D. Pembahasan
Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti selama melakukan observasi, wawancara dan hasil analisis peneliti tentang data-data tersebut
dapat dikatakan bahwa diperoleh hasil : 1.
Faktor-faktor Penyebab Siswa SMA bertato a.
Tidak adanya pendidikan atau penjelasan dari orang tua dan guru di sekolah
Tidak adanya pendidikan, bimbingan, dan pengarahan dari orang tua dan guru sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak
khususnya bagi subjek mengenai tato, memaksa subjek berusaha sendiri untuk mencari tahu arti dan makna tato di lingkungan tempat tinggal
serta tempat bermain subjek bersama teman-temannya. Subjek mendapatkan arti dan makna tato dari apa yang dilihatnya, dari teman-
teman di lingkungan tempat tinggal maupun dalam komunitas yang diikuti dan dari mereka yang lebih dulu memiliki tato di tubuhnya.
Keinginan subjek untuk memiliki tato baru terwujud ketika subjek kelas 1 SMA, setelah mendapatkan penguatan dari teman-teman dan orang-
orang yang lebih dulu memiliki tato. Menurut Erikson Wati, 2007 masa remaja adalah masa atau
periode suatu proses pencarian identitas diri. Pada masa remaja ini orang atau individu selalu memiliki keinginan untuk bereksplorasi, sehingga
dalam proses tersebut dibutuhkan perhatian dan pengawasan yang besar dari orang tua dan guru di sekolah sehingga anak mampu menemukan jati
dirinya yang baik. Namun, dalam kasus ini kurang perhatian dan pengawasan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah mengenai tato
membuat longgarnya kontrol yang berfungsi untuk mengarahkan subjek pada penemuan jati diri yang baik.
b.
Adventure
petualangan Ada banyak orang yang memakai tato hanya karena ingin
merasakan “sensasinya”. Inilah yang disebut dengan
adventure
atau petualangan http:indomedia.comsripo2002111911gay2.htm oleh
Ros,2002. perilaku subjek yang selalu ingin “merasakan sensasi” dari
tato mendorong subjek untuk merelakan bagian tubuhnya ditato. Keinginan subjek untuk “merasakan sensasi” dari tato tampak dalam
ungkapannya “aku pengen coba ngrasain sakitnya ditato itu gimana”. Hal ini didukung juga dengan pernyataan subjek pada saat
pertama kali memiliki tato, bahwa subjek merasa bangga dengan tato yang dimilikinya dan tidak menyesal telah merelakan tubuhnya untuk
ditato. Kebanggaan subjek juga karena subjek diterima di lingkunngan dan teman-temannya.
c.
Fashion
gaya Menurut Simmel Sutrisno, 1999 mengatakan bahwa ada
hubungan yang erat antara waktu senggang,
fashion
dan identitas. Untuk mendapatkan
fashion
atau gaya,
image-image
yang mempesona, Simmel menangkap ketegangan antara pembedaan dan peniruan yang merupakan
kebutuhan untuk masuk dalam satu
group social
tertentu sekaligus mengekspresikan individualitas seseorang.
Dengan demikian tato dapat dianggap sebagai aksesoris
fashion
yang penuh dengan daya pikat. Tato adalah sebuah
fashion
sekaligus sesuatu yang
fashionable
artinya menjadikan seseorang melebih-lebihkan dirinya dan dengan demikian membuat dirinya semakin terlihat
menonjol. Ketertarikan subjek untuk memiliki tato karena ingin terlihat lebih menarik, keren, dan ingin terlihat lebih gaya sesuai dengan sesuatu
yang sedang
ngetrend
. 2.
Motivasi Siswa SMA Merias Tubuhnya dengan Tato Berdasarkan data yang diperoleh dan dilihat dari tugas
perkembangan, kedua
subjek telah
mencapai beberapa
tugas perkembangan yang menjadi motivasi subjek A dan L menjadi penikmat
tato. Tugas perkembangan yang telah dicapai oleh kedua subjek; pertama, subjek mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
masyarakat dan kelompol bermain. Kedua, subjek mampu menerima keadaan fisiknya yang penuh dengan tato. Ketiga, subjek memiliki
kemandirian emosional atau bertanggungjawab atas tindakan yang diambilnya. Keempat, subjek telah mencapai pemenuhan diri dan
pengembangan potensi dirinya mengenai setiap gambar tato yang menempel di tubuhnya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi subjek A dan L memiliki dan menjadi penikmat tato karena adanya niat dalam
diri subjek serta mendapat dukungan dari teman-teman dan lingkungan sekitar subjek. Meski awal ketertarikan subjek hanya karena lingkungan
dan ikut teman-teman agar terlihat bagus dan gagah, tetapi subjek memiliki keyakinan yang kuat untuk mentatokan tubuhnya.
3. Kebermaknaan Hidup Siswa SMA Bertato
Dapat diketahui bahwa kedua subjek yang memakai tato ini memiliki kebermaknaan hidup yaitu kualitas penghayatan rasa
keberhargaan atau kebernilaian individu manusia yang khas tentang seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi-potensinya,
seberapa jauh individu tersebut merealisasikan tujuan hidupnya setelah memiliki tato, dengan sikap subjek sebagai berikut:
a. Subjek memiliki rasa percaya diri yang tinggi setelah merias
tubuhnya dengan tato. b.
Kebebasan dalam memilih langkah hidup atau tindakannya sendiri, serta adanya dukungan dari teman-teman dan orang di sekitar
subjek. c.
Subjek merasakan adanya penerimaan dari teman-teman bermain dan sekolahnya serta orang-orang di lingkungan tempat tinggal
subjek. d.
Subjek memiliki kekuatan untuk menepis pengaruh dan pandangan orang-orang yang memandang negatif orang bertato.
e. Subjek mampu memberi dan menerima makna dirinya terkait motif
dan sketsa tato yang melekat di tubuhnya. Tato yang dimiliki subjek belum pernah menjadi penghalang dalam bergaul dan penghambat
dalam keseharian subjek.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN