Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi (Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang, Banten)

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

RINGKASAN
UME HUMAEDAH. Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi (Kasus:
Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang
Banten). Dibimbing oleh: ISMAIL PULUNGAN dan SOENARMO HATMODJO
SOEWITO.
Pola penyuluhan pertanian yang berlaku sampai sekarang menempatkan
petani lapisan atas (dalam hal ini kontaktani) sebagai sasaran pertama yang
harus dibina oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Kontaktani juga dapat
menjadi pemuka pendapat yang mempunyai pengaruh terhadap cara berfikir dan
bertani masyarakatnya. Selanjutnya dari mereka itulah kemudian terjadi proses

difusi inovasi terhadap masyarakat tani lainnya. Dalam proses difusi inovasi
dipengaruhi oleh anggota sistem sosial. Ini berarti bahwa bila sebagian anggota
kelompok telah mengadopsi inovasi, maka selebihnya akan mengikuti.
Benih padi bersertifikat merupakan salah satu inovasi yang sampai saat
ini terus disampaikan kepada petani. Sampai saat ini, di Kabupaten Pandeglang
penggunaan benih padi unggul bersertifkat baru mencapai 55% (Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2007). Penggunaan benih padi
bersertifikat bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani padi. dan
pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan karakteristik kontaktani dan karakteristik
inovasi. (2) menjelaskan hubungan karakteristik kontaktani dengan peranan
kontaktani dalam difusi inovasi. (3) menjelaskan hubungan karakteristik inovasi
dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2007 di Wilayah
Kerja UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Populasi
penelitian adalah kontaktani yang ada di Wilayah Kerja UPT BPP Menes, yang
jenis usaha kelompoknya adalah tanaman padi. Sampel penelitian diambil
dengan Proportional random sampling, jumlah sampel sebanyak 60 orang
kontaktani. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data skunder.

Instrumen pengumpulan data disusun berdasarkan definisi operasional masingmasing variabel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis kuantitatif
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan uji korelasi Rank
Spearman (rs).
Hasil penelitian menunjukkan (1) mayoritas pendidikan formal kontaktani
setara SLTP s/d SLTA, pengalaman berusahatani rendah, kekosmopolitan
termasuk kategori sedang, hubungan sosial termasuk dalam kategori tinggi, dan
empati termasuk dalam kategori sedang. (2) Peranan kontaktani dalam difusi
inovasi yang termasuk dalam kategori tinggi adalah peranan kontaktani sebagai
agen perubahan. (3) Karakteristik kontaktani yang berhubungan sangat nyata
dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi adalah kekosmopolitan dan
empati. Karakteristik inovasi yang berhubungan sangat nyata dengan peranan
kontaktani dalam difusi inovasi adalah: sub variabel kesesuaian pada peranan
sebagai pengambil keputusan, sebagai dinamisator kelas belajar dan sebagai
mitra kerja penyuluh, sedangkan sub variabel dapat diamati memperlihatkan
hubungan sangat nyata hanya dengan peranan kontaktani sebagai mitra kerja
penyuluh.

ABSTRACT
UME


HUMAEDAH. The Role of The Key Person in Diffusion of
Innovation (Case : Distributing Labelled Rice Seed in UPT BPP Menes in
Pandeglang District, Banten). Under direction of. ISMAIL PULUNGAN, and
SOENARMO HATMODJO SOEWITO.
The role of the key person is action for helping attitude change process in
community. The objectives of the study are : (1) To find factors which cause the
role of the key person in diffusion of innovation and the characteristics of the
innovation. (2) To find the role of the key person in diffusion of innovation. (3) To
analyze the relationship between the characteristics of the key person and the
innovation characteristics to the role of the key person in diffusion of innovation.
The method of this study use descriptive correlation. Population of this study are
the key person in UPT BPP Menes, Pandeglang district. The number of the
respondens are 60 the key person in UPT BPP Menes, Pandeglang district which
are taken by proportional random sampling. The data were collected on May to
June 2007. The data were analyzed using Rank Spearman. The result of this
study are: (1) The characteristics of the key person: their formal education is
junior high school until senior high school, their job experience is low, their
cosmopolite is enough, their social relationship is high, their emphaty is enough.
(2) The role of the key person as change agent is high. (3) There were high
significant correlation between cosmopolite, emphaty and the role of the key

person.
Key words: role, the key person, diffusion of innovation, characteristics.

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI

(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis
Nama
NIM

: Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi

(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di
UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang, Banten)
: Ume Humaedah
: P.051050091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Ismail Pulungan, M.Sc
Ketua

Dr. Soenarmo Hatmodjo Soewito, M.Ed
Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS


Tanggal Lulus :

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 21 Agustus 2007

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peranan Kontaktani dalam
Difusi Inovasi (Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes

Kabupaten Pandeglang Banten) adalah benar merupakan hasil karya saya
sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan.
Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Ume Humaedah
NIM P 051050091

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Januari 1983 di Desa Sukalangu
Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten dari Ayah bernama
H. Ono Rasna dan Ibu Hj. Uwan Sarwanah. Penulis merupakan anak ke-12 dari
12 bersaudara.
Pada tahun 1998

penulis lulus MTs Mathla’ul Anwar Cikaliung


Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Kemudian penulis melanjutkan studi
di SMK Negeri 2 Pandeglang, lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi ke Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Studi Agronomi, lulus tahun 2005.

