5
yang memfasilitasi untuk penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja Darmawati, dkk.,
2004.
KAJIAN PUSTAKA
1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk menjelaskan tentang corporate governance. Di
dalam teori ini berisi tenteang sebuah penjelasan mengenai hubungan antara agent manajer dan principal pemilik. Menurut Jensen and
Meckling 1976 dalam Sari 2010, hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agent. Inti dari hubungan
keagenan ini adalah terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Tujuan utama teori keagenan adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak
dapat mendesaign
kontrak yang
tujuannya untuk
meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetri dan kondisi yang mengalami ketidakpastian.
2. Asimetri Informasi information asymmetry
Posisi agent sebagai pemegang kunci informasi dan principal sebagai penerima informasi dari agent dapat memicu munculnya suatu
kondisi yang disebut informasi preparer dengan pihak principal secara umum tidak sebagai asimetri informasi information asymetri,
yaitu suatu kondisi dimana informasi yang diperoleh oleh pihak manajemen sebagai penyedia seimbang. Menurut Jensen and
Meckling 1976, terdapat dua macam asimetri informasi yaitu : a
Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agent
benar-benar didasarkan atas informasi yang diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah kelalaian tugas.
6
b Moral Hazard, yaitu permasalahan yang timbul jika agent tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
Komposisi Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah salah satu fungsi kontrol yang ada pada perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan
komisaris adalah salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Dalam perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal untuk
melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis dari manajemen. Dewan komisaris mempunyai
jabatan penting dari principal dan manajer dalam perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, jumlah antara dewan direksi
dengan dewan komisaris berbeda-beda. Jumlah anggota dewan komisaris harus lebih besar atau setidaknya sama dengan jumlah
anggota dewan direksi, karena apabila jumlah anggota dewan komisaris lebih sedikit dari jumlah anggota dewan direksi,
kemungkinan anggota dewan komisaris akan mendapatkan tekanan psikologis jika ada perbedaan pendapat antara kedua pihak tersebut
Indrayati, 2010.
Komposisi Dewan Direksi
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 Direksi yaitu suatu organ perseroan yang berwenang dan yang
bertanggung jawab penuh dalam kepengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, yaitu sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan dan mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan yang sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi secara tersurat diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.
Dalam Undang-Undang
dewan direksi
mempunyai tugas, diantaranya :
7
a Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan. b
Memilih, menetapkan dan mengawasi tugas karyawan dan kepala bagian manajer.
c Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.
d Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan.
Struktur Kepemilikan
Dalam struktur kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional:
a. Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham dari para
pemegang saham direksi dan komisaris yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Besarnya presentase kepemilikan
saham oleh manajer dapat mempengaruhi tindakan mereka dalam mengambil keputusan Pujiati dan Widanar, 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa insentifnya manajer dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
b. Kepemilikan Institusional adalah dengan adanya kepemilikan
oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh instusi keuangan
sehingga dapat mendorong dalam peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen Wahidahwatti, 2001.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency
cost Wahyudi dan Prawesti, 2006.
PERUMUSAN HIPOTESIS
1. Hubungan Komposisi Dewan Komisaris dengan Kinerja