanya kasus muncul setelah adanya kehamilan, seperti gangguan hormonal, tumbuhnya tumor, polip, endometriosis, dan sumbatan tuba Nadesul, 2007. 1 Kegagalan ovulasi Menurut Heffner 2008, penyebab infertilitas pada wanita salah satunya adalah kegagalan ovulasi secara teratur. Pada beberapa kasus tidak terjadi ovulasi sama sekali. Berbagai gangguan yang menyebabkan oligoovulasi atau anovulasi adalah : a Disfungsi hipotalamus seperti kelainan berat badan dan komposisi tubuh, latihan fisik yang berat, dan stres. b Penyakit pada hipofisis seperti hiperprolaktinemia. c Disfungsi ovarium seperti adanya sindrom ovarium polikistik. Tidak adanya ovulasi dikarenakan tubuh tidak dapat membuat hormon yang cukup atau terjadi ketidakseimbangan hormon. Apabila seorang wanita mempunyai jaraksiklus menstruasi kurang dari 25 hari atau lebih dari 35 hari, maka akan mengalami commit to user 23 kesulitan ovulasi. Kadang-kadang tidak bisa menghasilkan sel telur apabila berat badan turun secara drastis atau bila terlalu gemuk Burns, 2000. Siklus haid yang teratur dan lama haid yang sama biasanya merupakan siklus haid yang ber-ovulasi. Menurut Ogino, haid berikutnya akan terjadi 14 ± 2 hari setelah ovulasi. Siklus haid yang tidak teratur, dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin disebabkan oleh anovulasi. Kegagalan ovulasi juga hampir selalu ada pada keadaan amenorea Wiknjosastro, 2005. 2 Sumbatan pada tuba fallopii Penyakit tuba fallopii biasanya merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut inflamasi pada tuba. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh penyakit radang panggul pelvic inflammatory disease, apendisitis dengan ruptur, aborsi septik, pascaoperasi, dan kadang-kadang akibat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim Heffner, 2008. Infeksi panggul atau riwayat kehamilan ektopik sebelumnya menunjukkan adanya perlengketan. Dismenorea sekunder atau nyeri panggul yang bersifat siklik juga perlu dicurigai adanya endometriosis Norwitz, 2007. Endometriosis merupakan kelainan yang sering ditemukan, ditandai oleh tumbuhnya kelenjar endometrium yang lepas ke luar uterus dan melekat pada organ-organ seperti ovarium, usus besar, commit to user 24 tuba fallopii, dan kandung kemih. Jaringan tersebut berbiak dan menebal menanggapi hormon estrogen, seperti yang terjadi di tempatnya semula di dalam uterus. Jaringan ini menyerang organ tempatnya melekat dengan menimbulkan jaringan parut yang mengerut dan terasa nyeri, serta menghambat fungsi organ tersebut Alam, 2007. 3 Faktor uterus Tumor kista, kanker atau jaringan fibrosa fibroid, polip, dan pemaparan radiasi dosis tinggi dapat menghalangi terjadinya implantasi ovum yang telah dibuahi di endometrium. Selain itu, adanya lendir serviks yang bersifat melawan sperma juga merupakan gangguan yang dapat mencegah adanya fertilisasi Alam, 2007. Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena mioma atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine, dan nutrisi serta oksigenasi janin Wiknjosastro, 2005. 4 Hambatan lain Menurut Alam 2007 selain adanya kegagalan ovulasi, sumbatan tuba, dan faktor uterus, adapula hambatan yang dapat menyebabkan infertilitas yaitu : commit to user 25 a Kecelakaan karena jatuh atau tertabrak kendaraan. b Cedera akibat olahraga berlebihan. c Kebiasaan mengangkat barang terlalu berat pada masa sebelum haid atau setelah persalinan. d Kelainan bawaan kongenital berupa hymen selaput dara yang terlalu kencang untuk penetrasi. e Ketidaksempurnaan malformasi berupa bergabungnya vulva, tidak adanya vagina, uterus terbelah, atau tidak adanya uterus dan serviks uteri. e. Prognosis Wiknjosastro 2005 mengemukakan dalam bukunya Ilmu Kandungan tentang hasil penyelidikan Dor et al. menunjukkan bahwa kasus infertilitas primer terdapat penurunan tetap prognosis kehamilan setelah umur 30 tahun. Pada infertilitas sekunder terdapat juga penurunan, akan tetapi tidak securam seperti infertilitas primer. Penyelidikan tersebut selanjutnya mengemukakan bahwa pasangan yang belum mempunyai anak selama 3 tiga tahun kurang, prognosis kehamilannya masih baik. Akan tetapi, apabila lamanya infertilitas 5 lima tahun lebih, prognosisnya buruk. Oleh karena itu, pasangan infertil dianjurkan untuk tidak menunda pemeriksaan dan pengobatan infertilitas selama 3 tiga tahun lebih. Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan commit to user 26 lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan yaitu frekuensi senggama dan lamanya pernikahan. f. Pemeriksaan pada pasangan infertil Antara 1 dalam 8 pasangan mengalami kesulitan untuk hamil. Sebelum pemeriksaan dimulai, pasangan tersebut diberikan anjuran untuk melukukan hubungan seksual teratur 2-3x seminggu, dan nasihat tentang merokok dan minuman beralkohol yang juga mempengaruhi kesuburan. Biasanya kehamilan akan terjadi sekitar 90 dalam kurun waktu satu tahun, tergantung pada usia wanita Glasier, 2006. Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil menurut Kurniawati 2009 adalah sebagai berikut: 1 Isteri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila pernah mengalami keguguran berulang, diketahui mengidap kelainan endokrin, pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut, dan pernah mengalami bedah ginekologik. 2 Isteri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter. 3 Isteri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya akan diperiksa kalau belum mempunyai anak dari pernikahan ini. commit to user 27 4 Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangan mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan isteri atau anaknya. Adapun pemeriksaan infertilitas dapat digambarkan dengan diagram pemeriksaan sebagai berikut : 2. 3. Pemeriksaan infertilitas Evaluasi kondisi ovarium Ultrasonografi USG Histeroskopi Histerosalpingo grafi HSG Laparoskopi Pertubasi Evaluasi patensi tuba USG Transvaginal USG Abdomen Untuk menilai siklus ovulasi dan kualitas ovum Untuk memeriksa organ dalam serta dapat melihat adanya kista, tumor, dan pembengka kan lain Dapat memberikan keterangan tentang seluk beluk kavum uteri, patensi tuba, dan peritoneum Kemudian dilihat secara radiografik Penyuntikan media kontras yodium Dilakukan apabila: 1. Kelainan pada HSG 2. Riwayat abortus habitualis 3. Adanya mioma 4. PUD Dekstran 32 Glukosa 5 Garam fisiologik Gas CO 2 Dapat membilas sumbatan tuba yang ringan, berkhasiat bakteriostatik Tuba paten tekanan 80- 100 mmHg Sumbatan tuba tekanan ˃ 200 mmHg Dapat segera dikoreksi Adanya endometriosis perlekatan, mioma, kista, infeksi Pembiusan umum, dibuat 3 lubang untuk kamera dan alat operasi Peniupan gas O 2 Hanya meberikan informasi Bagan 1 Diagram Pemeriksaan Infertilitas Sumber : Kurniawati, 2009 commit to user 28 g. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan infertilitas pertama-tama harus diketahui terlebih dahulu penyebab utamanya. Setelah itu barulah bisa dilakukan perbaikan. Mungkin diperlukan obat untuk memacu ovulasi, dan memperbaiki kualitas sperma, atau tindakan pembedahan untuk menghilangkan sumbatan pada tuba fallopii dan gangguan lainnya Alam, 2007. 1 Medikamentosa a Vitamin Vitamin E membantu menormalkan produksi hormon dengan memperbaiki sistem endokrin, vitamin A meningkatkan kadar progesteron, vitamin C membantu meningkatkan sekresi progesteron, pertumbuhan folikel, dan korpus luteum, dan asam folat membantu proses fertilisasi dan kehamilan Alam, 2007. Untuk pria, nutrisi pun sangat diperlukan karena sperma rentan terhadap kerusakan radikal bebas yang diduga bertanggungjawab untuk banyak kasus hitung sperma rendah. Antioksidan seperti vitamin C, betakaroten, selenium, dan vitamin E terbukti sangat penting melindungi kerusakan sperma. Nutrisi lain yang diperlukan adalah vitamin B 12 yang defisiensinya menyebabkan penurunan hitung sperma dan motilitasnya Alam, 2007. commit to user 29 b Pil KB Dietil stillbestrol DES yang diberikan dengan dosis 0,1-0,2 mg per hari dimulai pada hari ke-5 sampai ke-20 dari siklus haid dapat meningkatkan kualitas dan meningkatkan jumlah lendir serviks. Akan tetapi, pemberian DES dengan dosis seperti itu dapat juga menghambat terjadinya ovulasi Wiknjosastro, 2005. 