Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah Di Desa Kananga Menes Pandeglang Banten

(1)

PERANAN PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH DALAM

MENGEMBANGKAN DAKWAH DI DESA KANANGA MENES

PANDEGLANG BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: NIA NAJIAH NIM : 108051000138

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013


(2)

(3)

(4)

1

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Desember 2012

Nia Najiah


(5)

i ABSTRAK NiaNajiah

108051000138

Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah DalamMengembangkanDakwah Di Desa Kananga

Dakwah merupakan kewajiban yang harus dilakukan bagi setiap umat Islam baik itu dilakukan oleh individu, kelompok maupun sebuah lembaga pendidikan. Dan untuk mempermudah dakwah biasanya dilakukan melalui sebuah pondok pesantren. Kehadiran pondok pesantren Al-Ishlah di desa Kananga telah menjadi lembaga tafaqquhfiddin yaitu tempat mendalami agama, yang sekaligus menjadi lembaga pendidikan masyarakat dan workshop bagi masyarakat Kananga, dan juga karena aspek sosiologis masyarakat Kananga yang sangat mendukung atas kehadiran Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Al-Ishlah telah memiliki peranan yang sangat penting di desa Kananga, sehingga keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat yang mana dalam berbagai aktivitasnya dan dakwahnya dapat mengajak masyarakat untuk berprilaku ramah lingkungan dan memperlakukan lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis nabi.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis dapat merumuskan masalah yaitu:

Bagaimana aktifitas pondok pesantren A-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga? bagaimana hasil aktifitas pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan aktifitas dan hasilnya yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga.

Pada peneilitan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data yang berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang diamati.

Setelah penulis analisis bahwa pondok pesantren Al-Ishlah dalam aktiftasnya telah berperan dengan mendirikan majelis ta’lim yang tersebar di beberapa daerah kabupaten Pandeglang, aktifitas lainnya mendirikan pengajian untuk remaja dan dari pengembangan dakwahnya Al-Ishlah telah berhasil membudayakan busana muslim di desa Kananga, berhasil menanamkan semangat tinggi kepada anak didik masyarakat des Kananga mengikuti keterampilan-keterampilan yang ada di pondok pesantren Al-Ishlah, terlebih lagi berhasil dengan prestasi-prestasi yang diraih oleh siswa/santri-santri pondok pesantren Al-Ishlah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan berbagai aktifitas dan hasil dakwah pondok pesantren Al-Ishlah masyarakat desa Kananga menerima dan mendukung sepenuhnya denga peran dakwah yang di lakukan. Disamping itu pondok pesantren Al-Ishlah juga dapat mencerdasakan bangsa terutama penduduk disekitar pesantren Al-Ishlah, dan dapat membentengi terjaganya moral dan akhlak bangsa dari pengaruh budaya asing, sehingga pondok pesantren Al-Ishlah terus bertahan dan tidak pernah lelah untuk terus berdakwah di jalan Allah.


(6)

ii

Al-hamdulillah segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk umat-Nya dan senantiasa memberikan limpahan rahmat serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir skripsi ini di UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam saya panjatkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti sekarang ini,dan juga umat Islam pertama yang membawa misi dakwah kedunia yang telah diteruskan oleh pengikutnya hingga saat ini

Skripsi ini sebagai bentuk perjalanan dan perjuangan penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di jurusan komunikasi penyiaran Islam dengan berbagai rintangan selama proses penulisan skripsi ini. Namun ucapan syukur yang tiada henti penulis ucapkan

karena semua ini adalah atas dorongan dan do’a-do’a yang telah memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada para pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini, terkhusus kepada Kedua orang tua penulis mama dan apa yang tak pernah berhenti mendo’akan penulis siang dan malam, yang selalu menjadi penyejuk hati, penenang jiwa yang tak pernah kenal lelah untuk terus berkorban. Kalian adalah penyemangat hidup bagi semua putera-puterinya. Tidak ada orang tua yang sebaik dan sehebat mama dan apa di dunia ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal, M.A, Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Studi Rizal LK, M.A.


(7)

iii

3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, Selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan memberikan saran mengenai judul skripsi.

4. Drs. Masran, M.Ag selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing dan tak bosan-bosannya mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga ilmunya bermanfaat.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mewariskan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat serta menjadi amal sholeh yang akan terus mengalir bagi para dosen.

6. Kepada pondok pesantren Al-Ishlah dan masyarakat desa Kananga penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya yang sudah membantu penulis untuk mengizinkan penelitian di pondok pesantren Al-Ishlah dan di desa Kananga yang telah bersedia memberikan informasi. Semoga Al-Ishlah menjadi pondok pesantren yang tak pernah lelah untuk menjalankan dakwahnya di Jalan Allah SWT dan semoga desa Kananga tak pernah hilang dengan budayanya yang religious.

7. Para pegawai perpustakaan baik fakultas maupun Perpustakaan Utama yang bersedia melayani penulis meminjam buku dengan penuh senyuman dan keramahan.

8. Keluargaku tercinta kakakku dan adik-adik-adikku yang tak pernah lelah

mendo’akan dan memotivasi penulis untuk menempuh Strata satu (S1),

do’a kalian sangat berarti bagi hidup penulis. Aku saying kalian saying

keluargaku.