Untuk meningkatkan kualitas

pendidikan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Magister
Sains

pada

Sekolah

Pascasarjana

Pembangunan, dengan biaya sendiri.

Program


Studi

Ilmu

Penyuluhan

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

RINGKASAN
UME HUMAEDAH. Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi (Kasus:
Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang

Banten). Dibimbing oleh: ISMAIL PULUNGAN dan SOENARMO HATMODJO
SOEWITO.
Pola penyuluhan pertanian yang berlaku sampai sekarang menempatkan
petani lapisan atas (dalam hal ini kontaktani) sebagai sasaran pertama yang
harus dibina oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Kontaktani juga dapat
menjadi pemuka pendapat yang mempunyai pengaruh terhadap cara berfikir dan
bertani masyarakatnya. Selanjutnya dari mereka itulah kemudian terjadi proses
difusi inovasi terhadap masyarakat tani lainnya. Dalam proses difusi inovasi
dipengaruhi oleh anggota sistem sosial. Ini berarti bahwa bila sebagian anggota
kelompok telah mengadopsi inovasi, maka selebihnya akan mengikuti.
Benih padi bersertifikat merupakan salah satu inovasi yang sampai saat
ini terus disampaikan kepada petani. Sampai saat ini, di Kabupaten Pandeglang
penggunaan benih padi unggul bersertifkat baru mencapai 55% (Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2007). Penggunaan benih padi
bersertifikat bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani padi. dan
pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan diatas, penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan karakteristik kontaktani dan karakteristik
inovasi. (2) menjelaskan hubungan karakteristik kontaktani dengan peranan
kontaktani dalam difusi inovasi. (3) menjelaskan hubungan karakteristik inovasi
dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2007 di Wilayah
Kerja UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Populasi
penelitian adalah kontaktani yang ada di Wilayah Kerja UPT BPP Menes, yang
jenis usaha kelompoknya adalah tanaman padi. Sampel penelitian diambil
dengan Proportional random sampling, jumlah sampel sebanyak 60 orang
kontaktani. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data skunder.
Instrumen pengumpulan data disusun berdasarkan definisi operasional masingmasing variabel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis kuantitatif
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan uji korelasi Rank
Spearman (rs).
Hasil penelitian menunjukkan (1) mayoritas pendidikan formal kontaktani
setara SLTP s/d SLTA, pengalaman berusahatani rendah, kekosmopolitan
termasuk kategori sedang, hubungan sosial termasuk dalam kategori tinggi, dan
empati termasuk dalam kategori sedang. (2) Peranan kontaktani dalam difusi
inovasi yang termasuk dalam kategori tinggi adalah peranan kontaktani sebagai
agen perubahan. (3) Karakteristik kontaktani yang berhubungan sangat nyata
dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi adalah kekosmopolitan dan
empati. Karakteristik inovasi yang berhubungan sangat nyata dengan peranan
kontaktani dalam difusi inovasi adalah: sub variabel kesesuaian pada peranan
sebagai pengambil keputusan, sebagai dinamisator kelas belajar dan sebagai
mitra kerja penyuluh, sedangkan sub variabel dapat diamati memperlihatkan
hubungan sangat nyata hanya dengan peranan kontaktani sebagai mitra kerja
penyuluh.

ABSTRACT
UME

HUMAEDAH. The Role of The Key Person in Diffusion of
Innovation (Case : Distributing Labelled Rice Seed in UPT BPP Menes in
Pandeglang District, Banten). Under direction of. ISMAIL PULUNGAN, and
SOENARMO HATMODJO SOEWITO.
The role of the key person is action for helping attitude change process in
community. The objectives of the study are : (1) To find factors which cause the
role of the key person in diffusion of innovation and the characteristics of the
innovation. (2) To find the role of the key person in diffusion of innovation. (3) To
analyze the relationship between the characteristics of the key person and the
innovation characteristics to the role of the key person in diffusion of innovation.
The method of this study use descriptive correlation. Population of this study are
the key person in UPT BPP Menes, Pandeglang district. The number of the
respondens are 60 the key person in UPT BPP Menes, Pandeglang district which
are taken by proportional random sampling. The data were collected on May to
June 2007. The data were analyzed using Rank Spearman. The result of this
study are: (1) The characteristics of the key person: their formal education is
junior high school until senior high school, their job experience is low, their
cosmopolite is enough, their social relationship is high, their emphaty is enough.
(2) The role of the key person as change agent is high. (3) There were high
significant correlation between cosmopolite, emphaty and the role of the key
person.
Key words: role, the key person, diffusion of innovation, characteristics.

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERANAN KONTAKTANI DALAM DIFUSI INOVASI
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP
Menes Kabupaten Pandeglang Banten)

UME HUMAEDAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis
Nama
NIM

: Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi
(Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di
UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang, Banten)
: Ume Humaedah
: P.051050091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Ismail Pulungan, M.Sc
Ketua

Dr. Soenarmo Hatmodjo Soewito, M.Ed
Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

Tanggal Lulus :

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 21 Agustus 2007

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA

© Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peranan Kontaktani dalam
Difusi Inovasi (Kasus: Penyebaran Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes
Kabupaten Pandeglang Banten) adalah benar merupakan hasil karya saya
sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan.
Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Ume Humaedah
NIM P 051050091

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Januari 1983 di Desa Sukalangu
Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten dari Ayah bernama
H. Ono Rasna dan Ibu Hj. Uwan Sarwanah. Penulis merupakan anak ke-12 dari
12 bersaudara.
Pada tahun 1998

penulis lulus MTs Mathla’ul Anwar Cikaliung

Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang. Kemudian penulis melanjutkan studi
di SMK Negeri 2 Pandeglang, lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi ke Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Studi Agronomi, lulus tahun 2005.

Untuk meningkatkan kualitas

pendidikan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Magister
Sains

pada

Sekolah

Pascasarjana

Pembangunan, dengan biaya sendiri.

Program

Studi

Ilmu

Penyuluhan

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah dan
hidayah-Nyalah karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian yang dipilih
adalah “Peranan

Kontak Tani dalam Difusi Inovasi (Kasus: Penyebaran

Benih Padi Bersertifikat di UPT BPP Menes Kabupaten Pandeglang
Banten).”
Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Bapak

Ir.

Ismail Pulungan, M.Sc dan Bapak DR. Soenarmo Hatmodjo Soewito, M.Ed yang
telah

membimbing

dan

mengarahkan

menyelesaikan karya ilmiah ini.

penulis

dengan

sabar

dalam

Rasa terima kasih juga ingin penulis sampaikan

kepada :
(1) Mama dan Ibu, kakak-kakak, yang senantiasa memberikan dukungan moril
dan spiritual kepada penulis.
(2) Bapak Kepala UPT BPP Menes yang telah memberikan izin kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian ini.
(3) Para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di UPT BPP Menes yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
(4) Semua Kontaktani di UPT BPP Menes yang telah berkenan memberikan
data-data yang penulis perlukan dalam penelitian.
(5) Abang Malta, terima kasih atas segala bantuan fikiran, tenaga, serta
waktunya. Kakak-kakak ku mahasiswa PPN S2 angkatan 2005 (Ka Pit, Ka
Tina, Ka Ita, Teh Teti, Pa Erwan, Pa Mu’wam, dan Pa Saeful), terima kasih
atas masukan serta semangatnya.
(6) Teman-teman mahasiswa PPN S3 terima kasih atas segala masukan dan
semangatnya.

(7) Nouvo F5741GC, yang selalu setia mengantar penulis selama kulian di PPN
IPB.
(8) Sahabat-sahabat di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
(Beny, Agus, Wisik, Azis, Aris, Wiwit, D-sy, Dwi, Yanthi), tetanggaku (Mas
Sofyan, Mba Yuni, dan Tasha), Mpo Tiqa, Nafs. terima kasih semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Agustus 2007
Ume Humaedah

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Masalah Penelitian .........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Manfaat Penelitian .........................................................................
Definisi Istilah ..................................................................................

1
3
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Kontaktani .......................................................................................
Peranan Kontak tani .......................................................................
Difusi Inovasi .................................................................................
Benih Padi Bersertifikat ..................................................................
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peranan Kontaktani
dalam Difusi Inovasi ........................................................................

6
8
11
15
16

KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berfikir ............................................................................
Hipotesis .........................................................................................

22
23

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel ......................................................................
Rancangan Penelitian .....................................................................
Data dan Instrumentasi ...................................................................
Uji Validitas ....................................................................................
Uji Reliabilitas .................................................................................
Pengumpulan Data .........................................................................
Analisis Data ...................................................................................

24
24
25
31
31
33
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian ..................................................
Karakteristik Kontaktani ..................................................................
Karakteristik Inovasi ........................................................................
Peranan Kontaktani dalam Difusi Inovasi Benih Padi Bersertifikat .
Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
dalam Difusi Inovasi.........................................................................
Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
dalam Difusi Inovasi ........................................................................

34
40
44
47
51
58

iv

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

66

LAMPIRAN ....................................................................................................

69

v

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Distribusi Jumlah Sampel di Masing-masing Kecamatan ........................
24
2. Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran dalam Penelitian ....................

28

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................................

32

4. Wilayah Kerja UPT BPP Menes ..............................................................

34

5. Tipe Agroekosistem Lahan Sawah ..........................................................

35

6. Tipe Agroekosistem Lahan Kering ..........................................................

35

7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
UPT BPP Menes Tahun 2006 .................................................................

37

8. Kepala Keluarga Tani di Wilayah UPT BPP Menes Tahun 2006 ............

37

9. Tenaga Penyuluh Pertanian yang ada di UPT BPP Menes
2007 .........................................................................................................

38

10. Kelompok Tani di UPT BPP Menes Tahun 2007 ....................................

38

11. Produksi, Produktvitas dan Luas Areal
di Wilayah UPT BPP Menes ....................................................................

39

12. Pola Usaha Tani pada Agroekosistem Lahan Sawah
Tahun 2006 di Wilayah UPT BPP Menes ................................................

40

13. Distribusi Kontaktani Berdasakan Karakteristik Kontaktani .....................

41

14. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Inovasi ...........................................

45

15. Distribusi Kontak Tani Berdasarkan Peranan Kontaktani
dalam Difusi Inovasi ...............................................................................

49

16. Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
sebagai Pengambil Keputusan dalam Difusi Inovasi ...............................

52

17. Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
sebagai Pemimpin dalam Difusi Inovasi ..................................................

53

18. Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
sebagai Agen Perubahan dalam Difusi Inovasi .......................................

54

19. Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
sebagai Dinamisator Kelas Belajar dalam Difusi Inovasi .........................

55

vi

20. Hubungan Karakteristik Kontaktani dengan Peranan Kontaktani
sebagai Mitra Kerja Penyuluh dalam Difusi Inovasi ................................

57

21. Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
sebagai Pengambil Keputusan dalam Difusi Inovasi ...............................

58

22. Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
sebagai Pemimpin dalam Difusi Inovasi ..................................................

59

23. Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
sebagai Agen Perubahan dalam Difusi Inovasi .......................................

60

24. Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
sebagai Dinamisator Kelas Belajar dalam Difusi Inovasi ........................

61

25. Hubungan Karakteristik Inovasi dengan Peranan Kontaktani
sebagai Mitra Kerja Penyuluh dalam Difusi Inovasi ................................

62

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Berfikir Hubungan antara Faktor Karakteristik Kontaktani
dan Faktor Karakteristik Inovasi terhadap Peranan Kontaktani
dalam Difusi Inovasi ................................................................................

23

2. Peta Kabupaten Pandeglang ..................................................................

69

3. Peta Wilayah Kerja UPT BPP Menes ......................................................

70

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Peta Kabupaten Pandeglang ................................................................

69

2.

Peta Wilayah Kerja UPT BPP Menes ...................................................

70

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pembangunan dibidang pertanian terus digalakkan. Berbagai
upaya dan usaha terus pula dikembangkan, baik yang dilakukan

oleh

pemerintah maupun secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pembangunan pertanian tersebut adalah
dengan dilakukannya penyuluhan kepada petani, yaitu penyuluhan tentang caracara melakukan usaha-usaha pertanian yang baik, maju dan menguntungkan.
Penyuluhan pertanian itu adalah suatu usaha atau upaya untuk
mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegaiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Hingga kini secara resmi yang melakukan penyuluhan pertanian hanyalah
instansi pemerintah, khususnya yang ada dalam lingkup Departemen Pertanian.
Bahkan konon yang boleh menyandang sebutan sebagai penyuluh pertanian
hanyalah mereka yang secara khusus diangkat dan ditugasi oleh Departemen
Pertanian saja. Padahal, dengan adanya berbagai kendala yang melilit tubuh
lembaga penyuluhan dalam Departemen Pertanian, seperti terbatasnya dana
anggaran, rendahnya gaji pegawai, dan terbatasnya kemampuan menambah
jumlah tenaga penyuluh sesuai kebutuhan, maka tuntutan akan adanya
penyuluhan yang lebih intensif dan efektif guna menunjang pertanian dan petani
lebih maju dalam kenyataannya sulit untuk dipenuhi.
Lahirnya otonomi daerah juga mempengaruhi kondisi penyuluhan
pertanian. Dulu urusan pemerintahan, kelembagaan dinas-dinas dan peraturanperaturan yang berlaku berada dalam keseragaman, sekarang struktur dan
kebijaksanaan ditentukan sendiri oleh masing-masing daerah.
Kedua kondisi ini terjadi juga di Kabupaten Pandeglang, terbatasnya
jumlah tenaga penyuluh pertanian serta usia penyuluh umumnya sudah
memasuki masa pensiun. Informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Kabupaten Pandeglang, dari 100% jumlah penyuluh yang ada, 50% penyuluh
berumur diatas 50 tahun, 30% berumur 45-50 tahun dan hanya 20% saja
penyuluh yang berumur kurang dari 45 tahun, ini berarti dapat mempengaruhi
pelaksanaan penyuluhan. Terbatasnya jumlah penyuluh dengan wilayah binaan
yang luas juga menjadi masalah, hal ini menyebabkan kurangnya interaksi antara

2

penyuluh dengan masyarakat tani, sehingga proses penyuluhan menjadi
terhambat.
Inti dari setiap upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan
penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan
perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup yang mencakup
banyak aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Karena itu, pesanpesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau
mengakibatkan

terjadinya

perubahan-perubahan

yang

memiliki

sifat

pembaharuan.
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Banten, dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Komoditas
utama yang dibudidayakan adalah tanaman padi, hal ini didukung dengan kondisi
lahan yang ada. Dalam melakukan usahanya, petani umumnya menggunakan
benih yang dihasilkan dari lahannya sendiri. Penggunaan benih padi yang
demikian tentu saja banyak kekurangannya, terutama mengenai kualitasnya,
serta produksi yang rendah.
Benih padi bersertifikat merupakan salah satu inovasi yang sampai saat
ini terus disampaikan kepada petani. Sampai saat ini, di Kabupaten Pandeglang
penggunaan benih padi unggul bersertifkat baru mencapai 55% (Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2007). Penggunaan benih padi
bersertifikat bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani padi, dan
pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Pola penyuluhan pertanian yang berlaku sampai sekarang menempatkan
petani lapisan atas (dalam hal ini kontaktani) sebagai sasaran pertama yang
harus dibina oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Kontaktani juga dapat
menjadi pemuka pendapat yang mempunyai pengaruh terhadap cara berfikir dan
bertani masyarakatnya.

Selanjutnya terjadi proses difusi inovasi terhadap

masyarakat tani lainnya. Proses difusi inovasi dipengaruhi oleh anggota sistem
sosial. hal ini berarti bahwa bila sebagian anggota kelompok telah mengadopsi
inovasi, maka selebihnya akan mengikuti.
Difusi inovasi merupakan perubahan mental yang terjadi pada suatu
sistem sosial. Proses ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan pemuka pendapat.
Kontaktani sebagai pemuka pendapat, serta sebagai tokoh tani di lingkungannya,
memiliki peran-peran yang melekat pada dirinya terkait dengan fungsinya dalam
proses perubahan prilaku masyarakat. Kontaktani diharapkan dapat membantu

3

permasalahan kurangnya tenaga PPL, membantu proses perubahan prilaku
usaha tani yang lebih baik, serta dapat membangun pola penyuluhan berbasis
masyarakat.
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya
mengetahui peranan kontaktani dalam proses difusi

inovasi benih padi

bersertifikat. Oleh karena itu, penelitian sejauhmana kontaktani berperan dalam
proses difusi inovasi benih padi bersertifikat perlu dilakukan.
Masalah Penelitian
Untuk membantu proses penyuluhan pertanian, peranan kontaktani
dalam difusi inovasi sangat diperlukan. Peranan kontaktani dalam difusi inovasi
pada penelitian ini dibatasi pada difusi inovasi benih padi bersertifikat yang
diharapkan dapat membantu memecahkan masalah terbatasnya sumberdaya
penyuluh yang ada, serta terjadinya difusi inovasi benih padi bersertifikat,
sehingga terjadi perubahan perilaku usaha tani dan penyuluhan dapat merata
keseluruh masyarakat tani. Benih padi bersertifikat merupakan salah satu inovasi
yang sampai saat ini terus disampaikan kepada petani. Sampai saat ini, di
Kabupaten Pandeglang penggunaan benih padi unggul bersertifkat baru
mencapai 55% (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2007).
Penggunaan benih padi bersertifikat

bertujuan untuk meningkatkan produksi

hasil usaha tani padi, dan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan petani.
Masalah penelitian adalah sebagai berikut:
(1) Apa saja yang berhubungan dengan peranan kontaktani dalam difusi
inovasi?
(2) Sejauh mana peranan kontaktani dalam difusi inovasi?
(3) Apakah ada hubungan antara karakteristik kontaktani dan karakteristik
inovasi dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi?

4

Tujuan Penelitian
Penelitian peranan kontaktani dalam difusi inovasi benih padi bersertifikat
bertujuan:
(1) Mendeskripsikan karakteristik kontak tani dan karakteristik inovasi.
(2) Mendeskripsikan peranan kontaktani dalam difusi inovasi.
(3) Menjelaskan hubungan karakteristik kontaktani dan karakteristik inovasi
dengan peranan kontaktani dalam difusi inovasi.

Manfaat Penelitian
Hasil temuan yang diharapkan dari penelitian ini akan mempunyai
kegunaan:
(1) Secara akademis: diharapkan dapat menghasilkan proporsi-proporsi
empirik yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi
teori, guna menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang difusi inovasi.
(2) Secara praktis: diharapkan akan menjadi masukan yang sangat berarti
pemerintah, penyuluh, dan pihak-pihak terkait lainnya, dalam upaya
meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyuluhan.
(3) Bagi peneliti sebagai sarana pembelajaran tentang peranan kontak tani
dalam difusi inovasi dalam menempuh pendidikan di Program Studi
Penyuluhan Pembangunan.

Definisi Istilah
Penelitian diarahkan untuk menjelaskan hubungan faktor karakteristik
kontaktani dan faktor karakteristik inovasi terhadap peranan kontaktani dalam
difusi inovasi yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas dan terikat. Definisi
istilah diperlukan untuk memberikan batasan konsep terhadap lingkup variabel
yang akan diteliti.
Adapun definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
(1) Kontaktani adalah ketua kelompok tani atau anggota kelompok tani yang
mempunyai pengaruh dan atau petani pertama yang mengadopsi inovasi
benih padi bersertifikat.
(2) Peranan kontaktani adalah kegiatan atau fungsi yang dilakukan
kontaktani, yaitu: (a) sebagai pengambil keputusan; (b) sebagai

5

pemimpin; (c) sebagai agen perubahan; (d) dinamisator kelas belajar; dan
(e) mitra kerja penyuluh.
(3) Karakteristik kontaktani adalah ciri-ciri yang dimiliki kontak tani yang
diduga berpengaruh terhadap perananya dalam difusi inovasi, yaitu: (a)
pendidikan formal; (b) pengalaman berusaha tani; (c) kekosmopolitan; (d)
hubungan sosial; dan (e) empati.
(4) Karakteristik inovasi adalah ciri-ciri dari inovasi yang diduga memiliki
hubungan terhadap peranan kontak tani dalam difusi inovasi, yaitu: (a)
keuntungan relatif; (b) kesesuaian; (c) kerumitan; (d) dapat diuji coba; dan
(e) dapat diamati.
(5) Benih padi bersertifikat adalah, benih padi unggul yang proses
produksinya

mendapat

pemeriksaan

lapangan

dan

pengujian

laboratorium yang telah memenuhi persyaratan standard yang ditentukan.
Dalam penelitian ini jenis benih yang dimaksud adalah benih sebar.