2 Induksi ovulasi Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi gangguan ovulasi. Berikut ini adalah obat-obat yang telah dianggap berhasil, yaitu: a Klomifen sitrat clomiphene Klomifen atau kloramifen adalah obat yang pertama diberikan dokter jika mencurigai terjadinya kegagalan ovulasi. Klomifen bekerja terhadap hipotalamus, yang meningkatkan kadar FSH dan LH serum setelah makan obat. Peningkatan kadar gonadotropin itu cukup untuk mematangkan folikel dan membuat puncak FSH dan LH pada hari ke-9 yang mengakibatkan ovulasi. Kalau ada haid, klomifen sitrat diberikan pada hari ke-5 sampai hari ke-9 selama lima hari. Kalau tidak ada haid, dibuatkan dulu perdarahan surut dengan pemberian 5 mg noretisteron, 2x1 selama lima hari, dan pemberian klomifen dimulai pada hari kelima setelah hari pertama terjadinya perdarahan surut. commit to user 30 Dosis permulaan klomifen ialah 50 mg per hari selama lima hari, dan ovulasi biasanya terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 setelah tablet terakhir dimakan Wiknjosastro, 2005. Wiknjosastro 2005 menyatakan bahwa terdapat empat kemungkinan hasil pengobatan klomifen : 1 Terjadi ovulasi. Maka, pengobatan diulangi dengan dosis yang sama. 2 Hanya terjadi pematangan folikel, mungkin dengan ovulasi terlambat atau dengan defek korpus luteum. Maka, pengobatan diulangi dengan dosis yang sama. Kalau hasilnya tetap sama, dosis selanjutnya tetap ditingkatkan. 3 Terjadi pematangan folikel tanpa terjadinya ovulasi. Maka, pengobatan diulangi dengan dosis yang sama ditambah suntikan HCG 3000-5000 UI selama lima sampai tujuh hari setelah dosis klomifen terakhir dimakan. 4 Tidak ada reaksi sama sekali. Maka, dosis klomifen ditingkatkan pada setiap siklus, dimulai dengan 100mg per hari selama lima hari dan berakhir dengan dosis maksimal 200mg per hari selama lima hari. Pengobatan klomifen berhasil menginduksi ovulasi pada 80 dari wanita, mekipun hanya 40 yang hamil. commit to user 31 Kesuksesan paling tinggi terjadi pada bulan-bulan pertama terapi. Kegagalan fertilisasi dalam waktu enam siklus klomifen dengan ovulasi mengharuskan evaluasi ulang Norwitz, 2007. b Pergonal Ekstrak FSH dan LH Pergonal bekerja merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesteron, hormon yang menyiapkan uterus untuk mempersiapkan kehamilan. Pergonal disuntikkan pada pasien dalam kondisi perawatan rumah sakit yang terawasi. Dengan kontrol tersebut akan menghasilkan satu atau dua sel telur, namun akibat kekeliruan perhitungan mungkin saja tidak menghasilkan satu sel telur pun. Kehamilan kembar dapat terjadi akibat penggunaan obat infertilitas ini Alam, 2007. c Bromokriptin bromocriptine Norwitz 2007 menyatakan bahwa bromokriptin diindikasikan untuk wanita dengan disfungsi ovulasi hiperprolaktinemik akibat adenoma hipofisis yang mensekresi prolaktin atau hiperprolaktinemia idiopatik. Obat ini dapat menghambat sekresi prolaktin oleh hipofisis, sehingga siklus menstruasi berjalan normal. Dosis awal 1,25 mg per hari dapat ditingkatkan setiap minggu dengan penambahan 1,25 mg sampai menstruasi normal tercapai. commit to user 32 Obat ini akan mengembalikan menstruasi pada 90 wanita dengan hiperprolaktinemia dan 80 diantaranya akan hamil. 3 Terapi operatif Jikalau infertilitas ternyata ada hubungannya dengan masalah tuba yang tersumbat, maka pengobatan saja sangat sedikit kemungkinan membawa hasil. Dalam hal memutuskan pembedahan, pasangan yang bersangkutan harus mempertimbangkan terlebih dahulu bagaimana kemungkinan keberhasilannya, dan bagaimana reaksi mereka terhadap kemungkinan kegagalan sama sekali. Indikasi pembedahan tuba adalah tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba sebagaimana diperiksa dengan histerosalpingografi dan laparoskopi. Tujuan pembedahan tuba adalah untuk memperbaiki dan mengembalikan anatomi tuba dan ovarium seperti semula. Wiknjosastro, 2005. Terdapat dua pilihan dan mana yang dipilih bergantung pada keparahan tuba dan keinginan pasien. Pendekatan pertama adalah mengusahakan membuat tuba fallopii menjadi paten dengan menggunakan pembedahan mikro. Jika ujung fimbriae tuba saja yang terhambat, dapat dilakukan salpingotomi atau fimbriolisis. Hasilnya memungkinkan 40 wanita hamil dalam waktu 2 tahun setelah operasi. Kerusakan tuba yang lebih besar commit to user 33 memerlukan anastomosis tuba, dengan angka keberhasilan tidak lebih dari 20, sedangkan melepaskan kembali ligasi tuba angka kehamilan mencapai 60. Karena hasil yang relatif buruk kecuali pelepasan kembali ligasi tuba, beberapa ahli ginekologi melakukan pendekatan alternatif IVF in vitro fertilization dengan petimbangan risiko kehamilan ektopik lebih kecil dan kemungkinan melahirkan anak sehat lebih besar Llewellyn, 2001. commit to user 34 Secara singkat penatalaksanaan infertilitas dapat digambarkan sebagai berikut : PIHAK ISTRI: 1. Kepuasan seks. 2. Psikologis-vaginismus. 3. Kelainan: - Kongenital. - Infeksi-trauma. 4. Gangguan hormonal. 5. Gangguan ovulasi PIHAK SUAMI: 1. Frekuensi-kepuasan seks. 2. Teknik hubungan seks. 3. Psikologis:impoten ejakulasio prekoks 4. Kelainan anatomis: - Hipo-epispadia - Varikokel-kriptokismus. - Trauma-kecelakaan. - Sinar rontgen. 5. Infeksi neoplasma. 6. Kelainan endokrin. PASANGAN INFERTILITAS: 1. Kawin satu tahun. 2. Harmonis. PEMERIKSAAN ISTERI: 1. Fisik normal. 2. Evaluasi ovulasi: - Temperatur basal. - Hormonal khusus. • Progesteron midluteal. • LH surge - Ultrasonografi folikel. - Biopsi endometrium. 3. Evaluasi tuba patensi - H. S. G. - Laparoskopi. - Partubasi-hidrotubasi. PEMERIKSAAN SUAMI: 1. Sperma analisis: - 2-3 kali3 bulan. 2. Evaluasi spermatozoa: - Imunologis interaksi. - Uji Shim Huhner. - Kultur spermatozoa. 3. Evaluasi hormonal 4. Konsul andrologiurologi BERHASIL HAMIL 1. Inseminasi buatan 2. Assistedreproductive technology. IVF-GIFT. ZIFT. TET. 3. Surgate mother. GAGAL HAMIL: 1. Adopsi anak. 2. Hidup tanpa anak. PENGOBATAN: Medikamentosa: Terapi operatif suami istri: Induksi ovulasi: - Vitamin. - Melepaskan perlekatan. - Parlodel. - Pil KB rebound efek - Operasi rekonstruksi. - Klomifen. - Hormonal. KEHAMILAN RISIKO TINGGI: • Antenatal intensif. Bagan 2 Skema Penatalaksanaan Infertilitas Sumber : Manuaba, 2001 Keterangan : Alur penatalaksanaan commit to user 35 4. Pengaruh Konseling Eklektik terhadap Tingkat Kecemasan Mowrer 1953 menyatakan bahwa konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan biasa normal anxiety, dengan cara konseling ini pemberian bantuan terhadap klien akan menumbuhkan identitasnya karena konseling ini bertujuan memberikan support dan mendidik kembali supportive dan re- educative. Dengan demikian, diharapkan kecemasan yang timbul bisa berkurang Gunarsa, 2007. Konseling adalah proses yang mengurangi gejala, memberikan wawasan yang dapat membantu klien memahami dan menyelesaikan masalah. Konseling ini sangat efektif dalam mengobati depresi dan kecemasan Leod, 2005. Konseling merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan dalam hidup. Konseling membantu mengidentifikasi masalah, mencari solusi atau alternatif yang tepat dan menyadarkan akan adanya potensi setiap manusia untuk dapat mengatasi berbagai permasalahannya sendiri, karena pada dasarnya setiap manusia pasti berkenalan dengan masalah, konflik, dan situasi yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar di antaranya adalah perasaan sedih, kecewa, stres, depresi, merasa takut, dan cemas Hawari, 2008. commit to user 36

B. Kerangka Konsep