Analisis Biaya Outsourcing Sumber Daya Manusia Peranannya Dalam Menunjang Efisiensi Biaya Operasional (Studi kasus pada PT. INTI (Persero) Bandung)

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan yang semakin keras di dunia bisnis telah memaksa perusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk dan jasa yang terkait dengan kompetensi utamanya (core competence). Dengan melakukan fokus tersebut, niscaya akan dapat dihasilkan sejumlah produk dan jasa yang memiliki kualitas andal dan memiliki daya saing tinggi di pasar global.

Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan satu dengan yang lainnya, baik perusahaan dagang maupun perusahaan jasa dituntut untuk mengoptimalkan kemampuan sumber daya dan strategi untuk menghadapi persaingan pasar. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada konsumen (masyarakat).

Perkembangan teknologi menyebabkan semakin tipisnya batas-batas antar negara sehingga perdagangan antar bangsa dan antar negara semakin terintegrasi. Dalam kondisi seperti ini persaingan menjadi bersifat global dan tajam. Hanya perusahaan-perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk bermutu, dan biaya yang efisien yang mampu memasuki persaingan tingkat dunia. Dalam usaha mencapai efisiensi perusahaan, banyak metode dan konsep yang telah dikembangkan dalam dunia bisnis.


(2)

2

Masalah lain yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas yakni berupa kenaikan harga dari bahan baku, tenaga kerja, fasilitas, peralatan, teknologi dan sumber daya modal lainnya yang dirasakan semakin hari semakin meningkat, oleh karenanya pihak manajemen pun dituntut agar dapat mengolah kemampuannya dalam melakukan suatu perencanaan atas masa depan perusahaan dan dapat merumuskan kebijakan serta melakukan pengambilan keputusan yang tepat bagi perusahaan.

Pengambilan keputusan mupakan suatu proses penalaran dengan mengolah masukan berupa informasi yang relevan menjadi suatu keputusan atau tindakan tertentu guna mencapai tujuan perusahaan. Konsekuensi logis bila perusahaan menerapkan strategi tersebut adalah pengambilan keputusan pimpinan perusahaan atau manajemen untuk mengalihdayakan atau menyerahkan proses-proses yang bukan merupakan kompetensi utama (core competence) perusahaan tersebut ke pihak lain, aktivitas ini dikenal dengan istilah outsourcing.

Menurut Chandra Suwondo (2004 : ix) outsourcing merupakan salah satu

trend bisnis terpopuler di dunia dalam sepuluh tahun terakhir ini. Banyak perusahaan maupun pekerja yang telah merasakan manfaatnya.

Outsourcing dilakukan untuk memberikan respon atas perkembangan ekonomi secara global dan perkembangan teknologi yang begitu cepat serta berkembangnya persaingan yang bersifat global dan berlangsung sangat ketat. Lingkungan yang kompetitif menuntut perusahaan untuk mengutamakan tuntutan pasar yang menghendaki kecepatan dan respon yang fleksibel tehadap tuntutan pelanggan. Sering kali terbukti bahwa faktor kecepatan dalam merespon tuntutan


(3)

3

pasar dan pelanggan lebih dapat menentukan kemenangan atau kekalahan dalam persaingan, dan bukan hanya faktor harga saja yang menjadi tuntutan pasar.

Outsourcing telah terbukti dapat meningkatkan daya saing usaha secara signifikan, karena dengan melakukan outsourcing, perusahaan dapat lebih fokus dalam menjalankan aktivitas utamanya, sehingga dapat mendukung kecepatan perusahaan dalam merespon tuntutan pasar.

Dan hal itulah yang banyak membuat perusahaan beralih ke outsourcing. Buktinya, pertumbuhan bisnis outsourcing global tercatat mencapai 30% per tahunnya. Dari situ kita bisa lihat, betapa perusahaan-perusahaan pengguna

outsourcing itu sudah mempercayakan sebagian proses bisnisnya pada perusahaan

outsourcing dalam hal perekrutan sumber daya manusia.

(http://www.managementfile.com/ di akses pada hari Senin, 01 Februari 2010 15:00 WIB).

Dalam penelitian ini penulis menjadikan kegiatan outsourcing pada PT. INTI (Persero) Bandung sebagai objek penelitian, karena perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan outsourcing di bidang sumber daya manusia pada aktivitas perusahaan sejak tahun 2005.

Fenomena yang terjadi di PT. INTI (Persero) Bandung ketika mengambil keputusan untuk melakukan outsourcing adalah kurangnya pegawai tetap yang menjalankan kegiatan perusahaan. Pada tahun 2005 perusahaan pernah mengalami trauma dengan merekrut pegawai tetap pada posisi yang sebenarnya bisa dialihdayakan. Dengan kinerja pegawai yang tidak memuaskan perusahaan harus tetap mengeluarkan biaya yang besar untuk gaji beserta fasilitas yang harus di


(4)

4

terima pegawai. Hal itu menyebabkan pemborosan pada biaya operasional dan perusahaan mengalami kesulitan untuk memberhentikan pegawai karena banyak yang harus dipertimbangkan. Untuk menghindari hal itu maka perusahaan memutuskan untuk menggunakan pegawai outsourcing karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dan perusahaan bisa lebih mudah untuk memberhentikan bila kinerjanya tidak memuaskan karena statusnya adalah kontrak.

Fenomena yang lain yaitu masih terdapatnya konflik kepentingan yang terjadi di awal pengadaan pegawai outsourcing yaitu tahun 2005. Pada waktu itu perusahaan penyedia jasa outsourcing memberikan karyawan yang masih punya ikatan keluarga padahal mereka kurang berkompeten dibidang pekerjaan tersebut. Hingga kini konflik kepentingan masih sulit untuk dihindari. Dengan adanya konflik kepentingan pegawai outsourcing di perusahaan maka pengefisiensian biaya operasional yang menjadi tujuan perusahaan sedikit terhambat. Pegawai yang kurang berkompeten bisa dimasukan ke perusahaan berkat adanya koneksi dari orang dalam. (Sumber : Mohammad Djaelani, Divisi Sumber Daya Manusia, 2010).

Pada tahun 2005 setiap divisi yang memerlukan pegawai outsourcing

dibebaskan untuk merekrut pegawai dari perusahaan penyedia jasa outsourcing

mana saja. Karena kebebasan memilih penyedia jasa outsourcing tersebut perusahaan pernah mendapatkan masalah yaitu pegawai yang sudah terlatih dan mengetahui rahasia perusahaan berhenti begitu saja. Setelah diselidiki ternyata ada perusahaan lain yang merupakan pesaing telah menyelundupkan pegawai


(5)

5

sebagai mata-mata dan perusahaan mengalami kesulitan untuk menuntutnya karena penyedia jasa outsourcing tidak bertanggung jawab.

Dengan kejadian demikian maka perusahaan memutuskan untuk mengelola data pegawai outsourcing dalam satu divisi pada tahun 2009 agar mudah diawasi dan memberikan batasan kepada setiap divisi agar jumlah pegawai outsourcing

tidak terlalu banyak karena menyebabkan pemborosan biaya operasional. Selain itu penyaluran jasa outsourcing diserahkan pada penyedia tetap yaitu KOPERASI INTI, PT. INTI BUMI PERKASA dan PT. MITRA BHAKTI INTI PERDANA agar bila terjadi masalah dapat lebih mudah untuk ditangani oleh perusahaan. Status perusahaan penyedia jasa outsourcing tersebut adalah sebagai anak perusahaan dari PT. INTI (Persero) Bandung. (Sumber : Rudi, Divisi Sumber Daya Manusia, 2010)

Tabel 1.1

Jumlah Biaya Outsourcing dan Pegawai Outsourcing PT. INTI (Persero) Bandung

Tahun Biaya Outsourcing (Rp) Pegawai Outsourcing (orang)

2005 2.261.351.615,67 270

2006 2.859.479.040,00 250

2007 8.314.872.637,85 256

2008 7.990.649.837,85 258

2009 2.644.114.602,74 145

2010 6.131.900.038,76 (per April 2010)

237

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah, 2010

Dari data diatas menunjukan bahwa kenaikan jumlah pegawai outsourcing

tidak selalu diikuti oleh kenaikan jumlah biaya outsourcing. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dan perubahan nilai kontrak antara perusahaan dengan penyedia jasa outsourcing. Perbedaan dan perubahan nilai kontrak bisa terjadi bila


(6)

6

perusahaan ingin mengganti pegawai karena tidak cocok dengan kinerjanya atau memperpanjang kontrak pegawai outsourcing jika masih dibutuhkan. Faktor lain yaitu perusahaan telah menaikkan standar pendidikan pegawai yang tadinya menerima lulusan SMA (Sekolah Menengah Atas) mulai tahun 2007 perusahaan menerima minimal lulusan DIII (Diploma tiga) untuk analis dan teknisi dalam proyek.

Tahun 2009 biaya dan jumlah pegawai outsourcing sangat rendah jika dibandingkan dua tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan terjadi penggatian Direktur yang melakukan reorganisasi dan mengurangi pegawai outsourcing

besar-besaran karena lebih mengutamakan pegawai tetap untuk ditempatkan pada setiap divisi serta pada tahun 2009 penerimaan proyek sedang menurun.

Tahun 2010 perusahaan mengalami kenaikan penerimaan proyek dengan menggunakan pegawai outsourcing sebanyak 237 orang tetapi perusahaan sudah mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6.131.900.038,76, ini karena perusahaan lebih banyak menggunakan tenaga ahli yang tingkat pendidikannya minimal S1 (Strata Satu). Dengan menetapkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan posisi pegawai outsourcing sebagai tenaga ahli dalam suatu proyek maka standar gaji pegawai menjadi naik dan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. ( Sumber : Kosasih, Divisi Logistik, 2010)

Outsourcing menjadi salah satu keputusan alternatif. Dalam pengambilan keputusan alternatif perusahaan dihadapkan pada pilihan antara memproduksi sendiri barang atau jasa yang diperlukan, atau memperoleh dari luar perusahaan, dengan demikian biaya yang dibebankan akan menjadi lebih murah karena


(7)

7

kapasitas yang dikerjakan oleh penyedia jasa outsourcing dapat memungkinkan terciptanya efisiensi dibandingkan dengan aktivitas yang dilakukan sendiri, hal ini dapat terjadi karena dengan melakukan outsourcing perusahaan dapat lebih memfokuskan diri pada apa yang dilakukan paling baik, yaitu kompetensi utamanya, dan memindahkan aktivitas yang bukan kompetensi utama kepada pihak lain sehingga dapat mengubah biaya tetap menjadi biaya variabel.

Pengukuran tingkat efisiensi biaya dapat dilakukan dengan cara perencanaan biaya berdasarkan perbandingan antara biaya anggaran yang telah ditetapkan dengan biaya realisasi sesungguhnya, maka akan dicapai tingkat efisiensi yang optimal.

Tabel 1.2

Anggaran dan Realisasi Biaya Operasional PT. INTI (Persero) Bandung

Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Selisih (Rp) 2005 308.689.045.099,33 633.396.603.953,33 (324.707.558.854,00) 2006 491.570.120.960,00 466.110.624.554,00 25.459.496.406,00 2007 490.371.126.933,15 529.088.684.797,15 (38.717.557.864,00) 2008 597.912.641.005,15 581.107.946.018,15 16.804.694.987,00 2009 772.151.552.651,26 643.400.397.342,26 128.751.155.309,00

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah, 2010

Besar kecilnya biaya operasional dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat penjualan jasa yang dialami oleh perusahaan. Semakin banyak perusahaan menerima proyek dari konsumen maka semakin besar pula biaya operasional yang harus dikeluarkan.


(8)

8

Dari data diatas dapat dilihat pada tahun 2005 dan 2007 jumlah biaya operasional mengalami pembengkakan, ini disebabkan tingkat pencapaian penjualan jauh dari yang telah diperkirakan jadi perusahaan harus mengeluarkan biaya melebihi dari yang sudah dianggarkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Pada 2006, 2008, 2009 selisih biaya operasional mengalami surplus, ini disebabkan pencapaian penjualan jasa tidak jauh dengan yang telah diperkirakan.

Tabel 1.3

Jumlah Biaya Outsourcing dan Biaya Operasional PT. INTI (Persero) Bandung

Tahun

Biaya

Outsourcing

(Rp)

Perkembangan Biaya Operasional

(Rp) Perkembangan

2005 2.261.351.615,67 - 633.396.603.953,33 -

2006 2.859.479.040,00 0.26 % 466.110.624.554,00 0.26 %

2007 8.314.872.637,85 1.91 % 529.088.684.797,15 0.14 %

2008 7.990.649.837,85 0.04 % 581.107.946.018,15 0.10 %

2009 2.644.114.602,74 0.67 % 643.400.397.342,26 0.90 %

Sumber: Data perusahaan yang telah diolah,2010

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2006 biaya outsourcing

naik 0.26 % sedangkan biaya operasional turun sebesar 0.26 %, tahun 2007 biaya

outsourcing naik 1.91 % dan biaya operasional naik 0.14 %, tahun 2008 biaya

outsourcing turun 0.04 % sedangkan biaya operasional naik 0.10 %, tahun 2009 biaya outsourcing turun 0.67 % sedangkan biaya operasional naik 0.90 %. Hal ini dikarenakan besar kecilnya biaya operasional ditentukan oleh banyak faktor


(9)

9

karena biaya operasional perusahaan berisi tentang semua biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan perusahaan.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional dengan judul “ANALISIS BIAYA OUTSOURCING SUMBER DAYA MANUSIA PERANANNYA DALAM MENUNJANG EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL” (Studi kasus pada PT. INTI (Persero) Bandung).

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian penulis membuat identifikasi dan rumusan masalah agar memudahkan proses penelitian.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Masih terdapat konflik kepentingan dalam pengadaan pegawai outsourcing.

Dengan adanya konflik kepentingan maka jumlah pegawai outsourcing

menjadi terlalu banyak dikarenakan masih adanya kecurangan yang dilakukan antara perusahaan penyedia jasa outsourcing dengan orang dalam perusahaan tiap divisi. Biaya outsourcing tiap tahunnya terus meningkat padahal tujuan menggunakan pegawai outsourcing itu untuk mengurangi biaya operasional kecuali tahun 2009 karena adanya keputusan direktur yang baru.


(10)

10

b. Penggunaan biaya operasional masih belum efisien karena pada tahun 2005 dan 2007 realisasi biaya operasional lebih besar dari anggaran yang sudah ditentukan. Ini berarti sistem penganggaran perusahaan pada tahun tersebut kurang baik karena kurang cermat dalam memperhitungkan penjualan yang akan dicapai.

c. Pelaksanaan outsourcing belum sepenuhnya dapat membantu perusahaan dalam mengefisiensikan biaya operasional dikarenakan aktivitas perusahaan yang terus meningkat sehingga membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan perusahaan harus mengeluarkan biaya operasional yang besar.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana biaya outsourcing sumber daya manusia pada PT. INTI (Persero) Bandung.

2. Bagaimana efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung. 3. Seberapa besar peranan biaya outsourcing dalam menunjang efisiensi biaya


(11)

11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian ini terdapat maksud dan tujuan yang disampaikan penulis.

1.3.1 Maksud Penelitian

Setiap penelitian ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Maksud melakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi dari objek penelitian yang relevan dengan masalah pokok penelitian, yaitu untuk mengetahui seberapa besar peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui biaya outsourcing sumber daya manusia pada PT. INTI (Persero) Bandung.

2. Untuk mengetahui efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar peranan biaya outsourcing dalam menunjang efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung.


(12)

12

1.4 Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai manfaat atau kegunaan untuk melakukan perbaikan pada objek yang diteliti. Ada dua kegunaan dalam penelitian ini yaitu kegunaan akademis dan kegunaan praktis.

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis penelitian yang dilaksanakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

a. Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam pengembangan ilmu di bidang akuntansi biaya, dan manajemen biaya. Serta sebagai literatur yang menyajikan informasi secara umum mengenai biaya

outsourcing sumber daya manusia dan efisiensi biaya operasional pada perusahaan. Secara khusus mengenai analisis biaya outsourcing sumber daya manusia berperan dalam menunjang efisiensi biaya operasional sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam bidang yang sama guna pengembangan ilmu akuntansi di masa yang akan datang.

b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan pengalaman penulis. Dengan melakukan penelitian ini penulis dapat mengetahui mengapa perusahaan lebih memilih menggunakan pegawai

outsourcing dari pada pegawai tetap, apa saja tugas pegawai outsourcing


(13)

13

dalam menggunakan pegawai outsourcing, serta bagaimana sistem pengadaan dan pembiayaan pegawai outsourcing tersebut.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam penelitian di bidang akuntansi biaya, akuntansi manajemen, manajemen biaya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis yang dirasakan oleh setiap divisi yang terkait pada perusahaan dalam penyusunan penelitian ini adalah:

a. Divisi Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi divisi manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mengelola data pegawai

outsourcing yang ada di PT. INTI (Persero) Bandung. b. Divisi Akuntansi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam melakukan perbaikan sistem penganggaran biaya operasional perusahaan agar lebih efisien. c. Divisi Logistik

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam melakukan pengadaan khususnya tenaga kerja outsourcing yang tepat dan kompeten untuk kelancaran pengerjaan proyek perusahaan.


(14)

14

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk melakukan penelitian sebaiknya dilakukan di lokasi yang memang berkompeten untuk menjawab rumusan masalah dengan waktu yang harus ditentukan

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis guna memperoleh data dan informasi dalam penyusunan penelitian ini dilakukan di PT. INTI (Persero) Bandung yang berlokasi di Jl. Moch. Toha No. 77 Bandung.

1.5.1 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang diperlukan penulis untuk melakukan penelitian yaitu bulan Maret 2010 sampai dengan Juli 2010.

Tabel 1.4 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Febuari 2010 Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Survei : a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul Skripsi

d. Mencari Perusahaan 2 Proses Usulan

Penelitian: a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Proses Penyusunan

Skripsi:

a. BimbinganSkripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan draf skripsi


(15)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi atau bidang produksi, pemasaran, keuangan maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, makaberbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya manusia dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia.

2.1.1.1 Pengertian dan Tujuan MSDM

Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut. Karyawan baru yang belum mempunyai keterampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi karyawan yang terampil dan ahli. Pengelolaan sumber daya manusia inilah yang disebut manajemen sumber daya manusia.


(16)

16

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002:9) mengemukakan definisi manajemen yaitu :

“ Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. “

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah ilmu yang memanfaatkan sumber daya yang dimiliki agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik.

Menurut Richard L. Daft yang di alih bahasa oleh Edward Tanujaya dan Shirly Tiolina (2007:6) mengemukakan definisi manajemen yaitu :

“ Manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan perusahaan menggunakan langkah-langkah yang tepat dan dengan memanfatkan sumber daya yang dimiliki.

Ilmu manajemen mempunyai banyak bidang, salah satunya adalah manajemen yang mengatur karyawan yang sering disebut manajemen sumber daya manusia (MSDM).


(17)

17

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002:10) mengemukakan definisi manajemen sumber daya manusia yaitu :

“ Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. “

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang mengelola sumber daya manusia (karyawan) dalam suatu perusahaan agar tercapainya tujuan perusahaan.

Menurut Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah (2003: 10) mengmukakan definisi manajemen sumber daya manusia yaitu :

“ Manajemen sumber daya manusia adalah pendekatan terhadap manajemen manusia. Pendekatan terhadap manajemen manusia tersebut didasarkan pada nilai manusia dalam hubungannya dengan organisasi.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah bidang manajemen yang mengatur karyawan berdasarkan keterkaitan antara karyawan tersebut dengan suatu perusahaan.

Dengan memahami fungsi manajemen, maka akan memudahkan pula untuk memahami fungsi manajemen sumber daya manusia yang selanjutnya akan memudahkan dalam mengidentifikasikan tujuan manajemen sumber daya manusia.

Menurut Veithzal Rivai (2004:8) tujuan manajemen sumber daya manusia (MSDM) yaitu :

“ 1. Sasaran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) 2. Aktifitas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).”


(18)

18

Berdasarkan tujuan yang disebutkan diatas , maka tujuan MSDM di jelaskan sebagai berikut :

1. Sasaran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Kalangan manajer dan departemen sumber daya manusia berusaha untuk mencapai tujuan mereka dengan memenuhi sasaran-sasarannya. Sasaran merupakan titik puncak dan tindakan-tindakan apa yang di evaluasi.

2. Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Untuk mencapai tujuan dan sasarannya, departemen sumber daya manusia membantu para pimpinan memperoleh, mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mempertahankan jumlah dan jenis hak karyawan.

Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2002:3) mengemukakan tujuan manajemen sumber daya manusia yaitu :

“ Tujuan MSDM yaitu untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia dalam usaha meningkatkan efektifitas organisasi dalam rangka mencapai tujuan.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk memanfaatkan kemampuan karyawan di dalam perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

2.1.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Sudah merupakan tugas manajemen sumber daya manusia untuk mengelola manusia seefektif mungkin agar diperoleh suatu satuan sumber daya manusia yang merasa puas dan memuaskan. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada sumber daya


(19)

19

manusia. Adapun fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Veithzal Rivai (2004:14) seperti halnya fungsi manajemen umum yaitu :

“ 1. Fungsi Manajerial 2. Fungsi Operasional “

Berdasarkan fungsi yang disebutkan diatas , maka fungsi manajemen sumber daya manusia dijelaskan sebagai berikut :

1. Fungsi Manajerial :

a. Perencanaan (planning) b. Pengorganisasian (organizing) c. Pengarahan (directing)

d. Pengendalian (controlling) 2. Fungsi Operasional :

a. Pengadaan Tenaga Kerja (Sumber Daya Manusia) b. Pengembangan

c. Kompensasi d. Pengintegrasian e. Pemeliharaan

f. Pemutusan hubungan kerja.

Menurut Tulus yang di kutip oleh Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah (2003: 13) mengemukakan lima fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu :

“ 1. Pengadaan 2. Pengembangan

3. Pemberian kompensasi 4. Pengintegrasian


(20)

20

Dari urain lima fungsi manajemen sumber daya manusia diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengadaan

Kegiatan pengadaan meliputi analisis jabatan, yaitu kegiatan untuk mengetahui jabatan-jabatan yang ada dalam organisasi beserta tugas-tugas yang dilakukan dan persyaratan yang harus dimiliki oleh pemegang jabatan tersebut dan lingkungan kerja dimana aktivitas tersebut dilakukan. Selanjutnya dilakukan perencanaan sumber daya manusia, yaitu memprediksi dan menentukan kebutuhan jumlah tenaga kerja. Rencana akan menunjukan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut untuk mengisi jabatan. 2. Pengembangan

Setelah mereka bekerja secara berkala harus dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan produktivitas pegawai. Selanjutnya dilakukan penilaian yang bertujuan untuk melihat apakah unjuk kerja pegawai sesuai dengan harapan, dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja.

3. Pemberian kompensasi

Untuk memelihara dan mempertahankan semangat kerja serta motivasi, para pegawai diberi kompensasi dan beberapa kenikmatan atau keuntungan-keuntungan lainnya dalam bentuk program kesejahteraan.

4. Pengintegrasian

Hubungan kepegawaian meliputi usaha untuk memotivasi pegawai, memberdayakan pegawai, yang dilakukan melalui penataan pekerjaan yang


(21)

21

baik, meningkatkan disiplin pegawai agar mematuhi aturan , kebijakan-kebijakan yang ada, dan melakukan bimbingan.

5. Pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja

Pemeliharaan kemampuan pegawai dilakukan untuk menjaga kualitas kinerja mereka dalam mencapai suatu tujuan perusahaan. Jika kinerja pegawai perusahaan sudah tidak dapat dipelihara maka perusahaan mengambil jalan terakhir yaitu melakukan pemutusan hubungan kerja.

2.1.2 Outsourcing

Suatu perusahaan yang berhasil digambarkan dengan suatu organisasi yang mempunyai dan mengawasi semua aktivitasnya. Selanjutnya organisasi perusahaan berkembang menjadi semakin kompleks menuju pada spesialisasi dari berbagai elemen atau aktivitas operasi perusahaan.

Spesialisasi ini membuka jalan untuk melakukan outsourcing terhaap tugas yang bersifat bukan tugas utama (non core activities) perusahaan, outsourcing

merupakan usaha untuk mengontrak suatu kegiatan atau aktivitas perusahaan kepada pihak luar untuk memperoleh layanan pekerjaan yang dibutuhkan di masa yang akan datang.

Persaingan perusahaan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk mencari berbagai metode untuk terus dapat bertahan. Berbagai metode alternatif yang apat digunakan oleh manajemen perusahaan haruslah sesuai dengan tujuan perusahaan itu sendiri.


(22)

22

Tujuan utama dari pelaksanaan outsourcing merupakan pemenuhan atas keinginan perusahaan untuk berkonsentrasi pada bisnis utama dan ini hanya dapat dilakukan apabila tidak diganggu dengan pemikiran dan kesibukan yang bukan merupakan bisnis utama. Dengan berkonsentrasi pada bisnis utama juga berarti berkonsentrasi untuk meningkatkan kompetensi utamanya, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan daya saingnya. Apalagi dalam menghadapi persaingan yang tidak hanya semakin luas, tetapi juga semakin ketat.

2.1.2.1 Pengertian Outsourcing

Outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain di luar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing adalah alternatif dalam melakukan pekerjaan sendiri, tetapi outsourcing tidak sekedar mengontrakan secara biaya, tetapi jauh melebihi itu.

Menurut Chandra Suwondo (2004:2) definisi outsourcing adalah sebagai berikut :

“Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing).”

Dari definisi diatas outsourcing adalah pemindahan kegiatan operasi perusahaan yang bukan merupakan kompetensi utama kepada perusahaan lain.


(23)

23

Menurut Iftida Yasar (2008:104) definisi outsourcing adalah sebagai berikut :

“Outsourcing adalah penyerahan wewenang dari suatu perusahaan kepada perusahaan lain untuk menjalankan sebagian atau seluruh proses fungsi usaha dengan menetapkan suatu target atau tujuan tertentu.”

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa outsourcing adalah pengalihan sebagian fungsi kerja perusahaan kepada pihak penyedia jasa, dimana perusahaan mendapatkan beberapa manfaat dibandingkan dengan jika perusahaan mengerjakannya sendiri.

2.1.2.2 Tipe-Tipe Outsourcing

Outsourcing mempunyai tipe atau jenis yang bermacam-macam. Setiap jenis mempunyai kegunaan, tempat, dan cara kerja yang berbeda. Perusahaan menggunakan jenis outsourcing sesuai kebutuhan.

Menurut Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:34) outsourcing memiliki beberapa tipe yang dapat dikenali antara lain:

“ 1. Contracting 2. Outsourcing 3. Insourcing 4. Co-sourcing

5. Benefit-based-relationship”

Adapun penjelasan dari tipe-tipe outsourcing yang sudah diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

1. Contracting

Ini adalah bentuk penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga yang paling sederhana dan merupakan bentuk yang paling lama. Biasanya ini


(24)

24

menyangkut kegiatan yang sederhana atau jenis layanan tingkat rendah, seperti pembersihan kantor, pemeliharaan rumput, dan kebun. Langkah ini adalah langkah berjangka pendek, hanya mempunyai arti taktis dan bukan merupakan bagian dari strategi (besar) perusahaan tetapi hanya untuk mencari cara yang praktis saja.

2. Outsourcing

Penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan berkelas dunia. Diperlukan pihak pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan diserahkan.

3. Insourcing

Kebalikan dari outsourcing, dengan menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Motivasi utamanya adalah dengan menjaga tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar biaya satuannya dapat ditekan dimana hal ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian kompetensi utamanya tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain yang akan meningkatkan keuntungan.

4. Co-sourcing

Jenis hubungan pekerjaan dan aktivitas dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat dari sekedar hubungan outsourcing. Contohnya adalah dengan memperbantukan tenaga ahli pada perusahaan pemberi jasa untuk saling mendukung kegiatan masing-masing perusahaan.


(25)

25

5. Benefit-based-relationship

Hubungan outsourcing dimana sejak semula kedua belah pihak mengadakan investasi bersama dengan pembagian pekerjaan tertentu. Dengan demikian masing-masing pihak akan saling mendukung dan saling tergantung. Pembagian keuntungan telah dibicarakan pada saat awal kesepakatan kerjasama.

Menurut Komang Priambada dan Agus Eka Maharta (2008:82) outsourcing memiliki beberapa tipe yang dapat dikenali menurut tempatnya:

“ 1. Offshoring 2. Onshoring 3. Homeshoring.”

Adapun penjelasan dari tipe-tipe outsourcing menurut tempatnya adalah sebagai berikut :

1. Offshoring

Outsourcing yang dilakukan di negara lain: pengalihdayaan proses bisnis perusahaan (pekerjaan atau wewenang) dari sau negara ke negara lain yang secara khas dalam sebuah proses operasional seperti dalam bidang manufaktur, atau sebuah proses pendukung seperti akuntansi.

2. Onshoring

Bisa juga disebut outsourcing dinegara sendiri. Di bidang manajemen, mengalihdayakan produksi, jasa, atau pekerjaan untuk menurunkan biaya di negara yang sama.


(26)

26

3. Homeshoring

Outsourcing yang dilakukan di rumah tangga (keluarga). Bisa juga disebut sebagai kombinasi antara outsourcing dan telecommuting (working at home, bekerja di rumah).

2.1.2.3 Keuntungan-Keuntungan Outsourcing

Salah satu perangkat pasar yang dapat memaksimalkan profit adalah

outsourcing. Dengan berbagai kemungkinan keuntungan yang dicapai, banyak perusahaan sekarang ini mengadopsi strategi bisnis ini; memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi kerugian. Namun demikian, keuntungan

outsourcing tidak berkutat pada biaya. Berikut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan yang melakukan stategi bisnis ini.

Menurut Komang Priambada dan Agus Eka Maharta (2008:74) keuntungan-keuntungan outsourcing adalah sebagai berikut :

“ 1. Fokus pada core bisnis 2. Membagi Risiko

3. Pemanfaatan sumber daya perusahaan 4. Mengurangi biaya

5. Mendapatkan tenaga kerja yang kompeten.”

Adapun penjelasan dari keuntungan-keuntungan outsourcing yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

1. Dengan melimpahkan hal-hal operasional pada pihak lain (perusahaan

outsourcing), perusahaan dapat meningkatkan fokus bisnisnya (core business).

2. Outsourcing membuat risiko operasional perusahaan dapat terbagi kepada pihak lain.


(27)

27

3. Sumber daya perusahaan yang ada bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain.

4. Mengurangi biaya pengeluaran (capital expenditure) karena dana yang sebelumnya dipergunakan untuk investasi, bias difungsikan sebagai biaya operasional.

5. Perusahaan dapat memperkerjakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, karena tenaga kerja yang disediakan oleh perusahaan

outsourcing adalah tenaga yang sudah terlatih sehingga hampir pasti kompeten alam bidangnya.

Menurut Richardus EkoIndrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:4) alasan perusahaan melakukan outsourcing karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

“ 1. Meningkatkan fokus perusahaan

2. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia

3. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering 4. Membagi risiko

5. Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain

6. Memungkinkan tersedianya dana capital 7. Menciptakan dana segar

8. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi

9. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri

10.Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.”

Adapun penjelasan dari keuntungan outsourcing yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut :

1. Dengan melakukan outsourcing perusahaan dapat memusatkan diri pada masalah dan strategi utama dan umum, sementara pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil-kecil diserahkan pada pihak ketiga.


(28)

28

2. Secara alamiah, spesialisasi pekerjaan seperti yang dimiliki dan dikembangkan oleh para kontraktor (outsourcing provider) mengakibatkan kontraktor tersebut memiliki keunggulan kelas dunia dalam bidangnya. 3. Outsourcing adalah produk samping dan salah satu management tool lagi

yang sangat unggul, yaitu business process reengineering. Outsourcing

menjadi salah satu cara dalam reengineering untuk mendapatkan manfaat “sekarang” dan bukan “besok pagi” dengan cara menyerahkan tugas pada pihak ketiga yang sudah melakukan reengineering dan menjadi unggul atas aktivitas-aktivitas tertentu.

4. Apabila semua aktivitas dilakukan oleh perusahaan sendiri maka seluruh risiko juga di tanggung sendiri. Apabila beberapa aktivitas perusahaan dikontrakan kepada pihak ketiga maka risiko akan ditanggung bersama pula. 5. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan-kegiatan perusahaan yang utama, yaitu hal yang paling dibutuhkan.

6. Outsourcing juga bermanfaat untuk mengurangi investasi dana capital pada kegiatan non core.

7. Outsourcing sering kali dapat dilakukan tidak hanya mengontrakan aktivitas tertentu pada pihak ketiga, tetapi juga disertai dengan penyerahan/penjualan/penyewaan aset yang digunakan untuk melakukan aktivitas tertentu tersebut.

8. Salah satu keuntungan yang sangat taktis dari outsourcing memungkinkan untuk mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.


(29)

29

9. Perusahaan perlu melakukan outsourcing untuk melakukan suatu aktivitas tertentu karena perusahaan tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut secara baik dan memadai.

10. Outsourcing dapat juga digunakan untuk mengatasi pengelolaan hal atau mengawasi fungsi yang sulit dikendalikan. Fungsi yang sulit dikelola dan dikendalikan ini, misalnya birokrasi ekstern yang sangat berbelit yang harus ditaati oleh perusahaan yang dimiliki negara dalam menjalankan fungsi pembelian barang dan jasa, yang sulit di tembus dengan cara-cara biasa.

2.1.2.4 Tahapan Pelaksanaan Outsourcing

Bagi perusahaan yang baru pertama kali akan melakukan outsourcing, pertanyaan pokok yang diajukan adalah apa yang pertama kali harus dilakukan dan langkah apa selanjutnya perlu dikerjakan agar outsourcing dapat berjalan dengan lancar.

Langkah-langkah ini dilakukan sesudah adanya keputusan untuk melakukan

outsourcing. Langkah-langkah ini tentu saja bukan suatu ketentuan yang mutlak haruk dilakukan, tetapi sekedar pedoman yang dapat digunakan secara berurutan.

Menurut Maurice E. Greaver II yang dikemukakan oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:14) ada tujuh tahapan pokok yang perlu dilakukan perusahaan dalam melaksanakan outsourcing adalah sebagai berukut :

“ 1. Perencanaan outsourcing 2. Pemilihan strategi

3. Analisis biaya

4. Pemilihan rekanan atau pemberi jasa 5. Negosiasi persyaratan


(30)

30

6. Transisi sumber daya 7. Pengelolaan hubungan.”

Adapun penjelasan dari tujuh tahapan pelaksanaan outsourcing adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Outsourcing

Perencanaan outsourcing terdiri dari menentukan objek, pembentukan tim, perencanaan jadwal kegiatan dan perencanaan waktu kegiatan, pemilihan konsultan apabila diperlukan.

2. Pemilihan Strategi

Kegiatan pemilihan strategi ini merupakan kegiatan yang sangat penting karena pemilihan strategi yang keliru dapat menimbulkan kegagalan atau sekurang-kurangnya ketidaklancaran dalam melakukan outsourcing, tetapi juga berlaku sebaliknya, yaitu behwa pemilihan strategi yang tepat dapat memperlancar suksesnya outsourcing.

3. Analisis Biaya

Analisis biaya adalah kegiatan pendataan biaya-biaya utama dari kegiatan yang di-outsource-kan, baik sebelum dan setelah outsourcing. Kemudian dilakukan analisis, apakah ada perbaikan atau tidak, kalau ada cukup berarti atau tidak.

4. Pemilihan Rekanan/Pemberi jasa

Pemilihan pemberi jasa (service provider) merupakan langkah selanjutnya dalam proses outsourcing. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahapan ini adalah pencarian sumber pemberi jasa, penentuan kualifikasi pemberi jasa, dan terakhir pemilihan pemberi jasa.


(31)

31

5. Negosiasi persyaratan

Tahap selanjutnya adalah pembicaraan mengenai jasa dan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh perusahaan dan yang dapat ditawarkan oleh pemberi jasa menuju pada suatu titik persetujuan, dalam suatu proses negosiasi. Beberapa hal yang penting dinegosiasikan dalam proses negosiasi, negosiasi mengenai prinsip-prinsip, merencanakan negosiasi, tatap muka, prinsip-prinsip keadilan, dan pembuatan kontrak.

6. Transisi Sumber Daya

Masalah trasisi sumberdaya pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya peralatan dan sumber daya manusia. Transisi yang pertama umumnya tidak banyak menimbulkan kesulitan dan secara relatif dapat dilakukan dengan mudah. Sementara jenis yang kedua jauh lebih sulit karena menyangkut manusia.

7. Pengelolaan Hubungan

Pemberi dan penerima kerja mempunyai hubungan yang erat dan hubungan ini dapat berlangsung lama. Hubungan ini perlu dikelola dengan baik demi keuntungan kedua belah pihak. Pengelolaan hubungan ini perlu meliputi beberapa hal seperti memonitor kinerja dan memecahkan masalah yang timbul.


