Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus Penderita Diabetes Melitus Eksperimental.

HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN MATA PADA TIKUS
PENDERITA DIABETES MELITUS EKSPERIMENTAL

PRITTA MAHARANI
B04103114

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN MATA PADA TIKUS
PENDERITA DIABETES MELITUS EKSPERIMENTAL

PRITTA MAHARANI

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan di
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi

: Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus Penderita
Diabetes Melitus Eksperimental.

Nama

: Pritta Maharani

NRP

: B04103114

Disetujui


drh.Ekowati Handharyani, MSi. Ph.D
Pembimbing

Diketahui

Dr.drh.I Wayan Teguh Wibawan, MS
Wakil Dekan

Tanggal Lulus :

ABSTRAK
PRITTA MAHARANI. Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus
Penderita Diabetes Melitus Eksperimental. Dibimbing oleh EKOWATI
HANDHARYANI.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia. DM dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai organ
tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi organ
hati dan mata pada tikus penderita diabetes melitus eksperimental. Sebanyak 6
ekor tikus jantan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok

yaitu kelompok pertama (A) adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan
(kontrol) dan kelompok kedua (B) adalah kelompok yang diinduksi streptozotosin
(STZ) secara intra peritoneal dengan dosis 50 mg/kgBB (diabetes). Pada hari ke19 pasca induksi STZ, kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok diukur
kemudian diambil organ hati dan matanya dengan melakukan nekropsi
selanjutnya, dibuat preparat histopatologi dan diamati di bawah mikroskop pada
pembesaran 400 kali dalam 10 lapang pandang untuk dihitung pada setiap lapang
pandang jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hingga nekrosa, jumlah sel
Kupffer serta melihat lesio yang terjadi pada organ mata secara deskriptif. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Kolmorgof-Smirnov
dan dilanjutkan dengan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok
tikus diabetes mengalami peningkatan glukosa darah yang melebihi kadar normal
(hiperglikemia), pada hati ditemukan lesio berupa degenerasi hingga nekrosa
hepatosit, rataan jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hingga nekrosa
pada kelompok diabetes memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol begitu pula dengan rataan jumlah sel Kupffer dan secara deskriptif
ditemukan adanya lesio pada retina mata kelompok diabetes. Lesio yang terjadi
berupa degenerasi pada retina yaitu retinopati, secara mikroskopis struktur sel
penyusun retina terlihat tidak teratur. Pada retina ditemukan adanya degenerasi
pada sel batang, sel kerucut, lapisan nukleus luar dan lapis sel ganglion.
Kata kunci : Diabetes melitus eksperimental, hati dan mata.


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 januari 1985. Penulis adalah
putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Hasanurdin dan Ibu
Hj. Rohayati. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK ALIstiqomah Bandung (1990-1991), Sekolah Dasar di SD Terang Bandung (19911997), kemudian penulis melanjutkan studi di SLTPN 30 Bandung (1997-2000).
Setelah lulus dari SMUN 2 Cimahi (2000-2003) penulis diterima di Fakultas
kedokteran Hewan Instutut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi masuk IPB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi
intra dan ekstra kampus antara lain : Sekretaris KOMTI angkatan 40 periode
2003-2005, BEM FKH-IPB periode 2004-2005/2005-2006 sebagai sekretaris
Departemen

Sosial

dan

Kemahasiswaan,

IMAKAHI


(Ikatan

Mahasiswa

Kedokteran Hewan Indonesia) periode 2004-2006 sebagai staf litbang, Himpro
Ruminansia periode 2004-2005, DKM An-Nahl periode 2005-2007 sebagai tim
Media Pers Islami, KSR (Korps Sukarela) PMI UNIT I IPB periode 2004-2005
sebagai

Bendahara umum. Himpunan Mahasiswa Paguyuban

Mahasiswa

Bandung (PAMAUNG) sebagai anggota Departemen PSDM, serta pernah
menjadi asisten mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) semester ganjil
(2006-2007).

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil'alamiin. Tiada kata terindah selain ucap syukur

kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kedokteran hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor. Sholawat serta salam semoga terlimpah kapada Rasulallah SAW.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :

• Kedua orangtua tercinta Drs. H. Hasanurdin dan Hj. Rohayati yang selalu
memberikan do'a, semangat, dan kasihsayangnya kepada penulis, adik-adikku
tersayang Luthfia Hastiani Muharam, Rizki Maulana Muhammad, dan Shifa
Karima Hayati.

• Drh. Ekowati Handharyani, MSi. Ph.D Sebagai dosen pembimbing atas
didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis.


Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi. Sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan semangat, motivasi dan nasehat selama penulis kuliah.




Drh. Agus Wijaya. MSi, Ph.D atas masukannya.



Drh. Adi Winarto Ph.D atas bantuannya dalam pengambilan gambar.



Pak sholeh, Pak Kasnadi dan Pak Ndang (Staf Patologi) yang telah banyak
membantu di laboratorium Patologi selama penelitian.



Keluarga di Cempaka 13 (Ramlah, Ucu, Iya, Nariza, Kakek, Mba Ade, Mba
Tarmi, Mas Dedi, K' Ibnu, Timon, Jiun).




My little family; M'vina, M' Nur, M'hafsari, nie-penk, wied, atin, kx.

• Teman-teman Wisma Satelit, Wisma Malea, Wisma andhika, Wisma Hatory,
Green house, Hammas kost, famdy kost., GREEN GONJRENG.


Patologi crew, HIMADIKA Crew (Chandra, Uliel, kenshin, Iwid, Supri &
Sabto), G-V.



Barudak PAMAUNG (Paguyuban Mahasiswa Bandung), teman-teman KSR
PMI UNIT I IPB, DKM An-Nahl, Ruminer's 04, Kabinet kebersamaan BEM
FKH (2005-2006), IMAKAHI.



Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)




Kakak-kakakku di FKH (B'39, B'38, B'37, B'36, B'35)

• Teman-teman Gymnolaemata (B'40), Asteroidea (B'41), (B'42) yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala dukungan, semangat dan ukhuwah yang luar biasa.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Penulis

menyadari bahwa banyak kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga karya ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2007

Pritta Maharani

Kary a ilmiah ini penulis persembahkan untuk
kedua orangtua tercinta, almamater, dan semoga

dapat bermabfaat bagi semua pihak

Dan seandainy a pohon-pohon di bumi menjadi
pena dan lautan ( menjadi tinta) , ditambahkan
kepadany a tujuh lautan lagi setelah (kering)ny a,
niscay a tidak akan habis-habisny a ( ditulisk an)
k alimat-kalimat Allah. S esungguhny a Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
( Q.S . Luqman : 31)

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.........................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR....................................................................................

xi


PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................

1

Tujuan Penelitian.........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus
Sejarah......................................................................................................

3

Etiologi.....................................................................................................

3

Klasifikasi................................................................................................. 4
Gejala klinik dan komplikasi....................................................................

6

Diagnosa...................................................................................................

7

Patologi..................................................................................................... 8
Pengobatan...............................................................................................

9

Hati
Anatomi hati.............................................................................................

10

Histologi hati............................................................................................

11

Fungsi hati................................................................................................

12

Patologi hati..............................................................................................

13

Mata
Anatomi dan fungsi mata.........................................................................

15

Histologi mata..........................................................................................

16

Pengaruh diabetes terhadap mata.............................................................

19

Streptozotosin (STZ)...................................................................................

20

BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian.......................................................................

21

Peralatan dan bahan penelitian....................................................................

21

Hewan percobaan........................................................................................

21

Metode penelitian
Pengelompokan tikus...............................................................................

21

Pemberian STZ.........................................................................................

22

Pengukuran kadar glukosa dalam darah...................................................

22

Pengambilan organ hati dan mata............................................................

22

Pembuatan preparat histopatologi............................................................

22

Pengamatan histopatologi........................................................................

24

Analisia data.............................................................................................

24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Histopatologi hati.....................................................................................

27

Histopatologi mata...................................................................................

32

KESIMPULAN...........................................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

37

LAMPIRAN.................................................................................................

41

ix

HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN MATA PADA TIKUS
PENDERITA DIABETES MELITUS EKSPERIMENTAL

PRITTA MAHARANI
B04103114

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN MATA PADA TIKUS
PENDERITA DIABETES MELITUS EKSPERIMENTAL

PRITTA MAHARANI

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan di
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi

: Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus Penderita
Diabetes Melitus Eksperimental.

Nama

: Pritta Maharani

NRP

: B04103114

Disetujui

drh.Ekowati Handharyani, MSi. Ph.D
Pembimbing

Diketahui

Dr.drh.I Wayan Teguh Wibawan, MS
Wakil Dekan

Tanggal Lulus :

ABSTRAK
PRITTA MAHARANI. Histopatologi Organ Hati dan Mata Pada Tikus
Penderita Diabetes Melitus Eksperimental. Dibimbing oleh EKOWATI
HANDHARYANI.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia. DM dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai organ
tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi organ
hati dan mata pada tikus penderita diabetes melitus eksperimental. Sebanyak 6
ekor tikus jantan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok
yaitu kelompok pertama (A) adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan
(kontrol) dan kelompok kedua (B) adalah kelompok yang diinduksi streptozotosin
(STZ) secara intra peritoneal dengan dosis 50 mg/kgBB (diabetes). Pada hari ke19 pasca induksi STZ, kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok diukur
kemudian diambil organ hati dan matanya dengan melakukan nekropsi
selanjutnya, dibuat preparat histopatologi dan diamati di bawah mikroskop pada
pembesaran 400 kali dalam 10 lapang pandang untuk dihitung pada setiap lapang
pandang jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hingga nekrosa, jumlah sel
Kupffer serta melihat lesio yang terjadi pada organ mata secara deskriptif. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Kolmorgof-Smirnov
dan dilanjutkan dengan uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok
tikus diabetes mengalami peningkatan glukosa darah yang melebihi kadar normal
(hiperglikemia), pada hati ditemukan lesio berupa degenerasi hingga nekrosa
hepatosit, rataan jumlah hepatosit yang mengalami degenerasi hingga nekrosa
pada kelompok diabetes memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol begitu pula dengan rataan jumlah sel Kupffer dan secara deskriptif
ditemukan adanya lesio pada retina mata kelompok diabetes. Lesio yang terjadi
berupa degenerasi pada retina yaitu retinopati, secara mikroskopis struktur sel
penyusun retina terlihat tidak teratur. Pada retina ditemukan adanya degenerasi
pada sel batang, sel kerucut, lapisan nukleus luar dan lapis sel ganglion.
Kata kunci : Diabetes melitus eksperimental, hati dan mata.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 januari 1985. Penulis adalah
putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Hasanurdin dan Ibu
Hj. Rohayati. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK ALIstiqomah Bandung (1990-1991), Sekolah Dasar di SD Terang Bandung (19911997), kemudian penulis melanjutkan studi di SLTPN 30 Bandung (1997-2000).
Setelah lulus dari SMUN 2 Cimahi (2000-2003) penulis diterima di Fakultas
kedokteran Hewan Instutut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi masuk IPB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi
intra dan ekstra kampus antara lain : Sekretaris KOMTI angkatan 40 periode
2003-2005, BEM FKH-IPB periode 2004-2005/2005-2006 sebagai sekretaris
Departemen

Sosial

dan

Kemahasiswaan,

IMAKAHI

(Ikatan

Mahasiswa

Kedokteran Hewan Indonesia) periode 2004-2006 sebagai staf litbang, Himpro
Ruminansia periode 2004-2005, DKM An-Nahl periode 2005-2007 sebagai tim
Media Pers Islami, KSR (Korps Sukarela) PMI UNIT I IPB periode 2004-2005
sebagai

Bendahara umum. Himpunan Mahasiswa Paguyuban

Mahasiswa

Bandung (PAMAUNG) sebagai anggota Departemen PSDM, serta pernah
menjadi asisten mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) semester ganjil
(2006-2007).

