Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga pinnata Merr) oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang,

(1)

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN AREN (Arenga pinnata Merr) OLEH MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

(Studi Kasus: Hutan Produksi Terbatas Desa Sihombu, Kec. Tarabintang, Kab. Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

Oleh:

Rionaldo Damanik

091201146/ Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren

(Arenga pinnata Merr) oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama Mahasiswa : Rionaldo Damanik

NIM : 091201146

Program Studi/ Minat : Kehutanan/ Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut, M.Si Riswan, S.Hut

Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut., M.Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan


(3)

ABSTRACT

RIONALDO DAMANIK, stock taking and utilization Aren (A. pinnata) by forest communities widely (study case: Sihombu Village, Tarabintang District, Humbang Hasundutan Regency). Under yhe guidance of IRAWATI AZHAR and RISWAN.

Aren (A. pinnata) are included in the arecaceae (areca nut) and are included in the inclosed seed plants (angiospermae). Aren is a forest plant that has many benefits but is not yet used by forest communities widely. The purpose of this study is to elevate the potential, distribution and utilization of aren. This research was using compartment sampling with compartment strip technique. The result showed that optimal growth of aren in elevate 550-560 mdpl and the utilization of aren such as, sugar palm juice, palm wine, palm fiber, leaf adnd steam. The sugar processing plants by the human in this area is steal simple and production potential processing has not been abel to be treated optimally.


(4)

ABSTRAK

RIONALDO DAMANIK, Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (A. pinnata) oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi kasus Hutan Produksi Terbatas Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Dibawah bimbingan IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Aren (A. pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan) merupakan tumbuhan berbiji tertutup. Aren merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, sebaran dan tingkat pemanfaatan aren. Pengambilan sampel dilakukan dengan petak sampling dengan teknik jalur berpetak. Hasil penelitian dilapangan diketahui pada setiap interval ketinggian dapat ditemukan tanaman aren yang tumbuh dengan baik, dan dominan tumbuh pada ketinggian 550-650 mdpl, sedangkan pemanfaatan aren berupa air nira, tuak, ijuk, daun dan batang. Pengelolaan pemanfaatan tanaman aren yang dilakukan masih tergolong sederhana dan potensi produksinya belum diolah dengan maksimal.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Rionaldo Damanik dilahirkan di Desa Manik Siantar tanggal 04 Juni 1991 dari ayah B. Damanik dan ibu L. Simanjuntak penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 095177 Manik Rejo, tahun 2006 penulis lulus dari SMP Negeri 3 Pematang Siantar, tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Teladan Pematang Siantar dan pada tahun 2009 juga penulis lulus memasuki perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Sumatera Utara. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi baik itu organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosisten Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya dan Hutan Pegunungan Barus Berastagi, Kabupaten Karo. Tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Malang, Jawa Timur. Dalam Rangka Menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian di Desa Sihombu dengan judul ” Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren

(Arenga pinnata Merr) Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus: Hutan Produksi Terbatas Desa Sihombu, Kec. Tarabintang, Kab. Humbang Hasundutan)” yang dibimbing oleh Ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan Bapak Riswan S.Hut.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan, yang telah melimpahkan kasih, pertolongan dan memberikan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini, dengan judul Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (Arenga pinnata Merr) Oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Sihombu, Kec. Tarabintang, Kab. Humbang Hasundutan)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan aren yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aren dan pola pemanfaatan aren oleh masyarakat sekitar hutan, sehingga dapat memberikan masukan bagi para pengambil kebijakan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Irawati Azhar S.Hut., M.Si dan Bapak Riswan S.Hut selaku ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing atas waktu, bimbingan, arahan dan kesabarannya dalam proses penyelesaian penelitian ini

2. Orangtua tercinta, B. Damanik dan L. Simanjuntak yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayang serta motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan hasil penelitian ini

3. Bapak Baris Malau selaku kepala Desa Sihombu dan masyarakat Sihombu yang telah memberikan waktu dan tempat untuk membantu dalam penelitian ini.


(7)

4. Keluarga besar bapak Basar Marbun dan Ibu Nainggolan beserta Andi Marbun dan Benny Marbun, yang sangat memberikan bantuan untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Teman-teman seperjuangan (team) penelitian, Donni Pakpahan, Intan Debora Sihombing, Marta Kristina Purba dan Linda Renta Marbun, atas keraja team yang sangat membantu dalam penelitian ini

6. Teman-teman satu jurusan Teknologi Hasil Hutan angkatan 2009, Citra Dewi Turnip, Mikael Imanuel, Joy Yusran Simamora, Lia Andriani Tarigan, Tambahot Siallagan, Vicky Fadlyansah Sihombing dan Purnama Sari Sagala.

7. Teman-teman Kehutanan angkatan 2009 yang telah memberikan semangat dan dukungan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa kehutanan secara khususnya dan masyarakat secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ...i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ...3

Tujuan Penelitian...3

Manfaat Penelitian...4

TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Non kayu (HHNK)...5

Klasifikasi Hasil Hutan Non ...6

Aren (Arenga Pinnata Meer) ...7

Morfologi Tanaman Aren...8

Penyebaran dan Tempat Tumbuh Aren...9

Manfaat Aren...10

Potensi Aren ...11

Inventarisasi ...11

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis ...13

Luas dan Batas Wilayah ...13

Topografi ...13

Aksesibilitas ...14

Kependudukan...14

Mata Pencaharian ...15

METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian...16

Alat dan Bahan Penelitian ...16


(9)

Teknik Pengumpulan Data ...17

a.Observasi lapangan ...17

b.Inventarisasi aren ...18

c.Kuisioner dan wawancara ...19

Analisis Data ...19

a.Hasil Inventarisasi Potensi Aren...19

b.Analisis Hasil Wawancara ...20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Inventarisasi Tanaman Aren ...21

Status Kepemilikan Lahan dan Tanaman Aren ...24

Pemenfaatan Tanaman Aren O leh Masyarakat ...25

Proses Produksi Air N ira...28

Pemanfaatan Air N ira ...31

Pemanfaatan Buah ...32

Pemanfaatan Daun...33

Pemanfaatan Batang ...34

Pemanfaatan Ijuk ...34

Potensi Produksi Air N ira ...36

Potensi Produksi Ijuk ...37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...38

Saran… ...38

DAFTAR PUSTAKA ...39


(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Jumlah tanaman aren berdasarkan ketinggian...20 2. Grafik kerapatan ...21 3. Inventarisasi Tanaman Aren...22


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta lokasi penelitian...16

2. Sistematik jalur plot tanaman Aren ...19

3. Aren berproduksi dan tidak berproduksi ...26

4. Bagan alir pemanfaatan aren ...27

5. Bagan alir proses produksi air nira...29

6. Pemanfaatan air nira ...32

7. Pemanfaatan daun tanaman aren ...33

8. Pemanfaatan ijuk, atap kandang ternak, sapu rumah dan penyimpanan kayu bakar ...36


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Daftar pertanyaan (kuisioner) untuk wawancara dengan responden...41

2. Karakteristik responden pemanfaat aren ...43

3. Pemanfaatan jenis produk aren...44


(13)

ABSTRACT

RIONALDO DAMANIK, stock taking and utilization Aren (A. pinnata) by forest communities widely (study case: Sihombu Village, Tarabintang District, Humbang Hasundutan Regency). Under yhe guidance of IRAWATI AZHAR and RISWAN.

Aren (A. pinnata) are included in the arecaceae (areca nut) and are included in the inclosed seed plants (angiospermae). Aren is a forest plant that has many benefits but is not yet used by forest communities widely. The purpose of this study is to elevate the potential, distribution and utilization of aren. This research was using compartment sampling with compartment strip technique. The result showed that optimal growth of aren in elevate 550-560 mdpl and the utilization of aren such as, sugar palm juice, palm wine, palm fiber, leaf adnd steam. The sugar processing plants by the human in this area is steal simple and production potential processing has not been abel to be treated optimally.


(14)

ABSTRAK

RIONALDO DAMANIK, Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (A. pinnata) oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi kasus Hutan Produksi Terbatas Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Dibawah bimbingan IRAWATI AZHAR dan RISWAN.