9. Sahabat-sahabatku KPI E Multitalenta angkatan 2008, sahabatku angkatan

ta’aruf Darus-sunnah, sahabat KKN TIME juga sahabat-sahabat member


(8)

iv

skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan sekali lagi penulis ucapkan terimakasih tanpa kalian semua skripsi ini tidak ada artinya. Semoga semua pengorbanan dan kebaikan yang diberikan mendapatkan nilai kebaikan di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 25 Desember 2012

Nia Najiah 108051000138


(9)

i

DAFTAR ISI... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Peranan ... 14

Pengertian Peranan... 14

B. Pesantren dan Ruang Lingkupnya ... 17

1. Pengertian Pesantren ... 17

2. Tujuan Pesantren ... 19

3. Fungsi Pesantren ... 20

4. Elemen-Elemen Pesantren ... 22

5. Pola Penyelenggaraan Pondok Pesantren ... 26

6. Bentuk-Bentuk Aktifitas Pesantren... 28

C. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 31

1. Pengertian Dakwah ... 31

2. Hukum Berdakwah ... 34


(10)

ii 1. Sekilas Tentang Letak Geografis

Pondok Pesantren Al-Ishlah ... 37

2. Profil Pondok Pesantren Al-Ishlah Dan Ruang Lingkupnya ... 38

B. Gambaran Umum Desa Kananga ... 50

1. Sekilas Tentang Desa Kananga ... 50

2. Letak Geografis Desa Kananga ... 50

3. Kondisi Sosial Keagamaan Desa Kananga ... 51

4. Kondisi Sosial Pendidikan Desa Kananga ... 51

5. Kondisi Ekonomi Desa Kananga ... 52

BAB IV ANALISIS PERANAN PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH DALAM MENGEMBANGKAN DAKWAH DI DESA KANANGA A. Aktifitas Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah Di Desa Kananga ... 53

B. Hasil Aktifitas Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah Di Desa Kananga ... 59

C. Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah di Desa Kananga ... 65

D. Faktor Pendukung dan Penghambat... 67

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 77

B. SARAN-SARAN ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mulia yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim, dengan tujuan memberikan segala informasi mengenai Islam dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.1

Perintah dalam melaksanakan dakwah islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia muslim tercantum dalam kitab suci Al-Qur'an, surat al-Imran ayat 104:

104

Artinya: "Dan hendaklah ada diantara kalian kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah pada yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (ali-Imran" 104).2

Islam sebagai sebuah ajaran llahiyah yang berisi tata nilai kehidupan hanya akan menjadi sebuah konsep yang melangit jika teraplikasikan dalam kehidupan nyata. Masyarakat akan tenggelam dalam kesesatan dan tetap dalam kegelapan jika tidak tersinari oleh cahaya keislaman. Manusia akan hidup dalam

1

Ismah Salman, Strategi Dakwah di Era MillenniumJurnal Kajian Dakwah dan Budaya, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004), vol.5, h .3

2

Al-Qur'an al-Karim, Departemen Agama RI AL-Qur'an Tajwid dan Terjemahnya, (Jakarta: Syaamil Cipta Media, 2006), h. 63


(12)

kebingungan dan kebimbangan jikalau hidup tanpa pegangan yang kokoh dengan ajaran Allah.

Maka dakwah3 mutlak diperlukan sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat agar tercipta individu (khairul bariyyah), keluarga (usrah), dan masyarakat (jama'ah) yang menjadikannya sebagai pola pikir (way of thinking) dan pola hidup (way of life) agar tercapai bahagia dunia dan akhirat.

Umat Islam mempunyai peran yang sangat penting sebagai pelaku yang harus menyebarkan dan menumbuhkan benih-benih amar ma'ruf itu di tengah-tengah pergaulan hidup masyarakat. Usaha untuk menyebarluaskan Islam, serta merealisasikan ajarannya di tengah-tengah kehidupan manusia adalah sebagian dari usaha dakwah yang di laksanakan dalam keadaan apapun dan bagaimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. 4

Untuk mempermudahkan dakwah Islam biasanya dibentuk suatu organisasi atau lembaga yang merupakan sebuah kekuatan umat yang disusun dalam satu kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material di bawah komandan pimpinan sehingga dapat melakasanakan tugas lebih mudah, terarah dan jelas motifasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaluinya.5

3

Umi Musyarofah, Dakwah K.H Hamam Dja'far dan Pondok Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press dan CeQDA, 2009), Cet. Ke-1, h. 1

4

Ibid, h. 11

5

Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta'lim, (Bandung: Mizan, 1997). Cet. Ke-1 h. 64.


(13)

Salah satu bentuk lembaga untuk mempermudah dalam dakwah maupun pendidikan yaitu dengan melalui didirikannya sebuah lembaga berupa pondok pesantren. Sebagaimana kita tahu bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahamai, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Dengan adanya pesantren, kita dapat mengetahui peran, fungsi dan kontribusi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam6.

Pondok pesantren dan masyarakat merupakan elemen yang tak bisa dipisahkan, masyarakat membutuhkan pondok pesantren dan pondok pesantren membutuhkan masyarakat. Hal itu dapat terlihat di pondok pesantren Al-Ishlah dan desa Kananga kecamatan Menes kabupaten pandeglang propinsi Banten.

Desa Kananga adalah desa yang dikenal dengan desa santri, sebelum adanya pondok pesantren Al-Ishlah seluruh masyarakat desa Kananga sudah mengenal agama Islam, dan desa Kananga juga merupakan desa yang mengawali adanya pendidikan7 di kecamatan Menes. maka tak heran jika di desa Kananga masyarakatnya banyak berprofesi sebagai kyai, ustad ataupun tokoh masyarakat, sehingga untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dan tetap mengharumkan nama desa Kananga sebagai desa yang religious, beberapa tokoh kyai mendirikan sebuah pondok pesantren yang mana pondok tersebut adalah pondok pesantren Al-Ishlah.

6

Rudhy Suharto, dkk, Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah kebudayaan), (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), Cet. Ke-1, h.1

7

Hasil Wawancara pribadi dengan Sesepuh desa Kananga Maman Suparrman, Pandeglang 05 Mei 2012


(14)

Kehadiran pondok pesantren Al-Ishlah di desa Kananga telah menjadi lembaga tafaqquhfiddin yaitu tempat mendalami agama, yang sekaligus menjadi lembaga pendidikan masyarakat dan workshop bagi masyarakat Kananga, dan juga karena aspek sosiologis masyarakat Kananga yang sangat mendukung atas kehadiran Pondok Pesantren, karena di samping turut mendapatkan siraman keagamaan, juga dapat menambah penghasilan.

Sistem belajar “Pondok Pesantren” sudah menjadi tradisi masyarakat Kananga semenjak dibukanya tanah perkampungan Kananga sampai sekarang8. Pondok pesantren Al-Ishlah merupakan lembaga dakwah yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dakwah kepada masyarakat Kananga, nuansa keagamaan di desa Kananga juga masih terasa sangat kental, dan pondok Pesantren Al-Ishlah telah menjadi bagian dari masyarakat Kananga yang istiqomah dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai Islam dan budaya religious. Perkembangan dakwah yang dilakukan oleh pondok pesatren Al-Ishlah mengajak masyarakat Kananga kearah yang lebih baik, sehingga masyarakat Kananga merespon, mendukung, dan memberikan support dengan perkembagan dakwah yang dilakukan pondok pesantren Al-Ishlah.

Karena hal-hal diatas, penulis tertarik sekali untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan memaparkan dan menjelaskan tentang Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah di desa Kananga Menes Pandeglang Banten, dan oleh karena itu skripsi ini mengangkat judul:

8


(15)

"Peranan Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah di Desa Kananga Menes Pandeglang Banten".

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi ini, dan agar pembahasan masalah tetap fokus, maka perlu adanya batasan ruang lingkupnya sehingga permasalahan tidak melebar dan meluas kedalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Maka penelitian ini hanya akan membatasi ruang lingkup peranan dalam sebuah lembaga pesantren yang berupa aktifitas dan hasil dakwah yang telah dicapai oleh pondok pesantren Al-Ishlah di desa Kananga.

b. Perumusan Masalah

Berdsarkan pembatasan masalah di atas maka masalah yang akan di teliti adalah bagaimana peranan pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga?

Dan untuk memperjelas masalah tersebut, maka akan dirinci kepada sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktifitas pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga?

2. Bagaimana hasil aktifitas pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya di desa Kananga?


(16)

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga?

C. Tujuan

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

a. Ingin menjelaskan aktifitas pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di Desa Kananga.

b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di Desa Kananga.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat yang ditemui.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat: 1. Manfaat Akademis

Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah studi ilmu dakwah, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pondok pesantren sebagai peranan dakwah pada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kananga.

2. Segi Praktis

a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi siapa saja yang berminat dalam memperluas dan mengembangkan keilmuan dakwah, serta menjadi ajakan bagi para peneliti


(17)

selanjutnya yang ingin meneliti lembaga tersebut dalam aspek lain.

b. Dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat Islam tentang pentingnya suatu lembaga pendidikan pesantren.

E. Metodologi penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.9 Seperti halnya yang dikatakan Taylor10 penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian ini penulis memanfaatkan metode deskriptif analalisis yaitu studi kasus yang menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam masalah ini yang menjadi subjek penelitian adalah pondok Pesantren Al-Ishlah dan Masyarakat Kananga, adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitan ini adalah para

9

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 35

10

Lexy J Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet, Ke-13, h. 4


(18)

pengelola pesantren Al-Ishlah dan masyarakat Kananga, sedangkan yang menjadi objeknya adalah peranan dalam bentuk aktifitas dan hasil yang dicapai oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: a. Wawancara Mendalam

Salah satu metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam. Wawancara medalam adalah cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam11. Dalam hubungan ini, untuk terarahnya wawancara sesuai dengan data yang diperlukan, maka perlu disusun suatu pedoman yang disebut "pedoman wawancara", atau "panduan wawancara".12 Pada pedoman atau panduan tersebut, berisi sejumlah pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada responden. Disini, yang menuliskan atau mengiskan jawaban responden adalah pihak pewawancara, tentu saja berdasarkan jawaban lisan responden.

Responden yang dapat dijadikan informan yaitu dari pondok pesantren itu sendiri adalah Pimpinan pondok Pesantren Ishlah K.H Abdul Wahid Sahari, M.A, dan kepala Aliyah

11

Rachmat Kriyantoro, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), h.100

12

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-5, h. 132


(19)

Ishlah ustad Rudi Sulhadi, M.M sedangkan dari masyarakat Kananga sendiri adalah Kepala Desa Kananga Pak TB Ade Silahudin, sesepuh Kananga Pak Maman Suparman, dan tokoh Masyarakat Pak Aceng Makbul.

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki.13. Menurt Pauline V. Yong, observasi diartikan: "suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis, dan dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera14 (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Ini berarti bahwa observasi tidak dapat digunakan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat. Oleh karena dalam observasi menggunkan indera, maka agar hasil observasi menjadi baik, salah satu hal yang dituntut adalah menggunakan alat indera dengan sebaik-baiknya. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh keterangan dengan mengamati secara langsung mengenai aktifitas dakwah pondok pesantren tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dibutuhkan sebagai data-data pendukung penelitian. Dokumentasi tersebut bisa berupa teks, foto, atau

13

Muhammad Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 234

14


(20)

rekaman. Dokumentasi juga bisa menjadi bukti penelitian. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu melalui wawancara dan observasi.

4. Teknis Analisis Data

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif deksriptif, yaitu upaya analisis dengan mengumpulkan data dengan melakukan tahap wawancara dan studi dokumentasi.

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan dan meneliti sebuah penelitian, peneliti melihat tinjauan terdahulu, agar tidak terjadi kesamaan yang konkrit. Untuk melihat tinjaun tersebut, peneliti mengunjungi ke perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan skripsi yang membahas tentang Peranan dalam sebuah Pondok Pesantren ataupun Yayasan, diantaranya adalah yang ditulis oleh saudara oleh saudara Mukhlis, NIM: 104054002091, Jurusan KPI, lulus tahun 2009 dengan judul "Peran Pondok Pesantren Al-Qur'aniyah Dalam Pemberdayaan Yatim Piatu di Kelurahan Jurang Mangu Timur kecamatan Tangerang Pondok Aren Kota Tangerang Selatan", skripsi tersebut menjelaskan tugas dan kewajiban pondok pesantren al-Quraniyah dalam pemberdayaan yatim piatu dan harapan pengurus pondok pesantren al-Qur'aniyah dalam pemeberdayaan


(21)

yaitm piatu sehingga terdapat kesesuaian antara tugas pondok pesantren al-Quraniyah.

Selanjutnya apa yang di tulis oleh saudara Robi Zulia, NIM: 204051002859, Jurusan KPI, lulus tahun 2009 yang mengangkat tentang "Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah Dalam Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete, Jakarta Selatan", penelitian yang dilakukan saudara Robi Zulia adalah menguraikan peranan YPI BSC Al-Futuwah dalam pembinaan keagmaan khsususnya pada pendidikan akhlak bagi anak pemulung di wilayah Jakarta selatan kelurahan cipete utara.

Skripsi yang terkahir yang ditulis oleh saudara Ahmad Shobrian, NIM: 102051025441, Jurusan KPI, lulus tahun 2009, yang berjudul: "Peran Dakwah Yayasan Khazanah Kebajikan Dalam Meningkatkan Pengamalan ibadah kelompok Tuna Netra Desa Pisangan Ciputat". Penelitian ini bertujuan mengungkapkan tentang proses aktifitas yayasan khazanah kebajikan dalam membimbing mental keagamaan anak-anak asuhnya.

Dari karya ilmiah tersebutlah bisa dijadikan acuan dalam perbandingan karya ilmiah yang sedang penulis kerjakan. Tentunya yang menjadi persamaan adalah hanya terletak pada penelitian yang mengacu pada sebuah lembaga pendidikan dan dakwah, dan yang menjadi perbedaannya dari ketiga skripsi diatas adalah tentunya lembaga yang diteliti tidak sama.


(22)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan karya ilmiah ini, maka penulis menyusun ke dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Bab-bab yang ada secara umum dan keseluruhannya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang diawali dari bab I yaitu pendahuluan sampai bab V yaitu penutup yang berupa kesimpulan dan saran-saran sebagai akhirnya. Selengkapnya sebagai berikut:

BAB 1 :Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjaun Pustaka, dan Sistematika Penulisan

BAB II : Kerangka teoritis yang menjelaskan tentang peranan, kemudian

menerangkan tentang pondok pesantren dan ruang lingkupnya yang terdiri dari: pengertian pesantren, tujuan dan fungsi pesantren, elemen-elemen pesantren, pola penyelenggaraan pesantren, dan bentuk-bentuk aktifitas pesantren serta yang terkahir memaparkan seputar tentang dakwah terdiri dari pengertian dakwah, hukum berdakwah dan tujuan berdakwah

BAB III : Gambaran Umum tentang pondok pesantren Al-Ishlah Kananga dan

Ruang Lingkupnya, selanjutnya menjelaskan juga tentang desa Kananga yang meliputi dari sejarah desa Kananga, letak geografis, kondisi sosial keagamaan, pendidikan, dan ekonomi di desa Kananga.


(23)

BAB IV : Analisis yang membahas tentang aktifitas dan hasil pencapaian pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwah di desa Kananga, kemudian analisis tentang peranan pondok pesantren Al-Ishlah serta faktor Pendukung dan penghambat.

BAB V : Merupakan Bab penutup yang diakhiri dengan kesimpulan yang

merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas. Selain itu juga penulis memberikan saran-saran dari permasalahan yang dibahas. Kemudian penulis juga mencantumkan lampiran-lampiran sebagai bahan dokumentasi dan pembuktian penelitian, dan yang terakhir mencantumkan daftar pustaka sebagai rujukan sehingga disebutlah karya ilmiah.


