PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(1)

Denny Satrya

PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Oleh Denny satria

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Denny Satrya

ABSTRAK

PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh Denny satria

Laboratorium merupakan salah satu kebutuhan civitas akademi diUniversitas, sehingga perencanaan pembangunan Laboratorium harus cermat dan

mempertimbangkan banyak hal. Dengan adanya laoratorium terpadu yang dicanangkan oleh pihak universitas lampung dengan kementrian kelautan pada tahun 2010 yaitu penyediaan Laboratorium lapang terpadu dan perbaikan kualitas pendidikan, namun sampai saat ini usaha tersebut belum seluruhnya memenuhi harapan karena belum adanya kesesuaian antara keinginan akademika dengan Laboratorium lapang yang diusahakan. Tujuan dari penelitian ini untuk membantu merancang Laboratorium lapang akan tuntutannya terhadap ketersediaan dalam suatu Laboratorium lapang yang menjadi center of excellent.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011. Lokasi penelitian terletak di kawasan Universitas lampung Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode Gold yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu inventarisasi, analisis dan sintesis, konsep desain, dan desain perancangan.


(3)

Denny Satrya

Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan laboratorium lapang terpadu berpotensi untuk dikembangkan menjadi 5 zona, yaitu Zona penerimaan, Zona parkir, Zona pelayanan, Zona pendidikan, Zona embung, kolam dan sawah.

Lokasi Laboratorium lapang terpadu sebelah Utara berbatasan dengan Fakultas teknik dan Selatan berdekatan dengan perumahan penduduk dengan jarak tempuh, sebelah Timur Laboratorium berdekatan dengan Fakultas MIPA, sebelah Barat Laboratorium berdekatan dengan jalan soekarno hatta. Dengan adanya

pembangunan Laboratorium lapang terpadu yang lokasinya di pusat Universitas Lampung, dekat dengan pusat perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Lampung, diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi Laboratorium lapang terpadu. Kelebihan lain, dapat meningkatkan pengetahuan tentang pertanian khususnya bagi masyarakat lampung Selain itu, Laboratorium lapang terpadu merupakan Laboratorium lapang bernuansa rekreasi yang banyak terdapat fasilitas pendukung, seperti: taman bermain, taman olah raga, kolam pemancingan, tempat berkebun yang tidak didapat di dalam Laboratorium lapang terpadu lain. Sehingga Civitas maupun masyarakat yang ingin belajar di dalam Laboratorium lapang terpadu merasa nyaman dan asri.


(4)

PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

Denny satria

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Hortikultura Jurusan Budi Daya Pertanian

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR . ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perencanaan Lansekap ... 9

2.2 Tahapan Perancangan ... 11

2.2.1 Tahap Pengumpulan Data Lapang ... 12

2.2.2 Tahap Analisis ... 13

2.3 Pertimbangan Rancangan ... 14

2.3.1 Pertimbangan Ruang ... 14

2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi ... 16

2.3.3 Pertimbangan Tata Hijau ... 19

2.3.4 Pertimbanga Sistem Utilitas dalam Lansekap ... 20

III. BAHAN DAN METODE ... 25

3.1 Waktu dan Tempat ... 25

3.2 Alat dan Bahan ... 25

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3.4 Metode Penelitian ... 26

3.4.1 Persiapan ... 27

3.4.2 Survei ... 27


(6)

3.4.4 Konsep ... 29

3.4.5 Desain ... 30

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Kondisi dan Data Awal Lokasi Lenelitian ... 32

4.1.1 Letak dan Luas Kawasan PPAG Kedaton ... 33

4.1.2 Tofografi ... 34

4.1.3 Keadaan tanah ... 35

4.1.4 Iklim ... 36

4.1.5 Hidrologi ... 37

4.1.6 Vegetasi pada Daerah Penelitian ... 37

4.1.7 Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya ... 38

4.1.8 Pemandangan (view) ... 40

4.2 Pembahasan ... 41

4.2.1 Hasil Analisis dan Sintesis ... 41

4.2.2 Konsep ... 45

4.2.2.1 Konsep ruang ... 45

4.2.2.2 Konsep sirkulasi ... 49

4.2.2.3 Konsep tata hijau ... 51

4.2.2.4 Konsep utilitas dan fasilitas ... 57

4.2.2.5 Konsep hard material ... 58

4.2.3 Konsep Pelaksanaan ... 64

4.2.3.1 Konsep penanaman ... 64

4.2.3.2 Pemeliharaan ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Data cuaca Bandar Lampung dan sekitarnya bulan

Januari—Desember tahun 2009. .……….……….. 36 2 Data total penduduk kelurahan Labuhan Ratu, Kedaton 2008. .……... 39 3 Data tingkat pendidikan penduduk Labuhan Ratu, Kedaton 2008. …. 39 4 Matapencarian pokok penduduk Labuhan Ratu, Kedaton 2008. ..…... 39 5 Analisis-sintesis perencanaan lansekap PPAG. ...………... 42


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pencapaian frontal. ... 18

2 Pencapaian ke samping. ... 18

3 Pencapaian memutar. ... 19

4 Parkir dengan sudut 90o (Perpandicular). ... 22

5 Parkir dengan sudut 45o (Angel). ... 22

6 Parkir dengan sudut 60o (Angel). ... 23

7 Parkir dengan sudut 180o (Parallel). ... 23

8 Tahapan perancangan lansekap perumahan Pujangga Alam Garden Kedaton Bandar Lampung. ... 26

9 Denah lokasi penelitian. ... 28

10 Pintu masuk perumahan Pujangga Alam Garden. ... 28

11 Vegetasi existing pada main-road perumahan. ... 28

12 Cekungan terdapat genangan air. ... ... 29

13 Kondisi awal tapak kawasan PPAG. ... 32

14 Peta administrasi kota Bandar Lampung. ... 34

15 Peta kountur kawasan PPAG. ... 35

16 Kontur terendah. ... 37

17 Aliran sungai kecil. ... 37

18 Vegetasi awal. ... 38


(9)

20 Good view pada tapak yang mengarah pesawahan di sebelah

Timur tapak. ... 40

21 Bad view pada tapak penelitian mengarah pada perumahan Penduduk. ... 41

22 Konsep zonasi kawasan PPAG. ... 46

23 Konsep sirkulasi kawasan PPAG. ... 50

24 Bentuk perkerasan. ... 58

25 Macam-macam tempat duduk. ... 59

26 Desain gazebo. ... 60

27. Lampu sorot dan lampu taman. ... 60

28. Macam-macam penerangan PPAG. ... 61

29. Desain papan nama. ... 62

30. Sistem drainase LRB. ... 63

31. Perlengkapan dalam taman. ... 64

32. Skematik pengolahan air limbah. ... 73

34. Tanaman Peneduh. ... 74

35. Tanaman hias. ... 75

36. Tanaman sayur. ... 76

37. Site plan. ... 77

38. Tropografi tapak. ... 78

39. Konsep zonasi. ... 82

40. Konsep drainase. ... 83

41. Sketsa suasana. ... 84


(10)

Judul Skripsi : PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Denny Satria

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614012026

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Azlina H. Bakrie, M.S Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 195203111981032001 NIP 196110201986031002

2. Ketua Bidang Budidaya Pertanian

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Azlina H. Bakrie, M.S.

Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa , M.Si.

Penguji

bukan Pembimbing : Ir. Kushendarto, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 1987021001


(12)

Judul Skripsi : Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Pelengkap pada pertumbuhan dan produksi cabai TM 999

Nama Mahasiswa : Poniran

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614012050

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Ir.Azlina H. Bakrie, M.S.

NIP 19570325 198403 1 001 NIP 19520311 198103 2 001

2. Ketua Bidang Budidaya Pertanian

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.

Sekretaris : Ir.Azlina H. Bakrie, M.S.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir.Yohanes Cahya Ginting, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung madu, pada tanggal 29 september 1987, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suhardjito dan Ibu Sri Astuti. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N 1 Gunung Madu, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung tengah pada tahun 1994. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung tengah pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK 2 Mei Bandara Lampung. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Umum di Kelompok Tani Giri Mekar Kecamatan parongpong Kabupaten Bandung Barat.


(15)

SANWACANA

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Azlina H. Bakrie, M.S. selaku Dosen Pembimbing Utama atas semua saran, ide, nasehat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa,M. Si. selaku Pembimbing Kedua atas semua bantuan, saran, motivasi, dan bimbingan yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini;

3. Bapak Ir. Kushendarto, M.S. selaku Penguji atas saran, bimbingan, dan pengarahan yang diberikan kepada penulis;

4. Ibu Ir. Rugayah, M.P. selaku ketua Program Studi Hortikultura;

5. Ibu Ir. Herawati Hamim , M.S. selaku Pembimbing Akademik atas saran dan pengarahan yang diberikan;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;


(16)

8. Ibu Sri Astuti tercinta yang selalu dan tak pernah putus menyayangi Penulis dengan belaian kasih lembutnya dan do’a yang selalu dipanjatkan, bapak Suhardjito yang penulis banggakan atas bimbingan, nasehat, dan petuahmu yang selalu membuat penulis bersemangat untuk melakukan semua hal baik dalam hidup;

9. Kakakku Hj. Evi Mei Astuti, Dwi Astanto, S.P., H. Suryanto, S.Si., Adikku Nurhayati tersayang atas kebersamaan, persaudaraan kita dan dukungan serta semangat sehingga menjadi spirit bagi penulis untuk bangkit

mempersembahkan yang terbaik;

10. Mery Aryanti yang senantiasa memberi dukungan semangat dan kebaikannya kepada penulis;

11. Saudaraku; Robi Ahmad Hidayat, S.P., Prapto Eko Sukoco, S.P., Bagus Prassetyo, S.P., Poniran, S.P., Bambang Wijanarko, Yoga Utama, S.P., Aridho Imandha S.P., Fabyan Tusya Ariel, S.P., Rinto, S.E., Ridho Hardiyan, S.P. dan Pitri Yanto atas bantuan serta saran yang diberikan keada penulis selama penulisan skripsi;

12. Saudariku; Mutia Intan Savitri H, S.P., Risca Yolanda, S.P., Dina Novaliana, S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Malik, S.P., Nurul Fadila, S.P., Erni Budi Wahyuning Tyas, S.P., Septa Dwi Wulandari, S.P., Gunes Nurani, Feria Wirana Motiq, S.P., Janne Alicia, S.P., dan Rian Atmaningrum, S.P.; 13. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.


(17)

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bandar Lampung, Agustus 2012

Penulis


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Fakultas Pertanian merupakan salah satu fakultas terbaik yang ada di Universitas Lampung. Fakultas Pertanian Unila telah menetapkan Visi 2025 yaitu: “Fakultas

Pertanian Lima Terbaik Di Indonesia”. Visi 2025 FP Unila in line dengan visi Unila yaitu “Pada tahun 2025, Universitas Lampung Menjadi Perguruan Tinggi

10 Terbaik di Indonesia”.

Misi FP Unila adalah (1) Mengembangkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermutu dan inovatif dengan dukungan sarana-prasarana memadai serta sistem penjaminan mutu; (2) Mengembangkan Fakultas Pertanian Unila menjadi organisasi yang sehat dengan sistem tata kelola yang baik; (3) Meningkatkan kapasitas, integritas, dan kinerja sumberdaya manusia menuju peningkatan kesejahteraan dan partisipasi; (4) Mengembangkan kerjasama yang sinergis dengan lembaga pemerintah, industri, dan perguruan tinggi lain di tingkat nasional dan internasional serta pencitraan FP Unila ( Rencana strategis Fakultas Pertanian Unila).

Untuk melaksanakan misi di atas, salah satu fasilitas yang di perlukan adalah laboratorium lapang terpadu, guna mengakomodir kegiatan mahasiswa maupun, dosen di Fakultas Pertanian. Laboratorium merupakan sarana penunjang bagi civitas akademika dan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam rangka


(19)

2

mempertahankan identitas universitasnya. Apalagi dalam era modernisasi seperti sekarang ini.

Tahap awal yang diperlukan dalam pengembangan laboratorium lapang terpadu tersebut adalah penyiapan data base yang meliputi pengukuran lokasi dan fasilitas bangunan yang ada, penilaian kondisi eksisiting lahan, pembuatan peta kontur, site plan, penentuan kebutuhan masing-masing jurusan/program studi terhadap

lahan, dan perencanaan pengembangan laboratorium lapang terpadu.

Tahap penataan manajemen dalam hal personil pengelola akan dilakukan oleh Fakultas Pertanian Unila melalui pemilihan secara demokratis terhadap para dosen yang memiliki komitmen dan etos kerja yang tinggi.

Tahap akhir adalah pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah disusun baik dari aspek pendidikan dan pengajaran, khususnya praktikum lapang dalam mendukung proses belajar mengajar, penelitian dosen dan mahasiswa, serta pengabdian

kepada masyarakat baik dengan cara mengundang kelompok-kelompok masyarakat, maupun dengan cara mendatangi secara periodik dengan menggunakan mobil klinik pertanian yang dimilki.

Terkait dengan peran strategis tersebut, diharapkan minat, pertisipasi dan dukungan stakeholders yang terkait termasuk pihak pemerintah dan

industri/swasta untuk membangun dan mengembangkan pendidikan pertanian dalam rangka membangun kemandirian bangsa dapat terwujud.

Sektor pertanian selama ini dikesankan sebagai sesuatu yang erat dengan kekumuhan, tidak modern, dan tidak menjanjikan sebagai suatu profesi. Image


(20)

3

demikian menjadi salah satu faktor signifikan yang menyebabkan penurunan minat lulusan SMU masuk perguruan tinggi pertanian. Keberadaan laboratorium lapang terpadu diharapkan dapat membangun image baru pada bidang pertanian, khususnya bagi generasi muda, bahwa bidang pertanian tidak kalah dengan bidang yang lain, dapat menjadi profesi yang menarik, prospektif dan terhormat (Banuwa, dkk. , 2011).

Pencitraan positif dunia pertanian diyakini akan efektif meningkatkan kinerja pembangunan pertanian di masa mendatang apabila dimulai dari usia anak-anak (usia dini) generasi muda diperkenalkan kepada dunia pertanian yang modern. laboratorium lapang terpadu dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan dan pengenalan dunia pertanian kepada anak-anak mulai dari usia dini bagi murid-murid TK, SD, SMP, hingga usia remaja seperti murid-murid SMU atau sederajat (Early Agro Education). Melalui program-program kunjungan yang didampingi tenaga

pemandu, para murid akan mendapatkan informasi dan melihat dunia pertanian dan Fakultas Pertanian, serta berbagai aktivitas di laboratorium lapang. Bagi sekolah-sekolah melalui kerjasama dengan Fakultas pertanian Unila, dapat memanfaatkan laboratorium lapang terpadu (laboratorium Sharing) dalam meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.

Laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila akan menjadi Show

Window maupun Show Room Fakultas Pertanian Unila bahkan bagi Unila. Selain

itu, laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila dapat difungsikan sebagai klinik pertanian, baik di dalam lokasi maupun ke luar lokasi laboratorium. Pelayanan klinik pertanian ke luar lokasi bisa berupa pelayanan ke masyarakat


(21)

4

atau kelompok masyarakat/petani atau ke perusahaan agribisnis lainnya. Pelayanan klinik ke luar didukung dengan ketersediaan mobil klinik pertanian lengkap dengan peralatan pendukungnya (Mobile Agriculture Clinic)

Outcome lainnya adalah laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila

dapat difungsikan sebagai wisata agroekologi (Agro Eco Tourism) yang memberi gambaran dunia pertanian secara utuh mulai sektor hulu sampai hilir dengan panorama asri yang mendukung program green campus Unila.

Dikaitkan dengan proses pembelajaran, eksistensi laboratorium lapang terpadu merupakan sarana praktikum bagi mahasiswa yang layak sehingga dapat membentuk kompetensi lulusan Fakultas Pertanian Unila. Selain itu, dalam rangka membangun soft skill mahasiswa, kegiatan learning together dapat dikembangkan dalam laboratorium ini. Laboratorium lapangan terpadu di kembangkan sebagai model dari kenyataan dilapangan dari seluruh aktivitas pembangunan pertanian dalam skala mini, sehingga mahasiswa dapat belajar dan menyelesaikan masalah (problem solving) yang muncul sebagai bagian proses belajar mengatasi masalah yang terjadi dilapangan (dunia kerja) kelak.

Jadi dengan berbagai aktivitas yang telah diprogramkan pada laboratorium lapang terpadu di atas, maka dapat diyakini bahwa keberlanjutan dan eksistensi

laboratorium lapang terpadu Fakultas pertanian Unila sebagai center of excellent pertanian khususnya bagi masyarakat di Provinsi Lampung dapat terjaga bahkan dapat ditingkatkan pada masa yang akan datang.


(22)

5

Untuk itu perlu perencanaan yang komprehensif berdasarkan lansekap yang ada. Oleh karena itu penelitian tentang perancangan lansekap di laboratorium lapang terpadu sangat penting dilakukan.

1.2Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merencanakan perancangan lansekap area sekitar (out door) maupun (in door) kawasan laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila, yang ditekankan pada penataan vegetasi (sofscape), serta penataan fasilitas pendukung (hardscape) dengan hasil akhir berupa gambar disain sehingga tercipta kawasan yang sesuai dengan peruntukan laboratorium lapang terpadu. Manfaat penelitian ini adalah memberi masukan pada pihak-pihak terkait sebagai pedoman dan arah dalam mengembangkan lansekap laboratorium lapang terpadu.

1.3Landasan teori

Merancang bukanlah pekerjaan sederhana dan mudah, tetapi memerlukan pemikiran dan perasaan yang tepat. Didalamnya tidak hanya perlu teori teknis matematis saja, tetapi juga seni atau estetika. Seni suatu perancangan terletak dalam perpaduan antara elemen disain dengan prinsip desain.

Arsitektur lansekap merupakan suatu ilmu dan seni yang digunakan untuk merencanakan (planning), mengatur (design), serta mengatur lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan


(23)

6

sumber daya hingga pada akhirnya dapat tersaji suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim dan Utomo, 2008).

Arsitektur lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan disain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya. Arsitektur lansekap disebut sebagai seni karena berdasarkan pada penerapan prinsip-prinsip desain untuk menciptakan suatu lingkungan yang indah atau memiliki nilai estetika yang tinggi (Lakitan, 1995).

Menurut Hakim (1987), Perancangan lansekap menurut pemikiran kombinasi elemen soft material dan elemen hard material, serta menghasilkan produk teknis seni, tetapi penyajian harus selalu teknis dan semua yang digambarkan harus jelas dan bisa dilaksanakan.

Laurie (1975, dalam Hakim dan Utomo, 2008), menyatakan bahwa perencanaan lansekap, memiliki ilmu dasar dan ekologi yang kuat dan berkaitan dengan evaluasi sistematik terhadap area yang luas pada lahan yang cocok untuk setiap kemungkinan penggunaan dimasa yang akan datang. Proses ini seringkali melibatkan tim khusus, dalam rencana penggunaan lahan atau penentuan kebijakan.