(32)

32

Ketujuh tahap tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Tahapan Outsourcing

Sumber : Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:15)

Menurut Iftida Yasar (2008:37) tahapan melakukan outsourcing adalah sebagi berikut :

“ 1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Kontrak

3. Tahap Pascakontrak.”

Dari uraian diatas tahapan melakukan outsourcing dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahapan dimana sebuah perusahaan harus merencanakan secara matang mengenai rencana implementasi outsourcing. 2. Tahap Kontrak

Yang dimaksud tahap kontrak adalah tahap dimana perusahaan mulai melakukan perjanjian dengan penyedia jasa outsourcing.

Perencanaan Pemilihan Strategi

Pemilihan Rekanan Analisis

Biaya

Transisi Sumber Daya

Pengelolaan Hubungan

Negosiasi Persyaratan


(33)

33

3. Tahap Pascakontrak

Tahap pascakontrak adalah tahap setelah perjanjian dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan cara komunikasi yang terbuka antara perusahaan dan penyedia jasa outsourcing. Memastikan perjanjian yang telah dibuat akan dilaksanakan sesuai dengan masa berlakunya. Mengupayakan persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan, dan meninjau kembalikeputusan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu untuk mengakomodasi penyesuaian yang bisa terjadi.

2.1.2.5 Risiko Outsourcing

Agar pembahasan outsourcing seimbang maka disamping dibicarakan mengenai potensi keuntungan-keuntungan yang diperoleh, ada baiknya dibicarakan juga mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan outsourcing.

Hal ini perlu disampaikan karena betapapun baiknya konsep outsourcing

dan betapa baiknya persiapan yang dilakukan suatu perusahaan untuk melakukan outsourcing, usaha itu tidak selamanya berhasil. Keberhasilan atau kegagalan outsourcing dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam perusahaan atau faktor-faktor dari luar perusahaan.

Menurut Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:105) risiko tersebut dapat dihubungkan dan dihadapkan dengan tujuan


(34)

34

Tabel 2.1 Risiko Outsourcing

Tujuan Outsourcing Risiko Outsourcing

Mempercepat keuntungan

reengineering.

Keuntungan tidak diperoleh secara cepat, tidak diperoleh dalam jumlah yang cukup signifikan.

Mendapatkan akses pada kemampuan kelas dunia.

Akses tidak diperoleh karena pemberi jasa tidak menunjukkan kinerja perusahaan kelas dunia.

Memperoleh suntikan kas. Suntikan kas ternyata seret atau tidak diperoleh sama sekali karena perusahaan pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan.

Membebaskan sumber daya untuk kepentingan lain.

Sumber daya mungkin harus di transfer ke atau diperlukan oleh perusahaan pemberi jasa, sehingga tetap kekurangan sumber daya. Membebaskan diri dari fungsi yang sulit

dikelola atau dikendalikan.

Perusahaan mungkin tidak dapat bebas seluruhnya dari kesulitan yang sebetulnya ingin dihindari.

Memperbaiki fokus perusahaan. Karena berbagai tujuan yang ingin dicapai, tidak sepenuhnya didapat, maka fokus core business mungkin tidak tercapai.

Memperoleh dana capital. Karena perusahaan pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan, maka mungkin tambahan dana tidak ada. Mengurangi biaya operasi. Biaya sesudah outsourcing mungkin

tidak berkurang, tetapi tetap atau bahkan bertambah.

Mengurangi resiko usaha. Karena berbagai tujuan yang ingin dicapai tidak sepenuhnya diperoleh, mungkin risiko usaha tetap saja besar. Memperoleh sumber daya yang tidak

dimiliki didalam perusahaan.

Karena perusahaan pemberi jasa juga tidak memiliki sumber daya yang diperlukan, maka tujuan ini tidak tercapai.


(35)

35

Sedangkan menurut Lianna (2010) dalam sebuah blog menngemukakan risiko outsourcing sebagai berikut :

“ a. Produktivitas justru menurun jika perusahaan outsourcing yang dipilih tidak kompeten.

b. Wrong man on the wrong place jika proses seleksi, training dan penempatan tidak dilakukan secara cermat oleh perusahaan outsourcing.

c. Terkena kewajiban ketenagakerjaan jika perjanjian kerjasama dengan perusahaan outsourcing tidak diatur dengan tegas dan jelas diawal kerja sama.

d. Regulasi yang belum kondusif akan membuat penentuan core dan non core juga belum jelas.

e. Pemilihan perusahaan jasa outsourcing yang salah bisa berakibat beralihnya status hubungan kerja dari perusahaan pemberi jasa pekerja ke perusahaan penerima jasa pekerja.”

Dari uraian risiko outsourcing diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam kualitas penyedia jasa outsourcing itu sangat penting untuk diperhatikan, karena akan mempengaruhi kualitas pegawai yang diberikan. Serta perusahaan harus sejelas mungkin dalam pembuatan kontrak kerja agar tidak mudah terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh penyedia jasa outsourcing.

2.1.3 Efisiensi Biaya Operasional

Pemanfaatan atas biaya operasional yang tidak sesuai dengan produk atau jasa yang dihasilkan, mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan biaya operasional perusahaan. Sehingga pihak manajemen berupaya menciptakan efisiensi atas biaya operasional dengan menerapkan alternatif dalam pengelolaannya.

Efisien atau tidaknya biaya diperoleh dari pengelolaan biaya dengan benar, bukan diperoleh dengan penekanan-penekanan biaya yang mempersempit ruang aktivitas perusahaan dalam mencapai hasil yang maksimal.


(36)

36

2.1.3.1 Pengertian Efisiensi

Efisiensi merupakan usaha yang harus dilakukan oleh setiap pihak yang melakukan kegiatan dalam hal pengeluaran biaya. Efisiensi ini berguna untuk pemanfaatan biaya yang dimiliki agar tercapainya suatu tujuan. Efisien dapat di ukur oleh pengeluaran yang kita lakukan terhadap masukan yang kita dapatkan.

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2002:126) menyatakan interpretasi efisiensi bahwa :

“…..interpretasi dari efisiensi adalah kemampuan menghasilkan output secara maksimum, relatif terhadap sejumlah resources tertentu atau kombinasi dari resources secara optimum untuk memenuhi permintaan tertentu…..”

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa efisiensi adalah ketepatan dalam mengerjakan kegiatan perusahaan dengan optimal untuk memenuhi tuntutan pasar.

Sedangkan Hongren,Datar, dan Foster (2005:279) yang dialih bahasakan oleh Desi Adharianimengemukakan efisiensi adalah sebagai berikut :

“ Efisiensi adalah jumlah relatif masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Makin sedikit masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu atau makin banyak keluaran untuk tingkat masukan tertentu, makin tinggi efisiensi.”

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa efisiensi mengacu pada jumlah keluaran yang dibandingkan dengan masukan untuk mencapai tujuan tertentu.


(37)

37

2.1.3.2 Pengertian Biaya Operasional

Biaya berkaitan dengan segala jenis usaha, baik manufaktur maupun pelayanan. Dalam perencanaan dan pengendalian, manajer memerlukan informasi mengenai keadaan organisasi. Dari sudut pandang akuntansi, kebutuhan akan informasi tersebut berkaitandengan biaya dari suatu organisasi.

Menurut Mulyadi (2009:8) definisi biaya adalah sebagai berikut :

“ Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan berupa uang yang harus dikeluarkan pihak yang ingin mencapai tujuannya. Biaya yang harus dikeluarkan bisa berupa anggaran atau realisasinya.

Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:4) mendefinisikan biaya sebagai berikut:

“Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh barang dan jasa, yang diharapkan akan memberikan keuntungan baik saat ini maupun yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.


(38)

38

Pengertian biaya operasional menurut Munandar (2001:25) adalah sebagai berikut:

“ Biaya operasi adalah biaya yang menjadi beban tanggungan perusahaan yang berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan.” Dari definisi yang diuraikan diatas penulis menyimpulkan biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.

Menurut Supriyono (2000:185) definisi biaya operasi adalah sebagai berikut :

” Biaya operasi merupakan suatu pengeluaran yang masa manfaatnya tidak lebih dari satu tahun atau pengeluaran yang dikaitkan secara langsung dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu atau dengan kata lain merupakan biaya yang dikeluarkan yang ada pada hakekatnya dianggap terpakai dalam masa satu tahun.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya operasi adalah biaya yang memiliki batas waktu manfaat yang harus dikeluarkan perusahaan dalam periode satu tahun.

2.1.3.3 Efisiensi Biaya Operasional

Dalam menentukan apakah suatu aktivitas atau kegiatan operasional perusahaan dapat dikatakan efisien apabila jika biaya standar yang ditetapkan perusahaan lebih besar dari biaya aktual sesungguhnya, begitu pula sebaliknya biaya standar yang ditetapkan lebih kecil dari biaya aktual sesungguhnya maka dikatakan tidak efisien.


(39)

39

Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2005:174) yang di alih bahasa oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala mengemukakan efisiensi sebagai berikut :

“Dalam Pusat tanggung jawab, efisiensi diukur dengan cara membandingkan biaya aktual dengan standar, dimana biaya-biaya tersebut harus dinyatakan dalam output yang diukur.”

