Tinjauan Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

(1)

(2)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata I Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Disusun :

MEGA PERMATASARI 21108102

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

(5)

i Bismillahirrohmannirrohiim,

Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dengan baik.

Penulisan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang berjudul “Tinjauan Tata Cara Sistem Pencatatan Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat”, ini disusun sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.

Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.

Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,Msc, Selaku Rektor Universitas Indonesia. 2. Prof. Hj. Dr. Umi Narimawati, SE., M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(6)

ii

3. Sri Dewi Angadini, SE,.M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Surtikanti, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.

5. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, Selaku Dosen Spesialisasi Akuntansi Sektor Publik.

6. Wati Aris Astuti, SE. M.Si Selaku Dosen Wali kelas Ak3.

7. Ir. H. Ferry Sofwan Arif, M.Si, Selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

8. Dra. Ida Rohayah, MM, yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberi informasi dan bimbingan.

9. Drs. Dedi Mulyana selaku Kepala Bag. Keuangan yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberi informasi dan bimbingan.

10. Endi, SH, selaku Koordinator PKL yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberi informasi dan bimbingan.

11. Wiwin Winangsih, S.Sos, selaku Bendahara Keuangan yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberi informasi dan bimbingan.

12. Ibu Tjahjatin, selaku staf subbag keuangan yang telah membantu, meluangkan waktu dan memberi informasi dan bimbingan.

13. Seluruh Staf dan Karyawan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.


(7)

iii

14. Orang tua tercinta yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik secara moril maupun secara materil.

15. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada penulis untuk keberhasilan penulis.

16. Ir. Rd. M. Kiki Dwi Putra, M.Si yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

17. Mr. Gilyoung Park yang telah memberikan dukungan dan materi kepada penulis.

18. Sahabat-sahabatku Apri, Ardian, Hana, Metta, Nurul, Rosalina, Sary, Sulis, Tika dan Yandry, terimakasih atas bantuan, tumpangan, dukungan, serta memberikan semangat dalam penulisan laporan ini, serta teman-teman Akuntansi Angkatan 2008 khususnya kelas AK-3, terima kasih atas kebersamaannya.

19. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan KKP ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Bandung, Januari 2012 Penulis

Mega Permatasari NIM 21108102


(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 4

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 5

1.4 Metode Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Kerja Praktek ... 5

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... 9

2.2 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... 11


(9)

Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... 14

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan ... 18

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek... 24

3.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi ... 24

3.1.2 Komponen Laporan Keuangan ... 27

3.1.3 Tujuan Sistem Akuntansi ... 36

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek ... 36

3.2.1 Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat ... 37

3.2.2 Pembukuan Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... . 55

3.3 Pembahasan Kerja Praktek ... 65

3.3.1 Analisis Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... 62

3.3.2 Analisis Pembukuan Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat ... 63


(10)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 65 4.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya paket undang-undang bidang keuangan negara, yaitu UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Tanjung, Abdul, Hafiz : 2008).

Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 tahun 2005).

Di samping Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Permendagri No. 59 tahun 2007). Dengan berdasarkan perubahan aturan tersebut maka pengelolaan keuangan daerah pun berubah. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang


(12)

menggunakan sistem akuntansi yang berlaku. Sistem pencatatan akuntansi berbasis modifikasi akrual merupakan sistem akuntansi yang diterapkan pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) pada saat ini. Sistem ini menerapkan pencatatan berbasis akrual pada pendapatan dan beban serta basis kas pada harta, utang dan modal (Permendagri No. 59 tahun 2007).

Penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada dasarnya untuk menunjukan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk melakukan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (Abdullah, Syukriy : 2008).

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa Kepala Daerah merupakan pengelola keuangan daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam mengelola keuangan daerah dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Biro/Bagian Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah daerah kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta kepada Kepala Satuan Kerja/Dinas selaku pengguna anggaran. Biro/Bagian Keuangan sebagai pembantu Kepala Daerah dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah manajer keuangan atau Chief Financial Officer

(CFO) Pemerintah Daerah, sementara setiap Kepala Satuan Kerja/Dinas pada hakekatnya adalah manajer operasional atau Chief Operational Officer (COO) Pemerintah Daerah (Yahya, Idhar : 2006).

Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006


(13)

Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rancangan Sistem Pencatatan Akuntansi-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RPJMN dan menetapkan Sistem Pencatatan Akuntansi-KL setelah disesuaikan dengan RPJMN (Bappenas : 2009).

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu SKPD dan pengguna anggaran harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman keuangan daerah dan PP No. 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan (Permendagri No. 13 tahun 2006, PP No. 24 Tahun 2005). Fenomena yang terjadi dalam sistem pencatatan akuntansi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, diantaranya :

- Keterlambatan pelaporan keuangan dari BPO - SDM kurang memahami tentang akuntansi

- Penatausahaan menggunakan software aplikasi, SDM masih belum paham akan aplikasi tersebut dikarenakan kurangnya pembinaan

- Pengerjaan pencatatan dan pelaporan masih manual - Aplikasi software penatausahaan masih belum optimal

(Mulyana, Dedi : 2011)

Akibat yang ditimbulkan dari fenomena yang telah terjadi adalah :

- Terjadinya perbedaan informasi laporan keuangan bulanan, sehingga perlu adanya rekonsiliasi


(14)

- Keterlambatan memberikan SPJ dari setiap kegiatan ke bagian kasubbag keuangan

(Mulyana, Dedi : 2011)

Dari uraian di atas, maka dalam membuat laporan kerja praktek ini penulis tertarik untuk mengangkat judul : “Tinjauan Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.”

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud yang ingin dicapai dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui Pembukuan Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.


(15)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Adapun kegunaan dari hasil kerja praktek ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap Sistem Pencatatan Akuntansi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan agar Sistem Pencatatan Akuntansi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat dapat lebih baik.

3. Bagi Pihak Lain

Memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan referensi atau masukan tambahan bagi yang membutuhkan dan sebagai saran untuk penelitian yang berhubungan dengan penulisan ini.

1.4 Metode Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Kerja Praktek

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan laporan ini adalah metode Block

Release, yaitu metode pelaksanaan kuliah kerja praktek dalam satu periode

tertentu. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

1. Studi Lapangan

Penulis mengumpulkan data dengan mengadakan peninjauan langsung untuk memperolehh informasi tentang perumusan yang dibahas pada Dinas


(16)

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, yaitu dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi (Pengamatan Langsung)

Pengumpulan data dengan pengamatan sebagaimana Moh. Nazir menyebutkan bahwa :

“Cara pengambilan data dengan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”.

(2003:175)

Observasi dilakukan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Jawa Barat. b) Wawancara

Menurut Irawan Soehartono, pengumpulan data dengan cara wawancara adalah :

“Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam

(tape recorder)”.

(2004:67) Wawancara dilakukan dengan pegawai negeri sipil di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.


(17)

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca literature dan buku-buku yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

Menurut Moh. Nazir, studi kepustakaan adalah :

“Mengadakan studi literature yang telah ada, mencari sumber data sekunder

yang akan mendukung penelitian untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang

berhubungan dengan penelitian yang berkembang”.

(2003:93)

1.5 Lokasi dan Jadwal KKP

Kuliah Kerja Praktek dilakukan oleh penulis pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Asia Afrika No. 146 Bandung Telp (022) 4230897 – 4230898 Fax 4200331 – 4230929.