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil'alamiin. Tiada kata terindah selain ucap syukur
kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kedokteran hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor. Sholawat serta salam semoga terlimpah kapada Rasulallah SAW.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :

• Kedua orangtua tercinta Drs. H. Hasanurdin dan Hj. Rohayati yang selalu
memberikan do'a, semangat, dan kasihsayangnya kepada penulis, adik-adikku
tersayang Luthfia Hastiani Muharam, Rizki Maulana Muhammad, dan Shifa
Karima Hayati.

• Drh. Ekowati Handharyani, MSi. Ph.D Sebagai dosen pembimbing atas
didikan, arahan, bimbingan, perhatian, waktu dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis.


Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi. Sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan semangat, motivasi dan nasehat selama penulis kuliah.



Drh. Agus Wijaya. MSi, Ph.D atas masukannya.



Drh. Adi Winarto Ph.D atas bantuannya dalam pengambilan gambar.



Pak sholeh, Pak Kasnadi dan Pak Ndang (Staf Patologi) yang telah banyak
membantu di laboratorium Patologi selama penelitian.



Keluarga di Cempaka 13 (Ramlah, Ucu, Iya, Nariza, Kakek, Mba Ade, Mba
Tarmi, Mas Dedi, K' Ibnu, Timon, Jiun).



My little family; M'vina, M' Nur, M'hafsari, nie-penk, wied, atin, kx.

• Teman-teman Wisma Satelit, Wisma Malea, Wisma andhika, Wisma Hatory,
Green house, Hammas kost, famdy kost., GREEN GONJRENG.


Patologi crew, HIMADIKA Crew (Chandra, Uliel, kenshin, Iwid, Supri &
Sabto), G-V.



Barudak PAMAUNG (Paguyuban Mahasiswa Bandung), teman-teman KSR
PMI UNIT I IPB, DKM An-Nahl, Ruminer's 04, Kabinet kebersamaan BEM
FKH (2005-2006), IMAKAHI.



Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)



Kakak-kakakku di FKH (B'39, B'38, B'37, B'36, B'35)

• Teman-teman Gymnolaemata (B'40), Asteroidea (B'41), (B'42) yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala dukungan, semangat dan ukhuwah yang luar biasa.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Penulis

menyadari bahwa banyak kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga karya ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2007

Pritta Maharani

Kary a ilmiah ini penulis persembahkan untuk
kedua orangtua tercinta, almamater, dan semoga
dapat bermabfaat bagi semua pihak

Dan seandainy a pohon-pohon di bumi menjadi
pena dan lautan ( menjadi tinta) , ditambahkan
kepadany a tujuh lautan lagi setelah (kering)ny a,
niscay a tidak akan habis-habisny a ( ditulisk an)
k alimat-kalimat Allah. S esungguhny a Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
( Q.S . Luqman : 31)

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.........................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR....................................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................

1

Tujuan Penelitian.........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus
Sejarah......................................................................................................

3

Etiologi.....................................................................................................

3

Klasifikasi................................................................................................. 4
Gejala klinik dan komplikasi....................................................................

6

Diagnosa...................................................................................................

7

Patologi..................................................................................................... 8
Pengobatan...............................................................................................

9

Hati
Anatomi hati.............................................................................................

10

Histologi hati............................................................................................

11

Fungsi hati................................................................................................

12

Patologi hati..............................................................................................

13

Mata
Anatomi dan fungsi mata.........................................................................

15

Histologi mata..........................................................................................

16

Pengaruh diabetes terhadap mata.............................................................

19

Streptozotosin (STZ)...................................................................................

20

BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian.......................................................................

21

Peralatan dan bahan penelitian....................................................................

21

Hewan percobaan........................................................................................

21

Metode penelitian
Pengelompokan tikus...............................................................................

21

Pemberian STZ.........................................................................................

22

Pengukuran kadar glukosa dalam darah...................................................

22

Pengambilan organ hati dan mata............................................................

22

Pembuatan preparat histopatologi............................................................

22

Pengamatan histopatologi........................................................................

24

Analisia data.............................................................................................

24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Histopatologi hati.....................................................................................

27

Histopatologi mata...................................................................................

32

KESIMPULAN...........................................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

37

LAMPIRAN.................................................................................................

41

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rataan kadar glukosa darah kedua kelompok tikus........................

25

Tabel 2. Rataan jumlah hepatosit pada kedua kelompok tikus.....................

27

Tabel 3. Rataan jumlah sel Kupffer pada kedua kelompok tikus..................

30

x

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sekresi insulin...........................................................................

4

Gambar 2. Anatomi hati..............................................................................

11

Gambar 3. Histologi hati.............................................................................

12

Gambar 4. Anatomi mata............................................................................

16

Gambar 5. Gambaran histologi kornea mata...............................................

17

Gambar 6. Gambaran histologi retina mata................................................

19

Gambar 7. Perbandingan kadar glukosa darah pada kelompok tikus.........

25

Gambar 8. Transpor glukosa.......................................................................

26

Gambar 9. Perbandingan rataan jumlah hepatosit
degenerasi hingga nekrosa........................................................
Gambar 10. Perbandingan rataan junlah sel Kupffer..................................

28

Gambar 11. Gambaran histopatologi hati kelompok kontrol
Pewarnaan HE, bar 40µm........................................................
Gambar 12. Gambaran histopatologi hati kelompok kontrol
Pewarnaan HE, bar 40µm........................................................
Gambar 13. Gambaran normal retina tikus..................................................

31

Gambar 14. Gambaran histopatologi mata kelompok kontrol.
pewarnaan HE, bar 40 µm........................................................
Gambar 15a. Gambaran histopatologi mata kelompok diabetes
Pewarnaan HE, bar 40 µm......................................................
Gambar 15b. Gambaran histopatologi mata kelompok diabetes
Pewarnaan HE, bar 40 µm......................................................

30

31
32
33
33
34

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yaitu kondisi tubuh dengan kadar glukosa darah melebihi
nilai normal. Kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dl dan kadar glukosa darah
puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly 2006). Diabetes melitus
atau disebut juga penyakit kencing manis merupakan keadaan patologis yang
sering terjadi akibat defisiensi insulin.
Dallimunthe (2004) menuliskan bahwa menurut laporan International
Diabetes Federation (IDF) jumlah penderita diabetes melitus telah meningkat
secara mengkhawatirkan. Global Diabetes Statitistic melaporkan bahwa pada
tahun 2003 ada 194 juta jiwa di dunia penderita diabetes melitus dan diperkirakan
akan menjadi 333 juta jiwa pada tahun 2025. Prevalensi diabetes melitus pada
penduduk Indonesia berusia 15 tahun sekitar 1,2-2,3%.

Penyebab terjadinya

diabetes melitus karena aktivitas insulin yang tak memadai baik karena sekresi
insulin yang berkurang atau karena adanya resistensi insulin pada jaringanjaringan yang peka insulin (Suharmiati 2003). Penyakit ini dapat terjadi sekunder
akibat defisiensi atau gangguan sekresi insulin atau akibat respon abnormal
jaringan perifer terhadap insulin. Kasus-kasus diabetes sekunder misalnya akibat
pankreatitis kronik, pankreatektomi total.

Gejala awal yang terlihat berupa,

poliuri, polidipsi dan polifagi, penglihatan menjadi kabur, penurunan berat badan,
dan hiperglikemia.
Diabetes melitus sering dijumpai pada manusia, namun tidak jarang pula
penyakit ini dapat dijumpai pada spesies lain seperti anjing dan kucing. Ras yang
umum terkena adalah Miniatur poodles, Crain terriers, Cocker spaniels, German
shepred, Collies dan Bokser. Pada hewan percobaan keadaan diabetes melitus
dapat ditimbulkan dengan pankreatomi atau dengan pemberian zat kimia.

Zat

kimia sebagai induktor (diabetogen) yang bisa digunakan yaitu aloksan,
streptozotozin, diaksosida, adrenalin, glukagon, EDTA yang diberikan secara
parenteral (Suharmiati 2003).

2

Secara klinis diabetes melitus dibedakan menjadi tipe 1 diabetes melitus
tergantung insulin atau Diabetes Mellitus Dependen-Insulin (IDDM) adalah suatu
penyakit autoimun yang ditandai oleh rusaknya sel-sel beta penghasil insulin
(Ganong 2002). Biasanya produksi insulin ada atau tidak ada sama sekali seperti
pada juvenil diabetik (Dallimunthe 2004). Hal ini terjadi karena ada reaksi
autoimun berupa reaksi peradangan pada sel beta.

Tipe 2 diabetes tidak

tergantung insulin atau Diabetes Mellitus Non-Dependen Insulin (NIDDM)
konsentrasi insulin dapat normal atau berkurang hal ini dapat terjadi karena
kebutuhan insulin tidak dapat dipenuhi oleh sel beta pankreas.
DM mendapat gelar The Silent Killer karena komplikasi yang dapat
ditimbulkannya, dan hingga kini masih belum tuntas penanganannya.

Diabetes

melitus dapat menyebabkan komplikasi pada organ tubuh yang lain jika tidak
segera ditangani dengan baik. Komplikasi akut disebabkan karena terganggunya
proses metabolisme karbohidrat yang menyebabkan kadar glukosa darah sangat
tinggi atau rendah. Menurut Mistra (2004), secara umum asupan glukosa dalam
darah disimpan dalam hati dan akan diolah menjadi glikogen.

Jika tubuh

memerlukan, hati akan mengeluarkan dan mengubahnya kembali menjadi glukosa
namun tidak demikian pada penderita diabetes melitus glukosa di dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel (tubuh) akibatnya akan terjadi peningkatan kadar
glukosa di dalam pembuluh darah, sehingga lambat laun akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah secara global selanjutnya berujung pada komplikasi
kronis yaitu kerusakan organ-organ tubuh bagian dalam akibat rusaknya
pembuluh

darah

besar

(makrovaskular)

dan

pembuluh

darah

kecil

(mikrovaskular).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi organ
hati dan mata pada tikus penderita diabetes melitus eksperimental.

TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus
Sejarah Diabetes Melitus
Kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin disebut diabetes melitus
(Ganong 2002). Menurut Dallimunthe (2004), penyakit diabetes melitus telah
diketahui sejak ribuan tahun sebelum masehi. Ebers Papyrus menuliskan bahwa
di Mesir sekitar tahun 1550 Sebelum Masehi (SM) ditemukan suatu penyakit yang
ditandai dengan banyak kencing.

Di India dalam buku Aryuveda (600 SM)

menjumpai penyakit yang sama dimana urin penderita terasa manis dan disebut
urin madu. Aretaceus menulis bahwa ditemukan suatu penyakit yang ditandai
dengan urin yang banyak, Willis adalah orang pertama pada tahun 1674 yang
menuliskan penderita dengan urin banyak dan seperti madu disebut diabetes
melitus kemudian pada tahun 1921, Frederich Grant Banting, seorang mahasiswa
Fakultas Kedokteran di Toronto, Canada mengangkat pankreas anjing kemudian
mengestrak pankreas tersebut.

Anjing yang telah diangkat pankreasnya

mengalami peningkatan kadar glukosa darah, kemudian setelah disuntik dengan
ekstrak pankreas kadar glukosa darahnya turun, oleh karena ekstrak pankreas itu
mengandung hormon yang disebut insulin. Ternyata hormon insulin inilah yang
mengatur kadar glukosa dalam darah.

Etiologi Diabetes Melitus
Sebagian besar kasus diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sel beta
pankreas sehingga produksi insulin menjadi terhambat atau tidak ada sama sekali.
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat. Intoleransi glukosa pada usia lanjut berkaitan
dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit
penyerta, penggunaan obat-obatan sehingga terjadi penurunan sekresi insulin dan
resistensi insulin (Misnadiarly 2006). Diabetes melitus merupakan penyakit yang
diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Faktor herediter sering

kali pula menyebabkan timbulnya diabetes melalui

4

peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau
mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, sehingga
mengarah pada penghancuran sel-sel beta.

Gambar 1 Sekresi insulin
(Anonim 2007a)
Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Misnadiarly (2006), diabetes melitus diklasifikasikan kedalam
dua tipe yaitu diabetes tipe 1 diabetes melitus tergantung insulin atau Diabetes
Mellitus Dependen-Insulin (IDDM) dan Tipe 2 diabetes tidak tergantung insulin
atau Diabetes Mellitus Non-Dependen Insulin (NIDDM);
a.

Tipe 1 diabetes melitus tergantung insulin atau Diabetes Mellitus

Dependen-Insulin (IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, sehingga
sel beta pankreas tidak mampu membuat dan mengeluarkan insulin dalam
kuantitas dan/atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak terdapat
sekresi insulin sama sekali. Dalam hal ini reseptor untuk insulin pada IDDM
jumlah dan kualitasnya dalam keadaan normal.

Berbagai faktor penentu

etiopatologis IDDM telah dapat diidentifikasi, misalnya konstitusi genetik,
immunologis, faktor lingkungan dan gangguan metabolisme serta endokrinologi.
Menurut PERKENI (2002), diabetes melitus tipe 1 memiliki karakteristik mudah
terjadi ketoasidosis, pengobatannya harus dengan insulin, onset akut, penderita

5

biasanya kurus, terjadi pada umur muda, di dapatkan antibodi sel islet, 10% ada
riwayat diabetes pada keluarga, 30-50% terjadi pada kembar identik.
b.

Tipe 2 diabetes tidak tergantung insulin atau Diabetes Mellitus Non-

Dependen Insulin (NIDDM) diduga terjadi akibat sekresi insulin yang insufisien
dan retensi jaringan terhadap insulin. Pada penderita NIDDM dapat dijumpai
kadar insulin lebih tinggi akan tetapi karena ada gangguan pada reseptor insulin,
maka transpor glukosa ke dalam sel terganggu akibatnya kadar glukosa darah
akan terus meningkat. Pada keadaan ini penderita NIDDM sama dengan diabetes
melitus tipe 1, perbedaannnya adalah diabetes melitus tipe 2 disamping kadar
gulanya meninggi, kadar insulinnya normal. Keadaan ini yang disebut resisten
terhadap insulin (Delimunthe 2004). Menurut PERKENI (2002), karakteristik
dari diabetes melitus tipe 2 yaitu; sukar terjadi ketoasidosis, pengobatannya tidak
harus menggunakan insulin, onsetnya lambat, penderitanya gemuk atau tidak
gemuk, biasanya terjadi pada umur tua, tidak ada antibodi sel islet, 30% ada
riwayat diabetes pada keluarga, 100% terjadi pada kembar identik.
Menurut

Seohadi

(1989),

berdasarkan

letaknya,

kelainan

yang

menyebabkan NIDDM terdapat dibeberapa tempat sebagai berikut :
1. Faktor pankreas :
o Karena adanya mutasi gen insulin, akan terbentuk molekul-molekul
insulin yang abnormal dan secara biologis kurang aktif.
o Terlalu banyak proinsulin yang tidak dapat dirubah menjadi insulin.
o Terjadi keterlambatan sekresi insulin, meskipun mungkin produksi insulin
cukup, sehingga glukosa sudah diabsorpsi masuk darah tetapi insulin
belum memadai jumlahnya.
2. Faktor darah :
o Adanya insulin angiotensin antagonisme, misalnya antibodi terhadap
insulin.
o Meningkatnya pengikatan insulin oleh protein plasma.
o Meningkatnya enzim yang merusak insulin atau mekanisme lain yang
merusak insulin.
o Peningkatan hormon-hormon kontra insulin seperti kortisol, hormon
pertumbuhan, katekolamin, dan lain-lain.

6

o Meningkatnya lemak darah.

3. Faktor perifer :
o Jumlah reseptor insulin di sel berkurang (antara 20.000-30.000 buah):
pada obesitas bahkan berkurang hingga 20.000 buah, pada orang normal
jumlah reseptor 35.000 buah/sel.
o Jumlah reseptor cukup tetapi kualitas reseptor buruk sehingga insulin tidak
dapat bekerja secara efektif.
o Terdapat kelainan post-reseptor, sehingga proses glikolisis intraseluler
terganggu.
4. Adanya kelainan campuran diantara faktor-faktor yang terdapat pada 1,2 dan 3.
Peninggian kadar glukosa darah pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2
akan terus berlanjut, apabila kadar glukosa darah ini terus meninggi hingga
melewati ambang batas ginjal, maka glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui
urin.

Kejadian ini yang sering dilihat pada penderita diabetes melitus, yaitu

poliuria dan glukosuria.

Gejala klinis dan Komplikasi Diabetes Melitus
Gejala klinis diabetes melitus meliputi gejala-gejala pada staduim
kompensasi dan dekompensasi pankreas, serta gejala-gejala kronik lainnya.
Gejala-gejala pada stadium kompensasi misalnya polifagi, polidipsi, poliuri dan
penurunan berat badan. Adanya gejala klinis hiperglikemia dan glukosuria akan
menyebabkan tekanan osmotik di dalam tubuli ginjal naik dan menghambat
reabsorbsi air karena terhambatnya reabsorbsi air ini menyebabkan penderita
diabetes melitus mengalami poliuria dan akibat adanya poliuria terus menerus
akan menyebabkan dehidrasi tingkat jaringan. Penderita diabetes melitus tidak
dapat memecah glukosa dalam darah sehingga akan menggunakan lemak
tubuhnya untuk pengganti energi atau makanan bagi sel sehingga akan terjadi
ketonemia dan ketonuria dan tubuh terlihat kurus. Adanya benda-benda keton di
dalam darah akan menimbulkan terjadinya asidosis sehingga frekuensi nafas
meningkat dan penderita mengalami koma (Ressang 1984). Pada keadaan koma
kulit mukosa dan lidah tampak keringan, bulbus mata menjadi lunak, pernapasan

7

menjadi lebih dalam dan lebih lambat serta napas bau aseton (Mutschler 1991).
Gejala-gejala kronik yang sering terjadi misalnya lemah badan, anoreksia,
semutan, mata kabur, mialgia, artralgia, kemampuan seksual berkurang dan lainlain (Seohadi 1989).
Diabetes melitus mempunyai sejumlah komplikasi karena vaskulopati dan
neuropati atau campuran keduanya. Komplikasi yang terjadi misalnya penyakit
jantung, serangan otak yang biasanya diikuti kelumpuhan dan struk, kerusakan
pembuluh-pembuluh darah periperal biasanya mempengaruhi bagian tubuh
bawah dan kaki, kerusakan ginjal (nepropati), kerusakan saraf (neuropati) yang
dapat menyebabkan kelumpuhan (paralisis), impoten dan penyakit mata
(retinopati), retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau
keseluruhan penglihatannya, penderita retinopati diabetik mengalami gejala
penglihatan kabur sampai kebutaan. Menurut laporan Komisi Diabetes Melitus,
penderita diabetes melitus dapat mengalami 2 kali lebih mudah terkena trombosis
serebri, 24 kali mudah terkena penyakit jantung koroner, 17 kali rentan terhadap
kegagalan ginjal, 5 kali lebih mudah terkena ganggren, bila dibandingkan dengan
orang non-diabetes mellitus.

Meskipun gejala-gejala diabetes melitus dapat

diatasi, namun komplikasi diabetes melitus kronis jangka panjang dapat
mengurangi lama perkiraan hidup sampai sepertiganya (Notkins dalam soehadi
1989).

Diagnosa Diabetes Melitus
Kriteria diagnosa diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa
menurut WHO 1985 dalam tulisan Misnadiarly (2006);
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) = 200 mg/dl atau
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) = 126 mg/dl atau
3. Kadar glukosa darah plasma = 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
75 gram pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
Cara umum yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit diabetes
didasarkan pada berbagai tes kimiawi terhadap urin dan darah (Guyton 1997).
Pemeriksaan glukosa urin melalui tes sederhana atau tes kuantitatif laboratorium
yang lebih rumit, yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah glukosa yang

8

hilang dalam urin. Pada umumnya jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin
orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang
dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali sesuai dengan berat
penyakitnya dan asupan karbohidratnya. Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi
hari normalnya adalah 80 sampai 90 mg/dl, dan 110 mg/dl dipertimbangkan
sebagai batas atas kadar normal. Pada penderita diabetes, konsentrasi glukosa
darah puasa hampir selalu diatas 110 mg/dl dan sering diatas 140 mg/dl, dan uji
toleransi glukosa hampir selalu abnormal. Diagnosa juga dapat dilakukan dengan
mencium bau pernafasan penderita diabetes melitus yang cenderung bau aseton
akibat jumlah asam asetat yang meningkat pada penderita diabetes berat yang
diubah menjadi aseton, aseton ini mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara
ekspirasi sehingga bau aseton dapat tercium pada nafas penderita diabetes. Asam
keto juga dapat ditemukan dalam urin melalui cara kimia dan jumlah asam keto
ini dipakai untuk menentukan tingkat penyakit diabetes.

Patologi Diabetes Melitus
Menurut Ressang (1984), gambaran patologis anatomi penderita diabetes
melitus yang paling mencolok adalah terjadinya infiltrasi lemak pada hati dan
ginjal sehingga hati dan ginjal terlihat membengkak dan berwarna kekuningan
juga pada miokard sering kali berwarna kekuningan karena infiltrasi lemak dan
degenerasi albuminoid.

Infiltrasi lemak ini terjadi karena adanya gangguan

metabolisme di dalam tubuh penderita diabetes, pada penderita diabetes sel
kekurangan asupan nutrisi sehingga sel akan mencari energi dari sumber lain dari
selain karbohidrat yaitu dengan memecah lemak, glikogen, protein yang akan
mengakibatkan peningkatan mobilisasi lemak ke dalam hati dan menyebabkan
infiltrasi lemak di dalam hati, jika hal ini terus berlanjut maka akan terjadi
kerusakan pada hati dan secara makroskopis hati akan terlihat berwarna
kekuningan. Pankreas mengecil dan tidak memperlihatkan perubahan-perubahan
makroskopik.