Dari definisi diatas yang dimaksud biaya aktual adalah realisasi biaya dan yang dimaksud biaya standar adalah anggaran. Dengan demikian efisiensi dapat disimpulkan sebagai berikut :

Realisasi < Anggaran

s

(Sumber : Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2005:197))

2.1.3.3.1 Anggaran Biaya Operasional

Anggaran perusahaan diklasifikasikan menjadi dua yaitu anggaran operasional dan anggaran keuangan. Anggaran operasional menyangkut bisnis inti perusahaan, yaitu penyedia barang atau jasa, sedangkan anggaran keuangan lebih berorientasi pada anggaran pengeluaran modal, anggaran kas, anggaran neraca saldo, anggaran laporan arus kas.

Sistem anggaran yang baik dapat memaksa manajer untuk mengetahui kondisi usaha saat direncanakan, sehingga manajer dapat dengan segera mendeteksi ketidakefisienan.

Realisasi

Efisiensi = x 100% Anggaran


(40)

40

Pengertian anggaran dikemukakan oleh Munandar(2001:1) adalah sebagai berikut :

“ Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana pembiayaan kegiatan perusahaan yang di susun untuk satu tahun.

Sedangkan pengertian anggaran menurut M. Nafarin (2007:11) adalah sebagai berikut :

“Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan .”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana manajemen mengenai perolehan dan penggunaan sumber-sumber daya perusahaan yang dinyatakan secara formal dan terperinci dalam bentuk kuantitatif pada suatu periode tertentu.

Menurut Rolin C Niswonger, Carl, Warren, James dkk (2000:948) yang dialih bahasa oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan mengemukakan anggaran biaya operasi adalah sebagai berikut :

“ Anggaran biaya operasi terbentuk dari perkiraan biaya penjualan dan biaya administrasi. Anggaran ini biasanya menyajikan biaya berdasarkan sifat atau tipe pengeluaran seperti gaji, sewa, asuransi dan iklan.”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa anggaran biaya operasi dikelompokan berdasarkan jenisnya dan berasal dari pos biaya-biaya untuk kegiatan perusahaan.


(41)

41

2.1.3.3.2 Realisasi Biaya Operasional

Pada umumnya realisasi menggambarkan suatu keadaan atau suatu kejadian yang sesungguhnya terjadi dari suatu aktivitas perusahaan yang terlebih dahulu telah direncanakan sebelumnya. Realisasi biaya operasional pada dasarnya sama seperti uraian diatas, dimana realisasi biaya operasional menggambarkan keadaan atau kejadian yang sesungguhnya dari kegiatan operasional atau menggambarkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan perusahaan.

Selain itu realisasi biaya operasional juga berguna untuk menilai prestasi suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, dimana biaya operasional yang digunakan dapat terkendali atau tidak.

2.1.4 Hubungan Biaya Outsourcing Sumber Daya Manusia dengan Efisiensi Biaya Operasional

Tujuan strategis suatu outsourcing berarti bahwa outsourcing digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan dan keunggulan kompetitif perusahaan agar dapat mempertahankan hidup dan berkembang. Oleh karena itu pekerjaan harus diserahkan kepada pihak yang lebih profesional dan lebih berpengalaman dari pada perusahaan sendiri dalam melaksanakan jenis pekerjaan yang diserahkan, tidak hanya sekedar kepada pihak ketiga saja.

Penerapan outsourcing dapat menjadi dasar utama bagi pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud merupakan keputusan yang dapat mengupayakan keoptimalan aktivitas perusahaan untuk


(42)

42

memproduksi barang dan jasa berkualitas yang ditunjang dengan keefisienan pada biaya operasionalnya.

Menurut Richardus Eko Inrajit dan Ricardus Djokopranoto (2004:8) peranan outsourcing dalam menunjang efisiensi biaya operasional adalah:

“ Salah satu keuntungan yang sangat taktis dari ousourcing adalah memungkinkan untuk mengurangi dan mengendalikan biaya operasi.” Dari uraian diatas penulis mengemukakan bahwa outsourcing memiliki keuntungan yaitu dapat mengefisienkan biaya bila dibandingkan dengan melakukan kegiatan sendiri.

Disamping banyak alasan yang dikemukakan perusahaan untuk melakukan

outsourcing, namun cukup banyak pula alasan yang dikemukakan oleh sebagian perusahaan yang idak melakukan outsourcing. Salah satu alasan tersebut adalah alasan finansial. Menurut Richardus Eko Inrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:97) alasan mengapa tidak melakukan kegiatan outsourcing adalah :

“Meskipun banyak alasan finansial yang mendukung kebijakan outsourcing, tetapi ada juga beberapa alasan finansial yang menghalangi kebijakan ini, antara lain sebagai berikut.

1. Pemberi jasa tidak mampu melaksanakan kerja dengan biaya yang lebih efisien.

2. Ekonomis skala besar mungkin tidak dapat diperoleh.”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa selain ada kelebihan,

outsourcing juga mempunyai kelemahan yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk tidak melakukan outsourcing dalam masalah finansial.


(43)

43

Dari teori yang telah dijelaskan diatas hubungan antara outsourcing dan biaya operasional dinyatakan dengan peneliti sebelumnya yaitu Alberami tahun 2006 dengan judul penelitian Analisis Strategi Outsourcing pada Pengadaan Kendaraan Operasional menyatakan berdasarkan analisa pada dua kantor cabang utama Kramat dan Jatinegara kebijakan outsourcing belum melakukan penghematan biaya yang maksimal karena penunjukan koperasi Swadharma sebagai provider yang menetapkan harga sewa kendaraan diatas rata-rata harga pasar. Dengan melakukan tahapan kegiatan outsourcing yang baik terutama dalam tahapan analisa biaya dan pemilihan provider, maka masih terdapat potensi penghematan biaya yang cukup signifikan bila dihubungkan dengan jumlah kendaraan operasional yang dimiliki.

Selanjutnya penelitian yang diketuai oleh Arif Baharudin tahun 2005 dengan judul Outsourcing Back office Perusahaan Efek menyatakan bahwa manfaat atau dampak positif dari penerapan Outsourcing Back Office pada Perusahaan Efek adalah efisiensi waktu sehingga lebih fokus pada bisnis inti, memperkecil biaya operasional, dan mengurangi beban kerja perusahaan.

Dampak negatif yang mungkin timbul dari penerapan Outsourcing Back Office adalah kerahasiaan data perusahaan tidak terjaga dan kendali yang berada di luar jangkauan Perusahaan Efek. Dengan demikian, kerahasiaan data dan pengendalian oleh Perusahaan Efek merupakan dua hal yang menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam penerapan Outsourcing Back Office. Secara umum penerapan outsourcing back office Perusahaan Efek setelah mempertimbangan dampak negatif yang mungkin timbul dirasakan


(44)

44

menguntungkan perusahaan baik secara finansial maupun kualitas pelayanan kepada nasabah.

Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian penulis yaitu meneliti tentang bagaimana peranan penerapan outsourcing dalam suatu perusahaan. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini hanya mempunyai satu variabel tidak seperti penelitian penulis yang memiliki dua variabel. Untuk memudahkan pembaca dalam melihat perbedaan dan persamaan penelitian penulis dan penelitian sebelumnya, maka penulis menguraikan dalam bentuk tabel.

Tabel 2.2

Penelitian dan referensi yang berkaitan dengan Hubungan Outsourcing dengan Efisiensi Biaya Operasional

No Penulis dan tahun

Judul Kesimpulan/Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Alberami (2006) Analisis Strategi Outsourcing pada Pengadaan Kendaraan Operasional (PT.BNI) Persero Tbk. Berdasarkan analisa pada dua kantor cabang utama Kramat dan

Jatinegara kebijakan

outsourcing belum melakukan

penghematan biaya yang maksimal karena penunjukan koperasi Swadharma sebagai provider

yang menetapkan harga sewa kendaraan diatas rata-rata harga pasar. Dengan melakukan tahapan kegiatan

outsourcing yang baik terutama dalam tahapan analisa biaya dan pemilihan

provider, maka

1. Persamaan variabel Independen yang diteliti adalah outsourcing . 2. Metode yang dipakai adalah analisis kuantitatif. 1. Perbedaannya terletak pada variabel dependen yang di bahas alberami yaitu pengadaan kendaraan operasional. 2. Rumusan

masalah yang dibahas adalah keuntungan penerapan strategi outsourcing.


(45)

45 masih terdapat potensi penghematan biaya yang cukup signifikan bila dihubungkan dengan jumlah kendaraan operasional yang dimiliki.

2 Arif Baharudin (2005) Outsourcing Backoffice Perusahaan Efek Manfaat dari penerapan Outsourcing Back Office pada Perusahaan Efek adalah efisiensi waktu sehingga lebih fokus pada bisnis inti, memperkecil biaya operasional, dan mengurangi beban kerja perusahaan. Dampak negatif yang mungkin timbul dari penerapan Outsourcing Back Office adalah kerahasiaan data perusahaan tidak terjaga dan kendali yang berada di luar jangkauan

Perusahaan Efek. Dengan demikian, kerahasiaan data dan pengendalian oleh Perusahaan Efek merupakan dua hal yang menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam penerapan

Outsourcing Back Office. Secara umum penerapan

outsourcing back office Perusahaan Efek setelah mempertimbangan Meneliti tentang bagaimana peranan penerapan outsourcing dalan suatu perusahaan. Penelitian ini hanya mempunyai satu variabel.