Pelaksana Kuliah Kerja Praktek ini berlangsung mulai 18 Juli sampai 26 Agustus 2011.


(18)

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Dalam Penulisan Lap. KKP

NO. KEGIATAN

2011

JUN JUL AGUSTUS OKTO DES

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Mengajukan Permohonan KKP

2. Mencari Tempat KKP

3. Pelaksanaan KKP

4. Mengajukan Judul

5. Mencari Data Lap.KKP

6. Pengolahan Data

7. Membuat Lap. KKP

8. Bimbingan Lap. KKP

a. Judul

b. BAB I

c. BAB II

d. BAB III


(19)

9

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Pada jaman Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1905 sampai tahun 1933, didirikan Departemen Vanlanbouw Nuverheid and Handle di Bogor, Departemen tersebut mengurus dan mengelola mengenai bidang pertanian dan perniagaan. Pada jaman itu belum ada bidang industri, yang ada hanya bidang kerajinan, dan belum ada pemecahan diantara bidang pertanian dan perdagangan, sehingga pada waktu itu ketiga bidang tersebut dimasukkan dalam satu Departemen.

Pada tahun 1934 sampai tahun 1942, terjadilah perubahan dimana Departemen

Vanlanbouw Nuverheid and Handle berubah menjadi Departemen Economiche

Zaken yang berpusat di Jakarta. Ketika kemerdekaan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkan di Jakarta, maka pada waktu itu Negara kita mulai berdaulat. Pada tanggal 5 September 1945, Ir. Soekarno telah menyusun kabinetnya, dimana kemakmuran dibawah pengawasan dan pengolahan Menteri Ir. R. P. Soeharman. Disini tampak bahwa bidang pertanian, kerajinan, dan perniagaan masih belum dipecahkan dan masih ada dalam satu lingkungan kementrian.


(20)

Departemen ini mula-mula berpusat di Jakarta, yaitu Pemerintah RI dan NICA, sebelumnya Presiden dan Wakilnya pada tanggal 4 Januari 1948 pindah ke Yogyakarta maka Departemen ini dipindahkan ke tempat tersebut. Baru pada Kabinet Syahrir III di dalam kementrian pertanian, perniagaan dan industrinya adalah Ir. Dermawan dan diwakili oleh Sir Suharjo. Tetapi Syahrir IV, ketika Kementrian Kemakmuran pada tanggal 20 Oktober 1940, dimana Dr. A. K. Gani masih tetap menjadi menterinya sedangkan menteri muda II adalah Cokro Nogoro.

Setelah ada Clesh III lawan angkatan Belkita dimana persetujuan antara RI-Hindia Belkita akan dimulai lagi pada tanggal 6 Mei 1948 telah dibentuk menterinya, diantaranya Menteri Persediaan Makanan adalah Ir. Kasino, pada waktu itu kementerian perdagangan dan industri belum dibentuk kembali. Setelah tanggal 1 Agustus 1945, antara Pemerintahan Delegasi Hindia Belkita dan Pemerintahan Indonesia didalan perumusuhannya telah diadakan perubahan kabinet yang berhubungan dengan Penetapan Presiden Nomor 6 tanggal 4 Agustus 1945, Ketua di dalam Kabinet Drs. Hatta dan telah dibentuk Kementerian Distribusi dimana yang menjadi menterinya adalah Ir. Kasino.

Setelah adanya keputusan dari dua belah pihak untuk membangun RIS maka pada tanggal 19 Desember 1948 telah dibentuk Zaken Kabinet di bawah pimpinan Drs. Hatta juga yang diantaranya dibentuk adalah Kementerian Kemakmuran di bawah Menteri Ir. Soeritno Djojohadikusumo. Pada tanggal 17 Oktober 1957 dalam kabinet Ir. Jukita telah dibentuk Menteri Perindustrian dan Rakyat adalah Dr. Soeharto.


(21)

Pada tanggal 17 Oktober dalam Kabinet Presifentil telah dibentuk Departemen Pembangunan di bawah Menteri Chaerul Saleh, diantaranya :

1. Kementerian Perindustrian Desa dan Pembangunan di bawah Menteri Chaerul Saleh.

2. Kementerian Perindstrian di bawah Dr. Azis Saleh.

Ringkasnya adalah Departemen ini pada tahun 1942, pada jaman Federal bernama ECONOMICHE ZAKEN kemudian pada tahun 1950 berubah menjadi Jawatan Perindustrian, yang ada pada akhirnya tahun 1950 sebutan Jawatan Dinas Perindustrian untuk Daerha Otonom khususnya, untuk Instansi Vertikal di daerah Jawatan menjadi Kanwil Departemen Perindustrian.

Menurut Peraturan Daerah Provinsi DT I Jawa Barat Nomor 5 Tahun 1979 namanya menjadi Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Barat, kemudian perkembangan selanjutnya menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, namanya masih Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Barat, dan kemudian dengan adanya UU No. 22bTahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Barat dan Kanwil Departemen Perindustrian di gabung dengan Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Barat dan Kanwil Departemen Perdagangan menjadi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

2.2 Struktur Organisasi dan Pembagian Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Dalam suatu organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta sudah tentu terdapat suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakasanakan oleh para anggota


(22)

organiasasi yang bersangkutan. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari suatu instansi, maka seorang pimpinan atau kepala harus mampu membagi kegiatan atau pekerjaan menjadi beberapa bidang pekerjaan yang sifatnya lebih khusus. Struktur organisasi merupakan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, disamping struktur organisasi dapat menggambarkan tentang informasi dari tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pegawai serta merupakan layanan informasi data kepada orang-orang yang di luar organisasi supaya mengetahui dan memahami keadaan struktur organisasi.

Untuk melaksanakan tugas pokok seksi, maka struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai berikut :

1) Kepala Dinas

2) Sekertaris, membawahkan :

- Subbag Perencanaan dan Program - Subbag Keuangan

- Subbag Kepegawai dan Umum

3) Bidang ILMATTEL (Indstri Logam, Mesin, Tekstil dan Produk Tekstil, alat Transportasi, Telematika, dan Elektronika), membawahkan :

- Seksi Industri Logam dan Mesin

- Seksi Industri alat Transportasi, Telematika dan Elektronika - Seksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil

4) Bidang IAKK (Industri Aneka Kerajianan dan Kimia), membawahkan : - Seksi Aneka Industri


(23)

- Seksi Industri Kimia

5) Bidang Industri Agro, bidang ini sebagai salah satu bidang baru pada struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, membawahkan :

- Seksi Industri Makanan

- Seksi Industri Minuman dan Tembakau - Seksi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

6) Sub Dinas Perdagangan Dalam Negeri, membawahkan : - Seksi Bina Pasar

- Seksi Bina Usaha dan Sarana Perdagangan - Seksi Perlindungan Konsumen dan Pengawasan 7) Sub Dinas Perdagangan Luar Negeri, membawahkan :

- Seksi Ekspor Hasil Industri dan Pertambangan - Seksi Impor

- Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan

8) Bidang Promosi dan Kerjasama Industri dan Perdagangan, membawahkan: - Seksi Promosi Ekspor

- Seksi Kerjasama Dagang - Seksi Kerjasama Industri

Bagan struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran – Lampiran.


