Antibakteri BIOAUTOGRAFI Tinjauan Pustaka

18

b. Morfologi dan identifikasi

Streptococcus pyogenes adalah bakteri golongan A yang merupakan streptokokus beta-hemolitik Jawetz et al., 1991. Bakteri ini berbentuk kokus dengan rantai yang khas. Kokus yang terbentuk agak memanjang pada arah sumbu rantainya. Diameter kokus berkisar antara 0,5–1 µm, tidak membentuk spora, dan memiliki gerak negatif. Streptococcus pyogenes mudah tumbuh pada pH 7,4-7,6 dengan media yang ditambahkan darah atau serum. Suhu optimum pertumbuhannya adalah 37ºC. Dalam lempeng darah yang telah diinkubasi selama 18-24 jam akan terbentuk koloni kecil keabu-abuan, berbentuk bulat dengan bagian pingir rata dan pada permukaan media koloni nampak sebagai setitik cairan Syahrurachman et al., 1994.

c. Penyakit yang ditimbulkan

Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan beta hemolisis grup A dapat berupa invasi oleh bakteri, infeksi lokal, endokarditis bakterialis, dan infeksi lainnya. Hasil invasi Streptococcus pyogenes menghasilkan erisipelas dan sepsis. Erisipelas menyebabkan infeksi metastasis, sedangkan sepsis dapat menyerang pada luka bekas operasi. Bakteri Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan infeksi yang terjadi secara lokal pada kulit. Salah satu contoh hasil infeksi pada kulit yaitu impetigo Syahrurachman et al., 1994. Selain itu bakteri Streptococcus pyogenes dapat pula menyebabkan timbunan nanah yang disebut sebagai abses yang dapat timbul diseluruh bagian yang terkena infeksi. Kasus yang pernah terjadi yaitu timbulnya abses pada renal, otak, dan sebagainya Dehority et al., 2006.

3. Antibakteri

Antibakteri merupakan senyawa yang mengganggu atau menghambat pertumbuhan dan metabolisme mikroba sehingga dapat merugikan manusia. Beberapa antibakteri digunakan dalam pengobatan infeksi Pelczar dan Chan, 1988. Menurut Jawetz et al., 2005 antibakteri merupakan suatu senyawa yang berasal dari mikroorganisme yang dapat membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme. Berdasarkan mekanisme kerjanya antibakteri dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu : 5 19 a. Antibakteri penghambat sintesis protein Bekerja dengan mengikat ribosom 30s, 50s atau keduanya. Hambatan sintesis protein dapat menyebabkan terganggunya transkripsi mRNA ke dalam protein Priyanto, 2008. b. Antibakteri penghambat sintesis dinding sel Dinding sel bakteri berfungsi sebagai pelindung membran sitoplasma, memelihara bentuk sel, dan mencegah lisisnya suatu sel. Jika dindinng sel rusak, sel akan lisis dan tidak dapat membelah Priyanto, 2008. c. Antibakteri penghambat sintesis asam nukleat Mekanisme kerja antibakteri penghambat sintesis asam nukleat adalah dengan menghambat enzim yang sangat penting untuk terjadinya replikasi DNA bakteri yaitu enzim girase Priyanto, 2008. d. Antibakteri penghambat sintesis asam folat antibakteri yang menghambat sintesis asam folat mempunyai struktur kimia mirip dengan PABA, sehingga dapat menempati tempat bergabungnya PABA dengan asam dihidropterod dalam mensintesis tetrahidrofolat yang kemudian akan disintesis menjadi asam folat. Asam folat yang terbentuk akan digunakan untuk mensintesis DNA dan RNA Priyanto, 2008.