(46)

46

dampak negatif yang mungkin timbul dirasakan menguntungkan perusahaan baik secara finansial maupun kualitas pelayanan kepada nasabah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang harus dicapai. Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan melakukan suatu aktivitas yang dinamakan kegiatan operasi. Untuk menjalankan kegiatan operasi, perusahaan memerlukan biaya operasi dan tenaga kerja yang profesional. Tenaga kerja profesional bisa didapat dengan menggunakan pegawai tetap atau pegawai

outsourcing.

Menurut J. Widiatmoko dalam jurnal Bisnis dan Ekonomi (2001) secara sederhana outsourcing dapat diartikan sebagai :

“ Praktik yang di tempuh oleh suatu perusahaan untuk menyerahkan sebagian aktivitasnya untuk dikerjakan perusahaan lain sehingga organisasi perusahaan saling berketerkaitan satu sama lain dan dapat meminimalkan penggunaan biaya operasional perusahaan.”

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa outsourcing adalah pemindahan wewenang aktivitas perusahaan kepada pihak lain agar biaya yang dikeluarkan lebih rendah.


(47)

47

Menurut Pan Mohamad Faiz dalam jurnal hukum (2007)outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai :

“ Pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.”

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa outsourcing merupakan suatu tindakan yang memindahkan sebagian dari suatu aktivitas pekerjaan tanggung jawab pekerjaan internal perusahaan kepada perusahaan lain dalam penyediaan barang atau jasa dengan suatu ikatan permanen yang biasanya disebut kontrak kerja.

Ada tujuh tahapan pokok serta benchmarking yang harus dilakukan dalam mengukur kegiatan outsourcing salah satunya adalah analisis biaya. Dalam penelitian ini penulis hanya mengukur outsourcing dengan analisis biaya karena keterbatasan waktu dan data benchmarking perusahaan yang tidak bisa penulis dapatkan karena bersifat rahasia. Analisis biaya dilakukan dengan membandingkan biaya outsourcing yang dikeluarkan oleh perusahaan dari tahun 2005-2009.

Untuk mengatasi masalah pegawai dan efisiensi biaya manajer perusahaan harus teliti dalam memutuskan apakah memakai jasa pegawai tetap atau pegawai

outsourcing. Sebelum mengambil keputusan pihak manajeman diharuskan untuk melakukan analisis biaya sebagai bahan pertimbangan apakah perusahaan akan melakukan outsourcing atau tidak.


(48)

48

Dengan menggunakan pegawai tetap perusahaan harus mengeluarkan biaya gaji tetap setiap bulan beserta fasilitas yang harus diberikan kepada pegawai, sedangkan bila menggunakan pegawai outsourcing , perusahaan hanya membayar gaji sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam kontrak selebihnya menjadi tanggung jawab perusahaan pemberi jasa outsourcing.

Bila berbicara masalah biaya, maka tidak lepas dari masalah efisiensi yang merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai suatu prestasi. Efisiensi dapat diukur oleh perbandingan antara besaran output/realisasi terhadap

input/anggaran.

s

(Sumber : Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2005:197))

Pemanfaatan atas biaya operasional yang tidak sesuai dengan produk atau jasa yang dihasilkan, mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan biaya operasional perusahaan, sehingga pihak manajemen berupaya dalam menciptakan efisiensi atas biaya operasional dengan menerapkan berbagai alternatif dalam pengelolaannya.

Menurut Freddy Rangkuti (2003:56) definisi efisiensi adalah sebagai berikut:

“Efisiensi merupakan upaya mengerjakan semua pekerjaan secara optimal (doing the job right) dan sebaik-baiknya dengan total biaya paling rendah.”

Realisasi

Efisiensi = x 100% Anggaran


(49)

49

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa efisiensi adalah pemanfaatan biaya yang optimal demi tercapainya tujuan perusahaan dengan tidak melakukan pemborosan.

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya membutuhkan suatu biaya, dan biaya dalam proses ini yang di maksud adalah biaya operasional. Semakin meningkat aktivitas perusahaan maka akan semakin tinggi pula biaya operasional yang dibutuhkan.

Pengertian biaya operasional menurut M. Nafarin (2007:230) adalah sebagai berikut:

Operating Expense adalah beban kegiatan pokok perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok penjualan.”

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam mempbiayai kegiatan non produksi.

Mengingat pentingnya masa depan perusahaan, maka setiap perusahaan harus mampu melakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan mengurangi biaya-biaya yang tidak efisien dalam kegiatannya. Untuk itu dibutuhkan alat bantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian yang baik atas biaya tersebut. Salah satu alat bantu yang bisa digunakan adalah anggaran.

Anggaran merupakan suatu bentuk penyataan tertulis yang dinyatakan dalam satuan uang dan mempunyai jangka waktu tertentu. Anggaran membentuk manajemen di dalam perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan perusahaan. Anggaran menjadi pedoman bagi setiap aktivitas, memberi balasan


(50)

50

tanggung jawab atas kegiatan perusahaan, dan menilai efisiensi penggunaan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Anggaran biaya operasi merupakan batas pengeluaran biaya operasi yang dapat dilakukan oleh pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Anggaran ini dapat membantu perusahaan untuk membantu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Namun harus disadari pulan, bahwa anggaran hanya suatu alat yang digunakan untuk membantu manajer, bukan menggantikan tugasnya. Oleh sebab itu selain penyusunan yang baik, perusahaan juga dituntut untuk merealisasikan anggaran dengan sungguh-sungguh dan baik pula.

Realisasi biaya operasional berguna untuk menilai prestasi suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, dimana biaya operasional yang digunakan dapat terkendali atau tidak.

Menurut Chandra Suwondo (2004:51) peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional adalah :

“Biaya yang dibebankan akan menjadi lebih murah karena kapasitas yang dikerjakan oleh perusahaan penyedia jasa outsourcing memungkinkan terciptanya efisiensi.”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan melakukan

outsourcing perusahaan akan menghemat biaya bila dibandingkan dengan melakukan kegiatan sendiri.


(51)

51

Penerapan atas strategi outsourcing belum bisa menjadi dasar utama bagi pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud merupakan keputusan yang dapat mengupayakan keoptimalan aktivitas perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa berkualitas yang di tunjang dengan keefisienan pada biaya operasionalnya.

Hal ini didukung oleh pernyataan tentang outsourcing yang dikemukakan oleh Iftida Yasar (2008:22) yaitu :

“Bisa juga terjadi biaya operasional yang dikeluarkan sama atau tidak signifikan jumlah penghematannya. Hal ini sangat mungkin, mengingat komponen untuk standar kompensasi pekerja adalah didasarkan pada standar pasar.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa outsourcing tidak selalu dapat mengurangi beban biaya operasional. Karena ada peraturan pemerintah yang menetapkan standar gaji untuk pegawai outsourcing yang tidak boleh dilanggar oleh perusahaan pengguna jasa outsourcing.

Penghematan bukan hanya dari segi finansial saja melainkan juga waktu dan energi yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini yang dibagi adalah risiko terhadap karyawan kepada pihak ketiga dengan demikian bukan biaya operasional yang berkurang.


(52)

52

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pemikiran

Pegawai Tetap : Perusahaan harus

mengeluarkan biaya gaji dan fasilitas yang harus di terima pegawai.

Pegawai

Outsourcing:

Perusahan hanya membayar gaji pegawai sesuai kontrak dengan penyedia jasa

outsourcing.

Analisis Biaya Membutuhkan Biaya

Operasional Untuk Mencapai Tujuan Perusahaan

Teori Penghubung :

1. Menurut Chandra Suwondo (2004:51) yaitu ; Biaya yang dibebankan akan lebih murah karena kapasitas yang dikerjakan oleh perusahaan penyedia jasa

outsourcing memungkinkan terciptanya efisiensi.

2. Menurut Richardus Eko Inrajit dan Richardus Djokopranoto (2004:97) alasan mengapa tidak melakukan kegiatan outsourcing adalah : Meskipun banyak alasan finansial yang mendukung kebijakan outsourcing, tetapi ada juga beberapa alasanfinansial yang menghalangi kebijakan ini, antara lain sebagai berikut.

1. Pemberi jasa tidak mampu melaksanakan kerja dengan biaya yang lebih efisien.

2. Ekonomis skala besar mungkin tidak dapat diperoleh.”

Kegiatan Operasi

Membutuhkan Tenaga Kerja


(1)

12 Berarti jika Biaya Outsourcing meningkat sebesar satu rupiah maka Efisiensi Biaya Operasional PT INTI (Persero) Bandung akan turun sebesar 0,00000000544.

2. Analisis Korelasi (Pearson), dengan menggunakan rumus :

Koefisien korelasi yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi

Correlations

Biaya Outsourcing

Efisiensi Biaya Operasional Biaya Outsourcing Pearson Correlation 1 -.335

Sig. (2-tailed) .582

N 5 5

Efisiensi Biaya Operasional

Pearson Correlation -.335 1 Sig. (2-tailed) .582

N 5 5

a. Mengartikan besaran hubungan

Diperoleh tingkat hubungan antara biaya outsourcing terhadap efisiensi biaya operasional PT INTI (Persero) Bandung (Ryx) sebesar -0,335. Nilai korelasi yang

diperoleh masuk kategori hubungan rendah (tidak kuat). Tanda negatif yang diperoleh menunjukan bahwa semakin besar biaya outsourcing akan terjadi penurunan pada perbandingan realisasi dan anggaran biaya operasional PT INTI (Persero) Bandung tetapi hubungan antara biaya outsourcing dengan efisiensi biaya operasional tidak kuat.

b. Mengartikan arah hubungan

Angka korelasi (r) sebesar -0,335 menunjukan angka yang negatif, menunjukkan arah yang berbeda dalam hubungan antar variabel. Artinya: jika biaya outsourcing sumber daya manusia mengalami peningkatan, maka efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung akan mengalami penurunan begitu pula sebaliknya.

