Buku Ilustrasi Tentang Pengenalan Fobia

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

BUKU ILUSTRASI TENTANG PENGENALAN FOBIA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013/2014

Oleh:

Ridho Aidil Jamil 51910245

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Ridho Aidil Jamil

Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 12 Februari 1992 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tinggi, Berat Badan : 167 cm, 50kg Agama : Islam

Alamat : Jl.Yudho Atmojo Rt 03/01 Kec. Sembawa Sumatera Selatan Status : Belum Menikah

Telepon : 085721145445

E- mail : ridhoaidiljamil@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan :

1998 - 2004 : SD Siderejo, Sembawa Sumatera Selatan 2004 - 2007 : SMP N 19, Palembang


(5)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5. Tujuan Perancangan ... 3

BAB II BUKU ILUSTRASI TEN TANG PENGENALAN FOBIA ... 4

2.1 Pengertian Fobia... 4

2.1.1 Katagori Fobia ... 4

2.1.2 Istilah - Istilah Fobia ... 5

2.1.3 Fobia yang paling banyak ditakuti ... 6

2.1.4 Gejala Fobia ... 8

2.1.5 Perilaku Fobia ... 9

2.1.6 Penyebab Fobia ... 9

2.1.7 Data Fobia ... 10

2.2 Penggolongan Rasa Takut ... 12

2.2.1 Penyebab Rasa Takut ... 14

2.3 Fobia dan Masyarakat ... 15

2.4 Cara Mengatasi Fobia... 16

2.5 Buku ... 17

2.5.1 Bagian Buku ... 17


(6)

vii

2.5.3 Manfaat Ilustrasi... 19

2.6 Kesimpulan dan Solusi... 19

2.7 Pendekatan Segmentasi ... 20

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL... 23

3.1 Strategi Perancangan ... 23

3.1.1 Pendekatan Visual ... 23

3.1.2 Strategi Kreatif ... 24

3.1.3 Strategi Media ... 25

3.1.4 Strategi Distribusi... 27

3.1.5 Strategi Media Informasi... 27

3.2 Konsep Visual ... 28

3.2.1 Format Desain ... 29

3.2.2 Tata Letak... 29

3.2.3 Tipografi ... 30

3.2.4 Ilustrasi ... 31

3.2.5 Warna ... 48

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 51

4.1 Media Ilustrasi ... 51

4.2 Teknis Produksi Media... 51

4.3 Media Utama ... 52

4.4 Media Pendukung... 52

4.4.1 Poster ... 53

4.4.2 Pembatas Buku ... 53

4.4.3 X-Banner ... 54

4.4.4 Stiker ... 55

4.4.5 Kaos... 55

4.4.6 Mug ... 56

4.4.7 Pin... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(7)

57

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Davidson, G.C. Neale, J.M. dan Kring, A.M.2006.Psikologi Abnormal. Edisi ke -9.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.

Kusrianto, Adi.2010.Pengantar Tipografi.Jakarta:PT Alex Media Komputindo.

Kusrianto, Adi. 2005. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:Andi Offset

Rumuni, Sri., & Sunandari, Siti.2004.Perkembangan Anak & Remaja.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Rustan, Surianto.2009.Mendesain Logo.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto.2009.Layout dasar & Penerapannya.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Supratiknya, A.2006.Mengenal Perilaku Abnormal.Yogyakarta:Kanisius.

Wirawan. Sarlito.2000.Psikologi Remaja.Jakarta:PT RajaGrafindo Permai.

Wiramihardja, Sutardjo.2005.Pengantar Psikologi Abnormal.Bandung:PT Refika Aditama.

Media dan Jurnal Online :

Artikel non-personal.2013. Fobia, Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia , diakses Senin 13 Januari 2014.

Artikel non-personal.2013. Remaja, Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, diakses Senin 12 Mei 2014.

Bastudin. 2013. Mengenal Anatomi Buku. Http:/bastudin.blogspot.com/, diakses Selasa 6 Mei 2014.


(8)

58

Chaerany, Fathiah.2010. Analisis Phobia sebagai pemahaman kesadaran manusia dalam pemusatan perhatian pada pengalaman subjektif, Skripsi tidak

diterbitkan.Depok: FIB UI DEPOK, 2 Desember 2013.

E-book. Istiilah Phobiia, http://duniapsikologi.dagdigdug.com, diunduh 2 Desember 2013.

E-book. List of Phobias, http://healthypoconos.com, diunduh 2 Desember 2013.

Jeerrr.2013.Pengertian Phobia dan Berbagai Istilahnya,

http://www.thecrowdvoice.com/post/pengertian-phobia-dan-berbagai- istilahnya-1-5425102.html, diakses Sabtu 17 Januari 2014.

Magdalena, Merry.2009.10 Phobia Paling Banyak

“Diminati”,http://netsains.net/2009/11/10-phobia-paling-banyak-diminati/, di akses Rabu 15 Januari 2014.

Mengatasiphobia.2013.Pengertian Fobia,http://mengatasiphobia.com/pengertian-phobia/, diakses Sabtu 18 Januari 2014.

Putri,Oktarina.2012.Phobia,http://oktarinaputrii.blogspot.com/2012/11/phobia.ht ml, diakeses Sabtu 18 Januari 2014.


(9)

iii

KATA PENGAN TAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini yang diajukan sebagai salah satu syarat pada Mata Kuliah Tugas Akhir di Program Studi Desain Komunikasi Visual jenjang Strata-1 pada Universitas Komputer Indonesia.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “BUKU ILUSTRASI TENTANG PENGENALAN FOBIA”. Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.”.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing dan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan kepada penulis selama berlangsungnya proyek Tugas Akhir ini, kepada keluarga dan kerabat atas segala motivasi yang telah diberikan, juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa didalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan guna menyempurnakannya.

Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2014


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ketakutan merupakan sifat yang dimiliki oleh semua orang, baik dikalangan orang dewasa maupun anak anak. Rasa takut yang dialami secara berlebihan merupakan kondisi utama dan juga ciri umum dari fobia itu sendiri. “Fobia adalah keadaan ketakutan atau kepanikan yang sangat hebat tanpa sebab kepada sesuatu bisa berupa benda, orang, maupun suatu kegiatan yang sebenarnya tidak berbahaya jika dipandang oleh orang lain”, seperti tercantum pada, www.mengatasifobia.com.(2013). Dapat disimpulkan bahwa fobia adalah rasa takut yang berlebihan pada suatu hal. Suatu hal yang biasa bisa menjadi hal yang menakutkan bagi penderita yang akan me ndorongnya untuk memberi reaksi berlebihan terkait dengan tingkah lakunya. Fobia dibagi menjadi 3 bagian yaitu fobia akan takut berinteraksi dengan orang lain, fobia takut akan kondisi dan tempat, fobia terhadap benda dan makhluk hidup.

Fobia bisa terjadi terhadap siapapun dan dimanapun ia berada. Para penderita fobia mengalami ketakutan bukan karena keinginan atau dengan sepengetahuannya secara langsung. Sehingga kondisi tersebut akan mendorong penderita untuk melakukan tindakan yang disadari maupun tidak disadari yang nantinya akan merugikan dan membahayakan penderita dalam menghadapi objek yang menjadi fobianya tersebut.

Dalam kasus fobia, rasa takut dipicu oleh stimulus yang tidak benar-benar menakutkan atau mengancam keselamatan diri. Sedangkan jika stimulus tersebut memang benar-benar berbahaya atau mengancam, ini tidak termasuk fobia lagi melainkan rasa takut yang wajar. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab penderita fobia sering dijadikan bahan tertawaan oleh orang-orang sekitar nya, ini terjadi karena masih kurangnya pengetahuan tentang fobia.


(11)

2

Melihat sifatnya, fobia merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketakutan tanpa sebab, sehingga penderitanya tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya apalagi untuk mengatasinya. Pengenalan rasa takut yang dialami sebenarnya dapat membantu penderita dalam mengatasi fobia yang dialaminya.