Untuk memperdalam kajian arsitek lansekap dibutuhkan pemahaman tentang pengaturan ruang dan masa di alam terbuka, juga memerlukan “ilham” sebagai wujud dari seni, sehingga dapat menggabungkan elemen-elemen lansekap alami dan buatan manusia. Tidak hanya itu, juga dengan segenap kegiatan makhluk hidup yang ada, dengan tujuan agar tecipta suatu karya lingkungan dalam bentuk


(24)

7

ekosistem yang lebih berguna atau fungsional, lebih indah, efisien dan efektif, teratur, tertib, dan serasi yang dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani bagi yang melihat maupun menikmatinya (Irwan, 2005).

Simond (1983), mengemukakan bahwa perancangan lansekap merupakan suatu proses sintesis kreatif, kontinyu, tanpa akhir dan dapat bertambah. Di dalam perencanaan lansekap terdapat urutan kerja yang panjang yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang berhubungan, sehingga bila terjadi perubahan dari suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Lebih lanjut ditambahkan bahwa perencanaan tersebut juga menyelesaikan suatu kendala sebagai bagian dari permasalahan yang makro.

Arsitektur pertanaman adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan ruang dan masa guna didapatkan suatu lingkungan hidup yang harmonis, yang secara fungsional berguna dan secara estetis indah, sehingga terpenuhi kebutuhan jasmani dan rohani mahkluk didalamnya (Suharto, 1994)

Menurut Arifin dan Arifin (2000) secara sistem, ruang terbuka hijau kota pada dasarnya adalah bagian dari suatu lahan yang tidak terbangun, yang berfungsi menunjang kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam. Dan umumnya terdiri dari ruang pergerakan linier atau koridor dan ruang pulau atau oasis (Spreigen, 1956). Pendapat tersebut juga ditunjang oleh Krier (1975) yang menyatakan bahwa ruang terbuka terdiri dari path and room, sebagai jalur pergerakan dan yang lainnya seperti tempat istirahat, kegiatan,


(25)

8

Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya. Di samping itu tanaman memerlukan tunjangan mekanik sebagai tempat bertumpu untuk tegak tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut, tanah berfungsi sebagai:

1. Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan

2. Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan (Arsyad, 2010).

Menurut Murhananto dan Sintia (2004) Kehadiran sebuah taman yang indah

dapat memberikan nilai tambah bagi suatu areal. Kehadiran aneka tanaman dalam suatu taman dapat menyegarkan suasana dan menambah jumlah oksigen yang dihasilkan tanaman dari hasil fotosintesis. Keberadaan akar tanaman di dalam tanah juga berguna karena dapat menjadikan tanah sebagai tempat menyimpan air yang baik, serasah dari daun-daun yang gugur dapat dijadikan pupuk penyubur tanah, selain itu tanaman juga dapat dijadikan pagar penahan angin dan debu.

1.4Kerangka Pemikiran

Laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila sebagai konsentrasi lahan praktikum juga sebagai tempat kegiatan penelitian, Show Window, Early Agro education dan Agro Eco Tourism menuntut adanya kondisi fisik dan lingkungan

yang sesuai bagi mahasiswa pertanian khususnya yaitu : lahan terbuka hijau, rumah kaca, fasilitas laboratorium, kandang untuk ternak serta kolam ikan dan lain-lain (Banuwa, dkk. 2011).


(26)

9

Perancangan lansekap laboratorium lapang terpadu juga diharapkan akan menjadi center of excellent bagi potensi pertanian daerah yang ada di Propinsi Lampung.

Kondisi dengan kriteria itu dapat dibentuk dengan perancangan lansekap yang menggabungkan unsur elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material) dengan pertimbangan beberapa faktor seperti: fungsi, peletakan,

karakteristik, dan konsep disain serta pemenuhan fasilitas dan utilitas pendukung yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural.

Perencanaan laboratorim lapang terpadu perlu dilakukan dengan baik, sehingga tercipta keharmonisan dari elemen-elemen tersebut. Hal tersebut juga dapat bertujuan untuk mengembangkan konsep konservasi alam yang menyangkut kelestarian tanah, air, dan tanaman. Penataan vegetasi yang terdiri dari carpeting, ground cover, shrub, perdu, hingga pohon yang dipadukan dengan penataan

elemen keras seperti sirkulasi jalan bagi pejalan kaki maupun kendaraan roda dua dan roda empat agar terlihat akses keluar dan masuk laboratorium lapang terpadu, dan akses untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat lain. Sebagai suatu elemen yang penting dalam lansekap diharapkan dapat menciptakan suatu komposisi disain yang sempurna sesuai dengan unsur-unsur pembentuk suatu disain.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning)

Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning) adalah studi pengkajian untuk bisa mengevaluasi secara sistematis area lahan yang luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan dimasa mendatang. Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting yang dianalisis, yaitu ekologi lansekap, manusia dengan sosial ekonomi dan budayanya, dan estetika (Hakim dan Utomo, 2008).

Tahapan perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan : inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan disain. Inventarisasi adalah tahapan awal yang dilakukan dalam proses perencanaan berupa pengumpulan data yang dibutuhkan meliputi aspek fisik, berupa letak dan luas, batas, topografi tapak, tanah, air, vegetasi, hidrologi, iklim, titik pandang, aspek sosial, ekonomi, dan teknik. Kemudian analisis dan sintesis berkaitan dengan masalah dan potensi yang didapat dari informasi hasil inventarisasi. Tahapan analisis dan sintesis dilakukan dengan menggabungkan data hasil inventarisasi untuk mendapatkan berbagai kemungkinan-kemungkinan pengembangan pada tapak serta berbagai kendala. Konsep dan disain merupakan tahap pemecahan fisik secara arsitektural sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, yang meliputi konsep ruang, sirkulasi, utilitas, dan tata hijau. Tahap disain


(28)

11

merupakan tahap final dari pemecahan masalah disain yang nantinya menjadi dasar bagi rancangan detail (Gold, 1988).

Hakim dan Utomo (2008) menyatakan bahwa elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu: elemen keras perkerasan dan bahan statis, dan elemen lembut tanaman dan air. Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini disebabkan oleh tanaman

merupakan mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya. Berdasarkan masa daunnya tanaman tropis di bagi menjadi dua macam, yakni: (1) tanaman yang menggugurkan daun (decideous plants) dan (2) tanaman yang hijau sepanjang tahun (evergreen).

2.2 Tahapan Perancangan

Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau (planting design) merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencangkup: habitat tanaman, karakteristik tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.

Vegetasi merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya.


(29)

12

Hakim ( 2000) menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya.

Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam melakukan pemilihan jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor iklim. Tanah berfungsi sebagai tempat menyediakan unsur hara bagi tanaman, daerah serapan air, dan tempat tumbuh tanaman. Sedangkan faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah suhu, intensitas cahaya, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-faktor iklim tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman (Ashari, 1995).

Menurut Hakim dan Utomo (2008), berbagai fungsi tanaman dapat dikatagorikan sebagai: (1) kontrol pandangan (visual control), (2) pembatas fisik (physical barriers), (3) pengendali iklim (climate control), (4) pencegah erosi (erosion


(30)

13

2.2.1 Tahap Pengumpulan Data Lapangan

1) Kondisi Fisik Area yang Direncanakan

Sebelum merencanakan perancangan lansekap jalan di suatu area, perlu diadakan survei lapangan untuk mengumpulkan data-data fisik area tersebut, antara lain situasi lapangan dan kondisi fisik yang ada saat itu, seperti : (1) Pengukuran topografi terbatas yang mencakup data ketinggian, lereng dan

luas area yang akan dihijaukan. (2) Pengamatan terhadap :

a). Keadaan Tanah, mencakup tekstur, struktur, kesuburan, pH dan jenis tanah.

b). Kesesuaian vegetasi, berdasarkan bentuk, fungsi dan habitat.

Data lapangan ini sangat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan lansekap terutama dalam menentukan elemen-elemen lansekap yang akan digunakan dan cara pemeliharaan yang akan diterapkan.

2). Kondisi Lingkungan di Sekitar Area

Kondisi lingkungan di sekitar area penting untuk diamati agar dapat

direncanakan suatu lansekap yang serasi, indah dan sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar suasana yang ditimbulkan setelah direncanakan dan dibangunnya lansekap di area tersebut menjadi segar, sejuk dan dapat memenuhi fungsi estetika, keamanan dan kenyamanan.

Data Instansi, mencakup :

(1) Peta penggunaan lahan di wilayah studi yang akan direncanakan. (2) Peta/data sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi).


(31)

14

2.2.2. Tahap Analisis

Pekerjaan analisis lapangan mencakup pekerjaan di studio (gambar) dan atau di laboratorium bila diperlukan, yang terdiri atas :

1) Analisis keadaan fisik "site", permasalahan yang ada dan cara penyelesaian dengan konsep disain lansekap.

2) Analisis keadaan tanah, terdiri dari :

a. Penelitian sifat kimia tanah untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah dan pH tanah yang merupakan unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. b. Penelitian sifat fisik tanah untuk mengetahui struktur, tekstur, konsistensi,

porositas, dan bobot isi tanah. Penelitian ini sangat penting untuk

mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan habitat dan jenis tanahnya, cara perlakuan terhadap kondisi tanah dan cara pemupukan bagi tanaman yang akan ditanam.

3) Analisis Tanaman

Penelitian tanaman ini dimaksudkan untuk mendapatkan data/informasi tentang habitat tanaman dan perlakuan terhadap tanaman, serta mencari jenis tanaman yang cocok dengan daerah yang diteliti.

Pemilihan jenis tanaman bergantung pada :

- Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan perancangan.

- Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman.

4) Pembuatan "denah" disain, yang menggambarkan spot-spot potensi dan daerah yang perlu penyelesaian lansekap.


(32)

15

2.3 Pertimbangan Rancangan

Dalam perencanaan lansekap yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, maka profesi arsitektur lansekap bertindak sebagai koordinator dan bertanggung jawab atas disain yang dihasilkan. Karena itu diperlukan analisis dan pemahaman tentang kondisi yang ada untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak, baik dalam pemanfaatan potensi maupun pengelolaan kendala dan hal-hal lain seperti pertimbangan vegetasi, sirkulasi, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Semua ini ditujukan untuk menghindari kesalahan dan munculnya permasalahan baru pada saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan.

2.3.1 Pertimbangan Ruang

Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada. Manusia selalu berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir juga menciptakan ruang untuk menyatakan dunianya. Ciptaan yang artistik, yang menyangkut interaksi antar-ruang dalam dan ruang luar saling mendukung dan memerlukan penataan lebih lanjut. Semua kehidupan dan kegiatan manusia sangat berkaitan dengan aspek ruang. Adanya hubungan antara manusia dengan suatu objek, baik secara visual, maupun secara indera pendengar, indera perasa, indra penciuman akan selalu menimbulkan kesan ruang.

Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi 2 (dua), yaitu hubungan dimensional (Antromethcs) serta hubungan


(33)

16

1. Hubungan dimensional menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh dan pergerakan manusia.

2. Hubungan psikologis dan emosional, hubungan ini menentukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia

(Hakim dan Utomo, 2003).

Ruang terbuka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan kegiatannya: 1. Ruang terbuka umum dan khusus

a. Ruang terbuka umum Merupakan ruang yang terdapat di luar bangunan, dapat dimanfaatkan dan digunakan setiap orang, dan memberikan kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan, contoh: jalan, jogging track, taman, plaza, taman rekreasi, dan lapangan olahraga.

b. Ruang terbuka khusus

Bentuk dasar ruang terbuka selalu berada di luar masa bangunan dan digunakan untuk kegiatan terbatas dan digunakan untuk keperluan khusus/spesifik. Contoh: taman rumah tinggal, taman lapangan upacara, daerah lapangan terbang, daerah untuk latihan militer.

2. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya

a. Ruang terbuka aktif: Ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan dengan kegiatan manusia, sehingga menjadi berdayaguna, misalnya taman-taman kota, camping ground, taman jalur jalan, lapangan olahraga, kebun binatang, danau pemancingan.


(34)

17

b. Ruang terbuka pasif: ruang terbuka yang dibangun untuk

meningkatkan/menunjang ekosistem setempat, sedangkan jumlah manusia sedikit, contohnya: waduk, pemakaman, hutan buatan, penghijauan tepi sungai, jalan hijau, lapangan terbang (Suharto,1994).