(24)

14 BAB II

KAJIAN TEORITIS

PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN DAKWAH

A. Pengertian Peranan

Peranan1dapat diartikan sebagai bagian yang dimainkan seorang pemain, ia berusaha bermain baik dalam semua yang dibebankan kepadanya. Kata peranan juga dapat diambil dari kata peran. Istilah "peran" diambil dari dunia teater,2 dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa peran memiliki arti yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu persitiwa, beliau memiliki besar dalam menggerakkan revolusi,3 sehingga peran memiliki sesuatu yang diharapkan oleh orang yang memiliki

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 667

2

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.215

3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-1, edisi 4, h. 1051


(25)

kedudukan dalam masyarakat, atau bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.4

Seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran5 sangat penting karena dapat mengatur perikelakuan seseorang, disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya.

Dalam teorinya Biddle & Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial 2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku 4. Kaitan antara orang dan perilaku.

Lain halnya menurut Soerjono Soekanto,6 menyatakan bahwa suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal berikut ini, yaitu:

4

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), Cet. Ke-3, h. 1132

5

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Cet. Ke-2, h.159

6


(26)

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang harus dilakukan dalam masyarakat organisasi.

3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku indvidu yang penting bagi struktur sosial.

Dalam mennjalankan suatu peran tentu memiliki suatu harapan yang ingin dicapai, harapan-harapan tersebut dapat dikemukakan oleh

David Berry, yaitu:

a. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya.7

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut untuk memegang peran yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

7

N. Gross, W.S. Mason, and A. W. Mc Eachern. Exploritations In Role Analiysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995), Cet. Ke-3. h. 101.


(27)

Dari penjelasan tersebut di atas dapat di jelaskan bahwa yang dimaksud dengan peranan/peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-keharusan baik yang dilakukan oleh seseorang maupun lembaga dalam suatu masyarakat atau lingkungan di mana ia berada.

B. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Kata pesantren bisa dianalisis sebagai "pe-santri-an" atau "tempat para santri tinggal dan belajar".8 Pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid/mushalla atau beranda masjid/mushalla, ruang kelas, atau emper asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu.9

Pengertian lain mengatakan bahwa pesantren berasal dari bahasa Tamil yang berarti 'guru mengaji'. Sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa India, shastri, dari akar kata shastra, yang berarti 'buku-buku suci, buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan'. Versi Indonesia mengatakan pesantren berasal dari sebutan santri dengan awalan pe dan akhiran-an, dengan artian: tempat tinggal para santri. Kadang-kadang ikatan kata "sant" (manusia baik) dihubungkan

8

Herudjati Purwoko, Wacana Komunikasi: Etiket dan Norma Wong Cilik Abangan di jawa, (Indonesia: PT Macanan Nan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. Ke-1, h.15-16

9

Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media Nusantara, 2006), Cet. Ke-1, h.1


(28)

dengan suku kata "tra" (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti "tempat pendidikan manusia baik-baik.10

Pengertian terminologi pesantren di atas, mengindikasikan bahwa secara kultural pesantren lahir dari budaya Indonesia. Dari sinilah

Nurcholis Madjid berpendapat, secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.11

Dari keterangan ini dapat dirumuskan tentang pengertian pesantren yaitu tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam12 dan merupakan cikal bakal dari sebuah asrama kecil kemudian menjadi lembaga besar yang berfungsi sebagai institusi pendidikan agama Islam dan diakui oleh masyarakat sekitar.13

10

Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986), Cet .Ke-1, h. 99

11

Yasmadi, Mondernisasi Pesantren, (Kritikan Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Isam Tradsional), (Jakarta: Ciputat press, 2002), Cet. Ke-1, h. 62

12

Umi Musyarrofah, Dakwah K.H Dja'far dan pondok Pesantren Pabelan, (Jakarta: UIN Press, 2009), Cet. Ke-1, h. 22

13

A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,2008), Cet. Ke-1, h. 241-242


(29)

2. Tujuan pesantren

Tujuan pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan banyak ilmu-ilmu agama yang bertujuan membentuk manusia bertaqwa, mampu untuk hidup mandiri, ikhlas dalam melakukan suatu perbuatan, berijtihad membela kebenaran Islam, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti Sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.

Kyai Ali Ma'shum menganggap bahwa tujuan pesantren adalah untuk mencetak ulama.14 Selain itu juga tujuannya didirikan pondok pesantren pada dasarnya terbagi dua hal:

1. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.

2. Tujuan umum yaitu membimbing anak didik menjadi manusia berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi muballigh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.15

14

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: ERLANGGA, 2005), h. 4

15


(30)

Melihat dari tujuan tersebut, jelas sekali bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berusaha menciptakan kader-kader muballigh yang diharapakan dapat meneruskan missinya dalam dakwah Islam, disamping itu juga diharapakan bahwa mereka yang berstudi di pesantren menguasai betul akan ilmu-ilmu keisalaman yang diajarkan oleh para kyai.

