Teori Perencanaan Landasan Teori

2.3 Landasan Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan akan 2 teori yaitu: teori perencanaan dan teori partisipasi adapun uraiannya sebagai berikut:

2.3.1 Teori Perencanaan

Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai tujuan tertentu Inskeep, 1991. Menurut Mill 2000 bila tidak ada perencanaan pada suatu tempat wisata dapat berakibat negatif pada tempat tersebut. Akibat tersebut dapat berupa; 1 kerusakan atau perubahan permanen lingkungan fisik; 2 kerusakan atau perubahan permanen kawasan-kawasan historis budaya dan sumber-sumber alam; 3 terlalu banyak orang dan kemacetan; 4 adanya pencemaran; dan 5 masalah-masalah lalu lintas. Paturusi, 2008: 27 menjelaskan bahwa dengan perencanaan pariwisata yang baik dan terpadu dapat memberikan manfaat seperti: 1 menjadi arahan dan pedoman baik pemerintah maupun swasta dalam pengembangan pariwisata karena kegiatan ini merupakan suatu kegiatan ekonomi yang relatif baru; 2 kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang sangat komplek, multi sektor yang melibatkan berbagai bidang, maka untuk memadukan unsur-unsur tersebut diperlukan perencanaan dan koordinasi; 3 dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang optimal; 4 dapat digunaan untuk memilih unsur mana saja dari budaya yang dapat dikomersialkan dan mana yang tidak; 5 dalam membangun fasilitas pariwisata dan berbagai sektor ikutannya dapat ditentukan daya dukung lahan optimal yang dapat menjaga kelestarian lingkungan; 6 untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan; 7 meminimalkan hal-hal yang kurang menguntungkan bagi pengembangan pariwisata; 8 menyiapkan sumber daya manusia; 9 dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, yang akan berimplikasi pada peningkatan devisa negara tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan sosial budaya masyarakat. Dalam merencanakan pengembangan pariwisata dikenal beberapa hirarki dimana fokus perencanaan pada tiap tingkat hirarki tidak sama. Perencanaan di tingkat umum memberikan kerangka dan arahan bagi perencanaan hirarki di bawahnya, dan demikian seterusnya Gunawan, 1993 dalam Paturusi, 2008: 57. Secara rinci fokus setiap jenjang hirarki perencanaan diuraikan beberapa tahapan tetapi dalam penelitian ini akan memakai dua tahapan yaitu: 1 Perencanaan Pariwisata di Tingkat KabupatenKota PPK PPK merupakan arahan kebijakan dan strategi pariwisata wilayah kabupatenkota. Fokus pada: 1 kebijakan pengembangan pariwisata kabupatenkota yang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang di wilayah kabupatenkota; 2 Rencana Struktur Tata Ruang Pariwisata kabupatenkota yang mencakup jaringan transportasi antar dan intra kabupatenkota sampai ke objek-objek utama; 3 penentuan kawasan pintu gerbang menuju objek utama dan kebutuhan akan fasilitas pendukung jumlah, jenis, kelas dan lokasi dan; 4 rencana jaringan utilitas, pendukung kawasan, dan lokasi objek-objek menarik lainnya. 2 Perencanaan Pariwisata Kawasan PPKw PPKw merupakan arahan kebijakan dan strategi pariwisata suatu kawasan dalam kabupatenkota. Fokus pada: 1 penentuan lokasi daya tarik wisata, termasuk kawasan konservasi; 2 arahan lokasi hotel dan akomodasi lainya, pertokoan dan fasilitas lainnya, tempat rekreasi, dan taman; 3 sistem jaringan transportasi, kawasan pejalan kaki pedestrian, serta terminal; 4 perencanaan prasarana pendukung: air, listrik, air limbah, air hujan, sampah dan telekomunikasi; 5 studi dampak yang sangat spesifik; 6 kriteria perancangan aplikasi arsitektur lokal, lansekap, dan ketinggian bangunan dan 7 pola arus wisatawan dalam pemanfaatan fasilitas. Dari menggabungkan tahapan diatas akan nantinya mencoba menjawab dari kendala dalam perkembangan Desa Wisata Munggu. Perencanaan pariwisata menggunakan konsep perencanaan umum yang sudah terbukti efektif dalam menghadapi proses pengembangan modern, tetapi menyesuaikan diri dengan karakteristik pariwisata tertentu. Pendekatan perencanaan pariwisata mengarah pada aplikasi praktis dalam perumusan kebijakan dan pengembangan pariwisata. Proses perencanaan dasar yang diterangkan sebelum menyediakan kerangka perencanaan yang umum dan penekanan ditempatkan pada konsep perencanaan menjadi berkesinambungan, berorientasi sistem, menyeluruh, terintegrasi, dan lingkungan dengan fokus pada keberhasilan pengembangan yang dapat mendukung keterlibatan masyarakat. Jadi dari uraian sebelumnya dari para ahli yang sudah mengatakan teori perencanaan ada beberapa tahapan. Dalam teori perencanaan ini akan dipakai dalam membahas permasalahan yang akan diteliti yaitu akan menentukan potensi yang ada di Desa Wisata Munggu, kendala pengembangan dan progam serta partisipasi stakeholder dalam perkembangan Desa Wisata Munggu yang nantinya menjadi desa wisata yang berkembang dan berkelanjutan serta menjadi salah satu daya tarik yang berkembang dan populer. Perencanaan dalam penelitian ini akan melakukan sebuah pendekatan serta rincian yang di mana para ahli sudah mengemuakakan bahwa adanya beberapa rincian yang sudah diatur dalam peraturan kota, wilayah, kabupaten dan sebagainya dan pendekatan juga ada beberapa tahap. Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba menggali dari permasalahan yang di Desa Munggu dalam perkembangan desa wisata yang mana sudah ditetapkan dari 2010 tapi belum ada progam kerja yang jelas. Sehingga peneliti akan mengkaitkan dengan pemikiran para ahli yaitu dari pendekatan dan rincian untuk merencanakan pengembangan desa wisata yang berkembang. Sehingga perlunya sebuah perencanaan yang matang dalam penelitian ini.

2.3.2 Teori Partisipasi