Fobia yang merupakan suatu hal yang tidak masuk akal yang sulit untuk dipahami dan dikenali membuat penderita fobia sering dijadikan bahan tertawaan oleh orang disekitarnya ini membuat para penderita fobia merasa malu. Padahal diharapkan penderita mampu untuk mengenali dan menangani fobianya sendiri. Untuk itu perlu diadakan penelitian ini agar dapat menemukan permasalahan yang ada dan menjadi solusi kedepannya.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat diuraikan masalah yang dimaksud yaitu:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fobia 2. Penderita fobia sering dijadikan bahan tertawaaan

3. Kurangnya keinginan penderita fobia untuk mengatasi fobia itu sendiri 4. Masyarakat belum bisa membedakan antara ketakutan biasa dan ketakutan

fobia

1.3Rumusan Masalah

Kurangnya pengetahuan mengenai pengenalan fobia di masyarakat, maka rumusan masalah dibutuhkan media persuasi. “Bagaimana merancang media informasi yang relatif tepat untuk pengenalan fobia?”


(12)

3 1.4Batasan Masalah

Dalam pembuatan penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah yang dibahas untuk membatasi permasalahan yang ada agar tidak meluas sehingga pembahasaan tujuan dapat terfokus. Penelitian di bataskan secara objektif dengan membahas mengenai pengenalan fobia, seperti jenis - jenis fobia dalam kehidupan sehari - hari, penyebab fobia, cara mengatasi fobia, dan perilaku yang dialami oleh penderita fobia.

1.5Tujuan Perancangan

Tujuan utama dibuatnya perancangan ini adalah:

1. Membantu para penderita fobia untuk menganalkan fobia.


(13)

4 BAB II

BUKU ILUSTRASI TENTANG PENGENALAN FOBIA

2.1 Pengertian Fobia

Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dapat mengganggu kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya.

Menurut tulisan pada situs www.montefiore.org.(2012) fobia adalah ketakutan yang tidak terkendali, irasional, dan terus- menerus dari objek tertentu, situasi, atau kegiatan. Dapat disimpulkan fobia adalah rasa takut yang tidak rasional atas sesuatu yang spesifik. Dalam kasus fobia, rasa takut dipicu oleh stimulus yang tidak benar-benar menakutkan atau mengancam keselamatan diri. Sedangkan jika stimulus tersebut memang benar-benar berbahaya atau mengancam, ini tidak termasuk fobia lagi melainkan rasa takut yang wajar.

2.1.1 Katagori Fobia

Berdasarkan kategorinya fobia dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:

- Fobia khusus, yaitu ketakutan terhadap suatu benda akan keadaan tertentu seperti takut kegelapan, ketinggian, takut akan ular, dan sebagainya. - Fobia sosial, yaitu takut akan berbagai macam penilaian orang lain

terhadap, takut tampil di depan umum dan lain- lain.

- Fobia agorafobia, yaitu rasa takut yang dialami pengidap ketika berada di tempat terbuka atau berada di suatu keadaan yang ramai.


(14)

5 2.1.2 Istilah – Istilah Fobia

Terdapat banyak istilah istilah fobia yang terdapat di seluruh dunia, berikut beberapa daftar istilah – istilah fobia:

Acrophobia / Hypsophobia: Ketakutan pada tempat yang tinggi. Bacilliophobia / Microphobia: Ketakutan akan baksil atau kuman. Cancerphobia: Ketakutan akan akan penyakit kanker.

Demonophobia / Ghostphobia: Ketakutan akan setan-setan. Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.

Galeophobia / Ailurophobia / Gatophobia: Takut akan kucing. Hadephobia: Takut akan neraka.

Ichtyophobia: Ketakutan terhadap ikan. Kakorhaphiophobia: Takut akan kegagalan. Linonophobia: Takut akan benang, tali atau senar. Mastigophobia: Takut pada hukuman.

Necrophobia: Takut terhadap orang mati atau mayat. Obesitophobia: Ketakutan untuk menjadi gemuk. Papyrophobia: Takut pada kertas.

Rhabdophobia: Takut dipukul.

Sociophobia / Ochlophobia / Polyphobia: Ketakutan akan sekumpulan orang. Telephonophobia: Takut pada telepon.

Ufophobia: Ketakutan akan munculnya makhluk angkasa luar. Vaccinophobia: Takut di suntik.

Xenophobia: Ketakutan pada orang asing atau orang dari negara asing. Zoophobia: Takut pada binatang.


(15)

6 2.1.3 Fobia yang paling banyak ditakuti

Menurut tulisan pada situs www.netsains.com terdapat 10 fobia yang paling banyak ditakuti, berikut pembahasannya:

1. Fobia ular

Ini merupakan jenis phobia yang paling sering dijumpai. Ketakutan secara berlebihan pada ular dikaitkan pada kemampuan nenek moyang bertahan di alam liar. Ular sejak dulu dianggap hewan berbisa, menjijikkan, dari masa ke masa. Bahkan juga diidentikkan dengan setan oleh keyakinan tertentu. Ternyata phobia akan ular ini bersifat evolusioner, diturunkan oleh nenek moyang manusia sejak zaman dulu sampai sekarag.

2. Fobia laba - laba

Ditemukan bahwa kaum perempuan empat kali lipat lebih banyak jumlahnya yang takut atau jijik pada laba- laba daripada kaum lelaki Pada studi yang dipublikasikan di jurnal Evolution and Human Behavior, David Rakison dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh mengatakan bahwa bayi perempuan usia 11 bulan mampu mengekspresikan ketakutan begitu melihat gambar laba-laba dan ular, sedangkan bayi lelaki tidak. Teori evolusi mengatakan bahwa hal itu wajar, sebab kaum perempuan sering bertemu laba- laba di rumah, atau saat mereka menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan kaum lelaki cenderung diajarkan untuk berani pada hewan tersebut ketika berada di alam liar.

3. Fobia ruangan te rtutup

Dikenal juga dengan nama agoraphobia, ketakutan ini diderita oleh 1,8 juta orang Amerika berusia dewasa, demikian menurut laporan National Institute of Mental Health pada tahun 2008. Tempat tertutup yang dianggap sulit untuk mereka melarikan diri atau keluar merupakan obyek yang paling ditakuti. Biasanya mereka takut pada elevator/lift, ruang olah raga tertutup, jembatan,


(16)

7

kendaraan transportasi umum, mobil, mall, bahkan juga pesawat. Penderita biasanya malas bepergian atau berada di dalam mobil terlalu lama.

4. Fobia pada orang lain

Orang yang takut pada orang lain atau dikenal dengan nama sosialphobia. Sebanyak 15 juta orang Amerika dewasa menderitanya, demikian menurut National Institute of Mental Health. Bukan saat melakukan pembicaraan di depan umum saja. Penderita sosialphobia juga kerap kesulitan makan atau minum di depan orang banyak. Gejalanya baru terlihat setelah memasuki usia puber.

5. Fobia ketinggian

Ini adalah jenis phobia yang juga banyak penderitanya. Diperkirakan sebanyak 3-5% dari seluruh populasi dunia menderita akrophobia, takut berada di tempat tinggi. Pada riset yang pernah dilakukan, penderita akrophobia merasa semua tempat tinggi berjarak lebih tinggi dari yang sesungguhnya. Misalnya tinggi sebenarnya hanya 3 meter, maka di mata penderita akrophobia, mereka seperti melihat obyek yang tingginya 6 meter.

6. Fobia kegelapan

Takut pada kegelapan yang diderita anak-anak ternyata adalah phobia paling umum juga. “Anak-anak mempercayai imajinasinya bahwa di kege lapan bisa mendadak muncul hantu, penculik, atau perampok,” jelas Thomas Ollendick, profesor psikologi dan direktur Child Study Center di Virginia Tech. Secara normal, ketakutan ini akan hilang seiring dengan bertambahnya usia. Namun jika hingga usia dewasa masih menderita ketakutan pada gelap, maka artinya menderita nyctophobia.

7. Fobia kilat dan kalilintar

Bagi para penderita phobia ini, suara halilintar dan kilat akan terasa seperti menghentak jantung, bahkan membuat mereka berkeringat. Westefeld melaporkan, dari surveinya terhadap mahasiswa di tahun 2006, sebanyak


(17)

8

73% menderita ketakutan ringan pada cuaca. Namun kebanyakan mereka malu untuk mengakuinya. Bagi mereka yang phobia pada kilat dan halilintar, ada baiknya mulai melatih rasa panik dan kecemasan.

8. Fobia te rbang

Faktanya sebanyak 25 juta warga Amerika juga menderita phobia ini. Nama istilah fobianya adalah aviophobia, dimana seseorang sangat takut naik pesawat. Bisa jadi memang sudah sejak lahir begitu, atau ada yang pernah mengalami kecelakaan pesawat sehingga merasa trauma naik pesawat lagi, sebab peristiwa mengerikan itu terus terbayang.

9. Fobia anjing

Tidak hanya anjing besar jenis doberman, anjing yang kecil seperti pudel pun ditakuti. Penderita cynophobia ini mengalami rasa takut digigit anjing, bisa jadi memang pernah digigit atau melihat orang lain digigit anjing, demikian menurut profesor psikologi Brad Schmidt dari Ohio State University.

10. Fobia dokte r gigi

Sebanyak 9-20 persen orang Amerika ternyata menghindari memeriksakan giginya ke dokter walau sudah dalam kondisi parah sekalipun. Rasa takut ini lebih disebabkan oleh rasa nyeri yang timbul ketika plak gigi dibersihkan, dan memang tidak semua orang bisa menahannya.

2.1.4 Gejala Fobia

Beberapa gejala yang muncul ketika seseorang memiliki fobia yaitu :

- Jantung berdebar kencang - Keringat bercucuran - Gemetar atau menggigil - Rasa pusing


(18)

9 - Tidak sadarkan diri

Dalam beberapa kasus, gejala- gejala tersebut diatas dapat berakibat sangat besar. Sebagai akibatnya, seseorang yang memiliki phobia mulai menjauhkan diri dari lingkungannya sehingga orang tersebut kerap mendapatkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Perilaku fobia

Fobia yang dialami oleh penderitanya merupakan peristiwa yang disadari oleh seseorang dalam keterbatasan, yakni ketidakmampuan diri untuk mengatasi ketakutan. Menurut Fathiah (2010): setiap orang pada dasarnya memiliki pengalaman sadar, dimana ia dapat berpikir mengenai dirinya dan memutuskan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan ketika seseorang mengalami fobia mengalami proses dalam pikiran.

- Pertama, tindakan yang dilakukan sebaga i reaksi terhadap ancaman pada bersifat spontan.

- Kedua, tindakan itu memiliki dorongan yang sangat kuat yakni keberadaan ancaman.

- Ketiga, tindakan yang menjadi reaksi ini hanya memusatkan pada takut atau cemas. Semua urutan tesebut menunjukkan kondisi me ntal seseorang yang berpengaruh terhadap fobia. Dan pengalaman fobia tersebut akan membentuk penentuan tindakan seseorang.

2.1.6 Penyebab Fobia

Penyebab fobia bisa diperoleh dari melalui pengalaman langsung yang traumatis, dimana keadaan bahaya atau sakitnya akan menghasilkan respon yang berlebihan. Menurut Fathiah (2010) Katakutan dan kecemasan manusia menjadi sumber utama yang mendorong kemunculan fobia dengan cenderungan teror dan perasaaan terancam akan dikaji lewat tinjauan filosofis. Penekanan penje lasan akan dilakukan pada pengalaman dan kesaran subjektif. Reaksi yang timbul dari


(19)

10

dorongan kecemasan dak ketakutan kemudia memicu perilaku yang tidak wajar menjadi begitu penting sebagai bentuk ekspresi takut dan ikut menentukan seberapa fatal akibat dari dorongan fobia yang dialami.

Menurut Fathiah (2010) terdapat tiga bentuk kerentanan yang memberikan kontribusi pada penyebab berbagai gangguan kecemasan fobia:

- Kerentanan biologis menyeluruh (generalized biological vulnerability). Kecenderungan untuk gelisah atau tegang itu tampaknya diturunkan atau diwariskan. Tetapi, kerentanan biologis menyeluruh untuk mengalami kecemasan bukanlah kecemasan itu sendiri.

- Kerentanan psikologis menyeluruh (generalized psychological

vulnerability). Artinya, berdasarkan pengalaman awal, mungkin tumbuh

dewasa dengan disertai keyakinan bahwa dunia ini berbahaya dan diluar kontrol, dan tidak mampu mengatasi bila ada hal buruk yang menimpa. - Kerentanan psikologis spesifik (specific psychology vulnerability).

Dimana manusia belajar dari pengalaman awal, misalnya dari apa yang diajarkan oleh orang tua, bahwa situasi atau objek tertentu berbahaya (meskipun sebenarnya tidak). Contohnya apabila ayah takut anjing, maka anak juga akan takut pada anjing karena beranggapan bahwa anjing adalah sesuatu yang berbahaya.

2.1.7 Data Fobia

Fobia Khus us

Fobia khusus adalah ketakutan yang berasalan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau spesifik. DSM-IV-TR membagi fobia berdasarkan sumber ketakutannya: darah, cedera dan penyuntikan, situsiasi (a.l., pesawat terbang, lift, ruang tertutup), binatang, dan lingkungan alami (a.l., ketinggian, air). Fobia tersebut biasanya saling menyertai (komorbid) (Kendler dkk., 2001).


(20)

11

Berdasarkan data prevalensi sepanjang hidup fobia khusus berkisar 7% pada laki - laki dan 16% pada perempuan (Kessler dkk.,1994) dalam Psikologi Abnormal (2006, hal.185). Ini menunjukan fobia khusus banyak dialami oleh perempuan dimana dari data tersebut perempuan berkisar 16% sedangkan laki - laki berkisar 7%.

Fobia Sosial

Menurut Schneier (1992) dalam Psikologi Abnormal (2006, hal.185), fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Fobia ini dapat sangat merusak, sedemikian parah sehingga angka bunuh diri pada orang - orang yang menderita fobia ini jauh lebih tinggi dibanding pada mereka yang menderita gangguan fobia yang lain (Schneier dkk., 1992).

Laki - Laki (7%)

Perempuan (16%)


(21)

12

Berdasarkan data prevalensi hidup sosial 11% pada laki - laki dan 15% pada perempuan (Kessler dkk., 1994; Magee dkk., 1996) dalam Psikologi Abnormal (2006, hal.186), ini menunjukan fobia sosial banyak dialami oleh perempuan dimana dari data tersebut perempuan berkisar 15% sedangkan laki - laki berkisar 11%.

Kesimpulan

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa wanita merupakan data terbanyak yang mengalami fobia, karena secara umum wanita kurang memiliki power (kekuatan) dalam masyarakat bila dibandingkan dengan laki- laki. Hal ini menyebabkan wanita seringkali menempel atau melekat kepada orang lain, berperan secara pasif dan patuh terhadap aturan-aturan. Kondisi demikian membuat mereka lebih rawan atas serangan dan kehilngan pertahanan, serta menjadi terlalu waspada. (Sutradjo, 2005, h.80).

2.2 Penggolongan rasa takut

Dalam kasus fobia, rasa takut dipicu oleh stimulus yang tidak benar-benar menakutkan / mengancam keselamatan diri. Sedangkan kalau stimulus tersebut memang benar-benar berbahaya / mengancam, ini tidak termasuk

Laki - Laki (11%) Perempuan

(15%)


(22)

13

fobia lagi melainkan rasa takut yang wajar. Dapat disimpulkan fobia adalah rasa takut yang tidak rasional atas sesuatu yang spesifik

Rasa takut yang biasa (normal fears)

Kebanyakan anak mempunyai rasa takut yang jamak, seperti takut ditinggal orang tua, suara keras, orang asing, hewan dan keadaan yang tidak biasa. Pada orang dewasa terdapat rasa takut terhadap te mpat tinggi, lift, tempat gelap, laba- laba, menghadapi ujian yang sifatnya ringan dan cukup diatasi dengan penjelasan yang singkat.

Rasa takut yang tidak biasa (abnormal fears / fobia) I. Fobia terhadap rangsang dari luar antara lain:

Agora fobia (phobic anxiety state ) merupakan jenis fobia tersering dan

tersukar untuk diatasi dokter, dan sering membutuhkan perawatan rumah sakit apabila terlalu hebat rasa takutnya sehingga membuat penderita tidak dapat melakukan apapun. Fobia ini sering terjadi pada wanita, biasanya setelah pubertas (15-35 tahun), biasanya agroafobia ditandai dengan ketakutan untuk:

- pergi sendiri - perjalanan

- ruang yang terbuka

- keramaian / tempat-tempat umum, misalnya : pasar, banyak orang

Akibat fobia tersebut, penderita menjadi terpaku di rumah, sebagian menjadi ketakutan akan bayangan akan pingsan dan ditinggalkan diantara orang banyak, yang menjadi salah satu masalah penting bagi kebanyakan penderita ini adalah tidak tersedianya kemungkinan untuk bisa keluar dari satu lingkungan tertentu.

Fobia sosial adalah orang yang takut pada aktivitas sosial karena takut akan terjadinya rasa canggung dan cemas pada waktu makan, minum, berbicara di depan umum maupun dalam menghadapi jenis kelamin lain.


(23)

14

Rasa takut ini berlainan dengan rasa takut pada orang banyak seperti agoraphobia dimana takut mengenai jumlah orang bukan perorangan yang memperhatikannya seperti fobia sosial. Fobia ini sering mengenai remaja, dimana frekuensinya sama antara wanita maupun pria. Fobia sosial biasanya disertai harga diri yang rendah dan takut untuk dikritik.

Fobia khusus adalah fobia yang terbatas pada situasi yang spesifik misalnya : tempat tinggi, petir, guntur dll. Fobia ini biasanya timbul pada masa kanak-kanak atau dewasa muda dan menetap sampai puluhan tahun bila tidak diobati.

II. fobia terhadap rangsangan dari dalam:

1. Fobia terhadap penyakit, merupakan rasa takut yang sangat terhadap penyakit khusus, misalnya: kanker, sakit jantung dan lain- lain.

2. Fobia obsesif, merupakan rasa takut terhadap perasaan sendiri yang disadari oleh penderita namun tidak atas kehendaknya dimana ia tidak dapat mengatsinya lagi, misalnya: khawatir menyakiti orang lain atau mengeluarkan kata-kata kotor dan lain- lain.

2.2.1 Penyebab rasa takut

Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:

- Pengaruh filogenetik - Pengaruh keturunan - Kepribadian

- Pengaruh budaya dan daerah - Pengaruh faal (fungsi) tubuh - Faktor biokimia

- Trauma dan tekanan - Teladan orang lain


(24)

15 2.3 Fobia dan Masyarakat

Fobia yang termasuk di dalam bagian abrnormal diartikan sebagai nonkonformitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial. Inilah yang disebut relativisme budaya : apa saja yang umum atau lazim ada normal. Kendati tidak selalu sepakat, namum patokan ini sering berlaku dalam masyarakat. Patokan ini didasarkan pada dua pengandian yang patut diragukan kebenarannya. Pertama, bahwa apa yang dinilai tinggi dan dilakukan oleh yang sejalan dengan norma- norma masyarakat yang berlaku selalu menunjang kepentingan individu itu sendiri maupun kepentingan kelompok atau masyarakatnya.

Dalam menuntukan batas tegas antara yang normal dan tidak normal. Coleman, Butcher dan Carson (1980) dengan tetap menyadari kekurangannya, akhirnya hanya menggunakan dua kriteria, yaitu abnormalitas sebagai penyimpangan dari norma-norma masyarakat dan abnormalitas dalam arti apa saja yang bersifat maladaptif, yang terakhir berarti apa saja yang tidak menunjang kesejahteraan sang individu, sehingga pada akhirnya juga tidak menunjang kemaslahatan meliputi baik kebahagian (survival) maupun perkembangan-pencapaian kepenuhan diri atau aktualiasi dari kemampuan yang dimiliki. Di antara kedua patokan ini pun, mereka cenderung menekankan yang kedua. Terbukti, meraka menyatakan (Coleman, Butcher & Carson, 1980):

“...the best criterion for determining the normality of behavior is not whether sociecty accepts it but rather whether if fosters the well-being of the individual and, ultimately, of the group” (hlm 14).

Maksudnya, kriteria terbaik untuk menentukan normalitas perilaku bukanlah bahwa masyarakat menerima atau menolaknya, melainkan apakah perilaku itu meningkatkan kesejahteraan individu dan, akhirnya, juga kemaslahatan masyarakat.


(25)

16 2.4 Cara Mengatasi Fobia

Menurut Mage (1996) dalam Psikologi Abnormal (2006, h.183), tanpa diketahui orang lain sebagian besar orang mengalami penderitaan karena fobia yang meraka alami dan tidak mencari pertolongan. Pada kenyataanya, banyak orang yang didiagnosis mengidap fobia oleh seorang ahli klinis tidak merasa dirinya mempunyai masalah yang memerlukan perhatian khusus. Keputusan untuk menjalani terapi sering kali muncul ketika terjadi perubahaan dalam kehidupan seseorang yang membuatnya terpapar dengan sesuatu yang telah dihindari atau diminimalkan selama bertahun – tahun. A. Terapi berbicara.

Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:

- Konseling : konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya cemas. Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.

- Psikoterapi : seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

- Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT) : yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.

B. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).

Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan- lahan seseorang


(26)

17

akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.

C. Menggunakan obat-obatan.

Penggunaan obat tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.

2.5 Buku

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku merupakan lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Buku merupakan media yang dipakai oleh anak-anak sampai orang tua untuk memperoleh informasi. Kini buku sudah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi.

2.5.1 Bagian Buku

Menurut Putra seperti yang dikutip oleh Bastudin (2013) menyatakan bahwa buku yang lengkap terdiri atas empat bagian, yaitu sampul (cover), pendahulu (preliminaries), isi (text matter) dan penyudah (postliminaries).

- Sampul (Cove r)

Menurut John Cremer seperti yang dikutip oleh Bastudin (2013) menyebutkan “You sell a book by its cover”. Dengan demikian, peran sampul berpengaruh terhadap penjualan buku. Sampul terdiri dari sampul depan, punggung buku dan sampul belakang.

- Sampul Depan

Sampul depan buku biasanya terdiri dari judul, nama penulis, penerbit dan edisi. Bagian yang penting dari sampul buku adalah judul buku. Judul buku memegang peranan penting karena menggambarkan sekilas isi buku. Judul berarti nama yang diberikan untuk menunjukkan sebuah buku. Judul


(27)

18

terdiri atas tiga jenis, yaitu judul, judul bab dan sub-bab. Judul umum tampak pada halaman sampul. Judul bab umumnya dapat dilihat di dalam buku.

- Punggung Buku

Punggung buku terdiri atas judul buku, nama penulis dan logo penerb it. Penulis tidak perlu membuatnya karena penerbitlah yang akan membuatnya.

- Sampul Belakang

Sampul belakang buku berisi sinopsis, logo dan nama penerbit dan barcode. Bagian yang cukup penting dari sampul belakang adalah sinopsis.

- Preliminaries

Preliminaries berisi halaman judul, halaman copyright, halaman persembahan, kata pengantar, prakata (jika ada), dan daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), dan daftar istilah (jika ada).

- Text matter

Bagian isi (text matter) berisi pendahuluan ,judul bab, subbab, dan subsubbab

- Postliminaries

Bagian penyudah berisi daftar isi, daftar istilah dan index.

2.5.2 Buku Ilustrasi

Ilustrasi adalah seni membuat gambar yang berfungsi untuk memperjelas dan menerangkan naskah. (Baldinger. 1986. h. 120). Dalam pembuatan buku ilustrasi, banyak menggunakan ilustrasi dalam menjelaskan suatu cerita. Hasil ilustrasi dari tulisan akan memudahkan untuk menjelaskan tulisan tersebut.


(28)

19

Karena dengan ilustrasi secara tidak langsung dapat mengetahui bentuk atau maksud dari tulisan.

2.5.3 Manfaat Ilustrasi

Berikut ini manfaat ilustrasi menurut Noorhadi (seperti dikutip Arsita, 2009, h.7).

- Menimbulkan daya tarik dan mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu.

- Mempermudah pengertian dari sesuatu yang bersifat abstrak atau hanya berupa teks.

- Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar kita dapat memperbesar bagian-bagian yang penting sehingga dapat diamati dengan jelas.

- Menyingkat suatu uraian. Suatu informasi yang diuraikan dengan kata-kata yang panjang dapat dipersingkat dengan menggunakan gambar.

2.6 Kesimpulan dan Solusi

Dari data-data prevalensi yang di dapatkan bahwa fobia banyak di alami oleh perempuan, dimana dari data tersebut untuk fobia khusus berkisar 7% pada laki - laki dan 16% pada perempuan, dan untuk fobia sosial perempuan berkisar 15% sedangkan laki - laki berkisar 11%. Dibutuhkan suatu media informasi berupa buku yang menjelaskan tentang fobia yang akan dikemas sebaik mungkin agar dapat menarik minat masyarakat terhadap buku. Media informasi berupa buku dipilih karena buku sangat erat dengan perempuan yang bisa dibaca berulang-ulang kali dan bisa dibawa kemana saja.


(29)

20 2.7 Pendekatan Segmentasi

Pendekatan-pendekatan segmentasi ada beberapa macam diantaranya adalah geografi, demografi, dan psikografi. Masing- masing pendekatan ini memiliki ciri-ciri yang berbeda satu sesuai.

- Demografis

- Umur : 13 - 17 Tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan dan Laki- laki - Pendidikan : SMP dan SMA

- Pekerjaan : Pelajar

- Psikografis

Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Mendefinisikan remaja untuk masyrakat Indonesia sama sulit nya dengan menetapkan defenisi remaja secara umum, sebagai pedoman umum dapat menggunakan batasan usia 11-22 tahun dan belum menikah untuk remaja indonesia (Sarlito Wirawan, 2000, h.14)


(30)

21

Menurut Sarlito Wirawan (2000, hal.14), terdapat 3 tahapan remaja yaitu:

1. Pra Remaja

Seorang remaja pada tahap ini masih mengembangkan fikiran-firan baru, kepekaan yang berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja sulit mengerti dan dimengerti.

2. Remaja Awal

Remaja awal berada dalam kondisi kebingungan kerena tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli, ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialits dan sebagainya.

3. Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan kesimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain.

Menurut Hrlock yang ditulis oleh Andi Mappiere (1982, hal.32), dalam masa remaja terjadi gejala-gejala negatif sebagai berikut:

1. Masa itu ingin menyadari atau mengisolasi diri.

2. Mengalami kurang untuk bekerja maksudnya malas melakukan sesuatu terutama dalam bekerja/belajar.

3. Koordinasi fungsi- fungi tubuh berkurang sehingga canggung/kurang luwes.

4. Mengalami kegelisahan/tak tenang

5. Dalam kehidupan mengalami pertentangan terhadap sosial/masyrakat.


(31)

22 6. Mengalami kepekaan emosi. 7. Mengalami kurang percaya diri.

8. Mengalami sering berkhayal/berfantasi dan melaman

Menurut Sarlito Wirawan (2000, hal.15), beberapa penyesuaian diri yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:

1. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan.

2. Mencapai posisi yang diterima oleh masyrakat.

3. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai- nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan. 4. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman

sendiri dan dalam kaitanya dengan lingkungan (Carballo, 1978, h.250)

- Geografis

Pemilihan target audiens berdasarkan geografis ditujukan untuk daerah perkotaan di seluruh Indonesia.


(32)

23 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Pengertian strategi menurut Stephanie K (seperti dikutip dalam Bernado Periangan, 2011). Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Media informasi berbentuk buku merupakan salah satu media yang tepat untuk menginformasikan, dan menjelaskan mengenai fobia, karena dengan buku komunikasi fobia bisa tersampaikan dengan baik, karena buku sendiri merupakan salah satu media yang tepat untuk menerangkan dan menjelaskan dengan keunggulan buku itu sendiri yaitu tidak terburu-buru oleh objek yang bergerak dan bisa dibaca atau dilihat berulang-ulang serta bisa dibawa kemana saja. Buku juga dapat menjangkau seluruh golongan sosial sehingga semua orang dapat melihat tanpa bergantung dengan media apapun.

3.1.1 Pendekatan Visual

1. Visual

Pendekatan visual yang digunakan adalah menggunakan karakter yang dirangkum dalam info grafis yang akan menjelaskan tentang fobia. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan untuk mengenalkan fobia secara langsung. Setiap panel terdapat bagian-bagian penjelasan setiap karakter yang mengalami fobia berbeda-beda dan pemilihan warna yang lebih cerah namun masih masuk akal. Hal itu dilakukan agar visual terlihat menarik dan dapat diingat oleh semua orang. Dengan demikian pembaca dengan mudah menerima informasi berupa visual yang akan disampaikan.


(33)

24 2. Verbal

Bahasa verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia karena target dari medianya merupakan seluruh masyarakat Indonesia dari seluruh golongan sosial. Bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa indonesia yang tidak baku yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Bahasa dalam kajian psikologi dipakai dalam media ini dan diformat dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti.

3.1.2 Strategi Kreatif

Pendekatan dengan memberikan informasi teks dan visual. Dimana pada umur 13 - 17 tahun tahun masih berada di fase perkembangan dan daya pikir mereka belum bekerja dengan baik. Oleh karena itu, dalam penyampaian informasi kepada remaja dalam usia tersebut dapat melalui teks dan visual sebagai gambaran dan pengetahuan. Media informasi disajikan dalam bentuk info grafis dengan gaya komik strip yaitu dengan dihadirkannya karakter-karakter di dalam buku agar lebih tertarik dan tidak cepat bosan.

Buku ilustrasi tentang pengenalan fobia ini memiliki alur cerita mulai dari seorang remaja mengalami fobia kemudian perilaku lingkungan terhadap dirinya, mengetahui penyebab fobianya, serta pada akhirnya dapat mengatasi fobia tersebut.


(34)

25

Kata iFobia merupakan plesetan atau singkatan dari kata “ih” yang dalam kamus besar bahasa indonesia kata “ih” mempunyai arti kata seru untuk menyatakan heran, kecewa dan sebagainya, di tambah dengan tagline “Fobia Siapa Takut!” membuat seseorang ketika membaca judul tersebut mereka akan merasa penasaran dan tertantang untuk membaca buku ini. Anjing yang terdapat di judul buku ini merupakan anjing Artois Hound Dogs merupakan anjing keturunan Bloodhound tersebut memilki karakter sangat percaya diri dan aktif, karakter anjing ini pas untuk menggambarkan bahwa buku ini akan membantu pembaca untuk percaya diri menghadapi fobianya. Di Indonesia fobia anjing juga termasuk paling banyak, karena anjing merupakan salah satu hewan yang sering di temui d i sehari- hari, maka dari itu dipilihlah karakter anjing untuk judul buku.

3.1.3 Strategi Media

Media Utama

Media yang akan digunakan adalah buku pengayaan berupa buku ilustrasi yang berisi tentang pengenalan fobia untuk menunjang buku teks pelajaran serta memperkaya pengetahuan.

Media Pendukung Poster

Digunakan sebagai media promosi agar media informasi tentang pengenalan fobia dapat diketahui oleh calon konsumen. Poster sudah sering digunakan sebagai media promosi. Dengan demikian, poster dinilai tepat untuk mempromosikan buku ilustrasi tersebut. Poster di tempatkan di tokoh buku yang di distribusikan dengan jangka waktu selama 3 bulan.

Pembatas Buku

Berguna untuk menandai sampai dimana halaman buku yang belum selesai dibaca. Dengan warna-warna dan bentuk karakter yang lebih menarik, dapat digunakan sebagai pengingat sesudah membaca buku.


(35)

26

Pembatas buku di masukan kedalam 1 paket buku ilustrasi, tidak ada jangka waktu untuk pembatas buku.

Kaos

Salah satu media yang efektif dalam menyampaikan informasi yang akan disampaikan karena kaos digunakan sebagai pakaian dalam kegiatan sehari-hari. Kaos merupakan salah satu paket dari buku ini, jika membeli paket 2 maka pembeli akan mendapatkan kaos tersebut. Kaos memiliki jangka waktu sebulan, lewat dari jangka waktu kaos tidak dijual lagi.

Stiker

Merupakan gimmick ketika membeli buku pengenalan fobia, sekaligus media pengingat dan promosi kepada orang yang melihatnya. Stiker sama dengan pembatas buku, yang juga termasuk dalam 1 paket buku dan tidak ada jangka waktu untuk stiker.

X-Banne r

X-banner adalah media yang digunakan untuk menyampaikan informasi, berbentuk banner dengan konstruksi penyangga berbentuk "X" sehingga banner bisa berdiri sendiri. X-Banner dapat ditempatkan dimanapun tanpa bergantung tempat. Sama dengan halnya poster, X- Banner juga akan ditempatkan di tokoh buku yang didistribusikan dengan jangka waktu 3 bulan.

Pin

Merupakan suatu benda yang sering direkatkan pada suatu benda seperti tas atau baju, pin sangat berguna untuk menyampaikan informasi dan promosi karena pin dapat dilihat orang dimanapun, pin juga salah satu paket dari buku ini, untuk mendapatkan pin pembeli harus membeli paket 1 yang memiliki jangka waktu 2 bulan.


(36)

27 3.1.4 Strategi Distribusi

Produksi dan pendistribusian buku iFobia akan bekerja sama dengan pihak Bukune. Proses pendistribusiannya akan dilakukan sepanjang tahun utamanya pada saat liburan sekolah. Hal tersebut bertujuan untuk menambah angka penjualan. Pendistribusiannya dilakukan di toko-toko buku besar yang ada di Indonesia. Awal pendistribusian adalah bulan Oktober karena pada bulan ini merupakan liburan Idul Adha dan tanggal merah tahun baru Hijriah. Dengan demikian awal pendistribusian pada bulan ini dapat menambah angka penjualan.

Buku ilustrasi iFobia Paket 1 yang didalamnya sudah termasuk, pin, stiker, mug, pembatas buku diprediksi akan dijual dengan harga Rp 60.000, jika hanya membeli bukunya saja Rp.40.000 bonus pembatas buku dan stiker didalamnya. Jika membeli iFobia Paket 2 yang didalamnya sudah termasuk 2 buku, pin, stiker, mug, pembatas buku, koas Rp. 150.000. Jangka waktu iFobia paket 1 adalah 2 bulan, sedangkan iFobia paket 2 adalah 1 bulan, jika melewati jangka waktu tersebut pin, mug dan kaos dihilangkan. Poster dan X-Banner distribusikan ke toko buku yang menjual produk tersebut selama tiga bulan dari bulan Oktober sampai bulan Desember. Poster dan X-Banner tersebut digunakan sebagai media untuk promosi.

3.1.5 Strategi Media Informasi

Dengan berkembangnya dunia teknologi saat ini banyak situs-situs jejaring sosial yang menarik perhatian banyak massa. Facebook dan twitter merupakan dua situs jejaring sosial yang belakangan ini sangat diminati anak kecil, remaja maupun dewasa. Dipilihnya facebook dan twitter merupakan salah satu langkah menjadikan media sosial sebagai wadah menampung informasi mengenai fobia dan diharapkan pembaca dapat saling bertukar pengalaman seputar fobianya, serta membantu dan menambah pengetahuan fobia diluar materi buku khususnya bagi pembaca yang mengidap fobia.


(37)

28

Media ini juga dapat digunakan sebagai sarana promosi buku dan juga dapat digunakan untuk penjualan buku secara online.

Gambar 3.2 Tampilan Facebook iFobia

Gambar 3.3 Tampilan Twitter iFobia

3.2 Konsep Visual

Visualisasi yang akan ditampilkan yaitu ilustrasi berupa karakter - karakter yang sedang menderita fobia, kemudian perilaku lingkungan terhadap dirinya, mengetahui penyebab fobianya, serta pada akhirnya dapat mengatasi fobia tersebut. Media informasi disajikan dalam bentuk info grafis dengan gaya komik strip yaitu dengan dihadirkannya karakter-karakter di dalam buku agar lebih tertarik dan tidak cepat bosan.


(38)

29 3.2.1 Format Desain

Landscape berukuran khusus 20,5cm x 14,2cm. Bertujuan agar buku mudah dibawa atau fleksibel karena ukurannya yang tidak terlalu besar dan tebal.

Gambar 3.4 Contoh ukuran buku

3.2.2 Tata Letak

Menurut Tom Lincy seperti yang dikutip oleh Adi Kusrianto (2006) ada 5 prinsip utama desain yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Kelima hal ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan buku pengenalan jenis-jenis fobia.

Pada bagian cover, area ilustrasi dibuat lebih luas dan judul diletakan di sisi kanan tengah dapat menjadi pusat perhatian karena diletakan di atas dengan ukuran yang cukup besar.


(39)

30

Gambar 3.5 Tata letak cover buku

Sama dengan cover depan di bagian cover belakang ilustrasi dibuat lebih luas dan sipnosis rangkuman isi buku diletakan di atas agar dapat mudah di baca.

Gambar 3.6 Tata letak cover belakang buku

3.2.3 Tipografi

Menurut Danton Sihombing (2001, hal.24), Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.


(40)

31

Isi teks font yang digunakan pada bagian isi teks pada halaman adalah font “Myriad Pro”. Font ini dipilih karena mempunyai karakter yang serius tapi santai, sehingga isi teks yang banyak tidak membuat lelah ketika membacanya.

Gambar 3.7 Font Myriad Pro

Gambar 3.8 Font judul buku

Untuk judul buku ilustrasi font yang digunakan adalah “Dimbo” tipe reguler sedangkan untuk tagline judul buku menggunakan “SF Comic Script” tipe ruguler, dipilih nya “SF Comic Script” di tagline agar menambah kesan tegas.

3.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan,


(41)

32

puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.

Ilustrasi yang digunakan merupakan ilustrasi dengan tipe karakter kartun sederhana, agar dapat membuat pembaca tertarik dan mudah dimengerti dalam pembahasannya. Berikut referensi ilustrasi yang akan digunakan:

Gambar 3.9 referensi ilustrasi fobia dalam infografis Sumber : www.onlinedating.org (25 April 2014)

Gambar 3.10 referensi karakter 1 fobia dalam infografis Sumber : www.onlinedating.org (25 April 2014)


(42)

33

Gambar 3.11 referensi karakter 2 fobia dalam infografis Sumber : COLUMN FIVE (2 Mei 2014)

A. Studi Karakter

Pada buku ilustrasi pengenalan fobia terdapat seorang tokoh remaja perempuan yang bernama Wani Puspandari atau biasa dipanggil Ani, Ani adalah siswi sekolah menang pertama (SMP) yang kesulitan untuk menghadapi fobianya, tidak jarang teman-temannya menjadikan dirinya sebagai bahan tertawaan.

Dipiliah nama Wani Puspandari, nama tersebut diambil dari bahasa Jawa, wani yang artinya berani. Sedangkan P uspandari merupakan nama untuk anak perempuan di Indonesia yang juga memiliki arti sama yaitu berani. Pemilihan rambut lurus dan kaos bergambar bunga untuk menyampaika n bahwa tokoh utama merupakan siswi SMP, yang dimana postur badan juga belum terbentuk.


(43)

34

Gambar 3.12 Perancangan karakter utama “Ani”

Ibu Widyanti adalah seorang psikoterapi yang membantu Ani untuk mengatasi fobianya, serta menjelaskan seputar fobia ke Ani. Dipilihnya nama Widyanti merupakan nama untuk anak perempuan di Jawa yang memiliki arti wanita yang berilmu. Penampilan rambut kriting serta jas rapih membuat ibu Widyanti terlihat tampak serius dan akhirnya dapat membuat pembaca mempercayai penjelasan yang diberikan ibu Widyanti.


(44)

35

Terdapat juga karakter pendukung yang mengidap fobia yaitu Andi, Roid, Surya. Andi merupakan karakter pendukung yang mengalami fobia wanita cantik, Roid adalah karakter pendukung yang mengalami fobia mandi, dan Surya karakter pendukung yang mengalami fobia makan.

Gambar 3.14 Perancangan karakter pendukung “Andi”

Gambar 3.15 Perancangan karakter pendukung “Roid”


(45)

36

Karakter ini merupakan karakter tambahan untuk menjelaskan penyebab kemunculan fobia, kakek dan ayah ini adalah gambaran ayah dan kakek dari para pembaca.

Gambar 3.17 Karakter kakek dan ayah pembaca

Hewan yang digambarkan menggunakan gaya gambar kartun agar pembaca tidak terlalu takut. Contoh studi karakter yang dibuat dari hewan sebagai berikut:


(46)

37 B. Ilustrasi pada Buku

Didalam cover buku Ilustrasi “iFobia” terdiri dari judul buku, logo penerbit, nama penulis, ilustrasi karakter anjing dan sign system dari bagian isi buku.

