TESIS S021308085 TIARA FATMA KUMALA

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI ANTENATAL

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Utama Promosi dan Perilaku Kesehatan

Oleh :

TIARA FATMA KUMALA S021308085

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2015


(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI ANTENATAL

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Utama Promosi dan Perilaku Kesehatan

Oleh :

TIARA FATMA KUMALA S021308085

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2015


(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI ANTENATAL

TESIS

Oleh :

TIARA FATMA KUMALA S021308085

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K)

NIP. 19461102 197609 1 001 _____________

20-08-2015

Pembimbing II Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K) NIP. 19690927 201503 2 001

_______________

20-08-2015

Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 20 Agustus 2015

Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana UNS

Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph. D NIP. 19551021 199412 1 001


(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI ANTENATAL

TESIS

Oleh :

TIARA FATMA KUMALA S021308085

Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal 31 Agustus 2015

Tim penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Okid Parama Astirin, MS

NIP. 19630327 198601 2 002 _____________

Sekretaris Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph.D

NIP. 19551021 199412 1 001 _______________

Anggota Penguji Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K)

NIP. 19461102 197609 1 001 _____________

Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K)

NIP. 19690927 201503 2 001 _______________

__ Mengetahui :

Direktur

Program Pascasarjana UNS

Kepala Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat


(5)

v Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D NIP. 19551021 199412 1 001 ABSTRAK

Tiara Fatma Kumala. S021308085. Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi Antenatal. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K), Pembimbing II : Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang : Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita yang rentan berisiko terjadi gangguan psikologis. Prevalensi depresi antenatal lebih tinggi dibanding masa lainnya. Depresi antenatal memicu perubahan pembuluh darah dan peningkatan resistensi arteri uterina yang sama halnya terjadi pada kasus preeklampsia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal serta faktor-faktor yang mempengaruhi di RSI Sunan Kudus.

Subyek dan Metode : Jenis penelitian ini adalah kohort retrospektif. Subyek penelitian sebanyak 75 ibu hamil yang diambil dengan metode fixed exposure sampling di RSI Sunan Kudus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran depresi menggunakan The

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Teknik analisis data menggunakan analisis

regresi logistik.

Hasil: Terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia (OR=0,44; CI=95%; 0,11-1,75; p=0,249), umur (OR=1,55; CI=95%; 0,29-8,10; p=0,599), paritas (OR=0,33; CI=95%; 0,09-1,19; p=0,092), pendidikan (OR=0,42; CI=95%; 1,10-1,74; p=0,236), pendapatan (OR=0,26; CI=95%; 0,08-0,88; p=0,031), dukungan sosial (OR=0,06; CI=95%; 0,00-0,63; p=0,019) dan risiko depresi antenatal.

Kesimpulan : Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal. Hasil penelitian memang menunjukkan hubungan yang terbalik antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal. Hasil analisis tentang hubungan kejadian preeklampsia dan depresi antenatal tersebut telah mengendalikan faktor perancu umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial.

Kata Kunci : preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, depresi antenatal


(6)

vi ABSTRACT

Tiara Fatma Kumala. S021308085. The association between incidence of Preeclampsia and the risk of Antenatal Depression. THESIS. Supervisor I : Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K), Supervisor II : Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K). Public Health Science Program. Postgraduate of Sebelas Maret University Surakarta.

Background : Pregnancy was an important event for a woman that vulnerable at risk of psychological disturbances occur. The prevalence of antenatal depression was higher than other times. Antenatal depression triggers changes in the blood vessels and increases in resistance arteries uterine that just as happened in the case of preeclampsia. The purpose of this research was to analyze the association between incidence of preeclampsia and the risk of antenatal depression and factors affecting in RSI Sunan Kudus.

Subjects and methods : This study was a retrospective cohort. The subject of study was 75 pregnant women taken with fixed exposure sampling methods in RSI Sunan Kudus. Data collection used the questionnaire. Measurement of depression used The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data analysis techniques used logistic regression. Results : There was a association between the incidence of preeclampsia (OR = 0,44; CI = 95%; 0.11-1.75; p = 0,249), age (OR = 1.55; CI = 95%; 0,29-8.10; p = 0,599), parity (OR = 0.33; CI = 95%; 0.09-1.19; p = 0,092), education (OR = 0.42; CI = 95%; 1.10-1.74; p = 0.275), income (OR = 0.26; CI = 95%; 0.08-0.88; p = 0,031) and social support (OR = 0.06; CI = 95%; 0.00-0.63; p = 0,019) and risks of antenatal depression.

Conclusion : This study did not show a statistically significant correlation between incidence of preeclampsia and the risk of antenatal depression. Results of the study showed a reverse relation between incidence preeclampsia and the risk of antenatal depression. This correlation has been controlling of counfounding factor such as age, parity, education, income, and social support.

Keywords : preeclampsia, age, parity, education, income, social support, antenatal depression


(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi

Antenatal” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan ini Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2015 Mahasiswa

Tiara Fatma Kumala S021308085


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : “Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi Antenatal”.

Tesis ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Kasidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc. Ph.D, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mendukung penyusunan tesis ini.

4. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, Sp.KJ (K) sebagai dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta dengan sabar dan penuh tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan.

5. Dr. Uki Retno Budihastuti, Sp.OG (K), sebagai dosen pembimbing pendamping yang dengan sabar telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun tesis ini.

6. Prof. Dr. Okid Parama Astirin, MS, sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berharga demi sempurnanya tesis ini.

7. Ibu dan bapak tercinta yang telah mendukung dan mendoakan penulis. commit to user


(9)

ix

8. Suami dan buah hati tercinta yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis.

9. Teman-teman Akademi Kebidanan Muslimat NU Kudus yang telah mendukung penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu bersama dalam suka maupun duka menjalani pendidikan.

Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik, saran dan petunjuk yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kudus, Agustus 2015

Tiara Fatma Kumala


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Preeklampsia ... 5

a. Pengertian ... 5

b. Klasifikasi ... 5

c. Etiologi ... 6

d. Faktor Risiko ... 6

e. Patofisiologi ... 7

f. Diagnosis ... 8

g. Komplikasi ... 9 commit to user


(11)

xi

h. Penatalaksanaan ... 9

2. Depresi Antenatal... 13

a. Pengertian ... 13

b. Tanda dan Gejala ... 13

c. Klasifikasi ... 14

d. Mekanisme terjadinya depresi ... 14

e. Faktor Risiko ... 15

f. Komplikasi ... 16

3. Hubungan antara Preeklampsia dan Depresi Antenatal ... 17

B. Kerangka Berpikir ... 18

C. Hipotesis ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

D. Besar Sampel ... 21

E. Kriteria Restriksi ... 21

F. Variabel Penelitian ... 22

G. Definisi Operasional Variabel ... 22

H. Instrumen Penelitian ... 25

I. Teknik Analisis Data ... 27

J. Etika Penelitian ... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 38

C. Keterbatasan ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Simpulan ... 47

B. Implikasi ... 48

C. Saran ... 48 commit to user


(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Kuesioner EPDS ... 26

Tabel 3.2 Subskala Kuesioner MOS-SSS ... 26

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal ... 30

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal ... 31

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal ... 32

Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal ... 32

Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal ... 33

Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal ... 34

Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal ... 34

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal ... 35

Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal ... 36

Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal ... 37


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patofisiologi terjadinya preeklampsia... 8

Gambar 2.2 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat ... 12

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 18

Gambar 3.1 Jenis Penelitian ... 20


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Pembimbing Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 3. Surat Persetujuan Ijin Penelitian Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

Lampiran 7. Jadwal Kegiatan

Lampiran 8. Rekapitulasi Subyek Penelitian

Lampiran 9. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Lampiran 10. Hasil Analisis Univariat

Lampiran 11. Hasil Analisis Bivariat Lampiran 12. Hasil Analisis Multivariat


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu AKP : Angka Kematian Perinatal ANC : Antenatal Care

CI : Confidence Interval

EPDS : The Edinburgh Postnatal Depression Scale MOS-SSS : Medical Outcomes Study Social Support Survey

OR : Odds Ratio

p : Probability

PE :Preeklampsia


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Setiap wanita menginginkan kehamilan berjalan sesuai harapan, akan tetapi pada beberapa kasus kehamilan mengalami komplikasi, baik dari sisi ibu maupun bayi. Pada usia kehamilan lanjut, sering dijumpai kasus terkait tekanan darah pada ibu hamil diantaranya adalah preeklampsia. Pada kasus preeklampsia ini insidensi pada primigravida sebesar 3-5% dan merupakan salah satu penyumbang sebab langsung angka kematian ibu (AKI) (Saifuddin 2008; Allenwilcox, 2010). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 57 % dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 yang hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Kehamilan, persalinan, dan mengasuh anak merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang wanita. Hal ini melibatkan banyak perasaan atau emosi bagi ibu ataupun calon ibu. Masa kehamilan merupakan waktu yang rentan beresiko terjadi gangguan psikologis bagi seorang wanita hamil, bahkan dapat meningkat beberapa kali

(Pięta et al., 2014). Gangguan psikologis yang dialami seorang wanita diantaranya

adalah depresi. Depresi ini dapat muncul pada wanita yang tidak hamil, wanita hamil, dan pasca melahirkan. Prevalensi terjadinya depresi antenatal lebih tinggi dibandingkan pada masa lainnya, terlebih di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Rochat et al., 2011).