2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi

Hakim (1987) menyatakan bahwa sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan pola penggunaan lahan sehingga sirkulasi merupakan penggerak dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Untuk itu

hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan agar tidak menghambat pergerakan akibat dari sirkulasi yang kurang baik. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain: 1. Sirkulasi kendaraan

Secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu: a. Jalur distribusi, yaitu jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat).

b. Jalur akses, yaitu jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan.

2. Sirkulasi manusia

Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan lampu jalan.

Menurut Hakim dan Utomo (2008), hubungan jalur sirkulasi dengan ruang erat hubungannya dengan pencapaian suatu ruang, pada dasarnya dapat dibedakan


(35)

18

menjadi tiga macam, yaitu: a. Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara lain: (1)

integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup fleksibel.

Gambar 1. Jalur sirkulasi melalui antar ruang

b. Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu mengakibatkan terjadinya ruang gerak dan ruang diam.

Gambar 2. Jalur sirkulasi memotong ruang

c. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara lain: (1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering digunakan pada ruang bernilai fungsional dan simbolis.


(36)

19

Gambar 3. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang

Dalam hal sistem sirkulasi menurut Hakim dan Utomo (2008), terdapat beberapa sistem pencapaian terhadap ruang, pada dasarnya sangat erat hubungannya dengan sistem sirkulasi, antara lain:

a. Pencapaian frontal

Sistem yang mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Sistem

pencapaian ini memiliki kelebihan berupa pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh. Namun memiliki kekurangan yaitu pengguna tidak bisa mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 4).


(37)

20

b. Pencapaian ke samping

Pencapaian ke samping dapat memperkuat efek perspektif pada objek yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak urutan ruang sebelum mencapai objek sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 5).

Gambar 5. Pencapaian ke samping

c. Pencapaian memutar

Pencapaian memutar dapat memperlambat dan memperbanyak urutan ruang dan memperlihatkan tiga dimensi dari objek dengan mengelilinginya sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 6).


(38)

21

Gambar 6. Pencapaian memutar

2.3.3 Pertimbangan Tata Hijau

Hakim (2000) menyatakan bahwa peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari perancanganya tanpa melupakan fungsi dari pada tanaman yang dipilih. Tanaman tidak hanya memiliki nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Fungsi tanaman dapat dilihat dari sudut pandang fungsi lingkungan dan fungsi estetika, yaitu:

1. Fungsi lingkungan, tanaman mampu: a. Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 bagi makhluk hidup di siang hari.

b. Memperbaiki iklim mikro. c. Mencegah terjadi erosi atau pengikisan permukaan tanah (run off). d. Menyerap air hujan. e. Pelestarian plasma nutfah. f. Habitat satwa.

2. Fungsi estetika, tanaman berfungsi sebagai: a. Komponen pembentuk ruang.

b. Pembatas pandangan.

c. Pengontrol angin, suara, dan sinar matahari. d. Penghasil bayang-bayang keteduhan. e. Aksentuasi dan keindahan lingkungan.


(39)

22

Berdasarkan penilaian dari sudut pandang tersebut, maka pemilihan jenis dan fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena tanaman sebagai soft material mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh

faktor alam dan tempat tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu lingkungan, jenis tanah, curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas permukaan laut, dan pH tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk, tekstur, warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih

bervariasi.

2.3.4 Pertimbangan dan Sistem Utilitas dalam Lanskap

Hakim dan Utomo (2008), menyatakan bahwa penerapan rekayasa lansekap

dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara lain sebagai berikut:

1. Sistem irigasi penyiraman

Mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara manual, dan mekanik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sistem penyiraman, yaitu tersedianya sumber air, kekuatan daya dorong air, sistem perpipaan, peletakkan titik kran air (outlet), dan sistem kran air.

2. Sistem penerangan luar (outdoor lighting system) Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran tentang penerangan luar karena ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatannya pada malam hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan lansekap guna penerangan luar,


(40)

23

yaitu standar tinggi lampu penerangan pada jalur sirkulasi adalah 6-15 m dengan jarak antar lampu 10-15 m (Harris dan Dines,1988), sedangkan pada tapak tinggi lampu penerang 8 m dengan jarak 12 m.

3. Tempat parkir

Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak

lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan.

Dalam penentuan tata letak parkir memiliki beberapa kriteria, antara lain: 1. Parkir terletak pada permukaan tapak yang datar, apabila permukaan tanah

awalnya mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan saat parkir agar kendaraan tidak menggelinding.

2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju ataupun dari area parkir, atau perlu adanya penerangan yang baik pada malam hari dan kendaraan khusus yang akan menghantarkan ke pusat kegiatan.

Sistem yang digunakan pada tempat parkir biasanya menggunakan sistem sudut terhadap sisi jalan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Parkiran dengan sudut 900 atau tegak lurus (Perpandicular) Sistem parkiran 900 (Gambar 7) sangat efisien ditinjau dari luas atau kapasitas


(41)

24

kendaraan, namun sistem parkiran ini mengganggu sirkulasi bagi kendaraan lain.

Gambar 7. Parkiran dengan sudut 900 (Perpandicular)

a. Parkiran dengan sudut 450 atau 600 (Angle)

Parkiran ini memiliki kelebihan karena memudahkan dalam pemarkiran kendaraan, serta efisiensi ditinjau dari pemakaian lahan yang kurang luas dengan kapasitas kendaraan yang ada.


(42)

25

Gambar 9. Parkiran dengan sudut 600

b. Parkiran dengan sudut 1800 (Parallel)

Parkiran ini tidak efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan dan sistem parkiran ini menyulitkan pemiliki kendaraan dalam pemarkiran

kendaraannnya.

Gambar 10. Parkiran dengan sudut 1800 (Parallel)

4. Saluran pembuangan (Drainase system)

Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan lansekap. Ruang luar suatu tapak harus


(43)

26

dirancang dengan baik agar terhindar dari genangan air yang akan menyebabkan rancangan menjadi tidak sempurna. Saluran pembuangan secara umum dibagi ke dalam dua sistem, yaitu saluran pembuangan air di atas tanah (open channels), dan saluran pembuangan air di dalam tanah (subsurface).

5. Rekayasa lansekap (stromdrains).

Rekayasa lansekap dapat menjembatani pemikiran-pemikiran Natural

Sceintist dan Land Developer Economist yang mampu berlaku dan bertindak

mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan alam secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia. Selain itu rekayasa lansekap merupakan salah satu teknik pengolahan kondisi tapak yang ada agar dihasilkan suatu rancangan tapak yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural.


(44)

27

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011. Lokasi penelitian terletak di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tapak dengan luas lebih kurang 7 ha, site existing (peta kontur dan vegetasi existing), kertas kalkir. Adapun alat yang digunakan adalah perlengkapan gambar, meja gambar, meteran, spidol, dan kamera.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Perancangan lansekap laboraturium lapang terpadu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung meliputi penggabungan elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material) dengan tahapan inventarisasi tapak, analisis dan sintesis, konsep, pradisain, dan disain rancangan.

3.4 Metode Penelitian

Perancangan lansekap laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Universitas lampung menggunakan metode Gold (1988) yang terdiri dari beberapa tahapan


(45)

28

yang harus dicapai untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu, diataranya yaitu inventarisasi, analisis, konsep, pradesain, dan desain rancangan dengan hasil akhir berupa rancangan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Gambar 11. Tahapan perancangan Laboraturium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ANALISIS & SINNTESIS

KONSEP DESAIN

RANCANGAN

Gagasan Awal Proyek

Penetapan

 Judul proyek

 Maksud  Interpretasi  Tema  Definisi  Fisiologi Data Proyek

 Luas tapak

 Pemilik  Sifat  Kegiatan  Tanah  Hidrologi  Geologi  Klimatologi  Topografi  Vegetasi  Lingkungan  Sensori  Sosial,ekonomi , budaya Kebutuhan Aktivitas Fungsi

Analisis Tapak (alam)

 Tanah

 Hidrologi

 Klimatologi

 Topografi

 Tata hijau

 Sensori

 Potensi Visual Analisis Lingkungan

 Sosial

 Budaya

 Ekonomi

 Lingkungan Tinjauan Master Plan (buatan)

 Zonasi kegiatan

 Oreintasi Bangunan

 Arsitektur Bangunan

 Fungsi bangunan

 Sistem Sirkulasi

 Sistem Utilitas

Skematik Plan (2 Dimensi)  Lingkungan  Zoning  Kebutuhan Ruang  Kebutuhan Aktivitas  Ruang  Sirkulasi

 Tata Hijau

 Muka Tanah

 Rekayasa Skematik Desain (3 Dimensi)

Sketsa Imajinatif

INVENTARISASI TAPAK

PRADESAIN

PROGRAMMING SKEMATIK SKEMATIK

Aplikasi

 Tema

 Komponen

Ruang

 Bentuk, Gaya, style

 Fungsi  Komposisi  Skala  Warna  Bahan Material  Sistem Konstruksi  Estetika  Tekstur DESAIN AKHIR Gambar Perencanaan

Lay Out Plan

Landscape Plan

Planting Plan

Elevation Plan

Section Plan

Topografi Plan

Utility Plan

Maintenance

Plan

Prespective

Gambar Perancangan

Detail Desaign

Landscape

Desaign developmen

Planting design

Section

Elevation

Detail landscape

Furniture

Detail Hard

Materials

Detail Soft Materials

Prespective


(46)

29

3.4.1 Inventarisasi dan Survey

Tahapan awal dalam proses perencanaan lansekap adalah inventarisasi.

Mengidentifikasi proyek dengan melengkapi data fisik bangunan yang bertolak dari master plan, misalnya denah, tapak, sifat tanah, iklim, curah hujan dan topografi. Tahap awal ini meliputi kegiatan pengumpulan data atau informasi terkait yang dilakukan dengan dua cara, yaitu 1) wawancara, pengukuran, dan pengamatan langsung dilapangan. 2) pengambilan data dan informasi dari

pembantu dekan dua fakultas pertanian. Survey dilakukan untuk memperoleh data dari instansi terkait guna mendukung proses perencanaan serta melakukan studi literatur dari berbagai pustaka.

3.4.2 Analisis-Sintesis

Dalam tahap ini, data hasil inventarisasi dianalisis sehingga dapat ditentukan potensi dan kendala yang merupakan karakter tapak. Dengan mempertimbangkan kondisi dan karakter tapak tadi, maka masukan program aktivitas yang

direncanakan dapat disusun secara logis dan objektif serta sesuai dengan kebutuhan.Tahap sintesis adalah menyelesaikan masalah, mengembangkan potensi yang ada serta mengendalikan kendala-kendala, faktor-faktor penentu bentuk dan kemungkinan-kemungkinan untuk pengaturan letak bangunan dan perlindungan fasilitas-fasilitas. Selain masalah yang ada, pasti terdapat beberapa potensi yang dapat dikembangkan menjadi focal point pada perancangan lansekap laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila yang dapat menambah nilai estetika dan tidak mengurangi nilai fungsional perancangan lansekap.


(47)

30

3.4.3 Konsep

Konsep perancangan adalah gagasan abstrak atau rancangan awal yang

dikembangkan dari inventarisasi data lapangan dan analisis yang telah dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain zonasi atau penataan ruang, bentuk, sirkulasi, tata hijau, dan lain sebagainnya.

3.4.4 Disain

Tahap ini merupakan tahap keputusan atau tahap final dari pemecahan masalah desain yang nantinya menjadi dasar untuk perancangan laboratorium lapang terpadu. Hasil akhir dari tahap ini berupa gambar yang memberikan visualisasi rancangan secara jelas, teratur, sistematis dan professional. Pemilihan elemen tanaman (soft materal) dan material keras (hard material) diletakkan dengan tepat agar tercipta disain yang indah dan menarik.

Dalam gambar disain, setiap objek sebaiknya diberi simbol-simbol gambar dan penggunaan tanda warna agar gambar elemen satu dengan yang lainnya lebih mudah dimengerti dan dibedakan. Pada tahapan desain akan terlihat jelas jenis kebutuhan setiap elemennya, baik jumlah maupun ukurannya.


(48)

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perancangan kawasan laboratorium lapang terpadu di Universitas Lampung diharapkan menjadi pusat penelitian dan praktikum khusunya bagi mahasiswa serta dosen Fakultas Pertanian juga diharapkan menjadi Show Window/Show Room, Early Agro Education, Agro Eco Tourism dan Center of excellent bagi

potensi pertanian daerah,selain itu dengan dibangunnya kawasan laboratorium lapang terpadu ini juga dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang baik.

2. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan laboratorium lapang terpadu berpotensi untuk dikembangkan menjadi 5 zona, yaitu Zona penerimaan, Zona parkir, Zona pelayanan, Zona pendidikan, Zona embung, kolam dan sawah. .

