Reaksi Meningeal. Reaksi Serebral Umum. Perdarahan Intraserebral.

6 Grade IV St upor, hemiparesis sedang sampai berat , bisa didapat kan rigidit as deserebrasi aw al dan gangguan veget at if Grade V Koma dalam , rigidit as deserebrasi

V.2. Reaksi Meningeal.

Dalam beberapa jam setelah perdarahan subarakhnoid akan terjadi pengeluaran leukosit polimorfonuklear yang diikuti oleh limfosit dan fagosit mononuklear. Respon seluler ini akan bertahan selama sel darah merah dan produk-produk hasil degradasinya masih terkumpul di ruang subarakhnoid. Sehubungan dengan proses pembekuan, eritrosit akan dikelilingi oleh serat-serat fibrin yang kemudian bergabung membentuk gambaran sarang tawon di sekitar eritrosit tersebut.Fagositosis pertama kali terjadi pada 24 jam setelah perdarahan. Bukti dari percobaan menunjukkan bahwa fagosit yang ada dihasilkan oleh sel- sel datar yang melapisi ruang subarakhnoid secara normal. Darah juga akan menyebabkan distensi villi arakhnoidalis. Secara bertahap debris akan dibuang setelah 2-3 minggu. Kemungkinan besar respon meningeal yang terjadi disebabkan oleh oksihemoglobin dan bilirubin.

V.3. Reaksi Serebral Umum.

Dalam keadaan normal 78 volume otak terdiri dari air yang akan meningkat jumlahnya pada perdarahan sehubungan volume darah yang dilepaskan. Kandungan air yang bertambah pada otak dapat diakibatkan oleh proses vasogenik peningkatan permeabilitas sel endotel kapiler otak dan sitotoksik kerusakan seluler langsung akibat iskemia dan anoksia. Selain itu juga akan terjadi peningkatan volume darah serebral yang mungkin diakibatkan paralisis vasomotor yang diinduksi oleh iskemia akut setelah ruptur aneurisma. Sebagai konsekuensi dari edema dan pembengkakan otak maka dapat terjadi pergeseran garis tengah midline shift.

V.4. Perdarahan Intraserebral.

Perdarahan intraserebral primer terjadi pada 20-40 kasus ruptur aneurisma. Dari semua perdarahan intraserebral yang berukuran 3 cm, 20 diantaranya disebabkan aneurisma. CT-Scan dapat membantu kita untuk membedakan perdarahan intraserebral yang disebabkan hipertensi dengan ruptur aneurisma. Perdarahan di talamus dan nukleus kaudatus hampir selalu disebabkan hipertensi sedangkan perdarahan kalosal hampir selalu disebabkan oleh ruptur aneurisma. Di sisi lain, ruptur aneurisma juga dapat menghasilkan 7 gambaran perdarahan seperti yang disebabkan oleh hipertensi. Lebih dari setengah kasus perdarahan akibat ruptur aneurisma terjadi sekunder dari perdarahan subarakhnoid yang masuk ke otak. Tetapi sebagian besar perdarahan intraserebral akibat ruptur aneurisma terjadi pada sistem ventrikel. Dalam hubungannya dengan pemulihan neurologis, pasien dengan perdarahan di lobus temporal akan mengalami pemulihan lebih baik dibandingkan pasien dengan perdarahan di lobus parietal. Ukuran hematom berhubungan lurus dengan kemungkinan terjadinya vasospasme. Volume perdarahan yang besar berhubungan dengan resiko herniasi yang lebih besar. Lebih dari 40 ruptur aneurisma berlokasi di lobus frontal dan temporal, 10 lainnya berlokasi di lobus parietal dan paling jarang berlokasi di serebelum. Angka mortalitas paling tinggi pada perdarahan di lobus parietal. Pada suatu penelitian besar didapatkan bahwa 54 aneurisma yang menyebabkan perdarahan intraserebral terdapat di arteri serebri media, 25 di arteri serebri anterior, 15 di arteri karotis interna, 5 di perikalosal dan hanya 1 pada sistem vertebrobasiler. Perdarahan di lobus frontal sangat mungkin berasal dari ruptur aneurisma pada arteri serebri anterior dan perikalosal, perdarahan temporal dari arteri serebri media atau arteri karotis interna dan perdarahan parietal dapat berasal dari arteri serebri anterior atau arteri serebri media.

V.5. Perdarahan Intraventrikuler.