Aren (A. pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan) merupakan tumbuhan berbiji tertutup. Aren merupakan tumbuhan hutan yang memiliki banyak manfaat tetapi belum banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, sebaran dan tingkat pemanfaatan aren. Pengambilan sampel dilakukan dengan petak sampling dengan teknik jalur berpetak. Hasil penelitian dilapangan diketahui pada setiap interval ketinggian dapat ditemukan tanaman aren yang tumbuh dengan baik, dan dominan tumbuh pada ketinggian 550-650 mdpl, sedangkan pemanfaatan aren berupa air nira, tuak, ijuk, daun dan batang. Pengelolaan pemanfaatan tanaman aren yang dilakukan masih tergolong sederhana dan potensi produksinya belum diolah dengan maksimal.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem pada hamparan lahan yang luas yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan yang berperan sangat penting bagi kehidupan di muka bumi ini. Paradigma baru sektor kehutanan telah memandang hutan sebagai multi fungsi, baik fungsi ekonomi, ekologi dan sosial. Selain multifungsi, sumberdaya hutan juga bersifat multi komoditas berupa barang dan jasa. Adapun komoditas barang yaitu manfaat yang dapat dirasakan secara langsung berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Sedangkan, komoditas jasa adalah manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (Arief, 2001).

Sebagai negara mega biodiversity, Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat beragam sekitar 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar di hutan tropis di tiap pulau. Dari jenis tersebut yang tersebar di hutan tropis, 5% diantaranya memberikan hasil hutan berupa kayu dan lainnya justru memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu. Selain itu, Indonesia memiliki fauna berupa satwa liar yang juga sangat beranekaragam. Hasil hutan non kayu yang selanjutnya disebut dengan HHNK adalah hasil yang bersumber dari hutan selain kayu baik berupa benda-benda nabati seperti rotan, nipah, sagu, aren, bambu, getah-getahan, biji-bijian, daun-daunan, obat-obatan dan lain-lain maupun berupa hewani seperti satwa liar dan bagian-bagian satwa liar tersebut (tanduk, kulit, dan lain-lain) (Baharudin dan Taskirawati, 2009).


(16)

Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam hasil hutan non kayu, dari suku Palmae yang memiliki nilai ekonomis dan bernilai tinggi, karena seluruh bagian dari tanaman baik batang, daun, buah, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama, namun perkembangannya sangat lambat.

Di Indonesia, tanaman aren tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata sepanjang tahun. Sentra pertanaman aren mencakup provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Jawa tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua. Tahun 2003 areal tanaman aren di Indonesia 60.482 ha dengan produksi 30.376 t/th (Helianto, 2011).

Kawasan hutan produksi terbatas (HPT), yang berlokasi di Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki banyak kekayaan flora dan fauna, salah satu jenisnya yaitu aren (A. pinnata Merr). Tanaman aren sudah tidak asing lagi dan sudah lama dikenal oleh masyarakat lokal. Sejauh ini masih sedikit informasi / laporan dokumentasi dan gambar yang mengungkapkan potensi tegakan aren di kawasan hutan produksi terbatas (HPT), kususnya di Desa Sihombu. Untuk menggali dan kemudian memanfaatkan tanaman aren yang ada, usaha eksplorasi dan inventarisasi masih sangat diperlukan. Kegiatan inventarisasi ini sendiri sangat berguna untuk melihat ketersediaan tegakan aren yang terdapat di kawasan hutan produksi terbatas (HPT) khususnya Desa Sihombu. Selain itu, kegiatan inventarisasi ini sendiri


(17)

sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat setempat, bahwa di Desa Sihombu terdapat banyak ketersediaan tegakan aren. Masyarakat kurang mengetahui potensi tegakan aren dikarenakan kurangnya pengetahuan msyarakat tentang tumbuhan aren. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ketersediaan tegakan aren di hutan produksi terbatas (HPT) khususnya Desa Sihombu.

Inventarisasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kesediaan tegakan, dan sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian kesediaan tegakan hutan disuatu kawasan tertentu. Kesediaan tegakan merupakan kondisi tegakan yang ada pada saat dilaksanakan inventarisasi hutan, yang dinyatakan dalam komposisi jenis, penyebaran, ukuran diameter, tinggi pohon, luas areal serta bentang lahan dari areal yang diinventarisasikan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui potensi tegakan aren (A. pinnata Merr), yang ada di hutan produksi terbatas Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Mengetahui tingkat pemanfaatan dan pemahaman masyarakat desa sekitar hutan terhadap aren (A. pinnata Merr)

Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi dan data potensi tegakan Aren (A. pinnata Merr) yang terdapat di Desa Sihombu.


(18)

2. Meningkatan ketertarikan masyarakat untuk membudidayakan aren dalam skala yang lebih luas.

3. Mengkaji secara umum, tentang pemanfaatan Aren (A. pinnata Merr) oleh masyarakat sekitar hutan

4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat sekitar hutan maupun pembaca mengenai pemanfaatan Aren (A. pinnata Merr)


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Hutan Non Kayu (HHNK)

Menurut Peraturan Menteri No. P35/ Menhut-II/ 2007, hasil hutan non kayu yang selanjutnya disingkat HHNK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Sihombing, 2011)

Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction

menuju sustainable forest management, hasil hutan non kayu (HHNK) atau Non Timber Forest Products (NTFP) memiliki nilai yang sangat strategis. Hasil hutan non kayu (HHNK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan. Sehingga, tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat di dalam maupun di sekitar kawasan hutan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan hasil hutan bukan kayu (Sihombing, 2011).

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) yang tertuang pada Pasal 1 (13) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007, adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan, dan pemasaran (Permenhut, 2007).


(20)

Sumberdaya hutan juga bersifat multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat hasil hutan non kayu (HHNK) dan jasa lingkungan, yang memberikan sumbangan terbesar yakni 80 %, namun hingga saat ini potensi HHNK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk HHNK merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan. HHNK terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi penambahan devisa Negara (RPI, 2010).

Klasifikasi Hasil Hutan Non Kayu

Tidak ada standar yang dipakai dalam pengklasifikasian hasil hutan non kayu. Ada tiga contoh pengklasifikasian tipe produk yaitu:

1. Pancel (1993)

Karet dan damar, bahan celup dan penyamak. Bahan celup bersal dari campuran berbagai macam tumbuhan, kulit kayu, daun dan buah. Penyemak berasal dari phenols yang dapat larut yang berasal dari bagian tumbuhan seperti kayu dan kulit kayu, tumbuhan yang dapat dimakan, bahan serat , obat-obatan, produk dari binatang


(21)

2. Qwist-Hoffman (1998)

Serat dan benang, produk yang dapat dimakan , berupa ekstrak dan cairan, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan ornament/pohon hias, hasil dari binatang.

3. Profounds (2001)

Tumbuhan yang dapat dimakan: makanan, bambu, minyak, makanan ternak, tumbuhan lain yang dapat dikonsumsi, tumbuhan lain yang tidak dapat dikonsumsi. Tumbuhan yang tidak dapat dikonsumsi: rotan, bambu, aren, produk kayu, pohon hias, bahan kimia. Bahan obat-obatan: semua bahan obat-obatan (Baharudin dan Taskirawati, 2009).

Aren (Arenga pinnata Meer)

Aren (A. pinnata Merr) termasuk suku arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren sampai saat ini dikenal 3 jenis yaitu:

1. Aren dari (A. pinnata Merr) suku arecaceae, berikut adalah taksonomi Aren (A. pinnata Merr):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta/Antophyta Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales/Arecales/Spadiciflorae Famili : Palmae/Aracaceae

Sub-famili : Caryotoidae Genus : Arenga


(22)

Spesies : A. pinnata ( Soeseno, 1995).

2. Aren gelora (Arenga undulatifolia) dari suku aracaceae. Aren jenis ini mempunyai batang tegak, pendek, dan ramping. Pangkal batang bertunas sehingga tanaman ini tampak berumpun. Daunnya tersusun teratur dalam satu bidang datar, sisi daunnya bercuping banyak dan bergelombang. 3. Aren sagu (Arenga microcarpa) dari suku aracaceae. Aren sagu adalah

suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi, sangat ramping dan berumpun banyak.

Morfologi Tanaman Aren

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm tanaman aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang (Soeseno, 1992).

Waktu pohon masih muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun (Ramadani et al., 2008).

Aren mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas. Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi


(23)

daun aren disebut bersirip ganjil. Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang berwarna hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip kapas yang berwarna coklat, sangat halus dan mudah terbakar (Lempang, 1996).

Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mula-mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina, sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Jadi pada satu pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya saja berada pada tandan yang berbeda (Ramadani et al., 2008)

Penyebaran dan Tempat Tumbuh Aren

Tanaman aren ini menyebar luas di Indonesia, oleh sebab itu mempunyai nama daerah masing-masing, misalnya: bak juk (Aceh), ijuk (Gayo), pola atau paula (Karo), bagot atau agaton (Toba), bargot (Mandailing), peto (Nias), poula (Mentawai), kawung (Sunda), aren (Jawa, Madura), hano (Bali), kalotu (Sumba), maoke (flores), nau (Timur), seho (Manado) dan segeru (Maluku), (Muhaemin, 2012).

Pada umumnya tanaman Aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh di tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir.


(24)

Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (ph tanah terlalu asam). Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik dan berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan. Banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun (Hatta, 1993).

Manfaat Aren

Berbagai jenis produk yang dipasarkan, yang bahan bakunya berasal dari pohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor semakin meningkat. Hampir semua bagian tanaman aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, baik bagian fisik (daun, batang, ijuk, akar, dan lain-lain.) maupun bagian produksinya (buah, nira dan pati atau tepung). Tanaman aren adalah salah satu jenis tumbuhan palmae yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi (Lempang, 1996).

Aren mempunyai banyak manfaat bagi manusia, antara lain: dari kelopak bunga jantan dapat menghasilkan nira sebagai bahan untuk pembuatan gula aren dan minuman beralkohol (tuak), buahnya dapat dibuat kolang-kaling untuk campuran makanan/minuman, ijuk untuk resapan air, keset kaki, sapu dan atap


(25)

rumah tradisional. Aren yang sudah berusia 15-20 tahun dapat menghasilkan nira sebanyak 8 liter tiap hari (Efendi, 2010).

Potensi Aren

Data tentang jumlah populasi tanaman aren di Indonesia hingga tahun 2010 belum ada, namun yang pasti tanaman ini tumbuh tersebar di berbagai pulau dan sebagian besar populasinya masih merupakan tumbuhan liar yang hidup subur dan tersebar secara alami pada berbagai tipe hutan. Areal hutan aren umumnya berada dalam kawasan hutan negara yang dikelola masyarakat secara turun temurun dan hanya sebagian kecil yang berada pada tanah milik (Lempang,1999).

Inventarisasi

Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil. Secara umum, inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi biofisik lapangan serta kondisi sosial ekonomi dari areal kawasan hutan yang diinventarisasi (Arief, 2001).


(26)

Kegiatan pengelolaan dan pengusahaan hutan harus berdasarkan pada prinsip kelestarian hutan (Suistanable Forest Management). Prinsip kelestarian hutan yang dimaksud adalah kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologis, dan fungsi sosial. Hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan tersebut harus menjamin keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan, fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan berbagai spesies asli beserta ekosistemnya dan kehidupan masyarakat setempat yang tergantung kepada hutan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan inventarisasi hutan sangat berperan dalam menyajikan informasi yang akurat tentang keadaan tegakan hutan, baik keadaan pohon-pohon maupun berbagai karakteristik areal tempat tumbuh. Informasi tersebut digunakan untuk menyusun perencanaan dalam pengelolaan hutan (Pamulardi, 1995).


(27)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis

Desa Sihombu merupakan salah satu desa terpencil di Sumatera Utara yang terletak di Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan Yang terdiri dari 5 dusun yaitu: Dusun Pinim, Dusun Muara Tolu, Dusun Sitonong, Dusun Simatongtong, Dusun Hutarambi. Daerah ini terletak pada garis ± 98° 27' 40'' BT - 98° 31' 20'' BT dan ± 02° 13' 58,8'' LU - 02° 16' 34'' LU.

Luas dan Batas Wilayah

Menurut Surat Keterangan Tanah Adat No.470/077/VII/2010 pada tanggal 26 Juli 2010, luas Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebesar 4.000 Ha. Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Desa Sihastoruan b. Sebelah timur : Desa Sijarango

c. Sebelah selatan : Desa Sihorbo Tanjung d. Sebelah barat :Desa Tarabintang

Topografi

Kondisi Fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara 500-670 m di atas permukaan laut. Kelerengan tanah yang tergolong curam sebesar 25 % hingga sangat curam sebesar 40%.


(28)

Aksesibilitas

Desa sihombu dapat di jangkau dengan menggunakan kendaraan umum, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Namun di beberapa dusun, seperti dusun Simatabo dan dusun Simatongtong transportasi masih belum memadai. Jalan menuju dusun tersebut hanyalah jalan setapak yang hanya biasanya dilalui melalui jalan kaki. Hal ini disebabkan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, yang masih kurang efektif pengelolaannya oleh pemerintah setempat.

Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sihombu adalah berjumlah 289 kepala keluarga. Pada umumnya penduduk desa ini memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain, baik hubungan darah maupun hubungan dari pernikahan. Selain yang bermukim di desa, banyak pula penduduk yang merantau baik untuk melanjutkan pendidikan maupun bekerja, yang pada waktu tertentu dapat kembali ke kampung halaman. Suku bangsa penduduk desa Sihombu mayoritas suku Batak Toba.

Penduduk desa ini mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik dan hanya sebahagian kecil menganut agama Islam. Kerukunan antar umat beragama di desa ini dapat dilihat dari toleransi dan saling menghargai antar umat beragama.

Pada umumnya tingkat pendidikan di desa Sihombu masih rendah. Hasil ini diperlihatkan dari sebagian besar penduduk yaitu hampir 30 % hanya lulusan Sekolah Rakyat/ Sekolah Dasar. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini cukup terbatas, Karen hanya ada satu SD, SMP, SMA. Sedangkan untuk


(29)

perguruan tinggi belum ada, sehingga warga desa ini harus merantau untuk melanjutkan ke pendidikan jenjang yang lebih tinggi.

Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk desa Sihombu adalah bermata pencaharian sebagai petani, beternak, berdagang, dan penyadap aren. Peruntukan lahan penduduk adalah kebun karet, sawah, ladang sayur dll.


(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Bulan Mei-juni 2013.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Luas kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah sebesar 1440 Ha, dengan kelerengan tanah tergolong curam. Adapun batas-batas wilayah hutan produksi terbatas tersebuit adalah:

a. Sebelah utara : Napahorsik

b. Sebelah timur : Pusuk dan baringin c. Sebelah selatan : Sijarango


(31)

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, meteran, kompas, GPS (Global Positioning system), penggaris, tali rafia, kuisioner.

Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian yang diamati adalah masyarakat sekitar hutan terutama masyarakat Desa Sihombu yang menggunakan atau memanfaatkan hasil hutan non kayu berupa aren, sedangkan obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil hutan non kayu berupa aren yang ada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penentuan Responden

Penentuan responden dibagi menjadi dua, yaitu responden umum dan responden kunci. Responden umum adalah masyarakat Desa Sihombu. yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat, serta mampu berkomunikasi dengan baik, yang berada di sekitar Hutan Produksi Terbatas dan terkhusus masyarakat yang memanfaatkan tanaman aren dari kawasan hutan produksi terbatas.. Sedangkan responden kunci sebagai sumber informasi adalah kepala kampong (desa), tokoh agama, tokoh adat dan isntansi terkait. Penentuan responden kunci dilakukan dengan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan tujuan


(32)

penelitian (Usman dan Purnomo, 2001), namun apabila jumlah kepala keluarga > 100 KK, maka yang diwawancarai adalah 10-15 % dari jumlah kepala keluarga tersebut, dan apabila jumlah kepala keluarga < 100 KK, maka yang diwawancarai adalah seluruh kepala keluarga yang ada.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan pengumpulan data primer maupun data sekunder, yaitu:

a. Observasi lapangan

Observasi lapangan bertujuan memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuisioner. Observasi dilapangan ini akan diketahui gambaran umum lokasi penelitian, kehidupan ekonomi, sosial budaya masyarakat.

b. Inventarisasi Aren

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode petak sampling, dengan teknik jalur berpetak, dengan intensitas sampling 0,1% dari total luas kawasan penelitian yaitu 1440 ha. Pengambilan data sampel aren dilakukan dengan membuat jalur berpetak berukuran 20m x 240 m yang mewakili pada setiap ketinggian tempat yang ditentukan yaitu 3 interval ketinggian tempat yang berbeda yang diletakkan secara representative (dianggap sukup mewakili). Masing-masing petak contoh dibagi menjadi 12 plot contoh pengamatan yang berukuran 20m x 20m.