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pengelola dalam merawat dan

menjaga fasilitas dan utilitas yang ada agar keamanan dan kenyamanan tetap terjaga.


(49)

64

2. Aspek pemeliharaan (maintenance) soft material dan hard material merupakan komponen yang akan menentukan kesuksesan suatu kawasan lansekap,

sehingga tujuan perancangan laboratorium lapang terpadu terlaksana dengan baik serta perlu adanya perawatan yang intensif dari pengelola agar dalam penggunaannya lebih efektif.


(50)

65

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S.H., dan N. Arifin. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hlm.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan air. Bogor. 129 hlm.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Prees. Jakarta. 485 hlm.

Banuwa, Irwan S., Tamaludin S., Didin W. 2011. Karakteristik Lahan Laboraturium Terpadu FP Unila. Universitas Lampung. Bandar lampung. 3 hlm.

Gerry dan Deneke. 2012 . Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. http://www.dephut.go.id/HUTKOT/hutko.htm. 12 Januari 2012. Gold, S. M. 1988. Recreation Planing and Desain. Mc Graw-Hill Book Company.

Toronto. 134 hlm

Hakim, R. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 87 hlm.

Hakim, R. 2000. Arsitektur lansekap manusia, alam dan lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta. 203 hlm.

Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm.

Harris, C W. And N T. Dines. 1988. Time-Sever Standars for Landscape Architecture. McGraw Hill-Book, Inc. New York. 774 p.

Irwan. Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. 42 hlm.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 221 hlm.

Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher. Dalam Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 65 hlm.

Marianto, L.A. 2002. Tanaman Air. PT Agro Media Pustaka. Tangerang. 70 hlm. Muharnanto dan Sintia. 2004. Mendesain, Membuat, dan Merawat Taman Rumah.


(51)

66

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro media Pustaka. Jakarta. 95 hlm.

Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. 331p Sintia, M. Dan Murhananto. 2004. Mendesain, Membuar, dan Merawat Taman

Rumah. Agromedia Pustaka. Tanggerang. 113 hlm.

Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan Menciptakan Keindahan dan kerindangan. Media Wiyata. Jakarta. 196 hlm.

Sulistyantara, B. 2008. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.

Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Kanisius. Yogyakarta. 220 hlm.

Utomo, H.W dan Islami, T. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 172 hlm.


(52)

PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Oleh Denny Satrya

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(1)

3.4.3 Konsep

Konsep perancangan adalah gagasan abstrak atau rancangan awal yang

dikembangkan dari inventarisasi data lapangan dan analisis yang telah dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain zonasi atau penataan ruang, bentuk, sirkulasi, tata hijau, dan lain sebagainnya.

3.4.4 Disain

Tahap ini merupakan tahap keputusan atau tahap final dari pemecahan masalah desain yang nantinya menjadi dasar untuk perancangan laboratorium lapang terpadu. Hasil akhir dari tahap ini berupa gambar yang memberikan visualisasi rancangan secara jelas, teratur, sistematis dan professional. Pemilihan elemen tanaman (soft materal) dan material keras (hard material) diletakkan dengan tepat agar tercipta disain yang indah dan menarik.

Dalam gambar disain, setiap objek sebaiknya diberi simbol-simbol gambar dan penggunaan tanda warna agar gambar elemen satu dengan yang lainnya lebih mudah dimengerti dan dibedakan. Pada tahapan desain akan terlihat jelas jenis kebutuhan setiap elemennya, baik jumlah maupun ukurannya.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perancangan kawasan laboratorium lapang terpadu di Universitas Lampung diharapkan menjadi pusat penelitian dan praktikum khusunya bagi mahasiswa serta dosen Fakultas Pertanian juga diharapkan menjadi Show Window/Show Room, Early Agro Education, Agro Eco Tourism dan Center of excellent bagi potensi pertanian daerah,selain itu dengan dibangunnya kawasan laboratorium lapang terpadu ini juga dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang baik.

2. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan laboratorium lapang terpadu berpotensi untuk dikembangkan menjadi 5 zona, yaitu Zona penerimaan, Zona parkir, Zona pelayanan, Zona pendidikan, Zona embung, kolam dan sawah. .

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pengelola dalam merawat dan

menjaga fasilitas dan utilitas yang ada agar keamanan dan kenyamanan tetap terjaga.


(3)

2. Aspek pemeliharaan (maintenance) soft material dan hard material merupakan komponen yang akan menentukan kesuksesan suatu kawasan lansekap,

sehingga tujuan perancangan laboratorium lapang terpadu terlaksana dengan baik serta perlu adanya perawatan yang intensif dari pengelola agar dalam penggunaannya lebih efektif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S.H., dan N. Arifin. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hlm.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan air. Bogor. 129 hlm.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Prees. Jakarta. 485 hlm.

Banuwa, Irwan S., Tamaludin S., Didin W. 2011. Karakteristik Lahan Laboraturium Terpadu FP Unila. Universitas Lampung. Bandar lampung. 3 hlm.

Gerry dan Deneke. 2012 . Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. http://www.dephut.go.id/HUTKOT/hutko.htm. 12 Januari 2012. Gold, S. M. 1988. Recreation Planing and Desain. Mc Graw-Hill Book Company.

Toronto. 134 hlm

Hakim, R. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 87 hlm.

Hakim, R. 2000. Arsitektur lansekap manusia, alam dan lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta. 203 hlm.

Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm. Harris, C W. And N T. Dines. 1988. Time-Sever Standars for Landscape

Architecture. McGraw Hill-Book, Inc. New York. 774 p.

Irwan. Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. 42 hlm.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 221 hlm.

Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher. Dalam Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 65 hlm.

Marianto, L.A. 2002. Tanaman Air. PT Agro Media Pustaka. Tangerang. 70 hlm. Muharnanto dan Sintia. 2004. Mendesain, Membuat, dan Merawat Taman Rumah.


(5)

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro media Pustaka. Jakarta. 95 hlm.

Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. 331p Sintia, M. Dan Murhananto. 2004. Mendesain, Membuar, dan Merawat Taman

Rumah. Agromedia Pustaka. Tanggerang. 113 hlm.

Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan Menciptakan Keindahan dan kerindangan. Media Wiyata. Jakarta. 196 hlm.

Sulistyantara, B. 2008. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.

Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Kanisius. Yogyakarta. 220 hlm.

Utomo, H.W dan Islami, T. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 172 hlm.


(6)

PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Oleh Denny Satrya

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012