TINJAUAN PUSTAKA
Kontaktani
Departemen Pertanian (1987) menyebutkan, “Kontaktani adalah ketua
Kelompok Tani, yang terpilih oleh para anggota atas dasar kesediaannya sendiri
bekerjasama

sebagai

menyelenggarakan

mitra

kegiatan

penyuluh-penyuluh

penyuluhan

pertanian

pertanian
bagi

kelompok

dalam
dan

masyarakat disekitarnya”. Kontaktani sebagai pemuka masyarakat berpengaruh
terhadap pengikutnya, menjadi teladan dalam berusaha tani dan aktif membantu
dalam kegiatan penyuluhan. Kontaktani umumnya adalah pelopor (early adopter)
dalam lingkungan masyarakat tani.
Rogers (1995), mengemukakan bahwa seorang pelopor memiliki sifat
pemberani dalam mengambil resiko, selalu tertarik terhadap gagasan-gagasan
baru. Minat tersebut mendorong untuk mencari hubungan dengan pihak-pihak
diluar sistem sosialnya. Seorang pelopor harus mempunyai sumber keuangan
yang cukup kuat, karena suatu kali mungkin mereka akan menderita kerugian
akibat inovasi yang tidak menguntungkan. Selain itu seorang pelopor juga harus
memiliki kemampuan daya pikir untuk dapat menerapkan dan memahami
pengetahuan tehnik yang rumit. Seorang innovator berperan dalam proses difusi
inovasi dalam sistem sosialnya.
Departemen Pertanian (1987) mengatakan pula bahwa, “Kontaktani
adalah petani maju yang memiliki rasa tanggung jawab sosial, dinamika insyaf
kemasyarakatan dan penggerak pembaharuan teknologi pertanian bagi semua
petani”.
Kontaktani merupakan nama suatu jabatan yang menduduki oleh seorang
petani maju. Jabatan yang diduduki oleh petani maju tersebut didasarkan atas
pilihan para petani dan yang dipilih juga bersedia menduduki jabatan tersebut.
Jadi bukan berdasarkan paksaan, melainkan karena kesadaran dan kerelaan
sendiri.
Padmanegara (1980) mengemukakan kontaktani adalah petani yang
mengusahakan usaha tani, mau dalam melaksanakan usaha tani, mempunyai
pengaruh baik terhadap lingkungannya, dinamis dan aktif membantu perintah
dalam usaha-usaha penyuluhan menuju pembanguanan pertanian.
Orang yang menduduki jabatan kontaktani adalah orang yang menyadari
perlunya peningkatan dan perubahan dalam berusaha tani. Kontaktani berfungsi

7

untuk menyebarkan informasi baru, teknologi baru, kebijakan baru dalam
berusahatani kepada anggota-anggota yang dipimpinnya. Kontaktani mempunyai
tugas yang cukup berat dan harus memenuhi persyaratan. Departemen
Pertanian (1987 : 13) menyebutkan sebagai berikut :
Kontaktani bukan sembarangan orang, yang menjadi kontaktani bukan
karena ia paling kaya, bukan karena ia paling pintar, dan bukan karena ia paling
disenangi di desa. Persyaratan pertama/utama untuk seorang kontaktani ialah
bahwa seorang petani yang mengusahakan usaha tani. Usaha tani pekerjaannya
antara lain mengelola, menanam, memelihara, mengolola tanaman atau hewan
yang diusahakan untuk mencari nafkah.
Orang yang bukan petani atau yang bukan mata pencahariannya bukan
dari berusaha tani, tidak dapat dijadikan sebagai kontaktani. Kontaktani adalah
orang yang bekerja sebagai petani dan sekaligus pertanian itu sebagai sumber
kehidupannya. Departemen Pertanian (1987: 14-35) lebih lanjut menyebutkan,
persyaratan berikutnya menjadi kontaktani adalah kontaktani itu dipilih olek
kawan-kawannya (berasal dari satu rombongan petani), harus berhasil dalam
usaha pertaniannya, berwatak sosial, bisa dan mau mengorbankan waktu yang
banyak, tenaga, pikiran dan termasuk uangnya. Sebab untuk melaksanakan
tugasnya ia harus terlihat langsung seperti disebutkan diatas.
Kontaktani sebagai wakil kelompoktani dan sekaligus ketua kelompok
tani, peranannya sangat penting dalam melakukan dan membangun usaha
pertanian yang tangguh; seperti dikatakan Gibson dan Ivanevich (1984: 212)
yaitu :
Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal pada umumnya
dipandang sebagai anggota yang dihormati dan berwibawa, yaitu : (1) membantu
kelompok dalam mencapai tujuannya; (1) memungkinkan para anggota
memenuhi kebutuhan; (3) mewujudkan nilai kelompok. Pemimpin pada pokoknya
merupakan personifikasi dari nilai, motiv dan aspirasi dari anggota; (4)
merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka
dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain; (5) merupakan fasilitator yang
dapat menyelesaikan konflik kelompok, pemprakarsai dari tindakan kelompok,
dan mempertahankan kelompok sebagai unit yang dapat berfungsi.
Kontaktani

adalah

orang

yang

dipilih

petani

karena

memenuhi

persyaratan dijadikan sebagai ketua kelompok, ia berfungsi sebagai petugas

8

terdepan bekerja membangun usaha pertanian yang maju sebagaimana yang
diharapkan.
Peranan Kontaktani
Peranan dapat diartikan sebagai tindakan atau kegiatan atau fungsi yang
diberikan atau diharapkan dari seseorang atau kelompok. Peranan juga dapat
diartikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh seseorang dalam
lingkungan sosial tertentu. Seseorang dapat ikut mengambil keputusan yang
mempengaruhi kehidupan seseorang dan masyarakat di sekitanya (Howard dkk.,
2002 dalam Dault, 2007).
Soekanto (1990), mengatakan bahwa peranan (role) adalah aspek
dinamis kedudukan/status yang mencakup kewajiban dan hak seseorang.
Peranan seseorang dalam kedudukannya pada suatu posisi, meliputi: (1) normanorma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat, dan (2) suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi, dan perilaku yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Peranan seseorang dalam masyarakat

