commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah dan memiliki keturunan merupakan fase yang dijalani oleh manusia dalam siklus kehidupannya. Memiliki keturunan sebagai penerus
generasi dirasakan sebagai suatu keharusan oleh sebagian masyarakat. Keberadaan anak dianggap mampu menyatukan dan menjaga agar suatu
keluarga atau pernikahan tetap utuh Wirawan, 2004. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan sekitar 50-80 juta
pasangan mengalami kesulitan mendapatkan keturunan. Masalah infertil ini tentu merisaukan, tidak hanya pasangan suami-isteri, juga keluarganya.
Diperkirakan sekitar 10-15 pasangan usia subur mengalami masalah infertilitas Yan dalam Napitupulu, 2011.
Sekitar satu dari 10 pasangan suami-isteri usia subur tidak bisa memperoleh keturunan. Hingga akhir tahun 2009 tercatat sekitar 1,5 atau dua
juta pasangan mengalami masalah gangguan kesuburan atau infertilitas dari total pasangan subur di Indonesia yang mencapai 15 juta. Berdasarkan sensus
penduduk di Indonesia, diperoleh angka ketidaksuburan suami istri yang berkisar 12-25 Kompas, 2010.
Dokter yang mendalami Ilmu Infertilitas di Indonesia masih langka. Kalaupun ada, masih terlampau sering belum menghayati kesedihan pasangan
yang ingin anak. Masih terlampau banyak pasangan yang terpaksa harus
commit to user
2
menahan perasaan ingin memiliki anak, bahkan ada yang berobat dari satu dokter ke dokter yang lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang
pengelolaan pasangan infertilitas Wiknjosastro, 2005. Bagi sebagian orang, infertilitas merupakan hal yang sering dicemaskan
dan menjadi masalah yang serius. Istilah mandulinfertilitas dalam tradisi masyarakat kita begitu menakutkan, terutama bagi wanita karena dianggap
sebagai vonis kegagalan fungsi kewanitaannya menjadi ibu Alam, 2007. Kecemasan yang dirasakan oleh pasangan infertilitas tersebut cukup
beralasan karena berbagai faktor. Sebagai contoh, dalam setiap pertemuan keluarga, kerabat, dan kenalan, sudah dapat dipastikan pertanyaan akan
berkisar sekitar keadaan keluarga, berapa lama menikah, dan sudah berapa jumlah anak. Bagi masyarakat Indonesia, pertanyaan semacam ini merupakan
hal yang wajar karena dalam sistem masyarakat Indonesia pasangan suami istri merupakan bagian dari keluarga besar, sehingga hal ini seolah-olah
menjadi masalah bersama. Tekanan dari pihak luar seringkali yang menjadi sumber masalah dalam hubungan suami-isteri. Pertanyaan itu selanjutnya
akan menjadi hal yang sensitif, apabila kemudian seorang wanita tak kunjung hamil Kasdu, 2002.
Sebuah kejadian mengerikan menimpa rumah tangga di Kanpur, India Utara. Isteri dipaksa memakan pecahan kaca karena menolak diceraikan
suaminya. Alasan sang suami menceraikan isterinya karena sang isteri tidak bisa memberikan keturunan. Karena itu, dia berniat ingin menikah lagi. Tidak
commit to user
3
hanya memaksa isterinya memakan pecahan kaca, sang suami juga diduga melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya Republika, 2011.
Banyak klien yang membutuhkan konseling menginginkan penyelesaian- penyelesaian yang membuat mereka tidak menderita karena kecemasan.
Meskipun usaha-usaha untuk menghindari kecemasan, misalnya dengan menciptakan ilusi bahwa dalam hidup ini terdapat keamanan yang dapat
membantu kita mengatasi hal-hal yang tidak dikenal, kita sesungguhnya tahu sampai taraf tertentu bahwa kita menipu diri. Kebanyakan orang mencari
bantuan profesional karena mereka mengalami kecemasan atau depresi. Banyak klien yang memasuki kantor konselor disertai harapan bahwa
konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka Corey,
2008. Penelitian tentang tingkat kecemasan pada pasangan infertil pernah
dilakukan oleh Purba 2010 dari Universitas Sumatera Utara dengan judul : “Kecemasan Pasangan Usia Subur terhadap Infertilitas Sekunder di Dusun XI
Desa Pasar Melintang Kecamatan Lubuk Pakem Tahun 2010”. Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada desain
penelitian, penelitian tersebut menggunakan desain kualitatif fenomenologi, sedangkan penelitian ini menggunakan desain quasi experimental. Untuk
jumlah partisipan juga berbeda, penelitian tersebut memakai enam pasang partisipan, penelitian ini memakai 18 pasangan infertilitas.
commit to user
4
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, didapatkan data bahwa
terdapat 20 pasangan infertilitas. Peneliti menemui 5 lima dari 20 pasangan tersebut, 3 tiga di antaranya mengatakan cemas dengan keadaannya Data
Primer, 2012. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam
untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling eklektik terhadap tingkat kecemasan pada pasangan yang mengalami infertilitas.
B. Rumusan Masalah