Secara mikroskopis gambaran organ pankreas menunjukkan

adanya perubahan secara kualitatif pada pulau-pulau langerhans.
pulaunya berkurang

Jumlah

sedangkan sel-sel lainnya menunjukkan memperlihatkan

degenerasi hidrofobik. Disamping itu terlihat sklerosis pada pulau-pulau pankreas

9

yang disebabkan oleh peradangan atau didahului dengan degenerasi. Pada hewan
percobaan pemberian zat-zat yang yang mempunyai efek toksik seperti alloksan
dan ditizon atau derivatnya pada sel-sel pulau langerhans dapat menimbulkan
perubahan pada sel-sel yang menyerupai perubahan-perubahan pada sel-sel pada
diabetes yaitu: pengecilan pulau-pulau pankreas, pengurangan jumlah sel-sel B
degranulasi dan vaskuolisasi pada sel-sel tersebut.

Pengobatan Diabetes Melitus
Diabetes melitus dapat ditanggulangi dengan pemberian obat, pengaturan
diet secara maksimal untuk mengembalikan kadar glukosa darah dan pemberian
preparat hormonal.

Pemberian obat hanya merupakan pelengkap diet, obat

diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak berhasil mengembalikan
glukosa darah.
o Antidiabetik oral
Menurut Ganiswarna (1995), antidiabetik oral tidak diindikasikan bagi
penderita yang cenderung mendapat ketoasidosis.
terkontrol dengan

Bila hiperglikemia sudah

antidiabetik oral dosis rendah maka dapat dilakukan

pengaturan diet saja dan kerja fisik.

Penderita yang membutuhkan dosis

antidiabetik oral yang makin meningkat untuk mengontrol peninggian gula
darahnya mungkin menunjukkan adanya kegagalan sekunder.
o Insulin
Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan.

Hormon ini

mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin menaikkan
pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan, menaikan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikan pembentukan glikogen dalam hati
dan otot dan mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan lemak
dan protein dari glukosa. Semua proses ini menyebabkan kadar glukosa darah
menurun akibat pengaruh insulin.

Kerja insulin lainnya adalah menaikkan

pengambilan ion kalium ke dalam sel dan menurunkan kerja katabolik
glukokortikoid dan hormon kelenjar tiroid (Mutschler 1991).

10

o Glukagon
Glukagon adalah suatu polipeptida yang terdiri dari 29 asam amino. Hormon
ini dihasilkan oleh sel alpha pulau langerhans.

Glukagon meningkatkan

glukoneogenesis efek ini mungkin sekali disebabkan oleh menyusutnya simpanan
glikogen dalam hati, karena dengan berkurangnya glikogen dalam hati proses
deaminasi dan transaminasi menjadi lebih aktif. Dengan meningkatnya proses
tersebut maka pembentukan kalori juga semakin besar.

Glukagon terutama

digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang ditimbulkan oleh insulin. Hormon
tersebut dapat diberikan secara intravena, intramuscular, atau subkutan. Bila 20
menit setelah pemberian glukagon subkutan penderita koma hipoglikemik tetap
tidak sadar, maka glukosa intravena harus segera diberikan karena mungkin
glikogen dalam hati telah habis atau telah terjadi kerusakan otak yang menetap
(Ganiswarna 1995).

Hati
Anatomi hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh.

Hati memiliki dua lobus

utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior
oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi
menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat
dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding
depan abdomen.

Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali

daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma.
Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong
hati. Dibawah peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan
kapsula Glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ; kapsula ini pada hilus
atau porta hepatis di permukaan inferior melanjutkan diri ke dalam masa hati,
membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran
empedu (Wilson dan Lester 1992). Hati bersama dengan jaringan ekstra hepatik
dan beberapa hormon berperan dalam menjaga homeostatik pengaturan kadar
glukosa yang stabil dalam darah (Suharmiati 2003).

11

Gambar 2 Anatomi organ hati
( Halime Kenar 2007 )

Histologi hati
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh (Ressang 1984).

Unit

fungsional dasar hati adalah lobus hati, yang berbentuk silindris. Lobus terdiri
dari sel hati. Masing-masing lempeng hati tebalnya satu sampai dua sel, dan
diantara sel yang berdekatan terdapat kanakuli basilaris kecil yang mengalir ke
ductus biliaris di dalam septum fibrosa yang memisahkan lobus hati yang
berdekatan. Di dalam septum juga terdapat vena porta kecil yang menerima darah
terutama dari vena saluran pencernaan melalui vena porta. Dari venula ini darah
mengalir ke sinusoid hati dan bercabang yang terletak diantara lempeng-lempeng
hati dan kemudian ke vena sentralis. Dengan demikian sel hati terus-menerus
terpapar oleh darah vena porta, selain vena porta juga terdapat arteriol hati di
dalam septum interlobularis. Sinusoid vena dan sel-sel hati dilapisi oleh dua tipe
sel yaitu sel endotel khusus dan sel Kupffer yang merupakan makrofag jaringan
yang mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah sinus
hepatikus ( Guyton 1997). Sel Kupffer merupakan makrofag spesifik dalam organ
hati yang berasal dari monosit (Dellman 1989).

Hati merupakan organ yang

terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Hepatosit (sel

parenkim hati) merupakan bagian terbesar dari organ hati. Hepatosit bertanggung
jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel ini terletak diantara

12

sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu. Sel Kupffer malapisi sinusoid hati
dan merupakan bagian penting dari sistem retikuloendotelial tubuh.

Gambar 3 Gambaran histologi hati, cv (vena centralis), s (sinosoid)
(Anonim 2007b)
Fungsi hati
Hati adalah suatu organ yang besar, dapat meluas, dan organ venosa yang
mampu bekerja sebagai suatu tempat penampungan darah yang bermakna disaat
volume darah berlebihan dan mampu mensuplai darah ekstra disaat kekurangan
volume darah (Guyton 1997).
Beberapa fungsi hati menurut Ressang (1984) adalah :
- Sekresi empedu
- Metabolisme lemak
- Metabolisme hidrat arang
- Fungsi detoksikasi
- Pembentukan sel darah merah
- Metabolisme dan penyimpanan vitamin
Menurut Ganiswara (1995), hati berperan dalam pengaturan kadar glukosa
dalam darah.

Setelah makanan diabsorbsi di usus, glukosa dialirkan ke hati

melalui vena porta.

Sebagian lagi glukosa disimpan dalam bentuk glikogen.

Setelah absorbsi selesai, glikogen dalam hati dipecah lagi menjadi glukosa.

13

Dalam

keadaan

biasa

persediaan

glikogen

dalam

hati

cukup

untuk

mempertahankan kadar glukosa darah selama beberapa jam namun jika hati
terganggu fungsinya akan mudah terjadi hiperglikemia atau hipoglikemia.
Hati juga berfungsi sebagai organ penawar racun, sehingga hati
merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut
dikarenakan pertama, hati menerima 80% suplai darah dari vena porta yang
mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal. Kedua, hati menghasilkan enzimenzim yang mempunyai kemampuan biotransformasi pada berbagai macam zat
eksogen dan endogen untuk dieliminasi oleh tubuh. Proses ini juga mengaktifkan
beberapa zat menjadi bersifat lebih toksik dan menyebabkan terjadinya perlukaan
hati (Carlton 1995).

Patologis hati
Hati merupakan organ yang terlibat dalam metabolisme zat makanan serta
sebagian besar obat dan toksikan. Oleh karena itu hati merupakan organ yang
paling sering mengalami kerusakan karena salah satu fungsi hati adalah sebagai
organ penawar racun. Sebagian besar toksik memasuki tubuh melalui sistem
gastrointestinal kemudian diserap dan masuk ke dalam peredaran darah. Aliran
darah yang membawa toksik tersebut melewati sel-sel hati secara perlahan-lahan
dan menimbulkan kerusakan. Beberapa jenis kerusakan hati yang terjadi yaitu;


Degenerasi
Degenerasi sel sering diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel

sebelum kematian sel. Dalam patologi dapat didefinisikan secara luas sebagai
kehilangan struktur dan fungsi normal, biasanya progresif yang tidak ditimbulkan
oleh induksi radang dan neoplasia. Degenerasi sel terkadang merupakan indikasi
gangguan metabolisme yang meluas.

Jenis umum degenerasi sel disebut

perubahan melemak. Disini globuli lemak (terutama trigliserida) dideposisikan
pada sitoplasma dalam jumlah besar.
melitus,

malagizi,

iskhemik

dan

Hal ini terjadi pada kondisi diabetes
anemi

hebat

(Spector

1993).

Degenerasi suram (cloudy swelling), berbutir, albuminoid atau parenkim sering
terlihat pada kejadian keracunan (Ressang 1984).

14



Nekrosis
Nekrosis hati adalah kematian sel hati.

dengan pecahnya membran plasma.

Kematian sel terjadi bersama

Tidak ada perubahan ultrastruktural

membran yang dapat dideteksi sebelum pecah, namun ada beberapa perubahan
yang mendahului kematian sel. Perubahan morfologik awal antara lain berupa
edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagregasi polisom.
Terjadi akumulasi trigliserid sebagai butiran lemak dalam sel. Perubahan yang
terjadi merupakan pembengkakan mitokondria progresif dengan kerusakan kista,
pembengkakan sitoplasma, penghancuran organel dan inti dan pecahnya membran
plasma. Nekrosis dapat bersifat fokal (sentral, pertengahan, perifer) atau masif
(Lu 1995). Nekrosis hati merupakan manifestasi toksik yang berbahaya tetapi
tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang
luar biasa. Pada umumnya nekrosa toksopatik hanya memerlukan waktu singkat
untuk menimbulkan gejala klinis.


Steatosis (Perlemakan hati)
Secara patologis hal yang dapat menyebabkan perlemakan adalah

hipoksemi oleh karena hati tidak dapat membakar lemak atau karena adanya
toksin yang menyebabkan penurunan fungsi lipolitik hati. Toksin yang dapat
menyebabkan perlemakan toksik adalah antimon, arsen, alkohol dan racun lain
yang memerlukan banyak oksigen sehingga lemak tidak terbakar.


Sirosis hati
Sirosis adalah pengerasan pada hati.

Sirosis hati dicirikan dengan

permukaan nodular, granular dan irregular, konsistensinya keras dan terjadi
fibrosis difus. Sirosis dapat disebabkan oleh berbagai hal, akan tetapi dapat juga
kausanya tidak diketahui. Pada umumnya bahan-bahan toksik dan parasit dapat
menyebabkan sirosis hati (Ressang 1984).

Menurut Spector (1993), sirosis

berasal dari nekrosis sel tunggal karena kurangnya mekanisme perbaikan.
Kemudian keadaan ini menyebabkan aktivitas fibroplastik dan pambentukan
jaringan parut. Tidak cukupnya aliran darah dalam hati menjadi salah satu faktor
pendukung.

15

Mata
Anatomi dan fungsi mata
Mata adalah alat indra kompleks yang penting bagi penglihatan. Dalam
bungkus pelindungnya, mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang
membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan
impuls dari resptor ke otak (Ganong 2002).
Anatomi organ ma ta dikelompokkan menjadi dua (Anonimous 2006),
yaitu :
A. Adneksa mata merupakan jaringan pendukung mata yang teriri dari :