5
2. Maksud
Tulisan ini bermaksud untuk mengungkapkan ketahanan budaya masyarakat di wilayah perbatasan negara antara Indonesia dan Malaysia.
3. Telaah Pustaka
Pergeseran nilai budaya bangsa seringkali terjadi. Salah satu faktor adalah masuknya budaya asing yang dapat menimbulkan benturan nilai terhadap
ketahanan budaya kita. Pergeseran tersebut juga dipengaruhi oleh transformasi nilai yang dibenarkan oleh tradisi sosial budaya masyarakat, rentang waktu, dan
arah perkembangan masyarakat. Sejumlah ahli antropologi seringkali membedakan pengertian budaya
dengan kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia. Sedangkan budaya diartikan sebagai daya dari budi yang berupa cipta,
karsa, dan rasa manusia Koentjaraningrat, 1985:181. Adapun kata culture yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata
latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani.dari arti ini berkembang arti culture sebagai daya upaya serta tindakan
manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam. Kebudayaan berasal dari kata Belanda: cultuur, Inggris: culture yang berarti
mengolah, mengerjakan, Arab: tsaqonah:jamak dari budhi yang bermakna budi dan akal. Menurut pandangan Sosiologi, kebudayaan meliputi semua hasil cipta,
karsa, rasa, dan karya manusia baik yang materil maupun nonmateril.
6
1. Kebudayan materil: hasil cipta, karsa yang terwujud benda-benda, barang-
barang, alat-alat pengolahan alam. 2.
Kebudayaan nonmateril : hasil cipta, karsa yang terwujud kebiasaan- kebiasaan, adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, dll.
Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat 1985: 185, yaitu: 1
Ideas, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, perturan. Sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat dan diraba. Wujud
idealnya adat istiadat. 2
Activities, wujud kebudayaan sebagai suatu konpleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujudnya sistem sosial sosial
sistem. 3
Artifacts, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujudnya kebudayaan fisik.
Selain itu kebudayaan juga diistilahkan dengan peradaban atau budi yang dalam bahasa Arab disebut akhlaq
Syafi’ie, 2003:100. Di Indonesia, kebudayaan secara etimologi berasal dari kata Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata buddhi akal sehingga pengertiannya berkembang menjadi budi-daya, yaitu kemampuan akal budi seseorang atau sekelompok orang.
Dengan demikian, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan cara belajar. Selanjutnya kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal . Namun demikian, dalam pokok bahasan ini,
7
kedua istilah tersebut tidak akan dibedakan karena budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan ari kebudayaan dengan arti yang sama.
Nilai budaya maupun sikap dapat mempengaruhi tindakan manusia baik secara langsung, maupun melalui pola-pola cara berfikir. Sebagai suatu sistem tata
kelakuan yang abstrak, dalam kenyataan suatu sistem nilai budaya itu terperinci lagi ke dalam apa yang disebut norma-norma dan norma-norma inilah yang
merupakan, tata kelakuan dan pedoman yang sesungguhnya untuk sebagian besar dari tindakan-tindakan manusia dalan masyarakat. Bentuk yang nyata dari norma-
norma itu bermacam-macam; ada yang berbentuk undang-undang, peraturan- peraturan, ketetapan-ketetapan, aturan-aturan adat, aturan-aturan sopan santun
pergaulan dan sebagainya, masing-masing dengan fungsi-fungsinya sendiri guna mengatur kehidupan kemasyarakatan yang kompleks itu Sayogyo, 1995.
Kerangka untuk meninjau sistem nilai budaya pernah diajukan oleh ahli antropologi F.R Kluckhon dan ahli sosiologi F.L. Strodtbeck dalam buku mereka
variation in Value Orientation 1961 dan berpangkal kepada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang bersifat universal dan yang berada dalam semua
kebudayaan dimana saja di dunia. Kelima masalah pokok itu adalah masalah mengenai hakekat dari:
1. Sifat hidup manusia
2. Dari karya manusia
3. Dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
4. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5. Hubungan manusia dengan sesamanya.
Menurut Kluckhon terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
8
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya. 2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi. 3.
Sistem kemasyarakatan sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan.
4. Bahasa lisan maupun tulisan.
5. Sistem pengetahuan.
6. Religi sistem kepercayaan.
7. Kesenian.
Sedangkan Koentjaraningrat 1985:186 mengemukakan bahwa unsur kebudayaan sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan didunia. Unsur-unsur tersebut
adalah: 1
Bahasa; lisan maupun tertulis 2
Sistem pengetahuan 3
Organisasi sosial; sistem kekerabatan perkawinan, sopan-santun, tolong menolong, sistem komuniti, sistem pimpinan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan. 4
Sistem peralatan hidup dan teknologi; pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata, alat produksi, transportasi
5 Sistem mata pencaharian hidup; sistem pertanian, peternakan, sistem
distribusi 6
Sistem religi; keyakinan, gagasan tentang dewa-dewa, roh halus, upacara keagamaan
9
7 Kesenian; upacara adat atau benda seni.
Kebudayaan yang di dalamnya terkandung segenap norma-norma sosial, yaitu ketentuan-ketentuan masyarakat yang mengandung sanksi atau hukuman-
hukuman yang dijatuhkan apabila ada terjadi pelanggaran. Norma-norma itu mengandung kebiasaan-kebiasaan hidup, adat-istiadat atau kebiasaan folksways.
Folksways sendiri berisi tradisi hidup bersama yang biasanya dipakai secara turun-temurun. Adat istiadat yang berisikan hukuman adat yang relatif lebih berat
lagi disebut mores, yang di dalam pengertian kita sehari-hari diwajibkan untuk dianut dan diharamkan jika dilanggar. Sedangkan, apabila kebiasaan seseorang
dilakukan juga oleh orang lain sehingga kemudian menimbulkan norma yang dijadikan patokan bertindak oleh orang banyak sebagai adat istiadat, maka disebut
custom. Kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia dapat memahami bagaimana
seharusnya manusia bertingkah laku, berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masyarakat. Sedangkan, adat kebiasaan habit merupakan
kelakuan pribadi, artinya seseorang berbeda dengan kebiasaan orang lain. Me
nurut pandangan antropologi, kebudayaan adalah “suatu sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik dari manusia dengan belajar” Koentjaraningrat, 1982: 193. Definisi ini sangat luas, sebab seluruh tindakan manusia merupakan proses
belajar. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan cara berkelakuan yang dipelajari, maka kebudayaan tidak tergantung dari tranmisi biologi atau pewaris melalui
unsur genetis. Hal ini perlu dipertegas agar dapat dibedakan perilaku budaya dari
10
manusia dan primate yang lain dari tingkah laku yang hampir selalu digerakkan oleh naluri.
Linton dalam Ihromi, 2000:18 mengemukakan bahwa: Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun
dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Oleh karena
itu, tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan, setiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya itu, dan
setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan.
Kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu,
kata kebudayaan meliputi cara-cara berkelakuan, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu
masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Setiap manusia dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks dan kebudayaan itu sangat kuat
pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan diikuti selama hidup manusia.
Suatu kebudayaan merupakan suatu integritas, maka yang dimaksudkan adalah bahwa unsur-unsur atau sifat-sifat yang terpadu menjadi suatu kebudayaan
bukanlah sekumpulan kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul. Alasan ke satu mengapa para ahli antropologi menduga bahwa kebudayaan merupakan satu
integritas kelihatannya adalah bahwa kebiasaan tertentu lebih adaptif dalam susunan tertentu, maka dapat diduga bahwa gumpalan unsur-unsur budaya itu
akan ditemui dalam kaitan yang berhubungan bila ditempatkan dalam keadaan yang bersamaan. Alasan kedua untuk dugaan bahwa kebudayaan merupakan suatu
integritas karena kebudayaan yang unsur-unsurnya bertentangan satu sama lain itu
11
sukar, kalau tidak mustahil untuk secara bersamaan mempertahankan yang bertentangan itu. Jadi kebudayaan cenderung terdiri dari unsur-unsur yang dapat
disesuaikan satu sama lain Ihromi, 2000: 30. Bronislaw Malinowski pelopor teori fungsionalime dalam antropologi,
menyatakan bahwa: Unsur-unsur pokok kebudayaan yaitu: 1 sistem norma-norma yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya; 2 organisasi ekonomi; 3 alat-alat dan lembaga-
lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama; dan 4 organisasi
militer Soekanto, 1982: 192. Kebudayaan sebagai hasil interaksi antar manusia dan manusia dengan
lingkungannya, menunjukkan suatu pengertian yang luas dan kompleks, karena meliputi segala hal yang dialami oleh manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Untuk itu kebudayaan menurut Poespowardojo 1993: 110 adalah:
Mencakup segala sesuatu yang terjadi dan dialami oleh manusia secara personal dan kolektif, mencakup pula bentuk-bentuk yang dimanifestasikan
sebagai ungkapan pribadi, seperti yang disaksikan dalam sejarah kehidupannya, baik hasil pencapaian yang telah ditemukan oleh umat
manusia dan diwariskan secara turun temurun, maupun proses perubahan dan pengembangan yang sedang dilalui dari masa ke masa.