Kurki et al. (2000) melaporkan bahwa depresi dan kecemasan antenatal terkait dengan ekskresi vasoaktif hormon atau neuroendokrin lainnya, yang pada gilirannya meningkatkan risiko hipertensi. Hal ini juga mungkin bahwa depresi antenatal juga memicu perubahan pembuluh darah dan peningkatan resistensi arteri uterina yang sama halnya terjadi pada kasus preeklampsia. Berdasarkan studi di Finlandia pada Ibu hamil dengan preeklampsia 2,5 kali lebih berisiko terjadi depresi antenatal (OR=2,5; CI=95%).


(17)

Wanita hamil yang mengalami depresi antenatal 2,4 kali lebih mungkin terjadi depresi postpartum daripada wanita yang tidak mengalami depresi antenatal (Faisal-Cury & Menezes, 2012). Dampak depresi antenatal bukan hanya bagi ibu, tetapi juga bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan depresi antenatal antara lain menyebabkan berat bayi lahir rendah (Grote et al., 2010; Loomans et al., 2013; Wado et al., 2014), kelahiran prematur (Grote et al., 2010; Loomans et al., 2013), retardasi mental dan kelainan kongenital yang serius (Gidai et al., 2010).

Penelitian sejenis terkait preeklampsia dan depresi telah dilakukan oleh Qiu et al. (2007) di Peru memperoleh kesimpulan bahwa depresi sedang 2,3 kali lebih banyak dialami oleh kelompok ibu hamil dengan preeklampsia dibandingkan dengan kelompok ibu hamil normal, serta depresi berat meningkat 3,2 kali lipat. Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian dan kuesioner yang digunakan. Desain penelitian yang digunakan oleh Qiu et al. (2007) adalah case

control dan menggunakan Patient Health Questionnaire (PHQ-9), sedangkan pada

penelitian ini akan menggunakan desain kohort retrospektif dan menggunakan kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Penggunaan EPDS ini dapat diberikan pada ibu nifas maupun ibu hamil, karena pernyataan kuesioner ini bersifat umum, tidak spesifik hanya untuk ibu nifas. Selain hal di atas, oleh karena keadaan demografi antara di Peru dan di Indonesia yang berbeda, maka penelitian terkait preeklampsia dan depresi antenatal perlu dilakukan juga di Indonesia.

Di Indonesia terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan dengan berjudul Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dengan kesimpulan kecemasan berhubungan dengan preeklampsia, riwayat hipertensi adalah perancu, riwayat preeklampsia, hipertensi, keturunan memberikan efek modifikasi. Pada analisis multivariat yang berhubungan dengan preeklampsia adalah kecemasan, riwayat preeklampsia, riwayat keturunan, riwayat hipertensi dan riwayat antenatal care (Isworo, 2011).

Berdasarkan laporan dari Provinsi Jawa Tengah periode Januari sampai Juni 2014 terdapat hasil angka kematian sejumlah 357 kasus, dan di Karesidenan Pati terdapat 49 kasus. Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Karesidenan Pati yang


(18)

terdapat angka kematian tertinggi. Studi pendahuluan telah dilakukan penulis yang memperoleh hasil angka kematian di Kabupaten Kudus periode bulan Januari sampai bulan Nopember 2014 telah mencapai 25 kasus. Hal ini terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebanyak 21 kasus, dan pada tahun 2012 sebanyak 15 kasus. Penyebab penyumbang kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu penyebab langsung (perdarahan, infeksi, dan preeklampsia) dan penyebab tidak langsung (penyakit penyerta). Pada tahun 2014, preeklampsia menyumbangkan 25% penyebab angka kematian ibu di Kabupaten Kudus.

Rumah Sakit Islam Sunan Kudus merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada di Kabupaten Kudus. Pelayanan terkait kegawatdaruratan obstetrik dan ginekologi dapat dilakukan di sini, serta sebagai pelayanan rujukan bagi fasilitas kesehatan yang belum memadai. Salah satu kasus yang ditangani adalah preeklampsia. Berdasarkan studi pendahuluan di RSI Sunan Kudus angka kejadian preeklampsia periode bulan Januari sampai bulan Nopember 2014 sebesar 71 kasus rawat inap dan dua kali lipat pada pasien rawat jalan serta semuanya tidak dilakukan pengukuran depresi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal di Kudus dan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu : Apakah ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal serta faktor-faktor yang mempengaruhi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal.


(19)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis faktor fisik yang mempengaruhi, meliputi : 1) Untuk menganalisis hubungan umur dan risiko depresi antenatal. 2) Untuk menganalisis hubungan paritas dan risiko depresi antenatal. b. Untuk menganalisis faktor psikososial yang mempengaruhi, meliputi :

1) Untuk menganalisis hubungan pendidikan dan risiko depresi antenatal. 2) Untuk menganalisis hubungan pendapatan dan risiko depresi antenatal. 3) Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial dan risiko depresi antenatal. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan memberikan masukan ilmiah atau referensi mengenai hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal.

2. Manfaat Aplikatif a. Bagi responden

Diharapkan bagi responden dengan preeklampsia senantiasa memperhatikan kondisinya, baik fisik maupun psikososial. Apabila mengalami hal-hal yang tidak diketahui segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat. Bagi responden dengan kehamilan normal diharapkan tetap menjaga kondisi agar kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga.

b. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat dijadikan informasi dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan ketika memberikan pelayanan antenatal, tidak hanya fisik saja yang menjadi perhatian, tetapi juga memperhatikan kondisi psikososial pasien. c. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal serta faktor yang mempengaruhi.


(20)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Preeklampsia a. Pengertian

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

oedema akibat kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan

(Mansjoer, 2007; Milne et al., 2005).

Menurut Cunningham et al. (2005), preeklampsia adalah sindrom spesifik yang terjadi pada kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preteinuria atau terdapatnya 30mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam merupakan tanda yang pasti untuk ditegakkan diagnosis preeklampsia.

b. Klasifikasi

Menurut Mansjoer (2007), preeklampsia dibedakan menjadi dua berdasarkan tanda dan gejala sebagai berikut :

1) Preeklampsia ringan

Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia ringan adalah sebagai berikut :

a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.

b) Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat

badan satu kilogram atau lebih per minggu.

c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2 pada urin midstream.


(21)

2) Preeklampsia berat

Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah sebagai berikut :

a) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg. b)

Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup. c) Oliguria (< 400

ml dalam 24 jam). d) Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan. e) Nyeri epigastrum dan ikterus. f) Oedema paru. g) Trombositopenia. h) Pertumbuhan janin terhambat.

c. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan (Wiknjosastro, 2007).

Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan ini masih belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasentasi serta endothelium ibu, akan tetapi mekanisme yang menyebabkan disfungsi endotel dan hubungannnya dengan plasenta masih tidak jelas.

d. Faktor Risiko

Terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya preeklampsia. Terdapat kecenderungan bahwa memiliki lebih banyak faktor risiko umumnya menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang terkait :

1) Umur ibu

Menurut Ghojazadeh et al. (2013), usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan erat dengan preeklampsia. Menurut Robson dan Waugh (2011), usia lebih dari 40 tahun meningkatkan resiko sebesar dua kali lipat. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bothamley dan Boyle (2011) bahwa usia di atas 40 tahun merupakan faktor risiko, sedangkan menurut Morgan dan Hamilton (2009) apabila usia ibu <17 tahun atau >35 tahun.