(24)

2.3 Deskripsi Jabatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Adapun deskripsi jabatan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat :

1) Kepala Dinas mempunyai tugas pokok :

 Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang perindustrian dan perdagangan;

 Pengelolaan dan fasilitasi dibidang perindustrian dan perdagangan;

 Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai bidang perindustrian dan perdagangan;

 Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang perindustrian dan perdagangan;

 Pelaksanaan urusan tata usaha. 2) Sekertaris mempunyai tugas pokok :

 Menghimpun, mengkoordinasikan, perencanaan dan pelaksanaan program ketatausahaan dan urusan rumah tangga Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

 Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan organisasi tata laksana Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

 Mengkoordinir pengelolaan administrasi kepegawaian, administrasi persuratan, kearsipan, inventarisasi dan rumah tangga dinas;

 Menyiapkan data, informasi, hubungan masyarakat dan penyelenggaraan penyusunan dokumentasi dan perpustakaan;


(25)

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya.

3) Bidang IMATEL mempunyai tugas pokok :

 Menyusun rencana kerja kegiatan pembinaan dan pengembangan,manajemen usaha industri serta analisis iklim usaha, peningkatan kerjasama dibidang dunia usaha aneka industri, melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang Perindustrian;

 Menyusun bimbingan teknis rencana kerja kegiatan pembinaan, pengembangan bidang usaha industri dan sarana industri, pemantauan, penanggulangan, pencegahan pencemaran lingkungan.

4) Bidang IAKK mempunyai tugas pokok :

 Penyiapan pemberian bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan, evaluasi sarana, usaha dan produksi serta aspek perijinan, manajemen, permodalan dan pemasaran dibidang industri kecil;

 Penyiapan pemberian bimbingan teknis, peningkatan mutu hasil penerapan standart dan pengawasan mutu;

 Penyiapan bimbingan teknis serta pemantauan, penanggulangan. 5) Bidang Industri Agro mempunyai tugas pokok :

 Menyusun rencana kerja kegiatan pembinaan dan pengembangan, bidang usaha agro industri serta analisis perencanaan, pemanfaatan bahan baku agro industri;


(26)

 Penyiapan pemberian bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan sarana, usaha dan produksi serta aspek manajemen permodalan, pemasaran dibidang industri kecil;

 Penyiapan pelatihan dan bimbingan teknis, peningkatan mutu hasil penerapan standart dan pengawasan mutu;

 Penyiapan bimbingan teknis serta pemantaun, penanggulangan dan pencegahan pencemaran lingkungan dampak industri.

6) Sub Dinas Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas pokok :

 Penyiapan bimbingan teknis pengembangan usaha, sarana perdagangan, persaingan usaha, pengadaan dan penyaluran serta pemantauan, dan monitoripng bahan kebutuhan pokok masyarakat dan barang – barang strategis lainnya;

 Pembinaan kepada pedagang non formal / pedagang golongan ekonomi lemah, pedagang kecil dalam rangka bimbingan manajemen, pemasaran , pengelolaan usaha, fasilitas bantuan modal dan sarana usaha;

 Penyiapan pembinaan dan pengembangan kerja sama pedagang kecil, menengah, besar dalam rangka kemitraan;

 Penyiapan pembinaan perdagangan dalam rangka promosi produksi dalam negeri;

 Penyiapan pembinaan perlindungan konsumen terhadap barang-barang yang beredar dipasaran meliputi barang dalam keadaan terbungkus (BDKT), Alat ukuran, takaran, timbangan danperlengkapan (UTTP);


(27)

 Penyusunan bahan pembinaan dan penyiapan persyaratan perijinan, pendaftaran perusahaan dibidang perdagangan;

 Penyusunan pedoman teknis dan pelaksanaan pembinaan dan pemungutan retribusi kios diluar pasar dan retribusi pemakaian kekayaan daerah oleh PKL.

7) Sub Dinas Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas pokok :

 Membuat rencana kegiatan Sub Dinas Perdagangan Luar Negeri berdasarkan kebijakan dibidang perindustrian dan perdagangan;

 Mengkoordinasikan para Kepala Seksi agar terjalin kerja sama yang baik dan saling mendukung;

 Memberi petunjuk kepada kepala seksi dan bawahannya agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;

 Menilai hasil kerja Kepala Seksi dan bawahan dengan jalan memonitor dan mengevaluasi hasil kerja untuk pembinaan karier;

 Memberi bimbingan teknis pembinaan ekspor, melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan impor, penyebaran informasi perdagangan internasional,

promosi dagang di luar negeri dan penyiapan perizinan dibidang ekspor;

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan;

 Melaporkan hasil pelaksanaan tugas / kegiatan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

8) Bidang Promosi dan Kerjasama Industri dan Perdagangan mempunyai tugas pokok :

 Tugas melaksanakan bimbingan teknis, pengawasan dan pengendalian, pengembangan unit usaha serta merencanakan bahan kajian perijinan guna


(28)

mendorong pertumbuhan dunia usaha, dengan memperkenalkan hasil – hasil produk dalam skala daerah maupun nasioanal serta melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas;

 Pengolahan dan perumusan bahan, pelaksanaan bimbingan teknis, pengawasan investasi perdagangan;

 Pelaksanaan kajian Investasi bidang perdagangan dan perindustrian dalam rangka strategi pembangunan kota;

 Penyelenggaraan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan perkembangan investasi bidang perdagangan dan perindustrian;

 Pengumpulan, pengolahan dan perumusan bahan, perumusan bimbingan teknis pengawasan dan pengendalian promosi dan informasi;

 Persiapan, pelaksanaan kegiatan promosi di dalam maupun di luar negeri.

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

Aspek kegiatan perusahaan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provisi Jawa Barat yang pada laporan ini mengkhususkan pembahasan pada bagian akuntansi dan pelaporan merupakan salah satu bagian dari Subbag Keuangan yang melakukan aktivitas pengangaran, pencatatan dan pelaporan kegiatan dalam Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Adapun berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:


(29)

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan Daerah;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan Daerah;

d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan; e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi; f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan;

g. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

h. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan;

i. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota;

j. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan;

k. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan;

m.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; n. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan

Pelaporan;


(30)

Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan : 1. Subbagian Akuntansi dan Pelaporan

Subbagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Subbagian Akuntansi dan Pelaporan;

b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan;

Kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan Keuangan.

c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan;

d. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala;

Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu bagian dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan secara berkala baik per semester maupun per tahun.

e. Menyusun bahan koordinasi dan konsolidasi atas laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;


(31)

Dalam hal ini staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel.

f. Menyusun bahan nota pengantar pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; g. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan;

h. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Akuntansi dan Pelaporan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.


(32)

1. Subbagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset

Subbagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Subbagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset; b. Menyusun bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi asset; c. Menyusun dan perumusan akuntansi asset;

d. Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi akuntansi asset;

e. Menyusun dan merumuskan penyajian informasi keuangan daerah;

f. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan;

h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 2. Subbagian Evaluasi dan Pembinaan

Subbagian Evaluasi dan Pembinaan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Subbagian Evaluasi dan Pembinaan;

b. Menyusun bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan keuangan Daerah OPD dan Kabupaten/Kota;

c. Menelaah bahan Rancangan Peraturan Daerah tentang laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota;


(33)

e. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Evaluasi dan Pembinaan;

g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;


(34)

24 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek yang dilaksanakan selama satu bulan yaitu penulis ditempatkan di bagian Keuangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Dalam pelaksanaan tersebut bidang kajian yang diambil penulis adalah Sistem Pencatatan Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, karena sistem pencatatan akuntansi dirasakan sangat penting dan berperan dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari yang dapat membantu perusahaan dalam hal pengawasan terhadap kegiatan perusahaannya yang berkaitan dengan pencatatan, penggolongan dan pengklasifikasian transaksi kas yang terjadi, sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik dan efisien.

3.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi

Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintahan daerah yang dijadikan sebagai informasi dalm rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak – pihak ekternal (Halim, Abdul, 2000 : 42).

Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan RI

(2001:1) “Sistem akuntansi keuangan secara sederhana adalah suatu sistem


(35)

pengikhtisaran, pelaporan data yang berkaitan dengan keuangan dari suatu entitas sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan”.

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (UU No. 32 tahun 2004).

Semua pendapatan dan pengeluaran dicatat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ). Menurut Nunuy Nur Afifah (2009 : 8) adapun jenis – jenis pencatatannya akuntansi, yaitu :

1) Akuntansi Berbasis Anggaran ( Budgetary Based Accounting )

Akuntansi anggaran adalah akuntansi yang mencatat, mengklasifikasi, dan mengiktisarkan transaksi berdasarkan anggaran pendapatan ataupun belanja.

Istilah “akuntansi anggaran” mengacu pada praktik yang dijalankan oleh

beberapa pemerintah negara bagian di Amerika Serikat pada tahun 1950–an. Sistem akuntansi ini memasukkan jumlah yang dianggarkan dan jumlah aktual dalam catatan ganda. Jumlah pemasukan yang dianggarkan dimasukkan dalam pos kredit, kemudian sebagai pengeluaran debit dimasukkan sebagai penyeimbang dari kredit tadi. Keseimbangan rekening memperlihatkan jumlah anggaran yang masih belum dibelanjakan.

Kendala utama perhitungan sistem akuntansi anggaran adalah kompleksitas penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan. Untuk menyederhanakan kerumitan ini, maka dilakukan pembandingan yang


(36)

sistematik dan berkelanjutan antar – angka aktual dan angka anggaran, tanpa melalui proses penjurnalan anggaran, melainkan cukup mengandalkan data anggaran yang telah direkam dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).

2) Akuntansi Berbasis Kas ( Cash Based Accounting )

Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo kas, dengan cara membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Akuntansi berbasis kas ini meliputi saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Keterbatasannya adalah keterbatasan informasi yang dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas aktiva dan kewajiban.

3) Akuntansi Berbasis Akrual ( Accrual Based Accounting )

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Fokusnya pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas.

Sistem akuntansi ini merupakan sistem yang paling modest.

4) Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual (Cash Toward Accrual Based Accounting )

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan


(37)

pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

3.1.2 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok yang disusun pemerintah daerah sesuai dengan PP No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terdiri dari (PP No 24 Tahun 2005 dalam Tanjung, Abdul Hafiz. 2010) :

(a) Laporan Realisasi Anggaran (b) Neraca

(c) Laporan Arus Kas

(d) Catatan atas Laporan Keuangan.

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.


(38)

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan- ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Pada SKPD yang dapat berupa Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) pencatatan transaksi-transaksi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu (Abdul Hafiz Tanjung: 2009):

a) Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja yaitu mencatat transaksi-transaksi keuangan dalam melaksanakan program dan kegiatan pada bagian atau biro yang ada pada BPKD.

b) Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai pemerintah daerah untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan seperti pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah, belanja bunga, belanja subsidi,


(39)

belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga, serta penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. Namun pada SKPKD tidak perlu dibuat laporan keuangan khusus sebagai satuan kerja dan sebagai pemerintah daerah. Secara teknik akuntansi, laporan keuangan untuk SKPKD ini dapat disatukan menjadi laporan keuangan SKPKD sebagai kantor pusat (home office).

Prinsip-prinsip dasar yang selama ini diterapkan pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangannya dalam bentuk neraca, laporan arus kas dan laporan perhitungan/realisasi anggaran, dengan mengacu kepada pedoman SAKD Tim Pokja SK Menkeu 355/2001, Kepmendagri 29/2002 dan praktek – praktek akuntansi yang berlaku di dunia internasional seperti GFS (Government Finance Statistics) antara lain (Universitas Sumatra Selatan. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai wujud reformasi

manajemen keuangan daerah. Diakses pada 17 Desember, 2011 dari Word Wide

Web www.ksap.org/Riset&Artikel/Art5.pdf):

Asas Kas (Cash Basis)

Pendapatan daerah diakui pada saat penerimaan kas daerah diterima oleh kas daerah dalam tahun anggaran tertentu, sebaliknya belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas daerah. Prinsip ini sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku saat ini, baik UU Perbendahraan Indonesia maupun PP 105 tahun 2000. Undang-undang tahun 17/2003, tentang Keuangan Negara pasal 36 ayat (1) juga mengisyaratkan bahwa selama pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum


(40)

dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengkuran berbasis kas. Masatransisi penggunaan akrual ini selambat-lambatnya 5 tahun sejak UU inidiberlakukan, artinya pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja baru dilakukan pada tahun buku 2008.

Asas Bruto

Artinya tidak ada kompensasi antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Misalnya Dinas Pendapatan Daerah memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan. Contoh di lapangan, piutang pajak penerangan jalan umum (PPJU) yang harus disetor oleh PLN tidak boleh dikompensasi dengan tunggakan listrik Pemda kepada PLN.

Pencatatan atas transaksi ini dilakukan sebagai berikut : a) Pada akhir tahun, timbulnya utang piutang dicatat (pos neraca): Debet Kredit

Piutang Pajak Penerangan Jalan Umum xxx - Ekuitas Dana Lancar - xxx Ekuitas Dana Lancar xxx -

Utang/Tunggakan Listrik - xxx

b) Pada saat pembayaran kas, pencatatan dilakukan sebagai berikut : Debet Kredit


(41)

Pendapatan PPJU - xxx Belanja listrik xxx -

Kas di Kas Daerah - xxx

Diikuti dengan jurnal korolarinya, yaitu mengurangi piutang pajak (mengkredit) dengan mendebet Ekutitas Dana Lancar. Sebaliknya, utang listrik dikurangi (didebet) dengan mengkredit Ekuitas Dana Lancar.

Asas Universalitas, artinya semua pengeluaran harus tercermin dalam

anggaran. Hal ini berarti pula bahwa anggaran belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat membebani APBD. Asas ini juga berlaku di negara lain.

Nilai Historis. Penilaian aset tetap daerah dilakukan dengan menggunakan

nilai historis atau nilai perolehan dan penyajian di neraca tanpa memperhitungkan penyusutannya (depresiasi aset tetap). Penilaian asset daerah di neraca awal daerah dilakukan melalui kegiatan inventarisasi secara fisik atas seluruh aset yang ada, dan dilakukan konversi pengelompokkan aset daerah berdasarkan klasifikasi aset sesuai pedoman SAKD yang ada.