3. Fungsi Pesantren

Jauh sebelum masa kemerdekaan, pesantren telah menjadi sistem pendidikan kita. Hampir di seluruh pelosok nusantara, khususnya di pusat-pusat kerajaan Islam.16 Dalam sejarah perkembangannya, fungsi pesantren adalah mencetak ulama dan ahli agama, hingga dewasa ini fungsi itu tetap terpelihara dan dipertahankan.

Disamping itu juga fungsi pesantren17 pada awal berdirinya sampai dengan kurun sekarang telah mengalami perkembangan. Visi, posisi dan persepsinya terhadap dunia luar telah berubah. Lapor Syarif dkk menyebutkan bahwa pesantren pada masa yang paling awal (masa Syeikh Maulana Malik Ibrahim) berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam. Kedua fungsi ini bergerak saling menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah sedang dakwah bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan jika ditelusuri akar sejarah berdirinya sebagai kelanjutan dari pengembangan dakwah, sebenarnya fungsi edukatif

16

Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, h. 2 - 4

17

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, h. 22-23


(31)

pesantren adalah sekedar membonceng misi dakwah. Misi dakwah Islamiyah inilah yang mengakibatkan terbangunnya sistem pendidikan. Pada masa wali songo, unsur dakwah lebih dominan dibangun unsur pendidikan. Saridjo dkk mencatat bahwa fungsi pesantren pada kurun wali songo adalah sebagai pencetak calon ulama dan muballigh yang militan dalam menyiarkan Islam.

Sebagai lembaga dakwah, pesantren berusaha mendekati masyarakat. Pesantren bekerja sama dengan mereka dalam mewujudkan pembangunan. Sejak semula pesantren terlibat dalam mobilisasi pembangunan sosial masyarakat desa. Warga pesantren telah terlatih melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat khususnya, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara santri dan masyarakat, antara kiai dan kepala desa. Oleh karena itu, menurut Ma'shum, fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi religi (diniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah), dan fungsi edukasi (tarbawiyyah). Ketiga fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang, bahkan Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya Islam hingga sekarang, pesantren telah bergumul dengan masyarakat luas, pesantren telah berpengalaman menghadapi berbagai objek masyarakat dalam rentang waktu itu. Pesantren tumbuh atas dukungan mereka bahkan menurut

Husni Rahim, pesantren berdiri didorong permintaan (demand) dan kebutuhan (need) masyarakat, sehingga pesantren memiliki fungsi yang jelas.


(32)

4. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren

Pesantren itu terdiri dari enam elemen pokok, yaitu: kyai, masjid, santri, pondok, pengajaran kitab-kitab klasik, santri, kyai dan madrasah atau sekolah. Keenam elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain:

a. Kyai. Keberadaan seorang kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren.

Sebagai salah satu unsur dominan dalam kehidupan sebuah pesantren, kyai yang mengatur irama perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren dengan keahlian, kedalaman ilmu, karismatik dan keterampilannya. Sehingga tidak jarang sebuah pesantren tanpa memiliki manajemen pendidikan yang rapi. Segala sesuatu terletak pada kebijaksanaan dan keputusan kyai.

b. Masjid. Masjid adalah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan pesantren, baik yang berkaitan dengan ibadah, shalat berjama’ah, zikir, wirid, do’a, ‘itikaf dan juga kegiatan belajar-mengajar.


(33)

Dalam persepektif Islam, masjid bukanlah sarana kegiatan peribadatan belaka, lebih jauh dari itu masjid menjadi pusat bagi segenap aktifitas nabi Muhammad SAW dalam berinteraksi dengan umat. Masjid, menurut Nur Cholis Madjid dapat juga dikatakan sebagai pranata terpenting masyarakat Islam.

c. Santri. Santri sebagai elemen ketiga dari kultur pesantren yang merupakan unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari kelima unsur lain. Biasanya santri terdiri dari dua kelompok. Pertama, santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren. Kedua, santri kalong adalah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren akan semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain pesantren kecil akan memilih lebih banyak santri kalong dari santri mukum.18

d. Pondok. Kyai sebuah pesantren merupakan salah satu pemicu minat santri untuk menuntut ilmu pada sang kyai, yang diasumsikan memiliki keluasan ilmu agama Islam sehingga santri dari berbagai daerah berdatangan untuk menuntut ilmu. Sudah

18

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet.Ke-1, h. 63-66


(34)

menjadi kelaziman jika di pesantren disediakan pondok tempat tinggal para santri.

e. Pengajian kitab-kitab klasik. Kitab-kitab yang diajarkan di pesantren mayoritas berbahasa Arab yang biasa disebut dengan kitab kuning. Di antara kitab tersebut adalah kitab nahwu, dan sharaf, fiqih, ushul fiqih, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, dan etika serta cabang-cabang ilmu seperti tarikh dan balaghah.19

f. Madrasah atau Sekolah

Pada beberapa pondok pesantren yang telah melakukan pembaharuan, di samping masjid dan mushalla yang menjadi tempat belajar, juga disediakan madrasah atau sekolah sebagai tempat untuk mendalami ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum yang dilakukan secara klasikal. Madrasah atau sekolah ini biasanya juga terletak di dalam lingkungan pesantren.

Madrasah yang dikhususkan untuk mendalami ilmu-ilmu agama biasa disebut dengan pendidikan diniyah. Sedangkan madrasah atau sekolah yang di dalamnya diajarkan pula ilimu-ilmu umum, maka penyelenggaraannya mengikuti pola yang telah ditentukan oleh Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Madrasah atau Sekolah ini dilengkapi dengan sarana dan prasana sebagaimana lazimnya pendidikan sistem sekolah, seperti ruang kelas proses belajar mengajar, perpustakaan, laboratorium,

19

Umi Musyarrofah, Dakwah K.H. Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2009), Cet. Ke-1, h. 24-25


(35)

lapangan olahraga, dan lainnya. Jadi, pondok pesantren yang juga menyelenggarakan sistem pendidikan sekolah, akan mempunyai dua macam kegiatan pembelajaran, yaitu pembelajaran ala pesantren dan pembelajaran ala sekolah. Kemudian, meski berkembang dengan tingkat variasi yang sangat beragam, namun pondok pesantren dipertemukan dengan persamaan pada keberadaannya sebagai:

1. Lembaga pendidikan keagamaan Islam 2. Lembaga Da'wah Islam

3. Lembaga pengembangan masyarakat.20

Menurut Mastuhu elemen-elemen pondok pesantren yang berbentuk dalam sarana terbagi dua yaitu:

1. Sarana perangkat keras: masjid, rumah kyai, rumah ustadz, pondok, gedung sekolah atau madrasah, tanah untuk berbagai kebutuhan pendidikan, gedung-gedung untuk keperluan lain seperti perpustakaan, aula, kantor, pengurus pesantren, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi dan lain-lain.

2. Sarana perangkat lunak: Tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib, pusat dokumentasi, sumber belajar yaitu kitab, buku-buku dan sumber belajar lainnya, serta evaluasi belajar-mengajar lainnya.

20


(36)

Sarana perangkat keras lebih mengacu kepengertian alat-alat bersifat fisik, sedangkan perangkat lunak mengacu kepengertian alat-alat non fisik ata abstrak, misalnya: norma, nilai, isi, peraturan, ajaran dan sebagainya. Diantara unsur-unsur di atas kyai adalah tokoh kunci yang menentukan corak kehidupan pesantren. 21

5. Pola Penyelenggaraan Pondok Pesantren

Pesantren sebagai lembaga iqamatuddin dalam kenyataannya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Pengelompokkan ini berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilakukan oleh pesantren tersebut. Secara garis besar bentuk pesantren dibedakan menjadi tiga, yaitu: pesantren tradisional (saalfiyah), pesantren modern (khalafiyah), dan pesantren kombinasi.

a. Pesantren Tradisional (salafiyah)

Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih kuat memegang pola tradisional dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. Ciri dari pesantren ini adalah kitab-kitab yang dipelajari masih dengan cara atau sistem sorogan, bandongan, maupun weton. Cara-cara yang tersebut diatas adalah cara lama yang telah turun temurun dipraktekkan. Ilmu yang dipelajari di pesantren tradisional ini pada umumnya sama, demikian pula kitab-kitab yang di pakai. Hanya saja ada perbedaan pengajaran di antara pesantren-pesantren tersebut, yaitu: terletak pada akar ilmu yang dimiliki oleh kyai yang bersangkutan.

21


(37)

Ciri lain dari pesantren tradisional adalah kemutlakan seorang kyai sebagai pemegang kekuasaan dan penentu suatukeputusan, pesantren ini biasanya secara manajemenpun adalah manajemen keluarga.22

b. Pesantren Modern (khalafiyah)

Kata modern diartikan sebagai yang terbaru atau mutakhir. Selanjutnya kata modern erat pula kaitan-kaitannya dengan kata modernisasi yang berarti pembaharuan atau tajdiid dalam bahasa Arab.23

Jadi Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi penyampaian dan pengajaran materi. Ciri-ciri dari pesantren ini adalah:

1. Memakai cara diskusi dan tanya jawab dalam penyampaian materinya; 2. Adanya pendidikan kemasyarakatan. Segenap santri berlatih

memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialami dalam masyarakat. Mengingat hal-hal yang nanti akan dijumpai setelah terjun dalam kehidupan masyarakat;

3. Santri diberi kebebasan sebebas mungkin, akan tetapi harus bertanggungjawab;

4. Adanya organisasi pelajar yang menagatur aktifitas para santri. Segala sesuatu mengenai kehidupan santri diatur dan diselenggarakan sendiri oleh santri dengan cara demokrasi, gotong royong, dan dalam suasan

22

Umi Musyarrofah, Dakwah K.H Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, h. 22-23

23

A. Malik M. Thaha Tuanaya, dkk, Modernisasi Pesantren, (Jakarta, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), Cet. Ke-1, h. 8


(38)

ukhuwah yang mendalam. Tapi, itu semua tidak terlepas dari pengawasan dan bimbingan pengasuh-pengasuhnya;24

5. Adanya organisasi terpelajar yang bertanggungjawab atas segala sesuatu dalam kehidupan dan kegiatan belajar sehari-hari, tata tertib, dan disiplin. Masing-masing dapat menyatakan pendapatnya dan melakukan kesiswaan yang terikat dengan pendidikan dan pengajaran. c. Pesantren Kombinasi (salafiyah dan khalafiyah)

Pesantren kombinasi merupakan gabungan antara pola pendidikan modern sistem madrasi/sekolah dan pembelajaraan ilmu-ilmu umum dikombinasikan dengan pola pendidikan pesantren klasik. Jadi pesantren modern dan kombinasi merupakan pesantren yang diperbaharui untuk dipermodern pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah dengan tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab salafi (kitab kuning).25

6. Bentuk-Bentuk Aktifitas Pesantren

1. Bidang Dakwah

Pesantren sebagai salah satu lembaga dakwah yang memiliki peranan penting diharapkan mampu membawa perubahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat menuju kearah yang lebih baik yang diajarkan oleh ajaran Islam. Hal ini dilakukannya antara lain melalui pesantren kilat, peringatan hari-hari besar Islam dan lain sebagainya.