(22)

2) Paritas

Menurut Allenwilcox (2010), insidensi preeklampsia pada primigravida sebesar 3-5% kemudian menurun menjadi 2% pada kehamilan berikutnya. Risiko lebih besar pada primigravida telah banyak diketahui, tapi tidak diketahui penyebabnya. Menurut Bothamley dan Boyle (2011), primigravida dan atau lebih dari 10 tahun sejak kelahiran terakhir juga meningkatkan risiko. Menurut Morgan dan Hamilton (2009) dan Guerrier et al. (2013), juga menyebutkan bahwa primigravida sebagai faktor risiko. Menurut Robson dan Waugh (2011) dan Reeder et al. (2011), pada nulliparitas meningkatkan risiko terjadi preeklampsia sebesar tiga kali lipat.

3) Pendidikan

Menurut Silva et al. (2014), tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor yang terkait dengan preeklampsia. Ghojazadeh et al. (2013) juga menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah meningkatkan risiko preeklampsia.

4) Pendapatan

Menurut Ramesh et al. (2014), pendapatan keluarga per bulan di bawah rata-rata merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya preeklampsia. Menurut Silva et al. (2014), pendapatan yang rendah terkait dengan kejadian preeklampsia.

e. Patofisiologi

Menurut Mochtar (2007), pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan


(23)

kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Menurut Bothamley dan Boyle (2011), adapun patofisiologi terjadinya preeklampsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Patofisiologi terjadinya preeklampsia Kegagalan invasi sel trofoblast untuk

memaksimalkan modifikasi arteri spiralis uterus

Penurunan aliran darah uterus Penurunan ekspansi plasma

Iskemia plasenta relatif

Reaksi inflamasi intravaskuler umum

Disfungsi endothelial

Komplikasi janin : hambatan pertumbuhan, penurunan cairan amnion, penurunan

aliran darah umbilikalis

Vasokonstriksi arteriola pada organ tubuh mayor

Kelainan pada sistem kardiovaskuler, hematologi, ginjal, hati, dan sistem saraf


(24)

f. Diagnosis

Menurut Mochtar (2007), diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan :

1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria.

Gejala subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrum, gangguan visus (penglihatan kabur, skotoma, diplopia), mual dan muntah.

Gangguan serebral lainnya : sempoyongan, refleks meningkat, dan tidak tenang.

2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.

g. Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada kasus preeklampsia antara lain atonia uteri, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low

platelet count), ablasi retina, KID (koagulasi intravascular diseminata),

gagal ginjal, perdarahan otak, oedema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian. Adapun komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas (Mansjoer, 2000).

Menurut Robson dan Waugh (2011), terdapat berbagai komplikasi preeklampsia, diantaranya adalah abrupsio plasenta, intra uterine growth

retardation (IUGR), sindrom HELLP, koagulasi intravaskuler diseminata,

gagal ginjal, kelahiran prematur, kegagalan multiorgan, eklampsia, dan bahkan kematian.

h. Penatalaksanaan

1) Preeklampsia Ringan


(25)

Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini adalah beberapa penatalaksanaan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan :

a) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu (1) Rawat Jalan

(a) Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin. (b) Lebih banyak istirahat. (c) Diit biasa. (d) Tidak perlu diberikan obat-obatan. (e) Apabila rawat jalan tidak memungkinkan, maka dilakukan perawatan di rumah sakit. (2) Rawat Inap

(a) Diit biasa

(b) Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan proteinuria satu kali dalam sehari.

(c) Tidak perlu obat-obatan.

(d) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.

(e) Apabila tekanan diastolik turun sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan memberikan nasihat untuk istirahat, munculnya gejala preeklampsia berat, dan kontrol dua kali dalam seminggu.

(f) Apabila proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.

(g) Apabila terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.

b) Usia kehamilan lebih dari 37 minggu

(1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

(2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.


(26)

2) Preeklampsia Berat a) Penanganan Umum

Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2008) :

(1) Apabila tekanan diastolik lebih dari 110mmHg, berikan terapi antihipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.

(2) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar ukuran 16 gauge atau lebih.

(3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload. (4) Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria.

Apabila jumlah urine <30mL per jam, infus cairan diperhatikan 1 1/8 jam dan pantau kemungkinan edema paru. (5) Jangan tinggalkan pasien sendirian karena kejang disertai

aspirasi dapat terjadi sewaktu-waktu.

(6) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.

(7) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi

merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena.

(8) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika

pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati

b) Asuhan Intranatal

Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala timbul. Apabila terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam pada preeklampsia, maka dilakukan seksio caesarea.


(27)

Apabila seksio caesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak ada koagulopati dan memilih anestesia umum. Apabila anestesia umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, maka dilakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500mL dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (Saifuddin, 2008).

c) Asuhan postpartum

Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir, lalu diteruskan dengan terapi antihipertensi apabila tekanan diastolik masih lebih 110 mmHg dan mamantau urine (Saifuddin, 2008).

d) Rujukan

Menurut Saifuddin (2008), rujukan dilakukan ke fasilitas yang lebih lengkap dilakukan apabila oliguria (kurang dari 400mL/24 jam), terdapat sindrom HELLP, dan terjadi koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang.


(28)

Di bawah ini adalah diagram penatalaksanaan pada ibu hamil dengan preeklampsia berat menurut Morgan dan Hamilton (2009) :

Gambar 2.2 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat PREEKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIA

Sindrom HELLP 1. Memperburuk prognosis

a. Gangguan pembekuan darah

b. Gangguan hati 2. Gejala klinis

a. Nyeri epigastrium b. Mual, muntah c. Ikterus

d. Cenderung berdarah (lambung, gusi, kulit, hematuria).

Pengobatan 1. Memperbaiki

trombositopenia dengan transfusi trombosit (bila sekitar 50.000/mL) 2. Evaluasi kecenderungan

berdarah

Pengobatan aktif dengan pertimbangan klinis 1. Pecah ketuban 2. Induksi persalinan 3. Seksio sesarea

Konservatif 1. Isolasi dengan pasang

kateter 2. Obat

a. Infus 5-10% glukosa b. Valium 120mg/24

jam

c. MgSO4 IV, IM (dosis awal 18 g IM, dosis medium 4 g dalam 6 jam) d. Litik koktil 3. Observasi

a. Konvulsi-koma b. Refleks patella c. Kriteria Eden d. Sindrom HELLP 4. Reaksi pengobatan

a. Kesadaran membaik b. Dieresis meningkat c. Lamanya 24 jam 5. Konsultasi laboratorium

a. Penyakit dalam b. Penyakit mata c. Kardiovaskuler d. Penyakit anak e. Anesthesia

Komplikasi Tindakan 1. Cenderung berdarah 2. AKI dan AKP tinggi

Pengobatan Berhasil 1. ANC intensif tunggu sampai

aterm/masa viable di atas 2. Persalinan pervaginam, lahir

spontan/lainnya. Terminasi

Kehamilan 1. Kala dua

dipercepat 2. Seksio sesarea


(29)

2. Depresi Antenatal a. Pengertian

Menurut American Psychological Association (2000), memberikan definisi depresi sebagai perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian yang utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/spliting of

personality, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas

normal (Hawari, 2008). b. Tanda dan gejala

Menurut National Institute of Mental Health (2009), wanita dengan depresi akan mempunyai tanda dan gejala yang berbeda-beda, selain itu, tingkat keparahan dan frekuensi gejala, serta berapa lama gejala itu terakhir muncul juga akan bervariasi tergantung pada individu dan penyakit tertentu. Berikut ini tanda dan gejala depresi meliputi :

1) Kesedihan yang menetap, cemas atau ada perasaan kosong. 2) Merasa putus asa dan atau pesimis.

3) Mudah tersinggung dan gelisah.

4) Perasaan bersalah, tidak berharga dan atau merasa tidak berdaya. 5) Penurunan ketertarikan pada aktifitas atau hobi yang menyenangkan,

termasuk hubungan intim. 6) Kelelahan dan penurunan energi.

7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan pengambilan keputusan. 8) Insomnia dan atau hipersomnia.


(30)

9) Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan. 10) Pikiran tentang bunuh diri atau usaha untuk bunuh diri.

11) Nyeri yang menetap, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan meskipun telah mendapat pengobatan.

c. Klasifikasi

Menurut American Psychiatric Association (APA) (1994), diagnosis depresi mayor dapat ditegakkan apabila seseorang mengalami lima atau lebih dari tanda dan gejala berikut minimal dalam kurun waktu dua minggu. Setidaknya salah satu gejala harus muncul yaitu merasa depresi atau anhedonia (kesenangan berkurang pada kegiatan yang sebelumnya menyenangkan) dan muncul beberapa gangguan dalam kehidupan. Menurut Akiskal (1999), seseorang yang memiliki dua tetapi tidak lebih dari lima gejala selama dua minggu dengan satu gejala merasa depresi atau anhedonia yang muncul dapat ditegakkan diagnosis sebagai depresi minor. Sedangkan untuk tanda dan gejala untuk depresi antenatal yang muncul sama dengan tanda dan gejala depresi lainnya (Cox dan Holden, 2003). d. Mekanisme terjadinya depresi

Seseorang yang mengalami stressor psikososial (perkawinan, orang tua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma) yang ditangkap melalui panca inderanya, melalui sistem saraf panca indera akan diteruskan ke susunan saraf pusat otak, yaitu bagian saraf otak yang disebut lymbic

system, melalui transmisi saraf (neurotransmitter/sinyal penghantar saraf).

Dan selanjutnya stimulus atau rangsangan psikososial tadi melalui susunan saraf autonom (simpatis/parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) yang merupakan sistem imunitas tubuh dan organ-organ tubuh yang dipersarafinya (Hawari, 2008).


(31)

e. Faktor Risiko 1) Umur Ibu

Menurut penelitian Räisänen et al. (2014), selama kurun waktu 2002-2010 di Finlandia, faktor yang terkait dengan terjadinya depresi pada ibu hamil diantaranya adalah usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Senada dengan hal di atas, Pearson et al. (2013) juga mengungkapkan bahwa usia muda pada ibu terkait erat dengan kejadian depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Patel et al. (2010), usia remaja dan dewasa awal (sebelum usia 25 tahun) serta rentang umur 30-50 tahun pada wanita berhubungan erat dengan kejadian depresi.

2) Paritas

Menurut Dibaba et al. (2010) dan da Silva (2010) menyebutkan hasil yang sama yaitu multiparitas meningkatkan risiko terjadinya depresi pada ibu.

3) Pendidikan

Menurut juga Pearson et al. (2013), da Silva (2010) dan Fall et al. (2013) menyatakan bahwa pendidikan terkait erat dengan kejadian depresi. Pendidikan yang rendah merupakan faktor risiko yang terkait dengan depresi antenatal.

4) Pendapatan

Menurut Räisänen et al. (2014), Fall et al. (2013) dan Patel et al. (2010), status ekonomi rendah secara signifikan terkait dengan gejala depresi mayor. Berbeda dengan Saleh et al. (2012), status sosial ekonomi hanya mempunyai hubungan yang lemah terhadap kejadian depresi. Fall et al. (2013) juga membandingkan antara status pekerjaan ibu hamil dengan gejala depresi memperoleh hasil yang signifikan pada ibu yang telah berhenti bekerja, ibu rumah tangga, tetapi tidak untuk mahasiswa. Ibu hamil yang bekerja memperoleh proporsi gejala depresi terendah dibanding lainnya.


(32)

5) Dukungan Sosial

Menurut Fall et al. (2013), dukungan sosial yang rendah secara signifikan terkait dengan munculnya gejala depresi mayor. Saleh et al. (2012) mengungkapkan hal yang sama, dukungan sosial yang rendah mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian depresi pada wanita di Mesir. Peer et al. (2013) mengungkapkan 17% dari sampel penelitiaannya yaitu imigran asal Kanada yang mempunyai dukungan sosial yang rendah menunjukkan banyak gejala depresi antenatal. f. Komplikasi

1) Pada Ibu

Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi hal ini diyakini sebagai kasus yang langka (Kornstein dan Clayton, 2002). Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa komplikasi terkait dengan adanya stres dan depresi antenatal pada ibu diantaranya adalah perdarahan, terjadinya abortus spontan, ditemukannya kelainan pada plasenta dan adanya nekrosis pada villi dan desidua, serta disfungsi endothelial.

Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu (Meltzer-Brody dan Stuebe, 2014).

2) Pada Bayi

Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur (Loomans et al., 2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah (Wado et al., 2014; Loomans et al., 2013), serta dapat mengganggu sirkulasi maternal-fetal (Fu et al., 2014). Stres dan adanya depresi selama kehamilan erat kaitannya dengan munculnya gangguan


(33)

perkembangan saraf janin, kelainan plasenta, abortus yang spontan, dan kelahiran preterm (Marinescu et al., 2014).

Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah psikologis misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Weissman et al., 2014).

3. Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi Antenatal Menurut Bothamley dan Boyle (2011), keadaan preeklampsia merupakan keadaan yang sangat tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini sangatlah berpotensi besar menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, dapat berupa kecemasan dan depresi. Ghosh dan Goswami (2011) memaparkan hasil penelitiannya di Kolkata, India bahwa riwayat obstetri yang buruk atau adanya komplikasi selama kehamilan dan riwayat gangguan kesehatan jiwa erat kaitannya dengan munculnya depresi pada ibu. Hasil yang sama juga diperoleh Ajinkya et al. (2013) dalam penelitiannya. Menurut Fall et al. (2013), ibu yang mempunyai masalah terkait dengan kesehatannya juga terkait dengan munculnya gejala depresi mayor.

Pratt dan Brody (2014), hampir 90% dari orang-orang dengan gejala depresi parah dilaporkan ada kesulitan dengan pekerjaan, rumah, atau kegiatan sosial yang berhubungan. Tingkat kesulitan dengan pekerjaan, rumah, atau kegiatan sosial yang berhubungan dengan gejala depresi meningkat sebagai meningkatnya gejala, dari 45.7% di kalangan orang-orang dengan gejala-gejala depresi ringan 88.0% antara orang-orang dengan gejala-gejala depresi parah. Tingkat kesulitan serius dengan pekerjaan, rumah, atau kegiatan sosial yang berhubungan dengan gejala depresi juga meningkat sebagai keparahan gejala meningkat, dari 3,9% antara orang-orang dengan gejala-gejala depresi ringan 15,8% di kalangan orang-orang dengan gejala moderat, dan 42.8% di kalangan orang-orang dengan gejala yang parah.


(34)

Katon et al. (2012) menyebutkan hasil penelitiannya di klinik obstetri pada 2398 ibu hamil yang melakukan antenatal care didapatkan hasil bahwa ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi sebelum hamil dan kondisi kehamilan yang beresiko mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya depresi, baik itu minor maupun mayor.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Depresi Antenatal Ibu Hamil Kejadian Preeklampsia (stressor) Panca indera Neurotransmitter (sinyal penghantar)

Sistem saraf pusat

Sistem saraf otonom (simpatis/parasimpatis) Kelenjar hormonal (endokrin) Organ-organ yang dipersarafi Kegagalan invasi sel trofoblas

Penurunan aliran darah uterus Penurunan ekspansi plasma

Iskemia plasenta relatif

Reaksi inflamasi intravaskuler umum

Disfungsi endothelial

Vasokonstriksi arteriola

Faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi : 1. Umur 2. Paritas 3. Pendidikan 4. Pendapatan 5. Dukungan sosial

Keterangan :

: tidak diteliti : diteliti commit to user


(35)

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan usia non reproduksi lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal.

2. Ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal, ibu hamil multigravida lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal

3. Ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan pendidikan rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal

4. Ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan pendapatan rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal

5. Ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan dukungan sosial rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal 6. Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal, ibu

hamil dengan preeklampsia lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal


(36)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif yaitu suatu rancangan penelitian dengan mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dengan tidak terpapar untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidaknya fenomena (Hidayat, 2007). Paparan dan penyakit sudah terjadi di waktu lampau sebelum dimulainya penelitian, sehingga variabel-variabel tersebut diukur melalui catatan historis (Murti, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1 Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSI Sunan Kudus. 2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2015. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Ibu hamil yang datang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus. Non Depresi Antenatal

Kehamilan dengan PE Kehamilan normal

Kehamilan dengan PE Kehamilan normal Depresi Antenatal


(37)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan fixed

exposure sampling yaitu skema penculikan yang dimulai dengan memilih

sampel berdasarkan status paparan subyek (terpapar dan tidak terpapar) oleh faktor yang diduga mempengaruhi (Murti, 2013).

D. Besar Sampel

Menurut Hair et al, dalam Murti (2013), perbandingan jumlah sampel dan jumlah variabel dalam analisis multivariat tidak boleh kurang dari 5:1, tetapi perbandingan yang dianjurkan antara jumlah sampel dan jumlah variabel adalah 15-20 sampel per variabel. Penelitian ini melibatkan lima variabel luar, sehingga besar sampel penelitian yang dibutuhkan adalah 5x15 yaitu 75 subyek penelitian.

Menurut Rothman et al. dalam Murti (2013), besar sampel yang akan digunakan adalah 1 : 2 antara kelompok ibu hamil dengan preeklampsia dan ibu hamil normal. Pada penelitian ini akan menggunakan 25 ibu hamil dengan preeklampsia dan 50 ibu hamil normal.

E. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Ibu hamil dengan usia kehamilan 20-40 minggu. b. Belum ada tanda dan gejala persalinan.

c. Untuk kelompok kasus, ibu mempunyai tekanan darah ≥ 140 mmHg dan proteinuria minimal +1.

d. Telah memeriksakan kehamilannya minimal satu kali. e. Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Ibu hamil yang sulit diajak komunikasi (mempunyai keterbatasan atau berkebutuhan khusus).

b. Ibu hamil yang mempunyai penyakit penyerta dan gangguan kejiwaan yang berat.


(38)

F. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : kejadian preeklampsia 2. Variabel terikat : depresi antenatal

3. Variabel luar : umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. G. Definisi Operasional Variabel

1. Kejadian Preeklampsia a. Definisi

Kehamilan yang disertai dengan tekanan darah ≥ 140/90mmHg dan proteinuria minimal +1.

b. Alat ukur

Diagnosis yang telah ditetapkan dr. Sp.OG. c. Cara ukur

Rekam Medis d. Skala Pengukuran

Nominal e. Kategori

0 = Kehamilan normal

1 = Kehamilan dengan preeklampsia 2. Depresi Antenatal

a. Definisi

Gangguan perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, apatis dan pesimisme kemudian dapat dikuti gangguan perilaku dan terjadi pada masa kehamilan.

b. Alat ukur

Kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). c. Cara ukur

Jumlah skor yang diperoleh, apabila skor <10 maka tidak mengalami depresi dan apabila >10 maka dapat dikatakan mengalami depresi.


(39)

d. Skala Pengukuran Nominal

e. Kategori

0 = Non Depresi Antenatal 1 = Depresi Antenatal 3. Umur

a. Definisi

Kurun waktu hidup responden dihitung sejak lahir sampai dengan pengisian kuesioner.

b. Alat ukur Kuesioner c. Cara ukur

Diketahui dari hasil pengisian kuesioner. d. Skala Pengukuran

Nominal e. Kategori

0 = usia non reproduksi (<20 tahun dan >35 tahun) 1 = usia reproduksi (20-35 tahun)

4. Paritas a. Definisi

Jumlah anak yang pernah dilahirkan responden baik lahir hidup maupun mati.

b. Alat ukur Kuesioner c. Cara ukur

Diketahui dari hasil pengisian kuesioner. d. Skala Pengukuran

Nominal


(40)

e. Kategori

0 = Primigravida 1 = Multigravida 5. Pendidikan

a. Definisi

Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden. b. Alat ukur

Kuesioner c. Cara ukur

Diketahui dari hasil pengisian kuesioner. d. Skala Pengukuran

Nominal e. Kategori

0 = < SMA (tidak sekolah, SD, SMP) 1 = > SMA (SMA, Pendidikan Tinggi) 6. Pendapatan

a. Definisi

Gaji/upah yang diperoleh responden dan suami selama satu bulan (dalam enam bulan terakhir).

b. Alat ukur Kuesioner c. Cara ukur

Diketahui dari hasil pengisian kuesioner. d. Skala Pengukuran

Nominal e. Kategori

0 = < UMR Kabupaten Kudus (< Rp. 1.380.000)

1 = ≥ UMR Kabupaten Kudus (≥ Rp. 1.380.000)


(41)

7. Dukungan sosial a. Definisi

Suatu tindakan pendampingan oleh suami dan anggota keluarga lain selama kehamilan ini.

b. Alat ukur

Kuesioner Medical Outcomes Study : Social Support Survey (MOS-SSS). c. Cara ukur

Dilihat dari jumlah skor kuesioner kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Skor minimal : 19 Skor maksimal : 95 d. Skala Pengukuran

Nominal e. Kategori

0 = hasil akhir penghitungan <50 1 = hasil akhir penghitungan >50 H. Instrumen Penelitian

1. Kejadian Preeklampsia

Instrumen yang digunakan adalah rekam medis yang berada di RSI Sunan Kudus. Hal ini berkaitan dengan diagnosis yang ditegakkan oleh dokter yang bersangkutan. Untuk penilaian, menggunakan diagnosis tersebut kemudian diklasifikasikan antara kategori kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan normal.

2. Depresi Antenatal

Instrumen yang digunakan untuk mengukur depresi antenatal adalah kuesioner

The Edinburgh Postnatal DepressionScale (EPDS). Kuesioner ini bukan hanya

untuk mengukur depresi antenatal, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur commit to user


(42)

depresi postpartum yang berisi 10 pernyataan yang masing-masing ada empat pilihan jawaban. Skor maksimal adalah 30 poin. Untuk penilaian, dikatakan depresi apabila skor yang diperoleh lebih dari 10 poin. Validitas dan reliabilitas kuesioner ini telah diakui di beberapa Negara. Jadi, tidak diperlukan uji validitas dan reliabilitas ulang (Cox et al, 1987).

Di bawah ini adalah cara pemberian skor pada kuesioner EPDS : Tabel 3.1 Skor kuesioner EPDS

Nomor Soal

Skor yang diberikan

Jawaban a Jawaban b Jawaban c Jawaban d

1. 0 1 2 3

2. 0 1 2 3

3. 3 2 1 0

4. 0 1 2 3

5. 3 2 1 0

6. 3 2 1 0

7. 3 2 1 0

8. 3 2 1 0

9. 3 2 1 0

10. 3 2 1 0

Sumber : Cox et al., 1987 3. Dukungan Sosial

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Medical Outcomes Study : Social

Support Survey (MOS-SSS). Kuesioner berisi 19 pernyataan yang dibagi ke

dalam empat subskala dan satu butir pernyataan tambahan sebagai berikut : Tabel 3.2 Subskala Kuesioner MOS-SSS

Subskala Jumlar Butir Soal Nomor Soal Dukungan informasional 8 1,2,3,4,5,6,7,8

Dukungan afeksi 3 9,10,11

Dukungan tangibles 4 12,13,14,15

Interaksi sosial 3 16,17,18

Pernyataan tambahan 1 19

Sumber : Stewart dan Sherbourne, 1991

Masing-masing pernyataan mempunyai lima pilihan jawaban yaitu tidak pernah (skor : 1), jarang (skor : dua), kadang-kadang (skor : tiga), sering (skor


(43)

empat), dan sangat sering (skor : lima). Cara menghitung skor dapat menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

Skor yang diperoleh : jumlah skor hasil pengisian kuesioner Skor minimal : 19

Skor maksimal : 95

Kuesioner MOS-SSS ini menilai tipe dukungan yang diberikan, bukan mengacu pada pemberi dukungan. Hasil yang diperoleh dalam rentang 0-100, dikatakan memperoleh dukungan yang kurang apabila hasil akhir <50 dan dukungan yang baik apabila hasil akhir >50. Validitas dan reliabilitas sudah tidak diragukan lagi, jadi tidak perlu dilakukan uji ulang. Koefisien realiabilitas pada masing-masing subskala berkisar 0,72-0,76 dan koefisien pada semua item pernyataan sebesar 0.78. Koefisien validitas pada masing-masing subskala berkisar 0,19-0,24 dan koefisien pada semua item pernyataan sebesar 0,23 (Stewart dan Sherbourne, 1991; Lopez dan Cooper 2011).