(33)

Gambar 2. Sistematik Jalur Plot Aren

240 m 20 m

20 m

450-550 mdpl

240 m 20 m

20 m

550-650mdpl

240 m 20 m

20 m

650-750 mdpl


(34)

c. Kuisioner dan Wawancara

Kuisioner diajukan kepada seluruh responden masyarakat Desa Sihombu khususnya yang memanfaatkan aren yang berasal dari Hutan Produksi Terbatas (HPT). Masing-masing responden diberikan pertanyaan (kuisioner) yang sama sesuai keperluannya. Data yang diharapkan dari kuisioner ini antara lain adalah identitas responden, keadaan umum daerah, sosial ekonomi masyarakat dan data pemanfaatan tanaman aren. Data tersebut diperoleh melalui tindakan wawancara yang di berikan terhadap masyarakat.

Analisis Data

a. Hasil Inventarisi Potensi Tanaman Aren

Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan menggunakan metode petak sampling, dengan teknik jalur berpetak. Data tersebut akan di tabulasikan dalam bentuk tabel, yang mencakup data ketinggian tempat, plot, jumlah pohon dan kerapatan. Untuk menentukan potensi (kesediaan) tegakan aren menggunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggian antara 450-750 mdpl. Jumlah aren dihitung berdasarkan ketinggian yang disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Tanaman Aren Berdasarkan Ketinggian Ketinggian (mdpl) P lot (20mx20m) Jumlah (Tanaman) Kerapatan/ Ha (Tanaman)

450-550 1

2 3 4 5..dst

550-650 1

2 3 4 5...dst

650-750 1

2 3 4


(35)

Untuk menentukan rumus kerapatan (K) aren pada setiap plot dan ketinggian dapat dihitung dengan rumus :

K = ∑ individu suatu jenis

Luas petak contoh

b. Analisis Hasil Wawancara

Setelah dilakukan pengumpulan data wawancara, akan dilakukan analisis pendekatan kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan hasil wawancara dengan bantuan kuisioner mengenai inventarisasi dan pemanfaatan aren oleh masyarakat.. Data hasil wawancara yang terdapat di dalam kuisioner akan di analisis untuk mengetahui tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap aren.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Inventarisasi Tanaman Aren

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inventarisasi aren yang dilakukan di Desa Sihombu, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan, ditemukan banyak tanaman aren pada setiap plot contoh pengamatan, yang dilakukan melalui kegiatan inventarisasi dengan 3 interval kelas ketinggian tempat yang berbeda, nilai kerapatan aren pada setiap ketinggian dapat dilihat pada gambar 1, dan jumlah tanaman per plot disajikan pada tabel 2.

Gambar 3. Grafik Kerapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan tanaman aren pada setiap interval ketinggian memiliki nilai kerapatan yang berbeda. Total rata-rata kerapatan memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 25 batang/ha. Selain itu hasil pengamatan di lapangan yang telah dilakukan, banyak anakan tanaman aren yang tumbuh dengan baik, hal ini menunjukkan reproduksi tanaman aren cukup baik. Menurut Subahar (1995) bahwa suatu populasi dikatakan memiliki kerapatan tinggi atau besar disebabkan oleh pertumbuhan populasi tiap-tiap jenis

0 10 20 30 40

450-550 550-650 650-750

K

e

ra

p

a

ta

n

Ketinggian Tempat

kerapatan


(37)

sehingga taman tersebut akan bertambah banyak dan menyebabkan kerapatan tinggi.

Tabel 2. Inventarisasi Tanaman Aren

Ketinggian Tempat

(Mdpl)

Plot (20 x 20

m)

Jumlah (Tanaman)

Kerapatan (Ind/ha)

Titik Koordinat

450-550 1 2 02°15'00.0" E/098°28'43.2" N

2 1 02°15'03.5" E/098°28'43.8" N

3 1 02°15'06.7" E/098°28'48.8" N

4 1 02°15'09.7" E/098°28'40.3" N

5 - 02°15'11.5" E/098°28'34.1" N

6 - 02°15'10.5" E/098°28'34.1" N

7 1 02°15'07.0" E/098°28'28.5" N

8 - 02°15'10.2" E/098°28'29.1" N

9 1 02°15'12.5" E/098°28'34.4" N

10 2 02°15'14.1”E/098°29'50.4" N

11 1 02°15'11.3" E/098°29'32.6" N

12 1 02°15'08.1" E/098°28'32.0" N

Jumlah 12 11 22.916

550-650 1 1 02°15'15.3" E/098°29'50.8" N

2 2 02°15'18.1" E/098°29'49.5" N

3 1 02°15'18.4" E/098°29'47.6" N

4 3 02°15'18.8" E/098°29'45.5" N

5 2 02°15'18.6" E/098°29'43.4" N

6 - 02°15'17.2" E/098°29'41.6" N

7 1 02°14'22.8" E/098°30'42.5" N

8 1 02°14'22.5" E/098°30'40.0" N

9 1 02°14'22.0" E/098°30'38.1" N

10 1 02°14'22.1" E/098°30'36.1" N

11 - 02°14'23.3" E/098°30'34.0" N

12 4 02°13'29.6" E/098°31'32.2" N

Jumlah 12 17 35.416

650-750 1 1 02°15'11.9" E/098°29'18.6" N

2 2 02°15'11.4" E/098°29'17.0" N

3 1 02°15'10.0" E/098°29'15.9" N

4 - 02°15'08.1" E/098°29'14.0" N

5 1 02°15'06.3" E/098°29'12.4" N

6 - 02°15'03.9" E/098°29'11.9" N

7 - 02°14'36.6" E/098°31'13.5" N

8 2 02°14'16.5" E/098°31'13.8" N

9 1 02°14'13.4” E/098°31'12.8" N

10 - 02°14'10.2" E/098°31'11.5" N

11 1 02°14'17.0" E/098°31'09.7" N

12 - 02°14'04.9" E/098°31'08.4" N

Jumlah 12 9 18.75


(38)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan, pada 3 kelas interval ketinggian tempat (450-550, 550-650, 650-750 mdpl), yang memiliki sebanyak 12 jumlah plot contoh pengamatan setiap interval ketinggian diperoleh hasil bahwa pada setiap ketinggian dapat ditemukan tanaman aren yang tumbuh dengan baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto (1993) yang menyatakan tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Sedangkan pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800m di atas permukaan laut, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun kurang berproduksi dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas interval pada ketinggian 650-750 mdpl, ditemukan jumlah individu tanaman aren terendah dibanding dengan interval ketinggian tempat 450-550, 550-650 mdpl, hal ini mungkin dipengaruhi oleh lingkungan, iklim sekitar, suhu, maupun tanaman (vegetasi) yang tumbuh disekitar tanaman aren. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto (1993) menyatakan semakin tinggi tempatnya maka akan semakin lambat proses pertumbuhannya khususnya pembentukan bunga. Selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana di sekelilingnya tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman aren tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman aren banyak ditemukan di daerah berlereng yang dekat dengan aliran air dan memiliki kelembapan yang tinggi yang tumbuh secara individu dan berkelompok. Hal ini sesuai dengan


(39)

Sunanto (1993) yang mengatakan di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar di seluruh wilayah nusantara khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab dan tumbuh secara individu maupun berkelompok dan di daerah tepian sungai yang merupakan tempat ideal untuk pertumbuhan tanaman aren.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran tanaman aren pada lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh satwa yaitu musang (Paradoxorus sp.) yang merupakan jenis satwa yang sangat berperan dalam penyebaran tanaman aren. Satwa musang merupakan satwa pemakan biji-bijian yang beraktivitas di malam hari yang habitatnya berada di dahan-dahan pepohonan yang suka berpindah tempat, sehingga tanaman aren juga dapat ditemukan di setiap tempat. Hal ini sesuai dengan perilaku satwa musang yang habitatnya berpindah-pindah ke semua tempat, maka tanaman aren juga mengikuti habitat musang. Dari total plot contoh pengamatan yang berjumlah 36 plot, tanaman aren dapat ditemukan pada 26 plot contoh pengamatan, jadi tanaman aren juga tumbuh menyebar hampir pada setiap plot contoh pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto (1993) yang menyatakan tanaman aren dikembangkan secara alami oleh binatang yaitu luwak. Binatang ini sangat menyukai biji aren yang sudah tua yang kemudian biji aren tersebut ikut termakan luwak dan keluar dari tubuh luwak bersama kotoran, luwak mengeluarkan kotoran di sembarang tempat, terutama di tempat yang terlindung dan lembab.