Kendala yang dihadapi di dalam penilaian aset daerah pada saat penyusunan neraca awal daerah adalah:

a) Dokumen historis atas aset-aset yang berasal dari APBN (sebelum otonomi daerah) yang diserahkan kepada daerah, seperti bangunan irigasi, jalan raya, tanah, dan juga bangunan gedung kantor yang sulit ditemukan.

b) Aset-aset yang secara fisik ada tetapi tidak tercatat di dalam daftar aset daerah, atau bahkan ada aset yang dikuasai oleh pihak ketiga tetapi dokumen legalnya


(42)

dikuasai oleh pihak Pemda atau sebaliknya ada aset yang dikuasai oleh Pemda tetapi dokumen legalnya belum lengkap.

c) Bangunan bersejarah peninggalan nenek moyang/zaman Belanda (herritage assets) seperti mesjid, museum, tugu-tugu, banyak daerah menginginkan untuk dimasukan di dalam neraca sebagai aset daerah karena memiliki nilai yang tinggi.

d) Sumber-sumber daya alam (natural resources) yang dimiliki oleh daerah untuk dimasukkan sebagai aset daerah karena bila tidak dimasukkan tidak mencerminkan kekayaan riil yang dimiliki oleh daerah.

e) Kebijakan akuntansi yang diterapkan daerah atas kendala-kendala yang dihadapi dalam penilaian aset tetap pada saat penyusunan neraca awal :

 Untuk aset berupa tanah/bangunan yang sulit diperoleh nilai historisnya menggunakan nilai yang dapat diestimasikan, dilakukan oleh tim penilai yang dibentuk oleh pemerintah daerah (melibatkan dinas-dinas teknis yang kompeten) :

o Untuk tanah menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang

dikeluarkan oleh Dirjen Pajak sesuai tahun perolehannya.

o Untuk bangunan dilakukan penilaian sesuai kondisi pisik bangunan berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Dinas Teknis terkait.

o Penilaian dengan menggunakan independent appraisal memakan biaya

yang tinggi dan memberatkan daerah sementara manfaat ekonomisnya tidak pasti. Dan yang terpenting bagi daerah adalah akuntabilitas


(43)

kepada publik, artinya apa yang dimiliki oleh daerah telah dipertanggungjawabkan sesuai historisnya.

 Depresiasi atas aset tetap (bangunan dan kendaraan) tidak dilakukan karena alasan, antara lain :

o Pemerintah daerah bukan proftt organization, sehingga “concept

matching cost against revenues” (penandingan beban dan

pendapatan) dengan mengakui depreasiasi sebagai beban tidak relevan.

o Depresiasi atas aset tetap dilakukan sekaligus yaitu melalui

penghapusan berdasarkan hasil inventarisasi oleh tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah.

 Untuk aset bersejarah dan sumber daya alam, dengan alasan adanya unsur ketidakpastian (uncertainties) mengenai nilai ekonomisnya dan biaya ekspertis yang mahal untuk menilai kandungan sumber daya alam, maka dalam laporan keuangan daerah hanya dimasukkan sebagai catatan atas laporan keuangan atau disclosures, tidak dicantumkan dalam neraca.

 Neraca daerah menggunakan classified balance sheet, yaitu neraca dikelompokkan menjadi aset lancar dan tidak lancar, kewajiban lancar dan tidak lancar serta ekuitas dana sebagai kelompok penyeimbang.

 Struktur APBD terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari belanja operasi dan belanja modal serta belanja lainnya (PP 105/2000 menggunakan istilah belanja tak tersangka). Klasifikasi ini sudah sejalan dengan praktek – praktek internasional.


(44)

Berdasarkan penjelasan diatas maka sistem akuntansi yang digunakan dalam akuntansi keuangan daerah adalah sistem desentralisasi. Pada sistem desentralisasi digunakan akun resiprokal baik pada SKPD maupun pada SKPKD. Pada akuntansi keuangan komersial akun resiprokal yang dimaksud adalah RK Kantor Pusat yang ada pada kantor cabang, berpasangan dengan RK Kantor Cabang yang ada pada kantor pusat. Sama halnya dengan akuntansi keuangan komersial, pada akuntansi pemerintahan akun resiprokal juga ada pada SKPD dan SKPKD yaitu : RK PPKD yang ada pada SKPD berpasangan dengan RK SKPD yang ada pada SKPKD (Tanjung, Abdul Hafiz. 2009).

Bagan 1

SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD (UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)

(Penganggaran Sektor Publik. Diakses pada 17 Desember, 2011 dari Word Wide

Webhttp://widi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13014/anggaran+sektor+publik ppt)


(45)

Bagan 2

Buku Jurnal Penerimaan Kas Buku Jurnal

Pengeluaran Kas Buku Jurnal

Umum

DOKUMEN LAPORAN

Jenis2 transaksi keuangan Pemda

Dokumen Sumber : - SP2D

- SPJ

- Bukti Memorial

Buku Jurnal l Buku Besar Laporan Keuangan APBD Realisasi APBD Kertas Kerja

Bukti Penerimaan Kas

Bukti Pengeluaran Kas

Bukti Memorial

Kumpulan Rekening (Ringkasan

dan Rincian)

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Perubahan SAL

Laporan Operasional

Laporan Perubahan Ekuitas

Neraca

Laporan Arus Kas

Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)

Pencatatan & Penggolongan

Peringkasan Pelaporan

Buku Pembantu

C

CAATTAATTAANN

Ditetapkan Dewan PROSES AKUNTANSI POKOK

Kebijakan Akuntansi

(Afiah, Nunuy Nur. Penerapan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan : Simulasi Akuntansi Akrual di Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD). Diakses pada 17 Desember, 2011 dari Word Wide

Webhttp://www.google.co.id/search?q=PENERAPAN+%0BPP+NOMOR+71+T AHUN+2010+TENTANG+%0BSTANDAR+AKUNTANSI+PEMERINTAHAN %3A+%0B%0BSIMULASI+AKUNTANSI+AKRUAL+DI%0BSATUAN+KER


(46)

3.1.3 Tujuan Sistem Akuntansi

Adapun yang menjadi tujuan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah antara lain (Universitas Sumatra Selatan. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai wujud reformasi

manajemen keuangan daerah. Diakses pada 17 Desember, 2011 dari Word Wide

Web www.ksap.org/Riset&Artikel/Art5.pdf):

- Menjaga aset melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten.

- Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan tujuan akuntabilitas. - Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan

(neraca)

- Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan secara efektif.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Teknik pelaksanaan kuliah kerja praktek pada bagian keuangan memiliki fungsi untuk menyusun laporan keuangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Selama penulis melakukan kuliah kerja praktek, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(47)

1. Mendengarkan pengarahan dari Dra. Ida Rohayah, MM mengenai tata cara pelaksanaan kuliah kerja praktek, gambaran umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

2. Wawancara dengan pembimbing dan Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat mengenai sistem pencatatan akuntansi. 3. Mengambil data pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

Barat mengenai sistem pencatatan akuntansi. 4. Membuat outlinedata yang dibutuhkan. 5. Menghitung realisasi APBD.

6. Rekapitulasi Buku Panjar dan TPP. 7. Merekapitulasi Gaji PNS dan SP2D.

8. Membuat rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran pajak kegiatan. 9. Membuat register penutupan kas.

10.Menghitung jurnal khusus pendapatan dan BPLK. 11.Menghitung Buku Kas Umum (BKU) pada SPJ I. 12.Mengisi dan rekapitulasi Register SPP dan SPM.

3.2.1 Tata Cara Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

A. SOP Pengajuan SPP/SPM/SP2D : UP/GU/TU/LS

Dimulai dengan menyiapkan Pengantar dan bahan pendukung Rekomendasi Tambah Uang (TU) yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran pada Bidang keuangan kemudian diverifikasi dan di setujui


(48)

dengan pentandatangan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Setelah itu dokumen Rekomendasi TU ditandatangani oleh Kepala Subbag Keuangan, kemudian oleh bagian anggran dibuat salinan Surat Penyedian Dana Uang Persediaan (SPD UP) sebanyak 3 rangkap yang diberikan kepada Subbag Kepegawaian dan Umum untuk diarsipkan, Kepala Dinas dan Kepala Subbag Keuangan. Kemudian menyiapkan dokumen – dokumen yang berkaitan dengan Pengajuan UP, TU, GU dan LS yang telah disetujui dan ditandatangani oleh BPP dan KPA. Dokumen persyaratanya terdiri dari :

 Salinan Faktur/Kwitansi dan Rincian Barang dan Jasa yang diketahui dan ditandatangani oleh Bendahara Penyimpanan Barang

 Risalah Narasi Pengadaan Barang dan Jasa

 SPPJ (Surat Penunjukan Penyedian Barang dan Jasa)

 Salinan pelaksanaan dari Bank Umum (5% dari kontrak) berlaku setelah 14 hari setelah serah terima pekerjaan

Setelah itu dibuat SPP UP, GU, TU dan LS yang setujui dan ditandatangani oleh KPA sesuai dengan jenis pengajuan. Kemudian Kepala Dinas sebagai Pengguna Anggaran menerima dokumen Pengajuan UP, GU, TU, LS yang sudah diverifikasi. Kemudian dokumen tersebut juga diberikan kepada Kepala Subbag Keuangan kemudian disetujui dan ditandatangani, setelah dokumen diverifikasi Bendahara Pengeluaran membuat SPP dan SPM


(49)

sebanyak 3 rangkap yang diberikan kepada Kepala Subbag Keuangan, Kepala Dinas dan Biro Keuangan (Anggaran) untuk disetujui dan ditandatangan. Setelah diverifikasi kemudian dibuatkan SP2D setelah itu disetujui dan ditandatangani. Setelah diverifikasi kemudian diterbukanlah SP2D.

B. SOP Pengajuan SPJ Belanja dan Laporan Kinerja Program Kegiatan SKPD dan OPD (Form A dan Form B)

Dimulai dari proses input data oleh Bendaraha Pengeluaran Pembantu secara manual maupun menggunakan aplikasi berdasarkan bukti – bukti pengeluaran uang kegiatan yang tercantum dalam SPJ Belanja yang telah disahkan sebelumnya sebanyak 3 rangkap. Kemudian Bendaraha Pengeluaran Pembantu juga menginput data secara manual berdasarkan bukti – bukti pengeluaran keuangan kegiatan (Form A dan Form B). Setelah itu SPJ Belanja diberikan pada Pejabat Penatausaha Keuangan, KPA dan Bendahara Pengeluaran untuk disetujui dan ditandatagani. Untuk diberikan kepada KPA diberikan Form A dan Form B yang harus ditandatangani, Form A ditandatangani KPA atas sepengetahuan Pejabat Penatausaha Keuangan dan Form B hanya ditandatangani oleh KPA. Setelah dokumen tersebut diverifikasi kemudian dibuat dalam pembukuan akuntansi oleh Fungsional Umum Pembukuan/Akuntansi pada Subbag Keuangan dan dokumen itu juga diberikan pada Subbag Perencanaan dan Program rangkap 3.


(50)

Setelah itu dana APBN yang sudah ada dan di berikan kepada Bendaraha Pengeluaran kemudian dilaporkan kepada Pejabat Penata Usaha Keuangan dan KPA. Setelah itu dibuatkan Laporan Realisasi Anggaran sebanyak 3 rangkap yang diberikan kepada Pejabat Penatausaha Keuangan, KPA dan diarsipkan oleh Bendahara Pengeluaran. Dokumen ini dibuat sebagai hasil dari Laporan Kinerja Program Kegiatan OPD dan SKPD atas anggaran yang sudah diberikan dengan realisasi dilapangan.

Tata cara Peanatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Peneriamaan SKPD dan Bendahara Penerimaan Pembantu serta Penyampaiannya:

1. Penatausahaan Penerimaan Pendapatan

Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/sKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan. Bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS). Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat


(51)

Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Pembukuaan Penerimaan Pendapatan

Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaanmenggunakan dokumen-dokumen tertentu sebagai dasar pencatatan antara lain:

 Surat Tanda Bukti Pembayaran

 Nota Kredit

 Bukti Penerimaan Yang Sah, dan

 Surat Tanda Setoran

Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan didokumentasikan dalam Register STS. Prosedur pembukuan dapat dikembangkan dalam 3 (tiga) prosedur, antara lain:

 Pembukuan atas pendapatan yang dibayar tunai.

 Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui rekening bendahara penerimaan.

 Pembukuan atas pendapatan yang dibayar melalui Kas Umum Daerah.

3. Pembukuan atas Pendapatan Secara Tunai

Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila


(52)

pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Selanjutnya pencatatan dilakukan pada saat bendahara penerimaan menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut:

 Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

 Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening.

 Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.

 Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

 Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran. Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah


(53)

bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan Secara Tunai

Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran adalah sebagai berikut:

 Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.

 Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

 Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan Secara Tunai

Adapun tata cara pencatatan penerimaan secara tunai : - Pencatatan Penerimaan Tunai

o Bendahara penerimaan menyiapkan Surat Tanda Bukti

Pembaaayaran/Bukti Lain Yang Sah

o Berdasarkan Dokumen Bukti Pembayaran/ Bukti Lain Yang Sah

tersebut, Bendahara Penerimaan melakukan Pengisian Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada bagian penerimaan. Kolom yang diisi ialah no. bukti, tanggal transaksi, cara pembayaran, kode rekening, uraian dan jumlah.

o Hasil dari penatausahaan ini adalah buku penerimaan dan penyetoran


(54)

- Pencatatan dan Penyetoran Penerimaan Tunai

o Bendahara penerimaan menyiapkan bukti surat tanda setoran ke

rekening kas umum daerah.

o Berdasarkan STS tersebut, Bendahara Penerimaan mengisi Buku

Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada bagian Penyetoran Kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran

o Kemudian Bendahara Penerimaan mengisi register STS

o Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku Penerimaan dan Penyetoran

Bendahara Penerimaan dan register STS yang sudah terupdate

4. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi dari bank mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga penyetorannya. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut:

 Bendahara penerimaan menerima pemberitahuan dari bank (pemberitahuan tergantung dari mekanisme yang digunakan) mengenai adanya penerimaan di rekening bendahara penerimaan.


(55)

 Berdasarkan info tersebut dan info pembayaran dari wajib pajak/retribusi (bisa berupa slip setoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut.

 Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom tanggal dan kolom cara pembayaran. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan.

 Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening sesuai dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat. Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas umum daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut:

o Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran

pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.

o Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran pada kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

o Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara

Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan


(56)

Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan melalui rekening bendahara penerimaan.

5. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah

Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran secara langsung melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah sebagai berikut:

 Bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum daerah.

 Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan.

 Lalu berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan juga mencatat penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penyetoran.