4. BIOAUTOGRAFI

Bioautografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri, antifungi, dan antiviral dengan menggunakan plat kromatografi lapis tipis KLT Pratiwi, 2008. Metode bioautografi dapat digunakan untuk mencari antibakteri atau antikapang baru, kontrol kualitas antimikroba, dan mendeteksi golongan suatu senyawa. Bioautografi dibagi tiga macam yaitu bioautografi langsung, kontak, dan overlay Kusumaningtyas et al., 2008. Bioautografi langsung dilakukan dengan menyemprotkan suspensi mikroorganisme pada plat KLT Pratiwi, 2008. Bioautografi kontak dilakukan dengan meletakkan lempeng kromatogram hasil elusi diatas media padat yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji. Zona bening yang tidak ditumbuhi mikroba menandakan adanya senyawa antimikroba Kusumaningtyas et al., 2008. Bioautografi overlay dilakukan dengan menuangkan campuran media agar dan 20 mikroorganisme di atas permukaan plat KLT dan dibiarkan mengeras serta diinkubasi. Area jernih menandakan adanya senyawa aktif antimikroba Pratiwi, 2008.

E. Landasan Teori

Masyarakat Sumba Barat Nusa Tenggara Timur, telah menggunakan tanaman kupu-kupu sebagai obat tradisional. Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun sebagai obat bisul yang digunakan dengan menumbuk halus daun dan dioleskan pada bagian yang sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Dhale 2011 ekstrak daun kupu-kupu dengan pelarut proteleum eter, kloroform, dan alkohol pada konsentrasi 20 mgmL memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis. Hasil ektraksi daun kupu-kupu menggunakan pelarut proteleum eter yang diujikan pada bakteri Escherichia coli dan dan Bacillus subtilis menghasilkan diameter zona hambat sebesar 5 mm, pada bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 6 mm, dan Staphylococcus aureus sebesar 8 mm. Ekstrak kloroform daun kupu-kupu diujikan pada bakteri yang sama menghasilkan diameter zona hambat sebesar 7 mm, 7 mm, 10 mm, dan 8 mm. Ekstrak etanol daun kupu-kupu memiliki zona hambat sebesar 10 mm, 14 mm, 15 mm, dan 9 mm. Daun kupu-kupu mengandung katekol, tanin, asam ellagat, dan sterol. Selain itu daun kupu-kupu juga kaya akan vitamin C dan gula Sahu dan Gupta, 2012. Menurut Dhale 2011 ekstrak etanol daun kupu-kupu memiliki kandungan senyawa alkaloid, glikosida, fenolik sederhana, tanin, lignin dan saponin. Ekstrak etanol daun kupu-kupu juga memiliki aktivitas antibakteri terhadap Proteus mirabilis pada konsentrasi 200 mgmL membentuk diameter zona hambat sebesar 29 mm. Ekstrak air daun kupu-kupu pada konsentrasi 200 mgmL memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Escherichia coli, Proteus mirabilis dengan diameter zona hambat sebesar 21 mm, 29 mm, 21 mm, dan 22 mm Rashid et al., 2014. Hasil penelitian Dhale 2011 menyebutkan bahwa pelarut etanol memiliki kemampuan menarik senyawa aktif pada daun kupu-kupu lebih baik dibandingkan dengan pelarut lain.

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

0 4 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

0 2 11

PENDAHULUAN Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

0 3 8

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN UBI JALAR MERAH (Ipomoea batatas Lamk.) TERHADAP Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Infusa Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Lamk.) terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes.

4 13 16

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN UBI JALAR MERAH (Ipomoea batatas Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Infusa Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Lamk.) terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes.

0 4 12

PENDAHULUAN Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Infusa Daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Lamk.) terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes.

0 2 6

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN KUPU-KUPU (Bauhinia variegata) TERHADAP Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia Variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes.

0 2 14

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN KUPU-KUPU Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia Variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes.

0 3 13

Antibacterial Activity of Ethanolic Extract and Infusion of Bauhinia variegata Leaves Against Streptococcus pyogenes Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes

0 0 7

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) terhadap escherichia coli dan staphylococcus aureus - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 18