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan pada lokasi penelitian merupakan milik keluarga yang diperoleh secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Keberadaan lahan


(40)

tersebut baik yang masih berupa hutan maupun yang telah terdapat tanaman pertanian dipertahankan kepemilikannya berdasarkan sejarah atau adat. Dalam pembagian lahan sepenuhnya diputuskan oleh ahli waris yang bersangkutan atau atas dasar kesepakatan bersama-sama semua anggota rumah tangga yang bersangkutan. Namun status kawasan tersebut yang sesungguhnya merupakan Hutan Produksi Terbatas, yang ditetapkan oleh pemerintah yang bersangkutan, tetapi masyarakat masih kurang memahami hal tersebut, hal ini dilihat dari masyarakat masih tetap mengelola kawasan tersebut sebagai mata pencaharian utama. Hasil wawancara yang dilakukan kepada Dinas Kehutanan terhadap status kawasan Hutan Produksi Terbatas dan pemanfaatannya oleh masayarakat sekitar hutan sudah dapat dikatakan melanggar hukum, tetapi pihak terkait tidak memproses hal tersebut karena masyarakat sekitar hutan memungut hasil hutan non kayu hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja bukan untuk diperjual belikan.

Kepemilikan tanaman aren pada dasarnya sama dengan status kepemilikan lahan. Umumnya tanaman aren yang tumbuh dengan alaminya di lokasi tertentu, maka kepemilikan tanaman aren tersebut sudah dikatakan sah menjadi milik si pemilik lahan tersebut. Kepemilikan tanaman aren dapat dipindah tangankan kepada penyadap untuk satu kali periode penyadapan atau lebih. Penyadap yang tidak memiliki tanaman aren yang siap untuk disadap dapat meminta tanaman aren tersebut kepada si pemilik tanaman aren dengan sukarela. Namun biasanya jika terjadi status pindah tangan maka diterapkan sistem bagi hasil dengan ketentuan-ketentuan tertentu sesuai kesepakatan bersama.


(41)

Pemanfaatan Tanaman Aren oleh Masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aren yang produktif memulai perbungaan pada umur lebih dari 15 tahun, sedangkan tanaman aren yang kurang produktif berbunga mulai umur 7-8 tahun. Tanaman aren memiliki panjang tandan (panggkal bunga) berkisar 60-90 cm dan memiliki bunga jantan (arirang) dan bunga betina (Halto). Tetapi yang berproduksi menghasilkan air nira ialah bunga jantan, sedangkan bunga betina tidak menghasilkan air nira melainkan akan menghasilkan buah yang dapat dijadikan kolang-kaling. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadani (2008) yang mengatakan bahwa untuk tanaman aren yang pertumbuhannya dikatakan baik, biasnya memiliki panjang tandan sekitar 90 cm, dan Sunanto (1993) yang mengatakan bahwa pada umumnya tanaman aren mulai membentuk bunga pada umur sekitar 12-16 tahun.

a b

Gambar 4. Aren berproduksi (a), tidak berproduksi (b)

Pemanfaatan tanaman aren oleh masyarakat pada lokasi penelitian sangat memanfaatkan tanaman aren mulai dari ijuk, daun, batang dan air nira (dapat dilihat pada gambar 5). Namun yang paling bernilai ekonomis yang laku


(42)

dipasaran ialah air nira yang difermentasikan menjadi tuak. Pemanfaatan sapu lidi tidak terlalu laku dipasaran sehingga pemanfaatan sapu lidi oleh masyarakat hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, tidak untuk diperjual-belikan.

Gambar 5. Bagan alir pemanfaatan aren

Ijuk atau atap juga tidak terlalu diminati oleh pasar dikarenakan konsumen sudah lebih memilih atau memanfaatkan teknologi yang lebih maju dalam pemanfaatan atap dari ijuk atau daun, masyarakat di sekitar hutan lebih memanfaatkannya hanya untuk kebutuhan rumah tangga, yang kapan saja dibutuhkan dapat di ambil pada saat itu juga.

Air nira atau tuak paling diminati dipasaran, selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi juga proses pengelolaannya lebih sederhana, maka masyarakat sekitar hutan lebih besar memanfaatkan air nira, karena lebih

AREN

Daun Tandan

Sapu lidi Jantan Betina

Nira Kolang-kaling

Gula Tuak

Atap

RUMAH TANGGA

PAS AR


(43)

menguntungkan dibanding produk lain. Pembuatan gula dari olahan air nira tidak terlalu diminati msyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatannya karena dipengaruhi oleh faktor kurangnya modal dan pengetahuan yang cukup oleh masyarakat terhadap pengelolaan dan pemanfaatan gula dari air nira. Masyarakat juga tidak memanfaatkan buah kolang-kaling dikarenakan masyarakat beranggapan dapat menimbulkan rasa gatal-gatal dan alergi pada kulit. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.

Proses Produksi Air Nira

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga betina terlebih dahulu muncul sebanyak 2-3 kali pada pelepah daun, yang dimulai dari ujung (pucuk) kemudian diikuti hingga ke bawah menuju pusat bumi. Setelah munculnya bunga betina maka tinggi tanaman aren tersebut sudah mencapai titik tinggi maksimum, setelah 2-3 kali tandan bunga betina muncul maka bunga jantan akan muncul, dan menurut kepercayaan atau pengetahuan masyarakat penyadap aren, ketika bunga sudah mulai gerai (mekar) dan sudah jatuh ke permukaan tanah, maka bunga jantan tersebut siap untuk disadap. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa bunga betina pertama kali muncul pada puncak pohon (dibawah tempat tumbuh daun muda), sekitar 6 bulan kemudian, bunga jantan tumbuh dibawah bunga betina.

Umur bunga jantan untuk menghasilkan air nira yang produktif berkisar 8-9 bulan, kemudian akan memunculkan lagi tunas bunga jantan yang baru yang tepat di bawah pelepah atau tandan yang sebelumnya, yang kemudian terus menerus hingga menghasilkan 3-4 bunga jantan pada setiap batang tanaman aren,


(44)

yang dimulai dari ujung hingga panggkal batang tanaman aren. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanto (1993) yang mengatakan bahwa cirri khas pohon aren adalah tumbuhnya bunga-bunga yang berawal dari puncak pohon, kemudian disusul tumbuhnya bunga-bunga yang semakin ke bawah pada batang pohon dan yang terakhir tumbuhnya bunga sudah mendekati permukaan tanah dan Ramadani (2008) yang menyatakan bahwa untuk tanaman aren yang pertumbuhannya dikatakan baik, biasanya menghasilkan 4-5 tandan bunga jantan dengan panjang tandan sekitar 90 cm.

Gambar 6. Bagan alir proses produksi air nira

Proses pengelolaan air nira sepenuhnya menjadi tuak masih dilakukan oleh

T andan bunga jantan

Dipukul-Dibungkus Dipotong

Digoyang Dibersihkan

Diiris

Ditampung

Tuak Air Nira

Fermentasi

3 Hari dengan daun sejenis pakis-pakisan

12 hari

2 hari dalam 1 minggu, 2 x dalam 1 hari (pagi dan sore).


(45)

diperoleh secara turun-temurun dari generasi sebelumnya dan sampai saat ini belum banyak mengalami perubahan baik dari teknik maupun alat dan bahan yang digunakan, dapat dilihat pada gambar 6.

Bagan pada gambar 6 dapat di lihat bahwa proses pengolahan nira hingga menjadi tuak sangat sederhana, 12 hari sebelum penyadapan harus terlebih dahulu dimulai persiapan berupa pembersihan tandan bunga jantan yang akan disadap (hanya bunga jantan). Selama persiapan hingga proses penyadapan akan dimulai, setiap 2 hari dalam 1 minggu dan 2 kali dalam 1 hari (pagi dan sore) tandan tersebut diberikan perlakuan pemukulan dan goyangan dengan jumlah 8-9 kali, dengan menggunakan alat kayu yang dibuat secara khusus dan dengan teknik tertentu yang dipercayai akan memberikan hasil yang maksimal. Tandan yang siap sadap dapat dikenali dengan ciri-ciri:

- bunga mulai merekah (mekar) - mengeluarkan aroma nira

- bunga dikerumuni oleh serangga (lebah) - jika diiris akan mengeluarkan cairan

Setelah tandan bunga jantan memperlihatkan ciri-ciri seperti di atas maka tandan tersebut dapat segera dipotong (disadap) berkisar 10 cm dari tangkai bunga paling atas. Kemudian diolesi dengan sabun batangan yang dipercaya dapat memperlancar proses keluarnya cairan nira. Berikutnya tandan tersebut ujungnya dipotong dibungkus dengan daun yang dikenal masyarakat dengan sebutan ’tanggiang’ selama 3 hari. Setelah itu siap untuk dipanen atau ditampung yang dilakukan setiap pagi dan sore. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa setiap melakukan penyadapan terlebih dahulu mengiris


(46)

tongkol aren tempat keluarnya nira agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancar.

Setelah penampungan di pagi hari maka tandan tersebut diiris setipis mungkin yang bertujuan untuk memperlancar pemanenan di sore harinya. Pemanenan tersebut dapat dilakukan setiap pagi dan sore selama 6-8 bulan dalan 1 tandan bunga jantan. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (1993) yang mengatakan bahwa penyadapan air nira dapat dilakukan 2 kali dalam satu hari yaitu pagi dan sore hari karena tandan aren cepat mengalami pengeringan.

Tanaman aren yang baik adalah tanaman yang tumbuh normal (alami) dengan penampakan yang baik, mempunyai tajuk, diameter, dan tinggi yang baik. Air nira yang baik dihasilkan dari tanaman aren yang tumbuh pada kawasan yang masih merupakan hutan alami dimana terdapat banyak pohon besar yang menaunginya. Keunggulan dari air nira yang disadap dari tanaman aren yang baik ialah memiliki rasa yang lebih manis dan memiliki aroma yang lebih tajam dan warna yang lebih keruh.

Pemanfaatan Air Nira

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan air nira hanya dimanfaatkan menjadi minuman tradisional atau tuak, yang diproses melalui fermentasi. Pengelolaan tuak yang dilakukan oleh penyadap aren sangatlah sederhana, air nira yang telah siap dipanen di masukkan kedalam wadah penampung dan dicampurkan dengan kulit batang nyiri gundik (Xylocarpus moluccensis) atau yang disebut masyarakat lokal ’raru’ dengan tujuan untuk menghilangkan rasa manis dan memunculkan rasa pekat dan pahit pada air nira,


(47)

lalu dibiarkan selama 7-8 jam maka tuak sudah siap saji, namun jika dibiarkan terus menerus maka akan memiliki rasa asam yang disebut masyarakat lokal dengan ’basi’. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunanto (1993) yang mengatakan bahwa jika proses fermentasi tersebut dibiarkan berlangsung terus, akan terbentuk asam cuka yang rasanya sangat asam.

Pemanfaatan air nira menjadi minuman tradisional atau tuak merupakan produk yang paling banyak dan diutamakan oleh penyadap, karena proses pengelolaannya sangat sederhana, tidak membutuhkan waktu yang lama dan di dukung oleh tingkat permintaan konsumen yang tinggi. selain itu minuman tradisional atau tuak mempunyai harga yang terjangkau sehingga banyak diminati kalangan masyarakat, pada umumnya selain sebagai kebutuhan minuman sehari-hari, tuak dipergunakan juga dalam beberapa upacara adat-istiadat masyarakat lokal.

Gambar 6. Pemanfaatan Air Nira

Pemanfaatan Buah

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa buah tanaman aren tidak dimanfaatkan oleh petani aren, hal ini dikarenakan buah tanaman aren


(48)

mengandung zat yang dapat menimbulkan penyakit gatal atau alergi pada kulit manusia, sehingga buah tidak diminati masyarakat, selain itu kandungan gizi yang ada dalam buah aren sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutony (1993) yang menyatakan dari segi komposisi kimia, buah aren yang dijadikan kolang-kaling memiliki nilai gizi yang sangat rendah, akan tetapi seratnya baik untuk kesehatan. Serat kolang-kaling masuk kedalam tubuh menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga bisa mencegah kegemukan, penyakit jantung koroner, kanker usus dan penyakit kencing manis.

Pemanfaatan Daun

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa daun tanaman aren yang sudah tua dapat digunakan untuk atap rumah dan daun yang masih muda dapat digunakan sebagai pembungkus rokok dan digunakan juga untuk upacara adat tertentu, namun kini pemanfaatan daun tanaman aren sebagai atap rumah dan pembungkus rokok tidak dimanfaatkan lagi dikarenakan produk tersebut sudah digantikan di pasaran dengan produk yang lebih baik. Masyarakat juga memanfaatkan batang daun menjadi sapu lidi yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.


(49)

Gambar 7. Pemanfaatan Daun tanaman aren Pemanfaatan Batang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan batang aren yang sudah tua dapat diolah menjadi tangkai cangkul dan kampak dan sebagai bahan baku dalam pembuatan jembatan jalan yang rusak, karena batang aren sangat kuat dan keras dan tahan lama. Petani aren juga memanfaatkan batang aren yang sudah tua sebagai kayu bakar yang terlebih dahulu dijemur hingga kering sebelum digunakan. Masyarakat tidak menjual hasil olahan dari batang aren, tetapi hanya dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari saja, hal ini dikarenakan dalam proses pengolahan produk dari batang aren tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Sunanto (1993) yang mengatakan bahwa batang aren banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan banyak pula sebagai peralatan rumah tangga seperti tangkai kampak, wadung, dan cangkul dan alat pemukul. Peralatan-peralatan yang dibuat dari batang aren yang sudah tua tersebut sangat kuat dan keras, yang ditandai dengan warna agak kehitam-hitaman.


(50)

Pemanfaatan Ijuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman aren dapat menghasilkan ijuk pada umur 5 tahun. Dalam satu batang aren dapat dihasilkan 30 kg ijuk, dan ijuk yang berkualitas baik dapat dihasilkan dari tanaman aren yang telah berumur 20 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (1993) yang mengatakan bahwa tanaman aren dapat menghasilkan ijuk setelah berumur lebih dari 5 tahun, pada fase 4 atau 5 tahun sebelum tongkol-tongkol bunganya tumbuh. Pada fase tersebut dapat dipastikan akan menghasilkan 20-50 lempengan (lembaran) ijuk tergantung besar dan umur tanaman aren. Kualitas ijuk yang baik berasal dari tanaman aren yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Pemanenan ijuk dapat dilakukan dengan cara memanjat tanaman aren atau dengan cara menggunakan peralatan tradisional berupa bambu yang telah di berikan lobang pada setiap ruas, dan kemudian disandarkan dan di ikat ke batang aren agar tidak roboh, dan sebelum melakukan pemanenan terlebih dahulu pelepah dibersihkan. Ijuk hanya dimanfaatkan masyarakat petani sebagai atap kandang ternak dan sebagai atap tempat penyimpanan kayu bakar, selain itu dimanfaatkan juga sebagai tali dan sapu rumah. Petani aren hanya memanfaatkan ijuk untuk kebutuhan rumah tangga saja tidak untuk di jual. Petani aren juga membatasi dalam pemungutan ijuk karena dapat merusak kualitas produksi air nira.


(51)

a b

c

Gambar 8. Pemanfaatan Ijuk (a) atap kandang ternak, (b) sapu rumah, (c) penyimpanan kayu bakar

Potensi Produksi Air Nira

Pendapatan utama tanaman aren dan dijadikan sumber pendapatan tunai utama bagi penduduk setempat ialah tuak. Pemanfaatan diluar dari air nira dianggap penyadap sangat tidak menguntungkan karena dapat menurunkan produksi air nira bahkan dapat menyebabkan kematian dini pada tanaman aren. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap penyadap aren, pendapatan ekonomi


(52)

dari produksi air nira dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan merupakan mata pencaharian utama.