Selain itu, di dalam kebudayaan tercakup juga bagaimana persepsi manusia
terhadap dunia, lingkungan serta masyarakat, nilai-nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luar dan untuk memotivasi setia
tindakan berpola dalam masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Kebudayan sebagai hasil warisan, telah ada lebih dahulu dari lahirnya generasi
baru. Dengan demikian, generasi yang baru itu telah dijiwai oleh norma-norma,
12
ide-ide atau gagasan-gagasan serta pola tindakan masyarakat tempat mereka berada.
Kebudayaan dipandang juga sebagai suatu strategi yang perlu dikelola dan diarahkan. Rumusan yang lebih fungsional menyatakan bahwa kebudayaan adalah
suatu desain untuk hidup, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial. Untuk itu Sanstrapratedja 1992: 141 mengemukakan bahwa:
Kebudayaan dianggap sebagai suatu perencanaan, dan sesuai dengan perencanaan itu, manusia mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik,
sosial dan ide. Strategi untuk menghadapi lingkungan fisik mencakup sistem produksi pangan dan semua teknologi yang digunakan. Adaptasi sosial
mencakup sistem politik, sistem kekeluargaan dan hukum sebagai strategi untuk berhubungan dengan sesama, sedangkan adaptasi ide menunjuk pada
ilmu, seni, filsafat dan agama.
Manusia sebagai pengemban dan pendukung kebudayaan akan selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Sebagaimana tempat kebudayaan itu
diproses, manusia sebagai media yang aktif, maka akal budilah sebagai faktor yang dominan dalam hal kebudayaan. Hal ini mengandung arti, bahwa
kebudayaan akan selalu berkembang dan berubah sejalan dengan lingkungan yang dihadapi oleh manusia.
Menurut Lauer bahwa ada dua perspektif yang mempengaruhi perubahan, yaitu materialistis dan idealistis. Kedua perspektif ini menyoroti faktor mana yang
lebih kuat mempengaruhi perubahan. Selanjutnya Lauer 1993: 205-276 mengemukakan bahwa:
Pada perspektif materialistis memandang bahwa materiil menentukan perubahan kebudayaan masyarakat, bahkan faktor utama yang menentukan
sejarah manusia adalah materiil. Perspektif idealistik memandang bahwa penyebab perubahan kebudayaan masyarakat adalah ide. Ide berperan
sebagai kekuatan pendorong yang mempengaruhi perubahan dari suatu keadaan sosial ke keadaan sosial lainnya.
13
Kedua perspektif tersebut mampu menjelaskan perubahan budaya suatu
masyarakat, terlepas dari segala kekuatan dan kelemahannya. Perspektif materialisme mempunyai persamaan dengan teori “cultural materialism”. Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Marvin Harris 1968: 634-653 yang dikembangkannya dengan bertolak pada doktrin antropologi, dengan membagi
tiga tingkatan model kebudayaan: 1.
Infrastruktur, yang berhubungan dengan penduduk, kebutuhan dasar biologis, dan sumber daya pekerjaan, peralatan, teknologi, dan lain-
lain. 2.
Struktur, yang berhubungan dengan pola organisasi pemerintahan, pendidikan, kekeluargaan, peraturan yang dihasilkan dan lain-lain.
3. Superstruktur, yang berhubungan dengan institusi kemasyarakatan
huum, agama, politik, seni ilmu, kepercayaan, nilai-nilai, perasaan, tradisi dan lain-lain.
Pendekatan materialisme budaya ini, juga dirumuskan oleh Steward dalam Semedi, 1994: 21:
Sebagai proses adaptasi manusia terhadap lingkungannya, perlu diperhatikan unsur-unsur kebudayaan yang secara empirik memiliki
hubungan dekat dengan aktifitas pemanfaatan lingkungan. Ada tiga langkah dalam menjelaskan pengaruh tekno-ekonomi terhadap kebudayaan, yaitu
mempelajari: 1 kondisi lingkungan dan kondisi teknologi yang dipakai untuk mengeksploitasinya; 2 pola perilaku yang muncul dalam aktivitas
penyakapan energy dari lingkungannya; dan 3 pengaruh pola perilaku terhadap aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Pandangan Steward tersebut, memperlihatkan hubungan yang erat antara teknologi dan ekonomi sebagai kondisi materiil dengan lingkungannya, sehingga
perubahan kebudayaan lebih bersifat adaptif. Prinsip sistem adaptif dalam kebudayaan dikemukakan pula oleh Harris 1968: 167 dan Rappaport 1967:23,
dalam Keesing 1989: 183 dengan asumsi:
14
1. Kebudayaan adalah sistem dari pola perilaku yang disalurkan secara
sosial dan berguna untuk menghubungkna masyarakat manusia denga lingkungan ekologis mereka.
2. Perubahan kebudayaan pada dasarnya merupakan proses adaptasi dalam
kaitannya dengan proses perubahan ekologis. 3.
Teknologi, kegiatan-kegiatan ekonomi dan organisasi sosial berhubungan langsung dengan proses produksi, dan merupakan unsure-
unsur kebudayaan yang paling adaptif, baik disebabkan oleh factor eksternal amupun disebabkan oleh factor internal.
4. Komponen ideasional dari sistem cultural dapat memberikan pengaruh
kepada perilaku individu dalam mencari nafkah dan dalam memelihara ekosistem, akan tetapi tidak menentukan.
Tylor 1958:49 mengatakan bahwa manusia berkembang dari yang sederhana menjadi kompleks dan bahwa semua manusia melewati tiga tahap
utama dalam evolusi yaitu dari tahap liar, beradab dan akhirnya peradaban. Pada setiap tahapan tersebut dicirikan oleh teknologi yang berbeda, oleh sebab itu Tylor
berpendirian bahwa teknologi menjadi ciri kemajuan suatu masyarakat. Maju mundur atau pasang surut kebudayaan culture sepanjang sejarah
kemanusiaan secara mendasar ditentukan oleh bagaimana kebudayaan itu dijadikan sebagai kerangka acuan yang dijabarkan melalui suatu tatanan normatif.
Ketahanan budaya pada hakikatnya sejalan dengan ketahanan nasional dalam lingkup khusus, yaitu budaya dan kebudayaan nasional. Meskipun demikian,
keadaan yang berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana yang kondusif. Esensi ketahanan adalah kondisi dinamik untuk
membangun keadaan yang kondusif menyangkut seluruh budaya kolektivitas, perilaku sosial, taat pada kemandirian, bertanggung jawab, komunikatif dll,
sehingga tahan terhadap segala macam tantangan bangsa dan meminimalisasi budaya individualitas House 2004, Hofstede 1980:537.