I. Teknik Analisis Data

Karakteristik sampel dideskripsikan dengan menggunakan jumlah (n), persentase (%), mean, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hubungan variabel yang diteliti pada awalnya dianalisis bivariat untuk mendeskripsikan dan juga memberikan gambaran awal. Analisis bivariat pada penelitian ini melibatkan variabel dengan skala data kategorikal/nominal dilakukan dengan menggunakan tabel kolom x baris, jika variabel independen maupun dependen yang dianalisis berskala dikotomi maka digunakan tabel 2x2. Hubungan variabel ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR).


(44)

Kemaknaan statistik dari Odds Ratio (OR) tersebut di uji dengan uji chi square dengan rumus:

Hubungan antar variabel dianalisis lebih lanjut dengan analisis multivariat menggunakan model regresi logistik ganda dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

p : Probabilitasuntuk depresi 1-p : Probabilitas untuk tidak depresi a : Konstanta

b : Koefisien regresi

X1 : Kejadian Preeklampsia (0 : kehamilan normal, 1 : kehamilan dengan preeklampsia.

X2 : Umur (0 : usia non reproduksi, 1 : usia reproduksi) X3 : Paritas (0 : primigravida, 1 : multigravida)

X4 : Pendidikan (0 : <SMA, 1 : >SMA)

X5 : Pendapatan (0 : <UMR, 1 ≥UMR)

X6 : Dukungan sosial (0 : dukungan sosial rendah, 1 : dukungan sosial baik) Kekuatan hubungan antar variabel ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR) beserta

Confidence Interval 95%, dalam model regresi logistik OR = exp (β). Kemaknaan

statistik dari OR dianalisis dengan menggunakan uji Wald, hasilnya ditunjukkan oleh nilai p. Hasil uji statistik juga ditunjukkan dengan nilai p. Interpretasi OR adalah sebagai berikut :

OR = 1 : Tidak ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko depresi antenatal.


(45)

b ≤ OR < 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko depresi antenatal. Kejadian preeklampsia menurunkan kemungkinan risiko depresi antenatal.

b ≥ OR > 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko

depresi antenatal. Kejadian preeklampsia meningkatkan kemungkinan risiko depresi antenatal.

J. Etika Penelitian

Penelitian ini akan menekankan masalah etika dalam pemberian kuesioner kepada responden menurut Notoatmodjo (2010) yang meliputi :

1. Informed concents

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama pengumpulan data. Orang yang bersedia menjadi responden, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sedangkan yang tidak bersedia peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas, responden tidak diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam inisial huruf kemudian lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan ( Confidentiallity).

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi baik identitas maupun data yang diberikan oleh responden.


(46)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat. Penelitian dilakukan terhadap 75 subjek penelitian yaitu ibu hamil yang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus pada bulan Maret-Mei 2015. 1. Karakteristik Sampel

Karakteristik ibu hamil diidentifikasi berdasarkan umur, paritas, umur kehamilan, pendidikan, dan kejadian preeklampsia. Tabel distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dijelaskan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal

Karakteristik N Mean Standar

Deviation Min Max

Umur

a. <20 tahun b. 20-35 tahun c. >35 tahun Paritas a. G1P0A0 b. G2P0A1 c. G2P1A0 d. G3P1A1 e. G3P2A0 f. G4P3A0 Umur Kehamilan a. 20-27 minggu b. 28-37 minggu Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 3 59 13 29 2 29 1 10 4 33 42 14 19 27 15 29,37 - 28,60 - 5,92 - 6,14 - 16 - 20 - 42 - 37 -


(47)

Kejadian Preeklampsia a. Kehamilan normal b. Kehamilan dengan preeclampsia 50 25 - - - -

Sumber : data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas umur subjek penelitian pada kisaran 20-35 tahun (78,7%), primigravida dan sekundigravida mempunyai jumlah yang sama (38,7%), umur kehamilan pada kisaran 28-37 minggu (56%), pendidikan SMA (36%), dan mayoritas kehamilan normal (66,7%).

2. Pengujian Hipotesis a. Analisis Univariat

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal

Variabel n Persentase

(%) Kejadian Preeklampsia

a. Kehamilan normal b. Kehamilan dengan

preeklampsia Umur

a. Usia non reproduksi b. Usia reproduksi Paritas a. Primigravida b. Multigravida Pendidikan a. <SMA b. >SMA Pendapatan

a. <UMR Kab. Kudus b. ≥UMR Kab. Kudus Dukungan Sosial a. Rendah b. Baik 50 25 16 59 29 46 33 42 44 31 20 55 66,7 33,3 21,3 78,7 38,7 61,3 44 56 58,7 41,3 26,7 73,3 Sumber : data primer diolah, 2015


(48)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pada variabel kejadian preeklampsia, kehamilan normal 50 (66,7%) lebih tinggi dibandingkan kehamilan dengan preeklampsia yaitu 25 (33,3%), usia reproduksi lebih banyak yaitu sebesar 59 (78,7%) dibandingkan usia non reproduksi sebesar 16 (21,3%) pada variabel umur. Pada variabel paritas diketahui lebih banyak multigravida yaitu 46 (61,3%) dibandingkan primigravida sejumlah 29 (38,7%). Pada variabel pendidikan diketahui lebih banyak >SMA yaitu 42 (56%) dibandingkan dengan <SMA sebesar 33 (44%). Pada variabel pendapatan <UMR Kab. Kudus yaitu 44 (58,7%) lebih banyak dibandingkan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 31 (41,3%). Pada variabel dukungan sosial baik yaitu 55 (73,3%) lebih tinggi dibandingkan dukungan sosial rendah yaitu 20 (26,7%). Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal

Variabel f %

Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal

26 49

34,7 65,3

Jumlah 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa subjek penelitian yang mengalami depresi antenatal lebih banyak yaitu sebesar 49 (65,3%) dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak mengalami depresi antenatal yaitu sebesar 26 (34,7%).

c. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dengan menggunakan uji chi square dengan menggunakan software SPSS. Variabel yang memiliki nilai p<0,05 adalah variabel yang berpengaruh secara signifikan dengan risiko depresi antenatal.


(49)

1) Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal

Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan kejadian preeklampsia dan depresi antenatal

Kejadian Preeklampsia

Depresi Antenatal

Total OR P

Non Depresi Antenatal

Depresi Antenatal

N % N % N %

Kehamilan normal Kehamilan dengan preeklampsia 17 9 34 36 33 16 66 64 50 25 100 100

0,91 0,864

Total 26 49 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Pada Tabel 4.4 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan uji chi

square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi

antenatal dengan kehamilan normal sebesar 66%, sedangkan kehamilan dengan preeklampsia sebesar 64%. Analisis bivariat pada tabel 4.4 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,91 berarti ibu hamil dengan preeklampsia kemungkinan risiko depresi antenatal 0,91 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan (p=0,864). 2) Hubungan antara umur dan depresi antenatal

Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal Umur Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal

N % N % N %

Usia non Reproduksi Usia Reproduksi 5 21 31,3 35,6 11 38 68,7 64,4 16 59 100 100

0,82 0,746

Total 26 34,7 49 65,3 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015 commit to user


(50)

Pada Tabel 4.5 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan usia non reproduksi sebesar 68,7%, sedangkan usia reproduksi sebesar 64,4%. Analisis bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan nilai Odds

Ratio sebesar 0,82 berarti ibu hamil dengan usia reproduksi kemungkinan

risiko depresi antenatal 0,82 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan usia non reproduksi. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan (p=0,746).

3) Hubungan antara paritas terhadap depresi antenatal

Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal

Paritas

Depresi Antenatal

Total OR P

Non Depresi Antenatal

Depresi Antenatal

N % N % N %

Primigravida Multigravida 7 19 24,1 41,3 22 27 75,9 58,7 29 46 100 100

0,45 0,128 Total 26 34,7 49 65,3 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Pada Tabel 4.6 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan primigravida sebesar 75,9%, sedangkan multigravida sebesar 58,7%. Analisis bivariat pada tabel 4.6 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,45 berarti ibu hamil multigravida kemungkinan risiko depresi antenatal hampir setengah kali lebih rendah daripada ibu hamil primigravida. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan (p=0,128).