Lamanya penyadapan aren untuk satu kali perbungaan jantan berkisar 6-8 bulan (hasil wawancara dari masyarakat penyadap aren), produktivitas aren per tandan per batang per hari didapat penyadap berkisar 5-15 liter yang dipanen 2 kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunanto (1993) yang menyatakan bahwa satu tongkol bunga dapat menghasilkan 4-5 liter nira per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan aren. Dengan demikian dalam 1 perbungaan jantan berhasil memproduksi paling sedikit 900 liter. Jika harga 1 liter dipasaran Rp 6000 maka pendapatan penyadap dari 1 periode perbungaan (6-8 bulan) sebesar Rp 5.400.000, maka nilai ekonomis air nira dalam 1 batang tanaman aren dengan kisaran umur 15-20 tahun dan menghasilkan 4 tandan perbungaan jantan sebesar 2000 liter dengan nilai rupiah sebesar Rp 12.000.000.

Tanaman aren yang sehat setiap tandan bunga jantan menghasilkan air nira sebanyak 900-1800 liter/tandan, sedangkan pada tanaman aren yang pertumbuhannya kurang baik hanya rata-rata 300-400 liter/tandan (Lutony,1993). Soeseno (1992) mengemukakan bahwa dari setiap tandan bunga jantan yang disadap seharinya hanya dapat dikumpulkan 2-4 liter/tandan, sedangkan Sunanto (1992) menyatakan bahwa satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 4-5 liter per harinya dan hasil penelitian Lempang dan Soenarno (1999) menyatakan bahwa volume produksi nira setiap tandan bunga jantan rata-rata 4,5 liter/hari-7,0 liter/hari.


(53)

Potensi Produksi Ijuk

Serat ijuk merupakan salah satu produk dari tanaman aren yang diminati di pasar. Produk serat ijuk dapat digunakan dalam pembuatan berbagai peralatan rumah tangga dan atap rumah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa serat ijuk tanaman aren dapat di panen pada waktu umur 5 tahun, dalam satu batang tanaman aren dapat mengahasilkan 30 kg serat ijuk, jika harga dipasar 1 kg serat ijuk sebesar Rp 15.000 maka dalam satu batang tanaman aren dapat menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp 450.000 dan tidak memiliki biaya luaran.


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil inventarisasi yang dilakukan di Desa Sihombu Kecamatan Tarabintang Kabupaten Humbang Hasundutan diperoleh data potensi tanaman aren dengan nilai kerapatan rata-rata 25 batang/ha.

2. Pemanfaatan aren oleh masyarakat sekitar hutan belum optimal karena masih banyak potensi aren yang belum dimanfaatkan, dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat.

3. Pemanfaatan aren oleh masyarakat khususnya dalam pemanfaatan air nira sangat meningkatkan kesejahteraan dan merupakan pencaharian utama.

Saran

Potensi dan kegunaan yang dimiliki tanaman aren masih sangat banyak, di harapkan peran serta pemerintah setempat atau instansi terkait dalam pemanfaatan dan pengembangan yang lebih baik lagi.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, Davi., 2007. Aren Tanaman Serbaguna. Dari http://www.Google.com/Workshop/Aren_Tanaman_Serbaguna.htm. 27 September 2010

Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Jakarta.

Aredhieanverne. 2010. Pengaruh Ketinggian Tempat. Dari http://aredhienverne. com/2010/12/pengaruh-ketinggian-tempat-suhu.html

Baharuddin, dan I. Taskirawati. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu. Makasar. Universitas Hasanuddin.

Efendi, D. S. 2010. Prospek Pengem bangan tanaman Aren (Aenga pinnata ) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Manado. www. Perkebunan. Litbang. Deptan. go. id.

Hadi, S. 1991.Distribusi dan Potensi Aren di Indonesia (Edisi khusus) No. 15 Tahun 1991. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Hatta, Sunant.1993. Aren Budidaya dan Multi Gunanya. Yogyakarta. Fanisius Heliyanto. 2011. Prospek Agro-Industri Aren (Aenga pinnata). Manado. www.

Perkebunan. Litbang. Deptan. go. id.

Lempang, M. dan soenarno, 1999. Teknik penyadapan aren untuk meningkatkan produksi nira. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Padang.

Lutony, T. L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. P.T Penebar Swadaya, Jakarta.

Muhamein. 2012. Budidaya Aren. http:// ditjenbun. Deptan. go. id/budtan

Pamulardi. 1995. Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P 21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan. Jakarta


(56)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta Prasetyo, Bambang dan Jannah, LM. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Teori

dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ramadani P. I. Khaeruddin, A. Tjoa dan I. F. Baharuddin. 2008. Pengenalan Jenis- Jenis Pohon Yang Umum di Sulaweasi. UNTAD Press, Palu. RPI. 2010. Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta

Sihombing. J. A. 2011. Pemanfaatan hasil Hutan Non Kayu (HHNK) oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Samarinda, Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

Soeseno, S., 1995. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunanto, H. 1993. Aren (Budidaya dan Multigunanya). Kanisius, Yogyakarta.

Subahar, Tati. 1995. Kerapatan dan Pola Distribusi. Bandung

Usman, H. dan Purnomo Setiady Akbar. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Viklund, A. 2008. Potensi Besar Agribisnis Aren. http://ceds.wordpress.com/2008/01/12potensi-besar-agribisnis-aren/htm


(57)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (kuisioner) untuk Wawancara Dengan Responden Kuisoner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir : 5. Pekerjaan Utama : 6. Pekerjaan Sampingan : 7. Jabatan di Desa : II. Kepemilikan Lahan/ Aren

1. Dari mana mendapatkan aren? a. Kebun

b. Hutan

2. Adakah kepemilikan khusus aren? a. Ada

b. Tidak

3. Bagaimana status kepemilikannya? a. Individual

b. Adat c. Lainnya

4. Bagaimana pengaturan dan status kepemilikannya?

5. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat saudara mengambil aren? a. Ya

b. Tidak

III. Pemanfaatan Aren

1. Apa saja yang saudara manfaatkan dari aren? a. Ijuk

b. Daun

c. Buah (kolang-kaling) d. Air nira


(58)

e. Lainnya

2. Manfaat aren untuk apa saja a. Peralatan rumah

b. Perabot rumah c. Kerajinan

3. Apakah saudara memanfaatkan aren dalam kehidupan sehari-hari? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah aren dimanfaatkan juga dalam komponen bangunan rumah? a. Ya

b. Tidak

IV. Penyadapan

1. Alat apa saja yang saudara gunakan dalam penyadapan aren? 2. Bagaimana cirri-ciri aren yang siap untuk disadap?

3. Bagaimana system penyadapan aren? a. Perorangan

b. Berkelompok

4. Kualitas aren, yang baik? a. Warna

b. Rasa c. Aroma

5. Adakah peraturan dalam menyadap aren? a. Ya

b. Tidak

6. Berapa lama aren dapat disadap?

7. Adakah teknik dalam penyadapan aren?

8. Berapa tanaman aren yang dapat disadap sehari? 9. Berapa banyak nira yang dihasilkan dalam sehari?

10.Apakah saudara menjualnya atau hanya untuk kebutuhan sehari-hari? 11.Kemana saudara memasarkannya?

a. Pengumpul b. Agen


(59)

Lampiran 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Aren di Desa Sihombu, Kec. Tarabintang, Kab. Humbang Hasundutan

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

1 Harapan Marbun 50 L SMP Penyadap/ Berdagang

2 M. Malau 57 L SD Penyadap/Berdagang

3 K. Marbun 53 L SD Penyadap/Bertani

4 L. Marbun 40 L SMP Penyadap/Bertani

5 M. Munte 42 L SD Penyadap/Bertani

6 H. Manalu 43 L SMP Penyadap/Bertani

7 R. Nahampun 36 L SD Penyadap/Supir

8 M. Marbun 60 L SMP Penyadap/Bertani

9 Luber Nainggolan 35 L SD Penyadap/Bertani

10 Sampang Nahampun 40 L SMA Penyadap/Bertani

11 M. Nainggolan 63 L SD Penyadap/Bertani

12 Ronal Hutapea 40 L SD Penyadap/Supir

13 A. Malau 51 L SMP Penyadap/Bertani

14 Untung Simamora 56 L SD Bertani/Peternak

15 Remin Marbun 46 L SD Bertani

16 Jusri Marbun 37 L SD Bertani

17 Osmar Mahulae 60 L SD Bertani

18 Amirun Manullang 54 L SD Bertani

19 Parasian Simbolon 48 L SD Bertani

20 Marihot Manullang 67 L SD Bertani

21 Marinne Mahulae 50 P SMP Bertani

22 Aminca Simbolon 53 P SD Bertani

23 Demak Simamora 60 L SD Bertani

24 Ritjen Marbun 45 L SMP Bertani

25 Ardin Marbun 54 L SD Bertani

26 Basar Marbun 51 L SMP Bertani

27 Kandinus Marbun 39 L SD Pengumpul Pinang

28 Jamulia Marbun 40 L SD Peternak Sapi

29 Togi Marbun 63 L SD Bertani

30 Rina Gajah 63 P SD Bertani

31 Tiorida Pardosi 55 P SD Bertani

32 Rumondang Tamba 46 P SMP Bertani

33 Rommel Marbun 56 L SD Bertani


(60)

