Latar Belakang Masalah INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM BAHASA INDONESIA LISAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BERBICARA : Penelitian Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang Tahun Ajaran 2013/ 2014.

Rizqi Aji Pratama, 2013 Interferensi Bahasa Sunda Dalam Bahasa Indonesia Lisan Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Berbicara Penelitian Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang Tahun Ajaran 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa Indonesia BI di SMA dan MA dilaksanakan dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang di dalamnya berisi keterampilan bahasa dan sastra, yakni membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan, serta pengetahuan sastra antara lain puisi, cerpen, novel, dan drama. Empat keterampilan berbahasa, yakni membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan, merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu dalam pembelajaran, seluruh keterampilan tersebut perlu diberikan pengajaran kepada siswa agar siswa tersebut berkemampuan dalam berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan empat keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa aktif, disamping keterampilan menulis. Menurut Tarigan 1981: 3, berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut, berbicara merupakan sebuah keterampilan yang dapat dipelajari. Dalam pemelajaran di kelas, khususnya dalam pemelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara dilatih dengan serangkaian kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Aktivitas berbicara tidak disukai semua siswa, terutama berbicara di depan umum. Penyebab utama siswa tidak menyukai aktivitas tersebut karena kurangnya latihan berbicara sehingga siswa tidak mahir mengungkapkan perasaan dan informasi secara langsung di depan publik. Mengingat keterampilan berbicara penting dikuasai oleh siswa, maka pemerintah menyusun materi pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dalam KTSP. Materi pelajaran tersebut disusun dalam standar kompetensi SK dan kompetensi dasar KD. SK merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan 2 Rizqi Aji Pratama, 2013 Interferensi Bahasa Sunda Dalam Bahasa Indonesia Lisan Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Berbicara Penelitian Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang Tahun Ajaran 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas danatau semester pada suatu mata pelajaran Rusman, 2010: 5-6, sedangkan KD adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan kompetensi dalam suatu pelajaran Rusman, 2010: 6. SK yang berhubungan dengan keterampilan berbicara pada kelas XII di SMA dan MA di antaranya adalah: 1 mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi, 2 mengungkapkan pendapat tentang pembacaan puisi, 3 mengungkapkan informasi melalui presentasi programproposal dan pidato tanpa teks, dan 4 mengungkapan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama. Di antara beberapa SK tersebut, mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi adalah SK yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dalam forum yang bersifat formal. Berbicara dalam beberapa konteks dan situasi, tentu terdapat perbedaan dari segi ragam atau gaya bahasa. Hal tersebut dijelaskan oleh pendapat Spolsky 1998: 31, bahwa terdapat tingkat keformalan dan ragam tertentu yang digunakan pada situasi dan konteks tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam SK ini memiliki beberapa KD, yakni: 1 menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis dalam diskusi; 2 menyampaikan intisari buku nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi. Dalam KD tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan diskusi, siswa diajarkan untuk dapat berbahasa dengan logis dan efektif. Diskusi adalah suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah dengan proses berpikir kelompok Tarigan, 1981: 36. Berdasarkan pengertian tersebut, diskusi BI adalah kegiatan berbahasa atau berbicara secara berkelompok. Dalam kegiatan tersebut, individu-individu yang terdapat dalam kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang dibahas dalam kelompok tersebut. Di MA Ar-Rochmah Lembang, seringkali siswa berdiskusi menggunakan bahasa daerah mereka agar permasalahan dapat segera terselesaikan karena proses komunikasi mereka berjalan lancar jika menggunakan bahasa daerahnya. Kegiatan berkomunikasi tersebut dapat menyebabkan munculnya interferensi pada pemelajaran BI di kelas. 3 Rizqi Aji Pratama, 2013 Interferensi Bahasa Sunda Dalam Bahasa Indonesia Lisan Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Berbicara Penelitian Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang Tahun Ajaran 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Proses interferensi terjadi pada pemelajaran berbicara BI terutama di sekolah yang keadaaan sosial keluarga dan lingkungan siswa sama. Dalam konteks penelitian ini, MA Ar-Rochmah merupakan sekolah yang memiliki sembilan puluh persen siswa bersuku Sunda. Para siswa tersebut adalah dwibahasawan karena mereka menguasai BI selain bahasa Sunda BS yang merupakan bahasa ibunya. Namun, mereka jarang menggunakan BI karena bahasa kedua itu hanya digunakan pada situasi formal di kelas. Interferensi merupakan sebuah kesalahan dalam berbahasa karena interferensi adalah menyimpangan yang terjadi pada masyarakat dwibahasa. Interferensi dapat mengacaukan dan dapat menimbukan bentuk-bentuk yang menjadi saingan terhadap bentuk yang sudah lama dan mapan dalam BI Aslinda, 2007: 65. Sejalan dengan pendapat Aslinda, menurut Nababan Chaer, 2010: 121, pengacauan yang dimaksud adalah pengacauan sistem bahasa terhadap sistem bahasa yang lainnya. Karena interferensi merupakan sebuah gejala pengacauan bahasa, penelitian mengenai interferensi ini dilakukan untuk mengidentifikasi interferensi yang terjadi. Interferensi dalam bentuk lisan dapat terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Penelitian terdahulu mengenai interferensi bahasa daerah pada penggunaan BI dilakukan oleh beberapa peneliti, sebagai berikut: 1 Femmy Tresje 1989, meneliti interferensi bahasa Melayu Manado dalam penggunaan BI ragam tulis oleh siswa-siswa SMP kelas satu, 2 Sakdiah Wati 1996, meneliti interferensi leksikal bahasa Melayu Palembang dalam penggunaan BI ragam tulis, dan 3 Lieza Yantri Fikrulloh 2011, meneliti tentang interferensi bahasa Betawi pada karangan narasi siswa kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan SMK Miftahul Falah Cipulir- Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Kebiasaan berkomunikasi siswa MA Ar-Rochmah yang menggunakan BS dikhawatirkan dapat menyebabkan interferensi seperti pada permasalahan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Interferensi Bahasa Sunda dalam Bahasa Indonesia Lisan Siswa dan 4 Rizqi Aji Pratama, 2013 Interferensi Bahasa Sunda Dalam Bahasa Indonesia Lisan Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Berbicara Penelitian Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang Tahun Ajaran 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Implikasinya terhadap Pembelajaran Berbicara ” dilakukan sebagai upaya untuk menggambarkan gejala interferensi dan memberikan pembelajaran berbicara yang dapat mengurangi interferensi bahasa daerah dalam pemelajaran berbicara BI siswa kelas XII IPS MA Ar-Rochmah Lembang.

B. Identifikasi Masalah