f.
Matahari,
menurut mitologi Mesir, matahari merupakan perlambang Dewa Ra yang mendapat julukan sebagai anak
surga. Matahari merupakan simbol kekuatan prima dan kekuasaan tertinggi.
g.
Pisau dan Pedang,
secara maknawi pisau dan pedang memiliki simbol yang mirip namun berbeda. Pisau sering diasosiasikan
sebagai alat kelamin
phallus
, penggambaran rasa dendam seorang laki-laki pengecut, juga menggambarkan kekuatan fisik.
Pedang menggambarkan tingkat spiritualitas dan kesatriaan seseorang. Pedang juga diasosiasikan sebagai
phallus.
h.
Singa,
menurut kepercayaan masyarakat Romawi, raja hutan atau singa disimbolkan sebagai Dewa Matahari yang bernama
Mithras. Simbolisasi Mithras ini hanya dibatasi oleh laki-laki, khususnya para prajurit yang mempunyai kekuatan, kekuasaan,
dan ciri-ciri maskulin lainnya.
C. Kebermaknaan Hidup Siswa SMA Yang Merias Tubuh dengan Tato
Tiga hal penting yang perlu diketahui pada sub bab ini yaitu persoalan kebermaknaan hidup, remaja, dan tato. Seperti sudah dijelaskan di depan
bahwa kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan rasa keberhargaan atau kebernilaian individual yang khas tentang seberapa besar dirinya dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki serta seberapa jauh individu tersebut merealisasikan tujuan hidupnya. Tato adalah hiasan tubuh yang
mempunyai cita rasa, seni, dan dianggap sebagai sesuatu yang modis, trend,
dan
fashionable.
Selanjutnya adalah remaja yakni manusia atau individu yang berusaha untuk selalu menemukan kebernilaian atau kebermaknaan dalam
hidupnya melalui ide, rasa, dan kreativitas yang dimiliki individu tersebut. Pada kehidupan siswa SMA, gejala ketertarikan pada tato sangat
tinggi. Ketertarikan ini didasari oleh berbagai alasan, mulai dari sekedar ikut- ikutan, petualangan, bakat, fashion hingga sebagai ekspresi sebuah seni. Pada
kalangan siswa SMA, bertato bukanlah sebuah perkara yang mudah, mengingat bahwa tuntutan mereka sebagai pelajar yang sedang menempuh
pendidikan Selain itu, persyaratan untuk sebuah lapangan pekerjaan yang menuntut untuk bebas dari hal-hal negatif termasuk tato. Anggapan dan
stigma negatif terhadap tato masih sangat luas di kalangan masyarakat luas. Pandangan dan harapan masyarakat luas menjadi tantangan tersendiri bagi
siswa SMA yang sudah memutuskan dirinya untuk bertato. Siswa SMA dengan ide, rasa, dan kreativitas yang dimilikinya
mencoba untuk membentuk atau menemukan nilai atau makna dari sesuatu yang merupakan hasil dari perwujudan ide, rasa, dan kreativitasnya yaitu tato.
Untuk menemukan nilai atau makna tato, Frankl Koeswara, 1987 mengatakan bahwa kebermaknaan hidup dibangun dalam kerangka filsafat
eksistensialisme. Ada tiga proses terbentuknya kebermaknaan hidup menurut filsafat eksistensialisme, yakni; konsep kebebasan berkeinginan, konsep
keinginan akan makna, dan konsep makna hidup. Ketiga konsep ini juga akan sangat bergantung pada nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai sikap dari
siswa SMA bertato.
Siswa SMA merupakan remaja tengah dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai pada masa remaja. Menurut Hurlock
1991:11, siswa SMA remaja memiliki tugas perkembangan sebagai berikut; mampu menerima keadaan fisiknya, mampu menerima dan
memahami peran seks usia dewasa, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok, mencapai kemandirian emosional, dan mencapai
kemandirian ekonomi. Selain itu, siswa SMA remaja diharapkan mampu mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi diri, mengembangkan
konsep dengan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua, dan mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, serta memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga.
Melalui tato sebagai sebuah hiasan tubuh yang mempunyai cita rasa, seni dan dianggap sesuatu yang modis, trendi dan
fashionable
, remaja mencoba untuk menemukan nilai atau makna dalam kehidupannya. Jika siswa
SMA bertato berhasil atau mampu menemukan nilai atau makna dari tato yang ada pada tubuhnya danatau siswa SMA berhasil menemukan
kebermaknaan hidupnya, Frankl Schultz, 1991 mengatakan akan memiliki ciri-ciri seperti bebas memilih langkah tindakannya, bertanggungjawab secara
pribadi terhadap perilaku hidup dan sikapnya terhadap nasib, tidak ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Selain itu, siswa SMA yang telah menemukan
arti dalam kehidupannya yang sesuai dengan dirinya, secara sadar mampu mengontrol diri, dan mampu mengungkapkan nilai-nilai pengalaman, nilai
kreasi dan nilai hidup, telah mengatasi perhatian terhadap diri sendiri. Siswa SMA yang telah menemukan makna dalam hidupnya memiliki orientasi pada
masa depan, mengarahkan diri pada tujuan dan tugas yang akan datang, memiliki alasan untuk meneruskan hidup, memiliki komitmen terhadap
pekerjaan serta mampu memberi dan menerima cinta. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup
siswa SMA bertato adalah kemampuan siswa SMA untuk berkarya secara maksimal, dapat diterima lingkungan tanpa keterpaksaan tetapi menerima
dengan cinta dan dapat mengambil sikap yang tepat terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya.
28
BAB III METODE PENELITIAN