commit to user
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Demam berdarah DB dan demam berdarah dengue DBD hingga kini
masih merupakan masalah serius bagi pemerintah maupun masyarakat di Indonesia. Sejak penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968,
penyakit ini meluas ke seantero wilayah Indonesia dan sering terjadi kejadian luar biasa. Pada tahun 2006,tercatat 113.640 kasus DBD di Indonesia dengan jumlah
kematian 1184 Kusriarti, 2007. Di Surakarta, jumlah kasus DBD pada anak-anak yang dirawat di RS Dr.Moewardi pada tahun 2007 sebanyak 216 dan yang
meninggal adalah 8 orang , sedangkan pada orang dewasa jumlah penderita 112 orang dan yang meninggal 1 orang. Dari bulan januari sampai maret 2008 jumlah
kasus DBD pada anak-anak sebanyak 89 kasus, meninggal 2 orang dan pada orang dewasa jumlah kasus DBD sebanyak 57 orang Guntur, 2008.
Demam berdarah dengue masih menjadi perhatian besar oleh karena morbiditasnya yang masih tinggi, penyebarannya yang luas, dan pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit ini yang masih rendah. Beberapa masalah klinis timbul pada pasien rawat jalan oleh karena sulitnya memprediksi apakah akan
menjadi dengue klasik, DBD atau DBD dengan syok. Adanya keterbatasan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya kebocoran plasma yang
berkaitan dengan tidak adanya biaya lebih menyulitkan untuk menegakkan diagnosis, dilain pihak juga tidak ada data tentang nilai hematokrit yang normal
untuk masing-masing populasi berdasarkan usia dan jenis kelamin atau masing-
commit to user
2 masing individu sehat dan pasien yang keluar rumah sakit sebelum fase yang
normal Guntur, 2008. Beberapa hal memerlukan perhatian serius. Pertama, penyakit ini semula terjadi di seputar musim penghujan tetapi kini hampir pada
setiap situasi di berbagai daerah masih terjadi kasus demam berdarah dengue. Kedua, adanya potensi pergeseran umur penderita demam berdarah dengue dari
anak ke dewasa. Ketiga, tingkat keseriusan penderita demam berdarah dewasa yang juga semakin tinggi sehingga tidak sedikit yang mengancam jiwa
Nasronudin, 2007. Manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat bervariasi. Spektrum
variasinya sedemikian luas mulai dari asimtomatis, demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue, demam berdarah dengue, hingga sindrom syok dengue,
serta ensefalopati dengue. Dalam penatalaksanaan sehari-hari juga dihadapkan berbagai problem, selain diagnostik klinis saat penderita masuk rumah sakit, juga
problem untuk meramalkan atau menentukan perjalanan penyakit DBD, akankah bermanifestasi ringan yang cepat sembuh dan segera berobat jalan, atau justru
memberat dan terjadi komplikasi-komplikasi yang berakibat fatal, atau terdapat problem lain yaitu terjadi koinsiden dengan penyakit lain seperti hepatitis virus,
malaria, pneumonia, terutama pada penderita-penderita dengan kondisi imunokompromais,misalnya pada pasien usia lanjut, gagal ginjal kronis, diabetes
melitus, dan sirosis hepatik Hadi, 2007. Berbagai faktor terlibat sehubungan masih tingginya angka kejadian dan
kematian akibat DBD. Pertama, faktor virus dengue yang akhir-akhir ini potensial mengalami mutasi genetik ke arah lebih virulen yang menyebabkan tingkat
commit to user
3 keseriusan penderita DBD dewasa semakin berat. Kedua, vektor nyamuk aedes
aegypti potensial mengalami perubahan gaya hidup yang cenderung menjadi lebih ramah lingkungan. Ketiga, bagaimana respons imun host, apakah ada perubahan
dalam sistem kekebalan alamiah dan kekebalan didapat dalam memberikan respons terhadap virus dengue Nasronudin, 2007
Walaupun sudah beberapa dekade dilakukan penelitian, patogenesis infeksi virus dengue masih belum dipahami dengan baik. Beberapa hipotesis telah
dirumuskan untuk menjelaskan terjadinya DBD dan syok pada DBD. Teori antibody-dependent enhancement ADE pada infeksi dengue merupakan hipotesis
yang paling diterima secara luas. Meskipun demikian,telah dibuat spekulasi juga bahwa viremia memainkan peranan penting dalam patogenesis infeksi dengue
berat Koraka dkk.,2001. Pada penelitian yang dilakukan terhadap pasien DBD yang dirawat di Rumah Sakit Siti Hajar Mataram pada tahun 2005, didapatkan
pasien dengan infeksi primer yang mengalami syok sebesar 6 , sedangkan pada pasien dengan infeksi sekunder syok terjadi pada 20 pasien Taufik dkk.,
2007. Teori antibody-dependent enhancement memprediksikan bahwa individu
yang sebelumnya secara imunologis telah tersensitisasi terhadap satu serotipe virus dengue akan membentuk antibodi non netralisasi yang akan memperhebat
masuknya virus dengue dengan serotipe yang berbeda pada infeksi dengue yang kedua pada fagosit mononuklear, meningkatkan aktifasi komplemen dan kinin,
dan pelepasan berbagai mediator yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular. Teori ini didukung oleh investigasi laboratorium dan beberapa penelitian
commit to user
4 yang menunjukkan bahwa pada wabah sebagian besar penderita DBD
menunjukkan gambaran respon imun sekunder Halstead,1989. Meskipun demikian, kasus DBD juga dilaporkan pada penderita dengan infeksi dengue
primer Gubler,1992. Semua jenis virus dapat ditemukan pada kasus fatal. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa di suatu daerah lebih banyak virus
dengue 3, di daerah lain virus dengue 2, sedangkan virus dengue 1 dan virus dengue 4 lebih jarang Sutaryo, 2005.
Kami ingin meneliti perbedaan manifestasi klinis penderita
DBD
dengan IgM
positif dan IgG negatif antidengue, IgM negatif dan IgG positif antidengue, dan IgM dan IgG positif antidengue pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Dr.Moewardi Surakarta. 1.2. Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan manifestasi klinis dan laboratorium antara penderita DBD
dengan IgM
positif dan IgG negatif antidengue, IgM negatif dan IgG positif antidengue, dan IgM dan IgG positif antidengue pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta. 1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan manifestasi klinis dan laboratorium antara penderita DBD
DBD
dengan IgM
positif dan IgG negatif antidengue, IgM negatif dan IgG positif antidengue, dan IgM dan IgG positif antidengue pada pasien yang dirawat di
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta.
commit to user
5
1.4. Manfaat Penelitian
Teoritis : Mengetahui hubungan antara respon imunopatologi pada DBD dengan manifestasi klinis dan laboratorium.
Praktis : Dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan pasien DBD yang dirawat di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta untuk
menurunkan angka kematian pasien DBD.
commit to user
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA