mengembangkan iklim religiositas di sekolah melalui berbagai macam metode yang membantu siswa untuk mengembangkan religiositas agar menjadi pribadi yang utuh.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok
dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik?
2. Bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta? 3.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik. 2.
Mengetahui bagaimana pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
3. Mengembangkan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidik:
Memberikan sumbangan gagasan dan hasil penulisan demi tercapainya tujuan dan maksud sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagi Penulis:
Menambah pemahaman, pengalaman, pengetahuan serta wawasan akan pentingnya peranan sekolah Katolik dalam mengembangkan religiositas siswa di
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. 3.
Bagi Sekolah SMP Kanisius Kalasan: Supaya SMP Kanisius Kalasan selaku sekolah Katolik dapat lebih memperhatikan
perkembangan religiositas siswa. 4.
Bagi Kampus PAK Membantu Program Studi PAK untuk menyediakan data ilmiah mengenai
pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, dengan memanfaatkan data dari studi pustaka yang relevan dan mendukung, serta
penelitian untuk memperoleh gambaran tentang upaya “Pengembangan Religiositas Siswa Di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.”
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi menyeluruh skripsi ini, penulis akan menggambarkan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab kedua menguraikan tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik, yang terdiri dari lima bagian. Bagian pertama mengenai pengertian
religiositas. Bagian kedua mengenai aspek religiositas yang terdiri dari aspek religiositas
belief,
aspek religiositas
practice,
aspek religiositas
feeling,
aspek religiositas
knowledge,
dan aspek religiositas
effect
. Bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas remaja terdiri atas perkembangan remaja, 5 aspek dalam
perkembangan religiositas remaja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas remaja. Bagian keempat mengenai dimensi religiositas di
sekolah Katolik yang meliputi sekolah pada umumnya, makna sekolah Katolik, alasan keberadaan sekolah Katolik, tujuan sekolah Katolik, dan dimensi religiositas
pendidikan di sekolah Katolik. Bagian kelima mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.
Bab ketiga menguraikan metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama mengenai metodologi penelitian
yang terdiri dari permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data. Bagian kedua mengenai hasil penelitian dan pembahasan, meliputi laporan pelaksanaan penelitian, laporan penelitian melalui penyebaran angket,
laporan hasil penelitian wawancara dengan para guru, dan pembahasan hasil penelitian. Bagian ketiga mengenai kesimpulan penelitian
Bab keempat berisi uraian mengenai panduan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta, terdiri dari lima bagian, meliputi latar belakang penyusunan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
panduan refleksi, tujuan penyusunan panduan refleksi, materi pokok panduan refleksi, petunjuk penggunaan panduan refleksi, dan contoh-contoh panduan refleksi.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang sebaiknya dilakukan untuk semakin membantu dalam pelaksanaan pengembangan
religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENGEMBANGAN RELIGIOSITAS
DI SEKOLAH KATOLIK
Kondisi dunia dewasa seperti sekarang ini, memang menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan intelektual yang sangat baik demi bisa bersaing dalam
dunia kerja, akan tetapi seharusnya juga dituntut untuk memperkembangkan religiositas. Religiositas tidak dengan sendirinya berkembang, religiositas dalam
lingkungan sekolah memang memiliki peran penting dalam mengembangkan dunia seperti sekarang ini yang memiliki kecenderungan untuk mementingkan kemampuan
intelektual, oleh karenanya religiositas dapat mengembangkan bagian pribadi siswa secara utuh. Religiositas dapat berarti memeriksa lagi, menimbang-nimbang,
merenungkan, hati nurani yang terdalam. Bagaimanapun manusia religiositas dapat diartikan, sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam
pertimbangan batin dan sebagainya. Maka religiositas berbeda dengan agama. Agama lebih menunjukkan kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada dunia atas
dalam aspek yang resmi, sedangkan religiositas lebih menunjuk ke bagian terdalam dari pribadi manusia, yaitu hati nurani. Orang beragama belum tentu dia itu memiliki
religiositas, maka dapat dikatan juga religiositas itu melintasi agama-agama. Pemahaman lebih lanjut tentang pengembangan religiositas di sekolah Katolik akan
dibahas dalam lima bagian. Bagian pertama mengenai religiositas, bagian kedua mengenai aspek religiositas, bagian ketiga mengenai perkembangan religiositas
remaja, bagian keempat membahas mengenai dimensi religiositas di sekolah, bagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelima membahas mengenai usaha pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik.
A. Pengertian Religiositas
Pemahaman yang lebih luas mengenai pengertian religiositas akan lebih jelas dan lebih lanjut dibahas dalam tiga bagian berikut. Bagian pertama mengenai
religiositas: bagian terdalam dari pribadi manusia. Bagian kedua tentang religiositas: melintasi Agama-agama. Sedangkan bagian ketiga mengenai religiositas: melintasi
rasionalisasi.
1. Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia
Religiositas menunjuk pada kedalaman pribadi manusia dalam berhubungan dengan yang Ilahi, dan memuat kepercayaan, keterkaguman, hormat, penyerahan diri,
kasih sayang, dan lain-lain. Religiositas semata-mata bukan hanya tingkah laku dalam keagamaan, misal pergei ke Gereja atau berziarah, tetapi lebih merupakan segi
kedalaman, segi batin manusia, walaupun segi seperti ini dapat diungkapkan dengan berbagai cara misal pergi ke tempat Ibadah Gereja atau Masjid dll. Religiositas
lebih melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’ riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas,
‘de coeur’ dalam Pascal, yaitu cita rasa yang mencakup totalitas termasuk rasio dan rasa manusiawi ke dalam si pribadi manusia Y.B.Mangunwijaya, 1982: 11.
Religiositas dapat diungkapkan melalui ritus agama maupun tidak, maksudnya religiositas itu dapat diungkapkan melalui kegiatan yang berciri agama
maupun bukan. Kegiatan yang berciri agama itu misalnya seperti membaca Kitab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suci, ibadat dan lain sebagainya. Religiositas yang diungkapkan dalam bahasa non agama misalnya kegiatan kemanusiaan, menolong orang yang sedang membutuhkan
pertolongan, berbagi berkat yang sudah diterima dari Allah untuk dibagikan kepada sesama waktu, tenaga, ekonomi dll.
Sejarah religiositas merupakan drama hilangnya dan ditemukannya kembali nilai-nilai keagamaan yang berlangsung terus-menerus. Sejarah religiositas menyoroti
tentang kerinduan manusia akan kebutuhan-kebutuhan paling dalam dan paling eksistensial yang tidak bisa dituntaskan dengan rumusan-rumusan doktrinal. Dengan
kata lain, setiap jaman mempunyai tantangannya yang unik dalam menemukan serta mengungkapkan pengalaman-pengalaman keberagamaan Moedjanto, 1995: 209.
2. Religiositas: Melintasi Agama-agama
Religiositas Juga dapat dikatakan sebagai suatu karya nyata yang tidak terbatas pada agama-agama tertentu, tetapi religousitas justru menjadi pendorong
seseorang untuk meningkatkan kualitas diri dalam hubungannya dengan yang Ilahi yang berdampak pada kemakmuran atau kesejahteraan umat manusia. Y.B
Mangunwijaya menulis tentang religiositas itu sebagai berikut: “Pada tingkat religiositas, bukan peraturan atau hukum yang berbicara,
akan tetapi keiklasan, kesukarelaan, kepasrahan diri kepada Tuhan. Dalam rasa hormat takjub, namun pula dalam rasa cinta. Dalam suasana pujian
yang tidak lagi mencari menang. Karena tergenang oleh rasa syukur penuh rendah diri, sebab kita sadar bahwa yang menang bukan agama ini atau
agama itu melainkan Tuhan Allah sendiri, yang Maha Agung, namun juga Maha pemurah dan Maha kasih
Mangunwijaya, 1991: 6”. Tumbuhnya sikap religiositas pada diri seseorang akan menumbuhkan sikap
cinta kasih kepada sesama, baik itu manusia atau alam ciptaan Tuhan, sehingga dalam hidup sehari-hari akan membuahkan sikap saling percaya, mencintai,
menghargai dan muncul rasa peduli terhadap sesama dan alam. Berbicara mengenai religiositas biasanya tidak terlepas dari kemrosotan kualitas penghayatan orang dalam
beragama. Religiositas, dengan demikian merupakan salah satu bentuk kritik terhadap kualitas keberagamaan seseorang terhadap agama sebagai lembaga dan ajaran. Kritik
dimaksudkan untuk membuka jalan supaya kehidupan orang beragama menjadi semakin intens. Moedjanto 1995: 208 mengatakan bahwa semakin orang
religiositas, semakin hidupnya menjadi nyata. Religiositas pertama-tama tidak dipertentangkan dengan ketidak beragaman seseorang dengan ireligiositas.
Religiositas lebih berkaitan dengan sikap orang untuk menjaga kualitas keberagamaannya dilihat dari dimensinya yang paling mendalam dan personal yang
sering kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama yang resmi. Religiositas sangat sulit untuk diukur atau dinilai dari gejala-gejala lahiriah semata. Religiositas
merupakan isi, dasar dari agama atau hidup keagamaan manusia. Maka jika tanpa religiositas hidup keagamaan jadi tanpa arti dalam menjalaninya atau dapat dikatakan
dalam hidup beragama akan menjadi sesuatu yang hampa, karena religiositas yang menentukan kualitas hidup beragama. Orang yang rajin mengikuti peraturan
keagamaan, belum tentu manusia itu religiositas. Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut dapat disimpukan bahwa religiositas dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertidak sesuai dengan ajarannya.
3. Religiositas: Melintasi Rasionalisasi
Dalam sejarah Eropa, salah satu tantangan terbesar terhadap penghayatan hidup beragama adalah pola pemikiran yang semakin rasionalisme. Tidak dapat
dipungkiri dan tidak dapat diabaikan, bahwa perkembangan zaman dapat mempengaruhi pandangan seseorang salah satunya yaitu, munculnya rasionalisme,
semenjak saat itu orang-orang beragama tidak hanya dibantu untuk bersifat kritis, namun sikap kritis ini mendorong orang untuk mengaitkan agama dengan
irasionalitas. Di Prancis, Pascal membela agama dan religiositas dengan meluncurkan sebuah ungkapan yang masih termahsyur sampai sekarang: Hati mempunyai rasionya
sendiri Moedjanto, 1995: 210. Maka religiositas mengembangkan segi terdalam dari diri manusia, meskipun religiositas itu melintasi rasionalisasi, namun tidak ada satu
pertentangan sesungguhnya antara religiositas dan rasionalisasi, tetapi justru yang utama rasionalisasi orang merupakan akal budi menghadapi setiap persoalan, karena
Allah yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi.
B. Aspek Religiositas