(51)

4) Hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal

Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal Pendidikan

Depresi Antenatal

Total OR P

Non Depresi Antenatal

Depresi Antenatal

N % N % N %

<SMA >SMA 6 20 18,2 47,6 27 22 81,8 52,4 33 42 100 100

0,24 0,008 Total 26 34,7 49 65,3 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Pada Tabel 4.7 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendidikan <SMA sebesar 81,8%, sedangkan pendidikan >SMA sebesar 52,4%. Analisis bivariat pada tabel 4.7 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,24 berarti ibu hamil dengan pendidikan >SMA kemungkinan risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendidikan <SMA. Hasil uji chi

square menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi

antenatal dan secara statistik signifikan (p=0,008). 5) Hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal

Pendapatan

Depresi Antenatal

Total OR P

Non Depresi Antenatal

Depresi Antenatal

N % N % N %

<UMR Kab. Kudus

≥UMR Kab. Kudus 17 9

20,5 54,8 35 14 79,5 45,2 44 31 100 100

0,21 0,002

Total 26 34,7 49 65,3 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Pada Tabel 4.8 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square.


(52)

Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendapatan <UMR Kab. Kudus sebesar 79,5%,

sedangkan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 45,2%. Analisis

bivariat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,21 berarti

ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus kemungkinan risiko

depresi antenatal seperlima kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendapatan <UMR Kab. Kudus. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan (p=0,002).

6) Hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal

Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal

Dukungan Sosial

Depresi Antenatal

Total OR P

Non Depresi Antenatal

Depresi Antenatal

N % N % N %

Rendah Baik 1 25 5 45,5 19 30 95 54,5 20 55 100 100

0,06 0,001 Total 26 34,7 49 65,3 75 100

Sumber: data primer diolah, 2015

Pada Tabel 4.9 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan dukungan sosial rendah sebesar 95%, sedangkan dukungan sosial baik sebesar 54,5%. Analisis bivariat pada tabel 4.9 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,06 berarti ibu hamil dengan dukungan sosial baik kemungkinan risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hasil uji chi

square menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko

depresi antenatal dan secara statistik signifikan (p=0,001).


(53)

d. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat, dengan ketentuan bahwa variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai p < 0,05 dengan tujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis bivariat menunjukkan seluruh variabel nilai yang signifikan p<0,05 yaitu variabel pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Adapun hasil pengujian seluruh variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda.

Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal

Variabel Independen exp (b) OR

CI 95% p

Batas bawah

Batas atas

Kejadian Preeklampsia 0,44 0,11 1,75 0,249 Umur (usia reproduksi) 1,55 0,29 8,10 0,599 Paritas (multigravida) 0,33 0,09 1,19 0,092

Pendidikan (>SMA) 0,42 0,10 1,74 0,236

Pendapatan (≥UMR) 0,26 0,08 0,88 0,031

Dukungan Sosial (baik) 0,06 0,00 0,63 0,019

N observasi 75

-2 Log likelihood 70,89

Nagelkerke R2 40,3%

Sumber: data primer diolah, 2015

Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistikganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antental. Terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial terhadap risiko depresi antental. Pada ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi antenatal 0,44 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan (OR=0,44; CI=95%; 0,11-1,75; p=0,249).


(1)

52

DAFTAR PUSTAKA

Ajinkya, S., Jadhav, P.R., & Srivastava, N.N. 2013. Depression during Pregnancy : Prevalence and Obstetric Risk Factors among Pregnant Women Attending a Tertiary Care Hospital in Navi Mumbai. Industrial Psychiatry Journal, 22(1), p. 37–40. doi:10.4103/0972-6748.123615.

Akiskal HS. 1999. Mood disorders : Clinical Features. p. 1338-1376. In : Sadock BJ, Sadock VA, editors, Comprehensive Textbook of Psychiatry. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Allenwilcox. 2010. Fertility and Pregnancy An Epidemiologic Perspective. Inggris : Oxford University Press. p. 266.

American Psychiatric Association. 1994. DSM-IV. Washington DC : American Psychiatric Association Press.

American Psychiatric Association. 2000. Handbook of Psychiatric Measures. 1st ed. Washington DC : American Psychiatric Association.

Bothamley, J. dan Boyle, M. 2011. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta : EGC. p. 192-205.

Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. 1987. Detection of Postnatal Depression: Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British Journal of

Psychiatry, 150:782-786.

Cox, J.L. dan Holden, J.M. 2003. Perinatal Mental Health : A guide to the Edinburgh

Postnatal Depression Scale. UK : Bell & Bain Ltd.

Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Hauth, J. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 1. Jakarta : EGC. p : 625-629.

da Silva R.A., Jansen, K., Souza, L.D., Moraes, I.G., Tomasi, E., Silva, Gdel G., Dias, Mde S., Pinheiro, R.T. 2010. Depression during pregnancy in the Brazilian public health care system. Revista Brasileira de Psiquiatria. vol 32:2.

Dibaba, Y., Fantahun, M., and Hindin M. J. 2013. The association of unwanted pregnancy and social support with depressive symptoms in pregnancy: evidence from rural Southwestern Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 13:135.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus. Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus.


(2)

Direktur Jenderal Bina Gizi Dan KIA Kementrian Kesehatan. 2014. Pelayanan KB dan

Penurunan AKI dan AKB Di Jawa Tengah. Laporan Rapat Koordinasi KB dan

Kesehatan Jawa Tengah. http://binsos.jatengprov.go.id/kbkes/anung.pdf diakses tanggal 05 Maret 2014 pukul 14.50 WIB.

Faisal-Cury, A. dan Menezes, P.R., 2012. Antenatal Depression Strongly Predicts Postnatal Depression in Primary Health Care. Revista Brasileira de Psiquiatria, 34(4), p.446– 450.

Fall, A., Goulet, L., & Vézina, M. 2013. Comparative Study of Major Depressive Symptoms among Pregnant Women by Employment Status. SpringerPlus, 2, 201. doi:10.1186/2193-1801-2-201.

Fu, J., Yang, R., Ma, X., Xia, H. 2014. Association between Maternal Psychological Status and Fetal Hemodynamic Circulation in Late Pregnancy. Chinese Medical Journal (in

English), Jul, 127(13) : 2475-8.

Ghojazadeh, M., Azami-Aghdash, S., Mohammadi, M., Vosoogh, S., Mohammadi, S., Naghavi-Behzad, M. 2013. Prognostic Risk Factors for Early Diagnosing of Preeclampsia in Nulliparas. Nigerian Medical Journal, 54 : 344-8

Ghosh, A., and Goswami, S. 2011. Evaluation of Post Partum Depression in a Tertiary Hospital. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India, (September–October 2011) 61(5):528–530 .doi : 10.1007/s13224-011-0077-9.

Gidai, J., Acs, N., Banhidy, F., Czeizel, A.E. 2010. Congenital Abnormalities in Children of 43 Pregnant Women who Attempted Suicide with Large Doses of Nitrazepam.

Pharmacoepidemiology and Drug Safety, Feb, 19(2) : 175-82. doi: 10.1002/pds.1885.

Grote, N.K., Bridge, J.A., Gavin, A,R., Melville, J.L., Iyengar, S., Katon, W.J. 2010. A meta-analysis of Depression during Pregnancy and the Risk of Preterm Birth, Low Birth Weight, and Intrauterine Growth Restriction. Archieves of General Psychiatry, Oct, 67(10):1012-24. doi: 10.1001/archgenpsychiatry.2010.111.

Guerrier, G., Oluyide, B., Keramarou, M., Grais, R.F. 2013. Factors Associated with Severe Preeclampsia and Eclampsia in Jahun, Nigeria. International Journal of

Womens Health, Aug, 19;5:509-13. doi: 10.2147/IJWH.S47056. eCollection 2013.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p: 12-14; 78-83.

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika


(3)

Isworo, A., 2011. Hubungan Antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_ detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=53053&obyek_id=4. diakses tanggal 5 Desember pukul 13.00 WIB.

Karmaliani, R., Asad, N., Bann C.M., Moss, N., McClure E. M., Pasha O., Wright L. L., and Robert L. Goldenberg R. L., 2009. Prevalence of Anxiety, Depression and Associated Factors among Pregnant Women of Hyderabad, Pakistan. International

Journal of Social Psychiatry. 55(5).

Katon, W.J., Russo, J.E., Melville, J.L., Katon, J.G., Gavin, A.R. 2012. Depression in Pregnancy is Associated with Preexisting but not Pregnancy-induced Hypertension.

General Hospital Psychiatry, Jan-Feb, 34(1) : 9-16.

Kharaghani, R., Geranmaye, M., Janani, L., Hantooshzade, S., Arbabi, M., Rahmani, Bilandi, R., Bagheri, F. 2012. Preeclampsia and depression: a case-control study in Tehran. Archieves of Gynecology and Obstetrics. 286(1):249-53.