. Gambar 3.19 Tampilan cover depan buku

Pada lembaran pertama buku di ilustrasi ini tedapat cover dalam dan pada lembaran kedua terdapat editorial dan tahun terbit serta nama penerbit yang diletakan di samping sudut kiri.

Gambar 3.20 Tampilan lembaran 1 dan 2

Untuk lembaran ketiga terdapat daftar isi buku iFobia yang di sampingnya juga diletakan judul dari buku ini. Masuk di halaman pertama buku ini terdapat seorang toko utama bernama Wani Puspandari yang memperkenalkan dirinya.


(47)

38

Gambar 3.21 Tampilan daftar isi dan halaman 1

Halaman 2 dan 3 ini merupakan pengenalan dan penjelasan awal tentang fobia, ilustrasi yang terdapat di buku ini adalah sign system komputer, hp, dan buku, dimana disini sang toko utama akan menjelaskan pengertian fobia yang didapatnya dari internet.

Gambar 3.22 Tampilan halaman 2 dan halaman 3

Halaman 4 terdapat seorang anak laki- laki yang menunjuk sambil tertawa ini merupakan gambaran dari peristiwa sang toko utama dijadikan bahan ejekan atau tertawaan oleh temannya karena fobia yang diderita nya, lanjut ke halaman 5 disana toko utama Wina Puspandari merasa sedih karena diejek dan ditertawakan, terlihat dari ilustrasi sang toko menutup muka dengan tangannya, dan tedapat tangan yang sedang menunjuk ke arahnya.


(48)

39

Gambar 3.23 Tampilan halaman 4 dan halaman 5

Halaman 6 tedapat siluet putih seorang laki- laki yang ditunjuk, ini bertujuan untuk mengajak sih pembaca berinteraksi dengan buku. Di halaman 7 sang toko utama dikenalkan ke seorang psikoterapi.

Gambar 3.24 Tampilan halaman 6 dan halaman 7

Halaman 8 merupakan penjelasan ketakukan d ari fobia, masuk ke halaman 9 tedapat karakter anjing ini merupakan perbedaan dari rasa takut biasa dengan rasa takut tidak biasa (fobia).


(49)

40

Halaman 10 terdapat foto ular disini dijelaskan bahwa penderita fob ia bisa takut hanya dengan melihat fotonya saja. Untuk halaman 11 disana terdapat gambaran mengenai gejala fobia yang dialami oleh tokoh utama.

Gambar 3.26 Tampilan halaman 10 dan halaman 11

Halaman 12 terdapat ilustrasi kaki seorang perempuan dengan high heels, hal ini untuk menginformasikan bahwa pada halaman ini akan membahas data fobia di perempuan, dan di halaman 13 terjadi tanya jawab tokoh utama Wani Puspandari dan ibu Widyanti tentang data fobia di perempuan.

Gambar 3.27 Tampilan halaman 12 dan halaman 13

Pada halaman 14 terlihat ibu Widyanti sedang menjelaskan ke pembaca awal penyebab sebuah fobia, di halaman 15 terdapat ilustrasi janin bayi yang dimana pada halaman ini dijelaskan bahwa fobia dapat muncul dari keturunan.


(50)

41

Gambar 3.28 Tampilan halaman 14 dan halaman 15

Halaman 16 terdapat ilustrasi seorang kake dan ayah ini merupakan penjelasan bahwa fobia dapat diturunkan dari pengalaman orang tua, sedangkan di halaman 17 lanjutan dari halaman 16 disini pembaca di ajak berintraksi kembali, dengan garis yang terhubung ke kake, ayah dan berlanjut ke kata KAMU.

Gambar 3.29 Tampilan halaman 16 dan halaman 17

Halaman 18 kelanjutan dari materi awal mulai penyebab sebuah fobia terlihat ilustrasi sign system pertumbahan seseorang dari bayi hingga dewasa, ini menjelaskan bahwa fobia dapat terjadi berdasarkan pengalaman awal. Di halaman 19 merupakan halaman judul jenis-jenis fobia.


(51)

42

Gambar 3.30 Tampilan halaman 18 dan halaman 19

Pada halaman 20 terdapat ilustrasi toko utama Wani Puspandari ketakutan melihat anjing karena Wani menderita fobia anjing, dan di halaman 21 merupakan penjelasan dari fobia anjing tersebut.

Gambar 3.31 Tampilan halaman 20 dan halaman 21

Halaman 22 terdapat ilustrasi seseorang mengidap fobia wanita cantik, terlihat dari ilustrasi orang tersebut ketakutan ketika berada di dekat wanita yang cantik, di halaman 23 merupakan penjelasan dari fobia wanita cantik.


(52)

43

Pada halaman 24 terlihat seorang laki- laki ketakutan dan gemetar ketika melihat makanan, ini adalah gambaran dari fobia makanan dan di halaman 25 merupakan penjelasan dari fobia makanan itu sendiri.

Gambar 3.33 Tampilan halaman 24 dan halaman 25

Halaman 26 merupakan kondisi dimana seseorang mengidap fobia dokter, terlihat dari kepanikan dan ketakutan tokoh utama Wina Puspandari yang mengidap fobia dokter, dan untuk halaman 27 merupakan penjelasan dari fobia dokter.

Gambar 3.34 Tampilan halaman 26 dan halaman 27

Pada halaman 28 terdapat ilustrasi seseorang sedang panik ketika berada di bak pemandian, terlihat dari raut wajahnya yang cemas ini merupakan fobia takut mandi, dan di halaman 29 merupakan penjelasan dari fobia tersebut.


(53)

44

Gambar 3.35 Tampilan halaman 28 dan halaman 29

Halaman 30 terlihat tokoh utama sedang bersembunyi dibawah selimut untuk menghindari fobianya yaitu fobia petir, ilustrasi petir yang terlihat di jendela serta ekspresi ketakutan yang sedang dialaminya merupakan suatu kejadian seseorang mengidap fobia petir, dan di halaman 31 merupakan penjelasan dari fobia petir ini.

Gambar 3.36 Tampilan halaman 30 dan halaman 31

Halaman 32 Terdapat seorang laki - laki yang sedang memegang sebuah obor di kegelapan dan terlihat sesosok mata seram dibelakangnya, dengan raut muka cemas dan takut ini merupakan kejadian ketika seseorang mengidap fobia gelap. Halaman 33 penjelasan dari fobia tersebut.


(54)

45

Gambar 3.37 Tampilan halaman 32 dan halaman 33

Pada halaman 34 terdapat beberapa daftar fobia dari A sampai Z, ini berguna untuk menambah pengetahuan pembaca tentang jenis-jenis fobia, dan di halaman 35 terlihat siluet putih seorang perempuan, dengan kalimat “Apakah kamu termasuk salah satu dari mereka?” ini bertujuan untuk mengajak sih pembaca berinteraksi dengan buku.

Gambar 3.38 Tampilan halaman 34 dan halaman 35

Halaman 36 adalah suatu halaman judul pembuka materi untuk mengatasi fobia, terdapat sign system atau icon yang melambangkan cara mengatasi fobia. Halaman 37 terdapat sign sytem sebuah papan dan kertas yang sering digunakan konseling untuk mencatat keluhan pasiennya, yang dimana konseling merupakan salah satu cara untuk mengatasi fobia.


(55)

46

Gambar 3.39 Tampilan halaman 36 dan halaman 37

Pada halaman 38 terlihat sign system seorang psikoterapi ini menggambarkan bahwa psikoterapi adalah salah satu alternatif untuk mengatasi fobia. Halaman 39 merupakan terapi prilaku dengan menggali pikiran seseorang, maka dari itu dipilihnya sign system kepala dan otak.

Gambar 3.40 Tampilan halaman 38 dan halaman 39

Halaman 40 merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi fobia dengan cara pemaparan diri, maka dari itu dipilihnya pengeras suara dan otak yang sedang bekerja, untuk menggambarkan terapi tersebut. Pada Halaman 41 terdapat sign sytem obat-obatan, karena obat juga dapat mengatasi kecemasan yang berlebihan.


(56)

47

\ Gambar 3.41 Tampilan halaman 40 dan halaman 41

Halaman 42 merupakan halaman kesimpulan dimana terlihat sosok tokoh utama Wani Puspandari sangat bersemangat dan ceria ketika mengetahuai dan menerima pengetahuan fobia yang diberikan oleh Ibu Widyanti, dengan sedikit menambahkan kata-kata penyemangat ini bertujuan untuk mengajak pembaca merasakan apa yang Wani rasakan. Halaman 43 terdapat kata-kata kutipan seseorang sebagai tambahan penyemangat ke para pembaca.

Gambar 3.42 Tampilan halaman 42 dan halaman 43

Pada Halaman cover belakang digambarkan seekor anjing yang yang sedang duduk, diatasnya terdapat sinopsis untuk menginformasikan isi yang ada didalam buku ini. Pada back cover ini terdapat barcode logo penerbit dan alamat penerbit di pojok bawah.


(57)

48

Gambar 3.43 Tampilan cover belakang buku

3.2.5 Warna

Warna merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sebuah perancangan buku ini. Warna dapat dikategorikan sebagai alat untuk memperkuat pesan yang akan disampaikan. Dengan pemilihan warna yang disesuaikan dengan karakter remaja yang bertujuan agar pembaca tidak bosan saat membaca.

Adapun teknik pewarnaan yang dilakukan adalah dengan teknik pewarnaan digital menggunakan software Adobe Illustrator. Mode warna yang dipakai adalah CMYK karena mode warna tersebut digunakan untuk media yang dicetak menggunakan pigmen warna.


(58)

49

Gambar 3.44 Warna yang dipakai

Menurut Surianto, rustan (2009, hal.73) arti warna tersebut adalah:

- Jingga :

energi, keseimbangan, antusiasme, flamboyan, kesenangan, agresi, menonjol, emosi berlebihan, peringatan, bahaya, hasrat.

- Orange :

gembira, bahagia, optimis, idealisme, harapan, sakit, takut, bahaya, tidak jujur, lemah, feminim, bergaul, persahabatan, kematian, berani.

- Hijau :

kecerdasan tinggi, masa muda, lingkungan hidup, murah hati, agresi, dingin, malu, sakit, tulus, pembaruan, pertumbuhan, kesehatan, kesimbangan, harmoni, stabil, tenang, kreatif.

- Ungu :

spiritual, misteri, bijaksana, pencerahan, menonjol, berlebihan, tidak senonoh, kebingungan, harga diri, kehalusan.


(59)

50 - Hitam :

ketakutan, depresi, kemarahan, kematian, kecerdasan, pemberontakan, misteri, ketiadaan, kekuatan, serius, mengikuti kecenderungan sosial, anarki, kesatuan, dukacita.


(60)

51 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Ilustrasi

Media utama yang digunakan adalah buku pengayaan berupa buku ilustrasi tentang mengenalkan fobia. Selain itu disertai dengan media pendukung. Dengan begitu tujuan dari pembuatan buku ilustrasi ini untuk memperkenalkan tentang fobia dapat mencapai tujuan yang direncanakan.

4.2 Teknis Produksi Media

Proses pembuatan buku ilustrasi tentang pengenalan fobia ini dimulai dengan pembuatan sketsa kemudian berkembang menjadi storyline. Selanjutnya, dikembangkan kembali menjadi storyboard yang terdiri dari narasi dan visualisasi, merupakan jalan cerita dari masing- masing informasi yang ingin di sampaikan.

Setelah proses sketsa yang sebelumnya telah dilakukan studi terlebih dahulu, selanjutnya adalah dilakukan proses scanning dengan menggunakan media scanner. Seluruh sketsa kemudian discan dan diedit, selanjutnya sketsa-sketsa tersebut mengalami proses tracing dan dilakukan pewarnaan dengan proses digital juga dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS5. Selanjutnya file yang telah selesai siap untuk dicetak.


(61)

52 4.3 Media Utama

Gambar 4.1 Cover depan dan cover belakang buku

Adapun spesifikasi media utama buku cerita bergambar yaitu: Format / bentuk : Landscape

Ukuran : 20,5 cm x 14,2 cm

Material : Kertas art paper 230 gram Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4 Media Pendukung

Sama seperti media utama, teknis perancangan media pendukung pun tidak jauh berbeda, hanya saja konten-kontennya sudah dibuat terlebih dahulu dan sudah disimpan dengan format .jpg berfungsi agar memudahkan saat proses pengerjaan media lain.


(62)

53 4.4.1 Poster

Gambar 4.2 Poster

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : A3

Material : Kertas art paper Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4.2 Pembatas Buku

4.3 Pembatas Buku

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 14 cm x 15cm Material : Kertas art paper Teknik Produksi : Cetak Offset


(63)

54 4.4.3 X-Banne r

Gambar 4.4 X-Banner

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Bahan khusus kain silk banner Teknik Produksi : Cetak Offset


(64)

55 4.4.4 Stiker

Gambar 4.5 Stiker

Format / bentuk : Potrait dan Persegi Material : Kertas Stiker Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4.5 Kaos

Gambar 4.6 Koas

Format / bentuk : All Size

Material : Katun Combat 24s Teknik Produksi : Sablon


(65)

56 4.4.6 Mug

Gambar 4.7 Mug

Format / bentuk : -

Material : Keramik

Teknik Produksi : Digital Printing

4.4.7 Pin

Gambar 4.8 Pin

Format / bentuk : 4 x 4,4 cm Material : Plastik Teknik Produksi : Cetak Offset


(1)

51 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Ilustrasi

Media utama yang digunakan adalah buku pengayaan berupa buku ilustrasi tentang mengenalkan fobia. Selain itu disertai dengan media pendukung. Dengan begitu tujuan dari pembuatan buku ilustrasi ini untuk memperkenalkan tentang fobia dapat mencapai tujuan yang direncanakan.

4.2 Teknis Produksi Media

Proses pembuatan buku ilustrasi tentang pengenalan fobia ini dimulai dengan pembuatan sketsa kemudian berkembang menjadi storyline. Selanjutnya, dikembangkan kembali menjadi storyboard yang terdiri dari narasi dan visualisasi, merupakan jalan cerita dari masing- masing informasi yang ingin di sampaikan.

Setelah proses sketsa yang sebelumnya telah dilakukan studi terlebih dahulu, selanjutnya adalah dilakukan proses scanning dengan menggunakan media

scanner. Seluruh sketsa kemudian discan dan diedit, selanjutnya sketsa-sketsa

tersebut mengalami proses tracing dan dilakukan pewarnaan dengan proses digital juga dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS5. Selanjutnya file yang telah selesai siap untuk dicetak.


(2)

52 4.3 Media Utama

Gambar 4.1 Cover depan dan cover belakang buku

Adapun spesifikasi media utama buku cerita bergambar yaitu: Format / bentuk : Landscape

Ukuran : 20,5 cm x 14,2 cm

Material : Kertas art paper 230 gram Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4 Media Pendukung

Sama seperti media utama, teknis perancangan media pendukung pun tidak jauh berbeda, hanya saja konten-kontennya sudah dibuat terlebih dahulu dan sudah disimpan dengan format .jpg berfungsi agar memudahkan saat proses pengerjaan media lain.


(3)

53 4.4.1 Poster

Gambar 4.2 Poster

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : A3

Material : Kertas art paper Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4.2 Pembatas Buku

4.3 Pembatas Buku

Format / bentuk : Landscape Ukuran : 14 cm x 15cm Material : Kertas art paper Teknik Produksi : Cetak Offset


(4)

54 4.4.3 X-Banne r

Gambar 4.4 X-Banner

Format / bentuk : Potrait

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Bahan khusus kain silk banner Teknik Produksi : Cetak Offset


(5)

55 4.4.4 Stiker

Gambar 4.5 Stiker

Format / bentuk : Potrait dan Persegi Material : Kertas Stiker Teknik Produksi : Cetak Offset

4.4.5 Kaos

Gambar 4.6 Koas

Format / bentuk : All Size

Material : Katun Combat 24s Teknik Produksi : Sablon


(6)

56 4.4.6 Mug

Gambar 4.7 Mug

Format / bentuk : -

Material : Keramik Teknik Produksi : Digital Printing

4.4.7 Pin

Gambar 4.8 Pin

Format / bentuk : 4 x 4,4 cm Material : Plastik Teknik Produksi : Cetak Offset