Lampiran 3. Pemanfaatan Jenis Produk Aren

No Nama Responden

Produk Hasil Aren

A B C D

1 Harapan Marbun 

2 M. Malau  

3 K. Marbun 

4 L. Marbun   

5 M. Munte   

6 H. Manalu  

7 R. Nahampun 

8 M. Marbun 

9 Luber Nainggolan  

10 Sampang Nahampun  

11 M. Nainggolan 

12 Ronal Hutapea 

13 A. Malau 

14 Untung Simamora 

15 Remin Marbun 

16 Jusri Marbun  

17 Osmar Mahulae  

18 Amirun Manullang  

19 Parasian Simbolon 

20 Marihot Manullang 

21 Marinne Mahulae  

22 Aminca Simbolon  

23 Demak Simamora 

24 Ritjen Marbun 

25 Ardin Marbun 

26 Basar Marbun 

27 Kandinus Marbun 

28 Jamulia Marbun 

29 Togi Marbun 

30 Rina Gajah  

31 Tiorida Pardosi  

32 Rumondang Tamba  

33 Rommel Marbun  

34 Baris Malau 

Keterangan: A : Nira B : Ijuk C : Buah D : Daun


(61)

(1)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta Prasetyo, Bambang dan Jannah, LM. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Teori

dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ramadani P. I. Khaeruddin, A. Tjoa dan I. F. Baharuddin. 2008. Pengenalan Jenis- Jenis Pohon Yang Umum di Sulaweasi. UNTAD Press, Palu. RPI. 2010. Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta

Sihombing. J. A. 2011. Pemanfaatan hasil Hutan Non Kayu (HHNK) oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Samarinda, Kalimantan Timur [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

Soeseno, S., 1995. Bertanam Aren. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunanto, H. 1993. Aren (Budidaya dan Multigunanya). Kanisius, Yogyakarta.

Subahar, Tati. 1995. Kerapatan dan Pola Distribusi. Bandung

Usman, H. dan Purnomo Setiady Akbar. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Viklund, A. 2008. Potensi Besar Agribisnis Aren.


(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (kuisioner) untuk Wawancara Dengan Responden Kuisoner Untuk Mengetahui Tingkat Pemanfaatan Aren Oleh Masyarakat

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Pekerjaan Utama :

6. Pekerjaan Sampingan :

7. Jabatan di Desa :

II. Kepemilikan Lahan/ Aren 1. Dari mana mendapatkan aren?

a. Kebun b. Hutan

2. Adakah kepemilikan khusus aren? a. Ada

b. Tidak

3. Bagaimana status kepemilikannya? a. Individual

b. Adat c. Lainnya

4. Bagaimana pengaturan dan status kepemilikannya?

5. Apakah saudara mengetahui status hutan tempat saudara mengambil aren? a. Ya

b. Tidak

III. Pemanfaatan Aren

1. Apa saja yang saudara manfaatkan dari aren? a. Ijuk

b. Daun

c. Buah (kolang-kaling) d. Air nira


(3)

e. Lainnya

2. Manfaat aren untuk apa saja a. Peralatan rumah

b. Perabot rumah c. Kerajinan

3. Apakah saudara memanfaatkan aren dalam kehidupan sehari-hari? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah aren dimanfaatkan juga dalam komponen bangunan rumah? a. Ya

b. Tidak

IV. Penyadapan

1. Alat apa saja yang saudara gunakan dalam penyadapan aren? 2. Bagaimana cirri-ciri aren yang siap untuk disadap?

3. Bagaimana system penyadapan aren? a. Perorangan

b. Berkelompok

4. Kualitas aren, yang baik? a. Warna

b. Rasa c. Aroma

5. Adakah peraturan dalam menyadap aren? a. Ya

b. Tidak

6. Berapa lama aren dapat disadap?

7. Adakah teknik dalam penyadapan aren?

8. Berapa tanaman aren yang dapat disadap sehari? 9. Berapa banyak nira yang dihasilkan dalam sehari?

10.Apakah saudara menjualnya atau hanya untuk kebutuhan sehari-hari? 11.Kemana saudara memasarkannya?

a. Pengumpul b. Agen


(4)

Lampiran 2. Karakteristik Responden Pemanfaat Aren di Desa Sihombu, Kec. Tarabintang, Kab. Humbang Hasundutan

No Nama Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

1 Harapan Marbun 50 L SMP Penyadap/ Berdagang

2 M. Malau 57 L SD Penyadap/Berdagang

3 K. Marbun 53 L SD Penyadap/Bertani

4 L. Marbun 40 L SMP Penyadap/Bertani

5 M. Munte 42 L SD Penyadap/Bertani

6 H. Manalu 43 L SMP Penyadap/Bertani

7 R. Nahampun 36 L SD Penyadap/Supir

8 M. Marbun 60 L SMP Penyadap/Bertani

9 Luber Nainggolan 35 L SD Penyadap/Bertani

10 Sampang Nahampun 40 L SMA Penyadap/Bertani

11 M. Nainggolan 63 L SD Penyadap/Bertani

12 Ronal Hutapea 40 L SD Penyadap/Supir

13 A. Malau 51 L SMP Penyadap/Bertani

14 Untung Simamora 56 L SD Bertani/Peternak

15 Remin Marbun 46 L SD Bertani

16 Jusri Marbun 37 L SD Bertani

17 Osmar Mahulae 60 L SD Bertani

18 Amirun Manullang 54 L SD Bertani

19 Parasian Simbolon 48 L SD Bertani

20 Marihot Manullang 67 L SD Bertani

21 Marinne Mahulae 50 P SMP Bertani

22 Aminca Simbolon 53 P SD Bertani

23 Demak Simamora 60 L SD Bertani

24 Ritjen Marbun 45 L SMP Bertani

25 Ardin Marbun 54 L SD Bertani

26 Basar Marbun 51 L SMP Bertani

27 Kandinus Marbun 39 L SD Pengumpul Pinang

28 Jamulia Marbun 40 L SD Peternak Sapi

29 Togi Marbun 63 L SD Bertani

30 Rina Gajah 63 P SD Bertani

31 Tiorida Pardosi 55 P SD Bertani

32 Rumondang Tamba 46 P SMP Bertani

33 Rommel Marbun 56 L SD Bertani


(5)

Lampiran 3. Pemanfaatan Jenis Produk Aren

No Nama Responden

Produk Hasil Aren

A B C D

1 Harapan Marbun 

2 M. Malau  

3 K. Marbun 

4 L. Marbun   

5 M. Munte   

6 H. Manalu  

7 R. Nahampun 

8 M. Marbun 

9 Luber Nainggolan  

10 Sampang Nahampun  

11 M. Nainggolan 

12 Ronal Hutapea 

13 A. Malau 

14 Untung Simamora 

15 Remin Marbun 

16 Jusri Marbun  

17 Osmar Mahulae  

18 Amirun Manullang  

19 Parasian Simbolon 

20 Marihot Manullang 

21 Marinne Mahulae  

22 Aminca Simbolon  

23 Demak Simamora 

24 Ritjen Marbun 

25 Ardin Marbun 

26 Basar Marbun 

27 Kandinus Marbun 

28 Jamulia Marbun 

29 Togi Marbun 

30 Rina Gajah  

31 Tiorida Pardosi  

32 Rumondang Tamba  

33 Rommel Marbun  

34 Baris Malau 

Keterangan: A : Nira B : Ijuk C : Buah D : Daun


(6)