14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme kedalam jaringan tubuh, berkembang biak dan menimbulkan penyakit Hartati, 2012.
Mikroorganisme penyebab infeksi yaitu jamur, bakteri, dan ganggang yang masuk ke dalam saluran pernafasan, membran mukosa, dan saluran pencernaan Pratiwi,
2008. Salah satu contoh bakteri penyebab infeksi adalah Streptococcus pyogenes Jawetz et al., 1991.
Streptococcus pyogenes merupakan kelompok besar bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi lokal dan sistemik Mardiastuti et al., 2007. Infeksi lokal
yang sering terjadi adalah faringitis. Pada anak-anak faringitis dapat meluas ke bagian telinga tengah, mastoid, dan selaput otak. Apabila terjadi peradangan yang
paling hebat, jaringan dapat rusak dan membentuk abses. Abses merupakan kumpulan nanah yang terlokalisir akibat dari organisme patogenik Marison,
2004. Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh seperti faring dan kulit. Infeksi pada faring dapat menyebabkan terjadinya abses,
sedangkan infeksi pada kulit dapat menyebabkan terjadinya impetigo Jawetz et al., 1991. Obat lini pertama pengobatan infeksi Streptococcus pyogenes yaitu
penisilin. Namun saat ini Streptococcus pyogenes telah mengalami resistensi terhadap penisilin. Tahun 2001 di negara Taiwan ditemukan kasus resistensi
bakteri Streptococcus pyogenes terhadap penisilin cukup tinggi sebesar 78. Banyaknya angka resistensi terhadap obat antibakteri sintetik menjadikan
pemanfaatan tanaman sebagai agen antibiotik baru perlu dilakukan. Kelebihan pemanfaatan tanaman sebagai obat yaitu memiliki efek samping yang lebih kecil
dibandingkan dengan obat sintetik Joshi dan Edington, 1990 dalam Joshi et al., 2009.
Tanaman kupu-kupu Bauhinia variegata banyak ditanam di Indonesia sebagai tanaman hias. Manfaat penggunaan tanaman kupu-kupu belum banyak
yang mengetahui, kecuali daerah Nusa Tenggara Timur NTT yang sudah 1
15 memanfaatkan sebagai obat. Sejak lama Negara India telah menggunakan
tanaman kupu-kupu sebagai obat Dhale, 2011. Sehingga penelitian perlu dilakukan untuk memastikan khasiat tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhale 2011, pelarut etanol merupakan pelarut yang dapat menarik lebih banyak senyawa metabolit sekunder
daun maupun kulit batang tanaman kupu-kupu. Penggunaan pelarut air ditujukan sebagai pembuktian penggunaan di masyarakat. Aktivitas antibakteri ditunjukkan
oleh penelitian Mali et al., 2008, bahwa batang tumbuhan kupu-kupu mampu membunuh Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, Aspergillus niger, dan Candida albicans, dengan zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu 20,4 mm pada
konsentrasi 20 mgmL. Dhale 2011 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kupu-kupu pada bakteri Staphylococcus aureus juga menunjukkan aktivitas
antibakteri dengan zona hambat yang dihasilkan 15 mm pada konsentrasi 20 mgmL.
Berdasarkan uraian tersebut, penellitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan infusa daun kupu-kupu terhadap bakteri
Streptococcus pyogenes.
B. Perumusan Masalah