3
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain infusa rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza
Roxb., hewan uji mencit jantan galur Swiss dengan berat 20-40 gram, berumur 2-3 bulan. Pelarut yang digunakan adalah aquadest, serta kafein 0,4 bv sebagai kontrol
positif. Alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah kompor listrik, panci infusa, timbangan
analitik Ohaus, kertas saring, batang pengaduk, serta alat-alat gelas digunakan untuk membuat infusa. Uji stimulant digunakan alat-alat berupa, spuit injeksi, jarum per oral,
stopwatch , termometer, reservoir, timbangan hewan uji dan hair dryer.
B. Jalannya Penelitian
1. Pembuatan Simplisia
Rimpang temulawak dicuci bersih dibawah air yang mengalir, lalu dirajang-rajang menjadi bagian yang lebih kecil, selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukkan kedalam
almari pengaring dengan suhu 47º C.
2. Pembuatan Infusa Rimpang Temulawak
Infusa rimpang temulawak dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu 10, 20, 40. Infusa dibuat dengan cara menimbang simplisia kering sesuai dengan konsentrasi yang akan
dibuat. Penimbangannya masing-masing 10 gram, 20 gram, dan 40 gram, selanjutnya hasil penimbangan simplisia direbus dengan aquadest sebanyak 100 mL dengan menggunakan
panci infus. Air ekstra yang digunakan sebanyak dua kali berat masing-masing penimbangan bahan, jadi air ekstra yang digunakan adalah 20 mL untuk bobot 10 gram, 40 mL untuk bobot
20 gram, dan 80 mL untuk bobot 40 gram. Perebusan dilakukan selama 15 menit dimulai ketika suhu mencapai 90° C sambil sekali-sekali diaduk. Temulawak mengandung minyak
atsiri, sehingga diserkai setelah dingin Depkes RI, 1979.
3. Pembuatan Larutan Kafein
Kafein ditimbang secara seksama sebanyak 40 mg, kemudian dilarutkan menggunakan aquadest dalam labu takar sampai 10 mL. Dosis yang digunakan adalah 100 mgkgBB untuk
hewan uji mencit Turner, 1965.
4. Pengujian Efek Stimulansia Infusa Rimpang Temulawak
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 25 ekor mencit jantan galur Swiss
. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Perlakuan terdiri dari kontrol positif menggunakan kafein 100 mgkgBB
dan kontrol negatif menggunakan aquadest 0,5ml20mgBB, serta infusa rimpang temulawak
4 yang terdiri dari 3 tingkatan dosis yaitu dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi.
Pengelompokannya adalah sebagai berikut: Kelompok I : kontrol positif dengan pemberian larutan kafein 0,4 bv, dosis 100
mgkgBB secara per oral Turner, 1965. Kelompok II : kontrol negatif, dengan pemberian aquadest 0,5 mL20 gBB secara per oral
Depkes RI, 1993. Kelompok III : infusa rimpang temulawak dengan dosis 2,5 gkgBB, secara per oral.
Kelompok IV : infusa rimpang temulawak dengan dosis 5 gkgBB, secara per oral. Kelompok V : infusa rimpang temulawak dengan dosis 10 gkgBB, secara per oral.
Mencit satu per satu dimasukkan dalam reservoir sebelum diberi perlakuan. Mencit akan menunjukkan rasa lelah dengan cara membiarkan kepalanya di bawah permukaan air
selama lebih dari 7 detik Turner, 1965. Mencit diangkat dan dicatat waktu lelahnya t1. Mencit diistirahatkan selama 24 jam dan dikeringkan sebelum diberi perlakuan. Sediaan
diberikan secara per oral, dengan batas maksimal volume pemberian adalah 1,0 mL Depkes RI, 1993, dan ditunggu selama 30 menit yang merupakan waktu orientasi agar sediaan obat
terabsorbsi terlebih dahulu Aznam, 2009. Mencit direnangkan kembali dan dicatat waktu lelahnya t2. Selisih waktu lelah dihitung sebelum dan setelah diberi perlakuan t2-t1.
Selisih waktu lelah sebelum dan setelah diberi perlakuan merupakan data uji efek stimulansia.
C. Analisis Data