harus

dilaksanakan untuk mempertahankan kedinamisan kehidupan dalam lingkungan
masyarakat. Pelaksanaan peran seseorang biasanya dapat dilihat di masyarakat
atau dilakukan melalui lembaga kemasyarakatan yang ada.
Menurut Gibson et al. (1996), peranan adalah pola prilaku yang
diharapkan, yang diberikan pada posisi tertentu. Peranan dapat mencakup sikap
dan nilai-nilai serta jenis prilaku tertentu, yang harus dilakukan seseorang unrtuk
mengesahkan kedudukannya pada posisi tertentu. Beberapa peranan yang
mungkin muncul dalam suatu organisasi adalah: (1) peran ganda seseorang
dalam kehidupannya di masyarakat, (2) terjadi konflik peran, dan (3) perangkat
peran akibat adanya harapan peran dari setiap individu.
Berlo (1960), mengemukakan bahwa peranan merupakan serangkaian
tingkah laku yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan berdasarkan
posisi yang berbeda-beda dalam suatu sistem sosial dan mempunyai normanorma tersendiri. Suatu tingkah laku peranan dapat ditinjau dari: (1) prescriptian
role merupakan pernyataan yang dilakukan seseorang berdasarkan perannya,
(2) description role, merupakan gambaran tingkah laku secara nyata yang
dilakukan seseorang berdasarkan perannya, dan (3) expectation role, merupakan

9

gambaran tingkah laku seseorang tentang tingkah laku yang diharapkan
berdasarkan perannya.
Kelancaran proses komunikasi antara Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) dengan para petani yang berada dalam dua sistem sosial yang berlainan,
perlu peran serta pihak yang menjembataninya yaitu tokoh tani sebagai
kontaktani. Menurut Havelock (1971), peranan tokoh tani sangat diperlukan
dalam proses difusi

pengetahuan di lingkungan sosialnya. Rogers dan

Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa tokoh tani berperan dalam proses
pengambilan

keputusan

untuk

menerima

atau

menolak

suatu

inovasi

pengetahuan bagi anggota kelompoknya. Menurut Soekandar (1978), kontaktani
sebagai pemuka masyarakat berpengaruh teradap pengikutnya, menjadi teladan
dalam berusaha tani dan aktif membantu dalam kegiatan penyuluhan.
Sejalan dengan hal tersebut Soewardi (1976) mengemukakan bahwa
dilingkungan sosial petani ada tokoh tani sebagai golongan “lapisan atas” yang
menjadi ”kunci” dalam menyebarkan dan mendifusikan inovasi pengetahuan
pertanian. Mereka umumnya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang mendorong
kearah kesuksesan berusaha tani. Melalui golongan ini, maka golongan tani
“lapisan bawah” yang bersifat

statis masih dapat ditembus untuk melakukan

pembaharuan pola berpikirnya dalam rangka perbaikan usaha taninya.
Orang-orang

yang

melaksanakan

tugasnya

mewujudkan

usaha

perubahan sosial tersebut dinamakan agen perubahan, yang menurut Rogers
dan Shoemaker (1971), merupakan tugas profesional yang mempengaruhi
putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan.
Rumusan Havelock (1973), agen perubahan adalah seseorang yang membantu
terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. Rumusan
tersebut, mengandung arti bahwa kontaktani merupakan salah satu agen
perubahan.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan berfungsi
sebagai matarantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial. Yaitu
menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan
dengan sistem sosial yang menjadi klien dalam usaha perubahan tersebut.
Menurut Nasution (1988), peranan yang manifest dari agen perubahan
dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan
penyelesai. Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi
(1) fasilitator, yaitu seseorang yang membangkitkan motivasi dan rangsangan

10

dengan memprakarsai pengenalan isu yang berkembang dan keinginan
masyarakat, agar masyarakat bergerak, serta mempengaruhi mereka melalui
petunjuk-petunjuk; (2) penganalisis, yaitu orang yang melakukan identifikasi atas
alternatif-alternatif yang dikemukakan oleh masyarakat atau sebgai pemberi
masukan (input) bagi tenaga ahli dalam menganalisa masyarakat secara
menyeluruh; dan (3) sebagai pengembang kepemimpinan, yaitu seorang agen
perubahan berfungsi melakukan identifikasi, melatih, mengorganisir, serta
meningkatkan kemampuan pemimpin-pemimpin setempat.
Peran agen perubahan sebagai perantara meliputi fungsi: (1) pemberi
informasi, dilakukan dalam bentuk memperkenalkan fakta-fakta, menghubungkan
klien dengan narasumber, menyiapkan bahan dan peralatan pendidikan,
melaksanakan studi dan mendatangkan pengetahuan teknis bagi msayarakat
setempat pada saat yang tepat. (2) fungsi sebagai penghubung dimaksudkan
untuk menjembatani masyarakat setempat dengan tenaga ahli atau spesialis,
sistem kemasyarakatan, para perumus kebijakan, dan pihak-pihak lain.
Agen perubahan berfungsi sebagai: (1) pengorganisir, dilaksankan agar
kegiatan dapat terlaksana, mengadakan pertemuan, dan menjaga agar kegiatan
tetap