Kim, D.R., Sockol, L.E., Sammel, M.D., Kelly, C., Moseley, M., Epperson, C.N. 2013. Elevated risk of adverse obstetric outcomes in pregnant women with depression.

Archives Women’s Mental Health. 16: 475–482.

Koleva, H., Stuart, S., O’Hara, M.W., Bowman-Reif, J. 2011. Risk factors for depressive symptoms during pregnancy. Archives Women’s Mental Health. 14:99-105.

Kornstein, S.G. and Clayton, A.H. 2002. Women's Mental Health : A Comprehensive

Textbook. New York : The Guilford Press.

Kurki, T., Hiilesmaa, V., Raitasalo, R., Mattila, H., Ylikorkala, O. 2000. Depression and Anxiety in Early Pregnancy and Risk for Preeclampsia. Obstetric and Gynecology, April, 95(4):487-90.

Leigh B., dan Milgrom, J. 2008. Risk factors for antenatal depression, postnatal depression and parenting stress. BMC Psychiatry. 8:24.

Loomans, E.M., van Dijk, A.E., Vrijkotte, T.G., van Eijsden, M., Stronks, K., Gemke, R.J., Van den Bergh, B.R. 2013. Psychosocial Stress during Pregnancy is Related to Adverse Birth Outcomes : results from a large multi-ethnic community-based birth cohort. European journal of public health, Jun, 23(3):485-91.

Lopez, M., dan Cooper, L. 2011. Social Support Measure Review. Final Report. National Center for Latino Child and Family Research. pp.80-86.

Mandriwati, G. A. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.


(4)

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. p.114-118.

Marinescu, I.P., Foarfă, M.C., Pîrlog, M.C., Turculeanu, A. 2014. Prenatal Depression and Stress – Risk Factors for Placental Pathology and Spontaneous Abortion. Romanian

Journal of Morphology and Embryology, 55(3 Suppl):1155-60.

Meltzer-Brody, S., and Stuebe, A. 2014. The long-term Psychiatric and Medical Prognosis of Perinatal Mental Illness. Best Practice and Research Clinical Obstetrics and

Gynaecology, January, 28(1) : 49–60. doi:10.1016/j.bpobgyn.2013.08.009.

Milne, F., Redman, C., Walker, J., Baker, P., Bradley, J., Cooper, C., de Swiet, M., Fletcher, G., Jokinen, M., Murphy, D., Nelson-Piercy, C., Osgood, V., Robson, S., Shennan, A., Tuffnell, A., Twaddle, S., Waugh, J. 2005. The Pre-eclampsia Community Guideline (PRECOG) : How to Screen for and Detect Onset of Pre-eclampsia in the Community. British Medical Journal, Mar 12, 330(7491) : 576-80. Mochtar, R., 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. p.198-203.

Morgan, G., dan Hamilton, C. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta : EGC. pp. 364-365.

Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

________. 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif di

Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

National Institute of Mental Health. 2009. Women and Depression. U.S. Department Of Health & Human Services National Institutes of Health. NIH Publication. No. 11-3561.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. _____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Patel, V., Weiss, H.A., Chowdhary, N., Naik, S., Pednekar, S., Chatterjee, S., De Silva, M.J., Bhat, B., Araya, R., King, M., Simon, G., Verdeli, H., Kirkwood, B.R. 2010. Effectiveness of an Intervention Led by Lay Health Counsellors for Depressive and Anxiety Disorders in Primary Care in Goa, India (MANAS) : a Cluster Randomised Controlled Trial. Lancet. 376(9758), 2086-2095. doi: 10.1016/S0140-673)(10)61508-5.


(5)

Peer, M., Soares, C.N., Levitan, R.D., Streiner, D.L., Steiner, M. 2013. Antenatal Depression in a Multi-ethnic, Community Sample of Canadian Immigrants : Psychosocial Correlates and Hypothalamic-pituitary-adrenal axis Function. Canadian

Journal of Psychiatry, Oct, 58(10) : 579-87.

Pearson, R.M., Evans, J., Kounali, D., Lewis, G., Heron, J., Ramchandani, P.G., O’Connor, T.G., Stein, A. 2013. Maternal Depression During Pregnancy and the Postnatal Period : Risks and Possible Mechanisms for Offspring Depression at Age 18 Years. The

Journal of the American Medical AssociationPsychiatry, Oct 9.

Pięta, B., Jurczyk, M.U., Wszolek, K., Opala, T., 2014. Emotional Changes Occurring in

Women in Pregnancy, Parturition and Lying-in Period According to Factors Exerting an Effect on a Woman during the Peripartum Period. Annals of agricultural and

environmental medicine : AAEM, 21(3), p.661–5.

Pratt, L.A., and Brody. D.J. 2014. Depression in the U.S. Household Population, 2009-2012. National Center for Health Statistics Data Brief, Dec, (172) : 1-8.

Qiao, Y.X., Wang, J., Li, J., Ablat, A. 2009. The prevalence and related risk factors of anxiety and depression symptoms among Chinese pregnant women in Shanghai. The

Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology. 49(2):185-90.

doi: 10.1111/j.1479-828X.2009.00966.

Qiu, C., Sanchez, S.E., Lam, N., Garcia, P., and Williams, M.A. 2007. Associations of Depression and Depressive Symptoms with Preeclampsia : Results from a Peruvian Case-control Study. BMC Women's Health. 7:15 doi : 10.1186/1472-6874-7-15.

Räisänen, S., Lehto, S.M., Nielsen, H.S., Gissler, M., Kramer, M.R., Heinonen, S. 2014. Risk Factors for and Perinatal Outcomes of Major Depression during Pregnancy : a Population-based Analysis during 2002-2010 in Finland. British Medical Journal, Nov 14, 4(11):e004883. doi: 10.1136/bmjopen-2014-004883.

Ramesh, K., Sangeetha, G., and Vishwas, R. 2014. Socio-Demographic and Other Risk Factors of Pre Eclampsia at a Tertiary Care Hospital, Karnataka : Case Control Study.

Journal of Clinical and Diagnostic Research, Sep 2014, 8(9): JC01–JC04. Published

online Sep 20, 2014. doi: 10.7860/JCDR/2014/10255.4802.

Rochat, T.J., Tomlinson, M., Barnighausen, T., Newell, M.L., Stein, A. 2011. The Prevalence and Clinical Presentation of Antenatal Depression in Rural South Africa.

Journal of affective disorders, Dec, 135(1-3):362-73. doi: 10.1016/j.jad.2011.08.011.

Robson, E.S. dan Waugh J., 2011. Patologi dalam Kehamilan : Manajemen dan Asuhan

Kebidanan. Jakarta : EGC. pp. 32-39.


(6)

Saifuddin, A.B. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.211-214.

Saleh, E., El-Bahei, W., El-Hadidy, M.A., Zayed, A. 2013. Predictors of Postpartum Depression in a Sample of Egyptian Women. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 9, 15–24.

Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons.

Shi, S.X., Tang, Y.F., Cheng, L.N., Su, Q.F., Qi, K., Yang, Y.Z. 2007. An investigation of the prevalence of anxiety or depression and related risk factors in women during pregnancy and postpartum. Chinese Mental Health Journal. 21: 254-258.

Silva, L.M., Coolman, M., Steegers, E.A., Jaddoe, V.W., Moll, H.A., Hofman, A., Mackenbach, J.P., Raat. H. 2008. Low Sosioeconomic Status is a Risk Factor for Preeclampsia : the Generatio R Study. Journal of Hypertension, Jun, 26(6):1200-8. Stewart, A.L., dan Sherbourne, C.D. 1991. The MOS Social Support Survey. Social

Science and Medicine. 32(6):705-14.

Wado, Y.D., Afework, M.F. & Hindin, M.J. 2014. Effects of Maternal Pregnancy Intention, Depressive Symptoms and Social Support on Risk of Low Birth Weight : a Prospective Study from Southwestern Ethiopia. Public Library of Science One, May 21, 9(5):e96304 9(5).

Weissman, M.M., Feder, A., Pilowsky, D.J., Olfson, M., Fuentes, M., Blanco, C.,Lantigua, R., Gameroff, M.J., Shea, S. 2014. Depressed Mothers Coming to Primary Care : Maternal Reports of Problems with their Children. Journal of Affective Disorders, 78(2):93-100.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.