= ∑ ∑ ∑


(2)

13 3. Koefisien Determinasi, dengan menggunakan rumus :

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0 for Windows hasilnya adalah :

Tabel 4.3

Koefisien Determinasi Variabel X terhadap Y

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .335a .112 -.184 54.06332 a. Predictors: (Constant), Biaya Outsourcing

b. Dependent Variable: Efisiensi Biaya Operasional

Berdasarkan perhitungan manual dan menggunakan program SPSS versi 15.0 for windows dapat diperoleh koefisien determinasi, yaitu 11,2%. Dengan demikian, peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya opersional pada PT. INTI (Persero) Bandung adalah sebesar 11,2% Sedang sisanya yaitu 88,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak di teliti oleh penulis seperti biaya bahan baku, biaya material proyek, dan biaya operasi tidak langsung yang didalamnya terdapat banyak komponen biaya.

Dari ketiga faktor lain tersebut diatas, faktor yang paling dominan mempengaruhi efisiensi biaya operasional adalah biaya bahan baku. Karena keterbatasan kemampuan penulis dan keterbatasan waktu, maka penulis tidak meneliti faktor-faktor tersebut dan peranannya dalam menunjang efisiensi biaya opersional.

4. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus

maka diperoleh t hitung sebesar -0.616 dan t tabel sebesar 3.182 dengan α = 0,05,

berarti t hitung > t tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan bahwa

peranan biaya outsourcing sumber daya manusia tidak berperan dalam menunjang efisiensi biaya opersional. Berdasarkan perhitungan di atas, maka digambarkan daerah penerimaan atau penolakan sebagai berikut :

= %


(3)

-3,182 -0,6

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap dengan biaya outsourcing sumber daya INTI (Persero) Bandung dapat diambil kesi 1. Dari data yang diperoleh terlihat pa biaya outsourcing sumber daya ma sumber daya manusia selama tiga t merasakan manfaat dari outsourci menggunakan pegawai outsourcing mengerjakan proyek tanpa menguran dan 2009 biaya outsourcing sumber disebabkan adanya penurunan pener biaya outsourcing sumber daya manu diterima perusahaan. Jumlah dan menentukan jumlah pegawai yang dib sehingga besarnya biaya ditentuka pegawai outsourcing.

2. Dari data yang diperoleh terlihat bi efisien, namun secara garis besar ti INTI (Persero) Bandung dari tahun 2 tahun yang diambil tiga tahun diant Jumlah anggaran biaya operasional se untuk realisasinya hanya satu tahun

14

0,616 3,182

ap data penelitian yang diperoleh berkaitan a manusia dan efisiensi biaya operasional PT esimpulan sebagai berikut :

pada tahun 2005, 2006, 2007 terjadi kenaikan manusia. Adanya kenaikan biaya outsourcing a tahun berturut-turut karena perusahaan telah rcing sumber daya manusia bahwa dengan ing, perusahaan dapat lebih murah dalam rangi kualitas pegawai. Tetapi pada tahun 2008 er daya manusia mengalami penurunan. Hal ini nerimaan proyek. Secara umum naik turunnya anusia diakibatkan oleh banyaknya proyek yang besarnya proyek yang diterima perusahaan dibutuhkan dalam mengerjakan proyek tersebut, kan berapa banyak perusahaan mengontrak

biaya operasional tahun 2005 dan 2007 tidak tingkat efisisiensi biaya operasional pada PT. 2005-2009 cukup baik karena dari sampel lima ntaranya efisien yaitu tahun 2006, 2008, 2009. setiap tahun mengalami peningkatan sedangkan n yang mengalami penurunan tetapi setelah itu


(4)

15 realisasi terus mengalami kenaikan. Dengan adanya kenaikan anggaran dan realisasi biaya operasional setiap tahun berarti dari tahun ke tahun perusahaan mengalami perkembangan, karena dengan bertambahnya jumlah biaya operasional berarti tingkat penjualan perusahaan selalu meningkat.

3. Hasil analisis peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional menunjukkan adanya hubungan yang tidak kuat dan bersifat negatif antara biaya outsourcing sumber daya manusia dan efisiensi biaya operasional yang berarti memiliki hubungan yang tidak searah. Besarnya konstribusi peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional sebesar 11,2 % yang berarti bahwa efisiensi biaya operasional yang terjadi pada PT. INTI (Persero) Bandung tidak dipengaruhi oleh biaya outsourcing sumber daya manusia. Sedangkan sisanya, yaitu 88,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab lainnya. Dalam hal ini informasi ketersediaan biaya outsourcing sumber daya manusia (11,2%). Faktor-faktor lain (88,8%) yaitu biaya bahan baku, biaya material proyek, dan biaya operasi tidak langsung yang didalamnya terdapat banyak komponen biaya. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa biaya outsourcing sumber daya manusia tidak memiliki peranan yang meyakinkan (signifikan) dalam menunjang efisiensi biaya operasional pada PT. INTI (Persero) Bandung. Hasil ini tidak meyakinkan penulis akan peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional, berarti teori yang dikemukakan oleh Richardus Eko Inrajit dan Richardus Djokopranoto bahwa meskipun banyak alasan finansial yang mendukung kebijakan outsourcing, tetapi ada juga beberapa alasan finansial yang menghalangi kebijakan ini, antara lain pemberi jasa tidak mampu melaksanakan kerja dengan biaya yang lebih efisien dan ekonomis skala besar mungkin tidak dapat diperoleh. Serta teori yang dikemukakan oleh Iftida Yasar bahwa bisa juga terjadi biaya operasional yang dikeluarkan sama atau tidak signifikan jumlah penghematannya. Hal ini sangat mungkin, mengingat komponen untuk standar kompensasi pekerja adalah didasarkan pada standar pasar adalah benar.


(5)

16 Berdasarkan penelitian dan kesimpulan diatas, peneliti mencoba memberikan saran kepada PT. INTI (Persero) Bandung sebagai bahan pertimbangan mengenai peranan biaya outsourcing sumber daya manusia dalam menunjang efisiensi biaya operasional yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya lebih cermat dalam memutuskan berapa jumlah pegawai outsourcing yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek. Selain itu dalam membuat kontrak, perusahaan sebaiknya lebih teliti bernegosiasi dengan penyedia jasa outsourcing agar bisa mendapatkan nilai kontrak yang rendah tetapi dengan kualitas pegawai yang tetap memenuhi standar perusahaan tetapi tetap tidak menyalahi Undang-undang. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan lebih optimal.

2. Perusahaan sebaiknya dapat lebih mengoptimalkan posisi yang ada di setiap divisi bila posisi tersebut dapat diisi dengan pegawai outsourcing karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan pegawai tetap yang standar gajinya lebih tinggi.

3. Bagi peneliti lain penulis menyarankan untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efisiensi biaya operasional selain biaya outsourcing sumber daya manusia, seperti biaya bahan baku dan biaya material proyek.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rozaki Hafid. 2007. Jurnal : Peranan Anggaran Biaya Operasi Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Biaya Operasi pada PT. Kereta Api (Persero). Universitas Widyatama : Bandung.

Alberami. 2006. Jurnal : Analisis Strategi Outsourcing pada Pengadaan Kendaraan Operasional PT. BNI (Persero) Tbk. Universitas Indonesia : Jakarta.

Arif Baharudin. 2005. Jurnal Laporan Hasil Studi : Outsourcing Backoffice Perusahaan Efek. Jakarta.

Chandra Suwondo. (2004). Outsourcing Implementasi di Indonesia. PT. Elex Media Komputindo.Jakarta.


(6)

17 Charles T. Hongren, Srikant M. Datar, George Foster. 2005. Akuntansi Biaya :

Penekanan Manajerial. Alih Bahasa, Desi Adhariani. PT. INDEKS : Jakarta.

Iftida Yasar. 2008. Sukses Implementasi Outsourcing. PPM, Anggota IKAPI: Jakarta. Komang Priambada dan Agus Eka Maharta. 2008. Outsourcing Versus Serikat Pekerja.

Alihdaya Media Network : Jakarta.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN : Yogyakarta. Munandar. 2001. Perencanaan Kerja.Pengkoordinasian Kerja. Dan Pengawasan Kerja.

BPFE. Yogyakarta.

Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto. 2004. Proses Bisnis Outsourcing.Grasindo : Jakarta.

Robert n Anthony dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Alih Bahasa. F.X. Kurniawan Tjakrawala.Salemba Empat : Jakarta.

Supriyono. 2000. Sistem Pengendalian manajemen. BPFE : Yogyakarta.

J. Widiatmoko. 2001. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Outsourcing : Strategi Meningkatkan Efisiensi. STIE Stikubank : Semarang.

Yudi Indra Agustinus. 2006. Jurnal : Peranan Outsourcing Dalam Mengatasi Permasalahan Suplai Tenaga Kerja Financial Advisor Unit Bancassurance PT. BNI (Persero) Tbk. Universitas Indonesia : Jakarta.