dalam

konteks

pembangunan

pengevaluasi, mempersiapkan basis

yang

direncanakan,

(2)

sebagai

untuk mengevaluasi alternatif-alternatif

melalui pengetahuan yang lebih luas, berbarengan dengan evaluasi terhadap
proses yang berlangsung nyata, berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh
masyarakat dan hasil yang telah dicapai, (3) sebagai orang yang memantapkan
hasil yang dicapai, dimaksudkan untuk memberi imbalan (rewards) terhadap
penampilan hasil-hasil yang telah ada.
Departemen Pertanian (1988 : 5) menyebutkan, peranan kontaktani
adalah sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok tani nelayan yang mengorganisir, menggerakan,
membimbing dan mengarahkan kegiatan kelompoknya.
2. Ketua kelas belajar bagi kelompoknya yang menampung, menggali.
3. Merumuskan dan menyampaikan keperluan belajar para anggotanya
kepada penyuluh pertanian selaku pembina/guru.
4. Pembaharu dan pelopor pembangunan didesanya yang menyebarkan
teknologi yang baru didapatkannya serta menerapkannya baik dalam
usaha sendiri maupun di lingkungannya.

11

5. Mitra kerja pemerintah dalam kegiatan penyuluh pertanian yang dicirikan
dengan saling memberi informasi yang sekaligus berperan sebagai
penyuluh pertanian swakarsa.
Difusi Inovasi
Salah satu tujuan utama penyuluhan adalah menerapkan teknologi baru
dan bermanfaat dikalangan masyarakat desa. Pemahaman mengenai proses
pemakaian dan penyebaran akan membantu penyuluh mewujudkan tujuan tadi
(Lestari, dkk, 2001).
Pengertian inovasi
van den Ban dan Hawkins (2003), mengartikan inovasi adalah suatu
gagasan, metode atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi
tidak selalu merupakan hasil dari penelitian yang mutakhir. Gonzalez, dalam Jahi
(1988), suatu inovasi ialah suatu ide, cara mengerjakan sesuatu atau bendabenda nyata, yang dianggap baru bagi calon pengadopsi. Pengadopsi inovasi itu
mungkin saja suatu individu, kelompok, maupun organisasi.
Lestari, dkk (2001) mengemukakan bahwa inovasi adalah suatu ide,
praktek, atau benda yang dipersepsikan baru oleh individu atau unit lain
pemakainya. Persepsi adalah kegiatan dimana seseorang menjadi sadar tentang
suatu hal disekitar dirinya dan kejadian-kejadian yang terjadi. Teknologi, praktekpraktek yang dikembangkan melalui penelitian merupakan inovasi. Inovasi bisa
berupa varietas bibit baru, jenis hewan ternak baru, zat kimia dan obat baru,
teknik-teknik

baru

dalam

mengerjakan

sesuatu.

Petani

juga

bisa

mengembangkan praktek-praktek baru juga disebut inovasi. Terlepas dari
periode waktu saat ide atau praktek dikembangkan, ketika untuk pertama kalinya
seseorang sadar akan hal itu, itulah yang dinamakan inovasi bagi orang tersebut.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi,
perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan didalam
segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Pengertian inovasi dapat semakin
diperluas menjadi: sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek
baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan / diterapkan /
dilaksanakan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu,
yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di

12

segala aspek kehidupan

masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-

perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan (Mardikanto, 1988).
Soekartawi (1988), mengatakan inovasi adalah suatu ide yang dipandang
perlu oleh seseorang. Karena latar belakang seseorang ini berbeda-beda, maka
didalam menilai, secara obyektif, apakah suatu ide baru yang dimaksud itu
adalah sangat relatif sifatnya. Sifat baru tersebut kadang-kadang menentukan
reaksi seseorang. Reaksi ini tentu saja berbeda-beda antara individu satu
dengan yang lain. Pandanagan inovasi sebagai ide baru memberikan ruang
lingkup yang luas. Inovasi berupa suatu teknologi baru, cara organisasi yang
baru, cara pemasaran hasil pertanian yang baru, dan sebagainya.
Rogers dan Shoemaker (1971), mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu
yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang
Lionberger dan Gwin (1960), mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu
yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat
mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas
tertentu. Pegertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekedar “baru
diketahui” oleh pikiran (Cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat
diterima secara luas oleh seluruh warga masayarakat dalam arti sikap (attitude),
dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan
oleh seluruh warga masayarakat setempat.
Nasution (1988), mengatakan bahwa berlangsungnya suatu perubahan
sosial, diantaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya halhal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal
sebagai inovasi. Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama
karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masayarakat, ataupun antara
suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian, pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang
disampaikan oleh penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan disini
mengandung arti tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat
melaksanakan atau menerapkannya dengan benar-benar serta menghayatinya
dalam kehidupan usaha taninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat

13

diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai
cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dube dalam Lestari dkk. (2001), mengemukakan bahwa ada beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan suatu inovasi untuk menentukan
kemungkinan pemakaiannya dalam suatu sistem sosial:
1. Apakah suatu inovasi itu memenuhi kebut