15
Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada
tercukupinya kebutuhan dasar. Membangun ketahanan budaya adalah mewujudkan kondisi dinamis bangsa yang tanggap, ulet, dan tangguh dalam
menghadapi dan mengatasi segala bentuk perubahan yang berlangsung baik pada tatanan nasional, regional, maupun global. Terwujudnya kesejahteraan rakyat
yang makin meningkat dan ketahanan budaya yang makin kukuh pada dasarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pembangunan nasional yang harus
senantiasa diupayakan pencapaiannya. Kebudayaan memiliki dua daya atau potensi yang menyebabkan
kebudayaan itu tetap hadir dalam kehidupan, yang pertama yaitu daya untuk melestarikan kebudayaan preservatif dan kedua yaitu daya menarik kebudayaan
itu untuk maju progresif. Dalam dua daya inilah masyarakat pendukung kebudayaan berada dan menentukan ke arah mana kebudayaannya. Untuk dapat
menentukan ke arah mana kebudayaannya maka masyarakat pendukung kebudayaan harus memiliki kesadaran budaya dan ketahanan budaya cultural
Resilience. Kesadaran Budaya adalah suatu bentuk perasaan yang tinggi soal rasa hati gemoed, soal daya cipta dan tanggapan verbeeldingskracht dari budi dan
daya budhayyah. Sedangkan, ketahanan budaya adalah kondisi dinamis suatu bangsa untuk menghadapi segala macam bentuk ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan
yang ditujukan
terhadap kebudayaan
http:tampukpinang.infoartikel185-artikel.html.
16
Ketahanan budaya dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang mendorong dan meningkatkan peran segenap masyarakat dalam melindungi,
memanfaatkan, dan mengembangkan nilai transformasi dan warisan budaya. Ancaman globalisasi tak bisa dihindari. Namun, selama kita memiliki ketahanan
budaya yang tangguh, kebudayaan luar tidak akan mengakibatkan pelumpuhan yang memarginalisasi eksistensi bangsa ini. Ketahanan budaya pada dasarnya
ketahanan mengenai pelestariannya dan pengembangannya secara dinamis dengan upaya-upaya yang lebih khusus.
Penguatan dan pemahaman budaya masyarakat di wliyah perbatasan dilakukan untuk mengetahui dan menemukenali bagaimana masyarakat di wilayah
perbatasan menguatkan mempertahankan dan memahami kebudayaannya sebagai jatidiriidentitas daerah bangsa. Mengingat daerah perbatasan sebagai daerah
yang bersinggungan dengan negara tetangga dan memungkinkan pengaruh asingnegara tetangga mudah masuk sebagai akibat hubungan yang terjadi.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Penggunaan pikiran,
naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Paul B. Horton C. Hunt menegaskan bahwa masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompokkumpulan manusia
17
tersebut. Sedangkan Karl Marx menganggap masyarakat adalah suatu struktur yang menderita karena suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat
adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Masyarakat berasal dari kata society Inggris, socius: kawan Latin,
syaraka: ikut serta-berpartisipasi Arab. Secara umum, masyarakat mempunyai ciri:
1. adanya kumpulan individu
2. tinggal di tempat dan waktu tertentu
3. adanya aturanadat istiadat yang mengatur untuk pencapaian tujuan
bersama Dalam kurun waktu tertentu kumpulan individu mengalami proses adaptasi
dan organisasi dari tingkah laku para anggotanya serta timbul perasaan berkelompok secara lambat laun
l’esprite de corps. Terdapat empat norma kemasyarakatan yang berupa perintah atau larangan yang bersifat mengikat dan
memaksa, yaitu : a.
Cara usage Menunjuk pada perbuatan individu terhadap individu lain, berkekuatan lemah
karena penyimpangan yang terjadi tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, hanya sekedar celaan saja.
b. Kebiasaan folkways Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dari usage. Pelanggaran
yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang dianggap menyimpang dari kebiasaan umum masyarakat.
18
c. Tata kelakuan mores Menurut Mac Iver dan H. Page, mores adalah kebiasaan yang ada di dalam
masyarakat yang diterima sebagai norma pengatur dalam masyarakat tersebut. Mores ini merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang hidup dalam
kelompok manusia sebagai alat pengawas, pemaksa, dan alat untuk melarang sesuatu agar anggota masyarakat itu menyesuaikan perbuatannya dengan tata
kelakukan tersebut. d. Adat kebiasaan custom
Custom ini terjadi dari suatu mores yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola kelakuan masyarakat. Pelanggaran yang terjadi akan mendapat sanksi
keras, yang terkadang tidak secara langsung diperlakukan. Norma-norma tersebut diatas setelah mengalami proses pada akhirnya akan
menjadi bagian tertentu dari pranata sosial. Pranata Sosial yang berupa pranata institution adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga
masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Konsep Pranata institution ini sering rancu dengan lembaga institute. Pranata merupakan
sistem normaaturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus sedangkan lembaga institute merupakan badanorganisasi yang
melaksanakan aktivitas tadi. Koentjaraningrat mencampurkan klasifikasi pranata berdasarkan yang
dikemukakan oleh J.L. Gillin J.P. Gillin dan S.F. Nadel sehingga terdapat 8 golongan, yaitu:
19
1 Kinshipdomestic institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan kehidupan kekerabatan. 2
Economic institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia dalam mata pencaharian, memproduksi,menimbun, menyimpan,
mendistribusi hasil produksi dan harta. 3
Educational institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia.
4 Scientific institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan
ilmiah manusia, menyelami alam semesta. 5
Aesthetic and recreational institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan dalam menghayatkan rasa keindahannya dan untuk
rekreasi. 6
Religious institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan dalam berhubungan dan berbakti kepada Tuhan atau alam gaib.
7 Political institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan
dalam mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam masyarakat. 8
somatic institutions; Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup.
Daerah perbatasan border areas selalu dikaitkan dengan sebuah atau lebih wilayah yang secara geografis berhadapan langsung dengan wilayah territory
negara asingnegara tetangga. Batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia, menurut Ricklefs 1981:138 By about 1910, the boundaries of the present state of
Indonesia had been roughly drown by colonial armed forces, at a great cost
20
of lives, money, devastation, sosial cohesion, and human dignity and freedom. Akibatnya batas-batas negara Asia Tenggara dewasa ini tidak pernah
dapat berpotongan dengan batas-batas kultural secara persis. Perlunya perhatian kepada masyarakat perbatasan khususnya mengenai
pemberdayaan dirinya dalam pembangunan menurut Garna 2009:98 diupayakan untuk:
1. terwujud dan kuatnya security belt kesatuan Republik Indonesia sebagai
hasil atau dalam bentuk integrasi sosial dan integrasi nasional di daerah perbatasan.
2. Security belt tersebut didayagunakan untuk menjaga keutuhan wilayah
NKRI. 3.
Integrasi sosial adalah kunci menuju ketahanan sosial, sedangkan integrasi nasional adalah kunci menuju ketahanan nasional.
4. Komunitas Adat Terpencil KAT yang berdiam di daerah perbatasan
merupakan titik rawan dalam memperkuat security belt tersebut. 5.
Pendekatan secara integratif untuk membekali KAT dengan pemberdayaan sosial dalam mengatasi kerawanan di perbatasan.
Masyarakat perbatasan adalah suatu kesatuan-kesatuan khusus dalam masyarakat yang menurut kategori sosial, golongan sosial, komunitas kelompok
dan perkumpulan yang saling berinteraksi dan memiliki ikatan khusus dan bertempat tinggal di wilayah perbatasan Gaspersz, 2009. Penelitian ini memberi
batasan mengenai masyarakat perbatasan yaitu orang-orang Warga Negara Indonesia yang merupakan masyarakat Bangsa Indonesia yang bertempat tinggal
di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia khususnya di Pulau Sebatik. Wilayah perbatasan memiliki nilai strategis terutama sumberdaya alam yang
dimiliki dan potensi investasi dari negara luar yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan perekonomian pada wilayah tersebut. Healey berpendapat
bahwa terminologi identitas memiliki pengertian rasa kepemilikan bersama yang
21
bersumber dari kesamaan asal budaya maupun geografis. Healey, 2006: 4. Hubungan yang sifatnya penyesuaian tanpa menghilangkan identitas, jati diri
individu tersebut, sebagai bentuk dari adaptasi. Dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya, masyarakat tidak sampai merubah inti budaya di
Pulau Sebatik. Hal ini menurut Fredrik Barth:1969 bahwa, hubungan yang terjadi antar budaya tidak selalu merubah identitas budaya tersebut, meskipun
dalam melakukan hubungan tersebut terjadi interaksi, pembauran, kontak dan pertukaran informasi, antara budaya yang satu dengan budaya lainnya.
4. Pembahasan