(57)

Adapun tata cara Penerimaan melalui Rekening Bank Bendahara Penerima : - Pembukuan Penerimaan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerima

o Bendahara penerimaan menyiapkan nota kredit/informasi lainnya

mengenai adanya penerimaan di rekening bank bendahara penerimaan

o Bendahara Penerimaan melakukan pengisian Buku Penerimaan dan

Penyetoran pada bagian Penerimaan.

o Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku Penerimaan dan Penyetoran

yang sudah terupdate

- Penyetoran Penerimaan di Rekening Bank Bendahara Penerimaan

o Bendahara penerimaan menyiapkan bukti surat tanda setoran ke

rekening kas umum daerah dan nota kredit yang dikeluarkan oleh bank

o Berdasarkan STS dan nota kredit tersebut, bendahara penerimaan

mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian Penyetoran

o Kemudian bendahara penerimaan mengisi Buku Register STS

o Hasil dari penatausahaan ini adalah Buku Penerimaan dan Penyetoran

serta Register STS yang sudah terupdate

6. Pertanggungjawaban Administratif

Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-jawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan


(58)

memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan:

 Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

 Register STS

 Bukti penerimaan yang sah dan lengkap

 Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertang-gungjawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:

 Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

 Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

 Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggung-jawaban bendahara pembantu.

 Bendahara penerimaan memberikan Laporan Pertanggungjawaban kepada PA/KPA melalui PPK SKPD.


(59)

 Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan, maka PPK SKPD akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap Laporan Pertanggungjawaban tersebut.

 Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan menandatangani Laporan Pertanggungjawaban (administratif) sebagai bentuk pengesahan.

 Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

7. Pertanggungjawaban Fungsional

Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif. LPJ fungsional ini dilampiri dengan:

 Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

 Register STS

 Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggung-jawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:

 Bendahara penerimaan menerima pertanggung-jawaban yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.


(60)

 Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

 Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggung-jawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggungjawaban bendahara pembantu.

 Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban administratif.

 Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

 PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam rangka rekonsiliasi pendapatan.

Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

Tata cara Peanatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran SKPD dan Bendahara Pengeluaran Pembantu serta Penyampaiannya:


(61)

1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

Bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dalam rangka melaksanakan belanja. Dalam hal ini bendahara pengeluaran menyusun dokumen SPP yang dapat berupa:

 Uang Persediaan (UP)

 Ganti Uang (GU)

 Tambah Uang (TU)

 Langsung (LS)

(LS untuk pembayaran Gaji & Tunjangan dan LS untuk pengadaan Barang dan Jasa)

Disamping membuat SPP Bendahara Pengeluaran juga membuat register untuk SPP yang diajukan, SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara.

a. SPP Uang Persediaan (UP)

Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang besaran UP. SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada kode rekening tertentu. Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:


(62)

 Salinan SPD

 Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

 Lampiran lain yang diperlukan

Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Pengguna Anggaran.

b. SPP Ganti Uang Persediaan (GU)

Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah SPJ penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu tertentu. SPP-GU tersebut dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Misal, suatu SKPD mendapatkan alokasi Uang Persediaan pada tanggal 4 Januari sebesar Rp100.000.000. Pada tanggal 20 Januari telah terlaksana 2 (dua) kegiatan yang menghabiskan uang UP sebesar Rp.80.000.000, maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp.80.000.000 dengan pembebanan pada kode rekening belanja terkait kegiatan tersebut. Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:


(63)

 Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

 Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan

 Bukti-bukti belanja yang lengkap dan sah

 Lampiran lain yang diperlukan

c. SPP Tambahan Uang (TU)

Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan.

Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali. Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk:

 kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan

 kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA;

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP TU, selain dari dokumen SPP TU itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:


(64)

 Salinan SPD

 Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

 Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian TU

 Lampiran lain yang diperlukan

d. SPP Langsung (LS)

SPP Langsung (SPP-LS); yang dipergunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP-LS dapat dikelompokkan menjadi:

 SPP-LS untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan

 SPP-LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP LS, selain dari dokumen SPP LS itu sendiri. Lampiran tersebut antara lain:

Untuk SPP-LS Gaji dan Tunjangan

 Salinan SPD

 Draft Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

 Dokumen-Dokumen Pelengkap Daftar Gaji

 Lampiran lain yang diperlukan Untuk SPP-LS Barang dan Jasa

 Salinan SPD


(65)

 Dokumen-Dokumen Terkait Kegiatan (disiapkan oleh PPTK)

 Lampiran lain yang diperlukan

2. Pertanggungjawaban dan Penyampaiannya

Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggung-jawaban atas pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya. Pertanggungjawaban tersebut terdiri atas:

 Pertanggungjawaban penggunaan UP

 pertanggungjawaban penggunaan TU

 pertanggungjawaban administratif

 pertanggungjawaban fungsional.

3.2.2 Pembukuan Sistem Akuntansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat

Pembukuan Belanja oleh bendahara pengeluaran menggunakan: 1. Buku Kas Umum (BKU) 2. Buku Pembantu BKU sesuai dengan kebutuhan seperti: a. Buku Pembantu Kas Tunai;

b. Buku Pembantu Simpanan/Bank; c. Buku Pembantu Panjar;

d. Buku Pembantu Pajak;

e. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

Dalam pelaksanaannya, tidak semua dokumen pembukuan digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi keuangan yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran. Buku apa saja yang digunakan untuk setiap transaksi akan


(66)

dijelaskan dalam bagian berikutnya. Dokumen-dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembukuan adalah:

1. SP2D UP/GU/TU/LS

2. Bukti transaksi yang sah dan lengkap

3.Dokumen-dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur dalam peraturan yang berlaku

Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU

Pembukuan penerimaan SP2D UP/GU/TU merupakan proses pencatatan transaksi penerimaan SP2D UP/GU ke dalam BKU dan Buku pembantu yang terkait. Proses pembukuan dilakukan ketika bendahara pengeluaran menerima SP2D UP/GU/TU dari BUD/Kuasa BUD. Pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang tercantum di SP2D sebagai "penerimaan SP2D" di :

1. BKU pada kolom penerimaan.

2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan.

Bendahara pengeluaran dapat mencairkan UP/GU/TU yang terdapat di bank ke kas tunai. Pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang dicairkan sebagai "pergeseran uang" di:

1. BKU pada kolom pengeluaran

2. Buku Pembantu simpanan/Bank pada kolom pengeluaran 3. BKU pada kolom penerimaan


(67)

Apabila atas persetujuan Pengguna Anggaran, bendahara pengeluaran melakukan pelimpahan uang persediaan ke bendahara pengeluaran pembantu maka pencatatan dilakukan sebesar jumlah yang dilimpahkan sebagai "pelimpahan UP" di :

1. BKU pada kolom pengeluaran

2. Buku Pembantu simpanan/bank pada kolom pengeluaran

Untuk keperluan pengendalian, bendahara pengeluaran dapat membuat buku pembantu yang dioperasikan secara khusus untuk memantau jumlah uang persediaan pada bendahara pembantu. Berikut adalah bagan alir untuk menggambarkan prosedur di atas.

Pembukuan Belanja menggunakan Uang Persediaan

Dalam proses belanja menggunakan uang persediaan, terdapat kemungkinan 2 (dua) cara bagi bendahara pengeluaran dalam melakukan pembayaran. Pertama, bendahara pengeluaran melakukan pembayaran tanpa melalui panjar. Kedua, bendahara pengeluaran melakukan pembayaran melalui panjar terlebih dahulu kepada PPTK.

1) Pembukuan pembayaran belanja tanpa melalui uang panjar

Proses pembukuan dimulai ketika Bendahara pengeluaran membayarkan sejumlah uang atas belanja yang telah dilakukan. Pembayaran dapat saja menggunakan uang yang ada di kas tunai maupun uang yang ada di rekening bank bendahara pengeluaran. Berdasarkan bukti-bukti belanja yang disiapkan oleh PPTK, bendahara melakukan pembayaran. Atas pembayaran tersebut, bendahara


(68)

pengeluaran melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di:

1. BKU pada kolom pengeluaran.

2. Buku Pembantu Kas Tunai pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU, TU.

Jika pembayaran dilakukan dengan transfer dari rekening bank, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar nilai belanja bruto sebagai "belanja" di:

1. BKU pada kolom pengeluaran.

2. Buku Pembantu Simpanan/Bank pada kolom pengeluaran. 3. Buku Pembantu Rincian Obyek pada kolom UP/GU, TU.

Apabila bendahara pengeluaran melakukan pungutan pajak atas transaksi belanja di atas, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang dipotong sebagai "pemotongan PPh/PPN" di:

1. BKU pada kolom penerimaan.

2. Buku Pembantu Pajak pada kolom penerimaan.

Ketika bendahara pengeluaran penyetoran atas pungutan pajak, bendahara pengeluaran melakukan pembukuan sebesar jumlah pajak yang disetorkan sebagai "setoran PPh/PPN" di:

1. BKU pada kolom pengeluaran.


(1)

64

single entry yang sederhana dan dapat mudah dimengerti akan tetapi sistem pencatatan ini memiliki kelemahan, antara lain kurang lengkapnya untuk pelaporan karena hanya dapat melaporkan saldo kas dan tidak dapat melaporkan utang, piutang dan ekuitas dana serta sulit untuk melakukan kontrol transaksi, akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi.


(2)

65 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat mengenai tata cara sistem pencatatan akuntansi, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tata Cara Sistem Akuntansi menggunakan sistem cash basis dan accrual

basis (cash toward accrual) pada sistem akuntansi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jawa Barat, dimana semua jenis transaksi yang dilakukan dapat tercatat lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan basis cash.

2. Pembukuan Sistem Akuntansi merupakan kumpulan dari dokumen yang digunakan oleh Pengguna Anggaran dalam membaca laporan keuangan, dimana dokumen – dokumen tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi Pengguna Anggaran dalam memahami dan membaca laporan keuangan yang terdiri atas dokumen SPD (Surat Penyediaan Dana), SPP (Permintaan Pembayaran), SPJ SKPD, dan Laporan SPJ SKPD untuk menentukan kebijakan yang harus diambil.


(3)

66

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, penulis akan memberikan saran yang diharapkan dapat berguna sebgai bahan pertimbagan dan masukan bagi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang, yaitu :

1. Dalam Tata Cara Sistem Akuntansi pencatatan dan pelaporan keuangan sebaiknya menggunakan sitem terkomputerisasi agar dapat meminimalisir

human error dalam pelaporan laporan keuangan.

2. Seluruh Pembukuan Sistem Akuntansi sebaiknya menggunakan sistem double

entry agar dapat dengan mudah melakukan kontrol transaksi dan mudah untuk


(4)

67

DAFTAR PUSTAKA

Nunuy Nur Afiah. 2009.Akuntansi Pemerintahan : Implementasi Keuangan

Daerah. Jakrta : Kencana.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Lina Ismawati,. 2010. Penulisan Karya

Ilmiah. Bekasi : GENESIS.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Keuangan Daerah Permendagri No. 55 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penatausahaan dan

Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara http://gi.co.id/solusi/33/sistem-akuntansi-keuangan-daerah.htm http://www.bappeda.jabarprov.go.id/docs/perencanaan/20110725_072732.pdf http://www.disperindagblitarkota.com/profil-disperindag/tupoksi/ http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=siklus%20pencatatan%20akuntansi% 20daerah&source=web&cd=30&ved=0CEoQFjAJOBQ&url=http%3A%2F %2Fdjkd.depdagri.go.id%2Ffile%2Fstatis%2FBaganAlirSiklus_permen_13_ 2006.pdf&ei=jKPxTr3MKcj4rQfxs5zpDw&usg=AFQjCNGY4JtMlbbbnyKc SIvWX8KzExSPPw&cad=rja http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20sistem%20pencatatan%2 0akuntansi&source=web&cd=1&ved=0CBoQFjAA&url=http%3A%2F%2F bimasbuddha.depag.go.id%2Fupload%2Ffiles%2Fsop%2F5.Pencatatan%252 0Akuntansi.pdf&ei=qeT7TumuE8rqrAeI5ozsDw&usg=AFQjCNEaSUAp2--DT_lxNsm-dw_kv2Tedw&cad=rja http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20sistem%20pencatatan%2 0akuntansi&source=web&cd=2&ved=0CCEQFjAB&url=http%3A%2F%2F www.library.upnvj.ac.id%2Fpdf%2Fd3akuntansi09%2F205102007%2Fbab2 .pdf&ei=qeT7TumuE8rqrAeI5ozsDw&usg=AFQjCNG7AP4yR-ScYvSx0yzZZxjJDH5vrg&cad=rja http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20sistem%20pencatatan%2 0akuntansi%20pemerintahan&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CCIQFjAA &url=http%3A%2F%2Faniunpad.files.wordpress.com%2F2008%2F09%2Fp ertemuan-ke-1.pdf&ei=vOf7ToXlOMO3rAeeofkC&usg=AFQjCNE6kjHZF5lwlAAsC8JD Gj4J0Ma6BA&cad=rja http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20sistem%20pencatatan%2 0akuntansi%20pemerintahan&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CCkQFjAB


(5)

68

&url=http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Fakunta

nsipemerintahan%2Fbab1-akuntansipemerintahandanruanglingkupnya.pdf&ei=vOf7ToXlOMO3rAeeof kC&usg=AFQjCNF-7Or3X4MVOn297kSWw5GaBTT0kw&cad=rja http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=definisi%20sistem%20pencatatan%2

0akuntansi%20pemerintahan&source=web&cd=5&sqi=2&ved=0CD4QFjAE &url=http%3A%2F%2Fwww.ksap.org%2FBuletin%2Fbultek02.pdf&ei=vOf 7ToXlOMO3rAeeofkC&usg=AFQjCNEJkHLiqn7TIeB6nT4RYl3sEjAglg& cad=rja

http://www.scribd.com/doc/9794825/Teknik-Akuntansi-Penyusunan-Neraca-Sesuai-SAP-Dan-Permendagri-a-Hafiz-Tanjung

http://www.membuatblog.web.id/2010/02/dasar-dasar-akuntansi.html http://pekikdaerah.wordpress.com/2010/08/26/akuntabilitas-publik-dan-peran-akuntansi-keuangan-daerah-pada-pemerintahan-daerah/


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Mega Permatasari

NIM : 21108102

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 14 Februari 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pabaki Ujung No. 293/197 D

DATA PENDIDIKAN

1. Tk. Husnul Kotimah 1994 - 1996

2. SDN Pabaki VI 1996 - 2002

3. SLTPN 3 Bandung 2002 - 2005

4. SMAN 11 Bandung 2005 - 2008