5
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga Pak I Ketut Murdana yang didampingi, maka penulis melakukan
beberapa kunjungan ke kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan penulis melakukan pendekatan secara interpersonal kekeluargaan dengan keluarga Pak
Murdana, yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan mengenai program KKN terutama program KK dampingan, masalah kesehatan yang dialami,
problematika dalam bidang perekonomian, serta mengobservasi suasana tempat tinggal Pak Murdana.
2.1 Permasalahan Keluarga
Dalam waktu satu bulan pendampingan, telah dilakukan 24 kali pertemuan dengan keluarga Pak Murdana. Dalam jangka waktu tersebut telah diidentifikasi
beberapa permasalahan yang dikeluhkan oleh keluarga Pak Murdana. Beberapa masalah yang dihadapi keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara dan
pengamatan penulis adalah masalah perekonomian keluarga, masalah kesehatan, dan masalah penataan bangunan.
2.2 Masalah Prioritas
2.2.1 Masalah Perekonomian Pak Murdana mengatakan bahwa uang pensiunannya bersama istri
sesungguhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam sebulan Pak Murdana bersama istri menerima uang pensiunan dengan total
Rp 3.000.000. Nominal sebesar Rp 3.000.000 merupakan nilai yang cukup untuk kebutuhan Pak Murdana bersama istrinya yang saat ini hanya hidup
berdua, namun semenjak sakit yang diderita Pak Murdana sejak tahun 1997 ini menyebabkan uang pensiunan Pak Murdana bersama istri banyak
terpakai untuk kontrol ke rumah sakit dan membeli obat. Selain karena biaya cek kesehatan yang mahal, biaya transportasi juga cukup mahal
karena Pak Murdana berobat ke tiga tempat, yaitu Bangli, Gianyar, dan
6 Klungkung. Yang menjadi permasalahan utama adalah karena obat yang
dikonsumsi oleh Pak Murdana adalah obat seumur hidup, hal ini menyebabkan Pak Murdana banyak memiliki pengeluaran untuk obat-
obatan. Pengeluaran untuk kesehatan dan obat-obatan Pak Murdana menjadi prioritas utama dibandingkan hal lainnya.
2.2.2 Masalah Kesehatan Pak Murdana memiliki banyak permasalah dalam hal kesehatan. Pak
Murdana memiliki penyakit kencing manis sejak tahun 1997, setahun setelah Pak Murdana pensiun dari pekerjaannya sebagai guru SD di Desa
Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. Sejak dahulu pola makan Pak Murdana sulit untuk dikontrol. Pak Murdana mengatakan bahwa saat muda Pak
Murdana sangat suka makan, terutama masakan khas Bali. Pak Murdana juga mengatakan bahwa beliau sehari-harinya senang memakan makanan
yang digoreng dan berbumbu pekat. Hal ini yang menyebabkan selain mengidap penyakit kencing manis, Pak Murdana juga mengidap penyakit
kolesterol tinggi dan jantung. Pak Murdana diketahui memiliki penyakit jantung pada tahun 2014 dan setengah tahun kemudian terkena stroke
hingga 3 kali menjalani operasi. Saat ini Pak Murdana sudah dalam masa pemulihan. Pada tahun 1997 berat badan Pak Murdana mencapai 10
kilogram, namun sejak penyakitnya semakin parah, Pak Murdana mengalami penurunan berat badan hingga 30 kilogram. Pak Murdana
mengatakan bahwa saat ini beliau merasa tidak terlalu nyaman dengan pencernaannya. Pak Murdana sudah tidak mampu membedakan kondisi
saat lapar ataupun kenyang. Tensi Pak Murdana juga rendah, yaitu 9060. Istri Pak Murdana, Bu Ni Made Karsini, saat dikunjungi terlihat dalam
kondisi yang baik. Bu Karsini sejak muda adalah seorang guru yang sangat aktif. Saat pensiun pun Bu Karsini masih aktif di PKK dan sering
melakukan aktivitas di kantor desa. Bu Karsini sering ditunjuk untuk mengkoordinir kegiatan senam lansia ataupun lomba-lomba yang sering
diadakan berkaitan dengan pengembangan Desa Susut. Bu Karsini juga sering disibukkan dengan kegiatan ngayah dan gotong royong di pura dan
7 banjar sehingga beliau jarang berada di rumah untuk beristirahat. Tekanan
darah Bu Karsini tergolong tinggi walau belum dapat dikategorikan hipertensi, yaitu 14080. Gula darah Bu Karsini masih normal yaitu 115,
untuk gula darah Pak Murdana sendiri sudah kembali normal, yaitu 113. Saat berbincang-bincang dengan Bu Karsini, beliau mengatakan bahwa
akhir-akhir ini merasa kurang mendapat waktu istirahat karena bulan ini banyak kegiatan dinas dan kegiatan keagamaan.
2.2.3 Masalah Penataan Bangunan Tanah tempat Pak Murdana tinggal tergolong cukup luas, namun karena di
sana juga tinggal enam kepala keluarga lainnya, kediaman Pak Murdana nampak cukup padat. Pak Murdana hanya menempati 2 gedung. Bila
dilihat seksama, kedua gedung ini disatukan oleh kamar mandi yang tepat berada di antara dua gedung tersebut. Di depan kamar mandi dibuatkan
fondasi yang sudah beralaskan lantai, yang dijadikan teras sekaligus ruang tamu. Kedua gedung yang ditinggali oleh Pak Murdana bersama istri nya
berdiri kokoh namun cukup sederhana. Pak Murdana dan istrinya tidur di satu kamar yang kecil, 1 kamar lagi dikosongkan untuk anak-anak mereka
yang sudah merantau dan tinggal bersama keluarga kecilnya. Penataan bangunan Pak Murdana sesungguhnya tidak mengganggu aktivitas
keseharian Pak Murdana, namun penempatan ruang tamu tepat di depan kamar mandi rasanya kurang tepat. Pak Murdana mengaku malu menerima
tamu karena kondisi teras sebagai ruang tamu berada tepat di depan kamar mandi. Meja lapuk dijadikan tempat duduk bagi Pak Murdana yang
kondisinya cukup sulit berjalan keluar dari kamar tidur. Ruang tamu hanya beralaskan tikar yang dianyam dari rotan. Untuk permasalahan pada dapur,
Dapur Pak Murdana bersama kepala keluarga lainnya kurang terjaga kebersihannya. Cat tembok sudah mulai mengelupas, banyak bercak noda
dan air bekas hujan yang memperlihatkan tembok dapur dalam kondisi lembab. Atap dapur terbuat dari anyaman rotan yang sudah terlihat lapuk
dan lembab. Lantai dalam kondisi bersemen tanpa lantai ataupun keramik yang menyebabkan dapur nampak kotor.
8
BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH
3.1 Program