24

Umi Musyarrofah, Dakwah K.H Hamam Dja’far dan Pesantren Pabelan, h. 23-24

25

Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang, Media Nusantara, 2006), Cet. Ke-1, h.15


(39)

2. Bidang Sosial

Pesantren dalam tugasnya sebagai lembaga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa harus membedakan status sosial, ekonomi para santri, karena tidak sedikit santri yang belajar di pesantren dari keluarga yang kurang mampu, dalam hal ini pesantren harus mampu bersikaplah lebih arif diantaranya dengan memberikan keringanan dalam biaya pendidikan santri.

3. Bidang Pendidikan

Kemudian pesantren sebagai lembaga pada bidang pendidikan. Pesantren menyelenggarakan pendidikan formal seperti madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi. Serta menyediakan non formal yang secara khusus mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama-ulama fiqih, tafsir, tauhid dan tasawuf yang hidup antara abad ke-7 sampai dengan abad ke-13 masehi.

Sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi. Bentuk-bentuk pendidikan dapat diklarifikasi menjadi empat tipe, yakni:

a. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA, SMU dan Perguruan Tinggi Umum);


(40)

b. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional;

c. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah (MD); dan

d. Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian. 26 Sistem penyelenggaraan pendidikan di pesantren pada mulanya memiliki keunikan tersendiri di banding sistem pendidikan di lembaga pendidikan lain. Sistem pendidikan di pesantren tersebut sebagaimana dijelskan oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2006: 235-236) dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Menggunakan sistem pendidikan tradisional, dengan ciri adanya kebebasan penuh dalam proses pembelajarannya, terjadinya hubungan interaktif antara kyai dan santri.

b. Pola kehidupan di pesantren menonjolkan semangat demokrasi dalam praktik memecahkan masalah-masalah intern non-kurikuler.

c. Peserta didik (para santri) dalam menempuh pendidikan di pesantren tidak berorientasi semata-mata mencari ijazah dangelar, sebagaimana sistem pendidikan di sekolah formal d. Kultur pendidikan diarahkan untuk membangun dan membekali

para santri agar hidup sederhana, memiliki idealisme,

26

Mundzier Suparta dan Amin Haedari, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), h. 5-6.


(41)

persaudaraan, persamaan, percaya diri, kebersamaan dan memiliki keberanian untuk siap hidup di masa depan.27

Dilihat dari bidang-bidang tersebut keberadaan pesantren sangatlah penting. Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi juga memiliki fungsi sosial, dan dakwah. 28

C. Dakwah Dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Dakwah

Dakwah adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan mempergunakan metode yang bermacam-macam dan dilaksanakan oleh perorangan29, sekelompok komunitas dan masyarakat.

Secara bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da'a, yad'u, da'wan, da'a", yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amar ma'ruf nahi munkar, mau'idzhah hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta'lim, dan khotbah.30

Dakwah juga merupakan aktifitas menyeru manusia kepada perubahan yang sejatinya tak boleh berhenti apalagi mati, tetapi ia adalah aktifitas yang kontinyu. Karena memerlukan para pelaku dakwah aktifis yang mampu mengemban amanat penerus nabi. Kredibilitas dan

27

A. fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: Uin Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h. 244

28

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, h. 55

29

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), h. 2

30

Muhammad Munir dan Wahyu lllahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: KENCANA, 2009), Cet. Ke-2, h. 17


(42)

kemampuan sang da’i sebagai penentu keberhasilan merupakan tuntutan zaman, sebab semakin bertambah umat manusia yang menerima dakwah, semakin meluas geografis dakwah, semakin dibutuhkan pertumbuhan wawasan dan keluasan kerja dakwah.

Kata dakwah sering dijumpai dan digunakan dalam ayat-ayat al-Qur'an sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Yunus/10:25 berikut:

25

Artinya: "Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan memimpin orang yang menghendakinya, kepada jalan yang lurus (Islam)."

Adapun pengertian dakwah secara istilah menurut para pakar yaitu:

a. Syaikh Abdullah Ba’alawi menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak, membimbing orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan kejalan ketaatan kepda Allah. menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat buruk agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. b. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah

menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.31

31

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 2


(43)

c. M. Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi

menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik dengan lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan.32

Dari beberapa pendapat diatas mengenai makna dakwah, disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu jalan mengajak seseorang menuju jalan Allah SWT guna membawa manusia kepada jalan yang benar, yang mampu mengubah keadaan manusia menuju kearah yang lebih baik. Dakwah memang merupakan ajakan kepada kebajikan dengan tidak tertuju kepada satu segi kehidupan saja, akan tetapi ajakan kebajikan kepada seluruh aspek kehidupan terdapat di muka bumi ini.

Al-Qur’an banyak mengemukakan metode dakwah untuk dijadikan oleh para da’i, ada tiga cara dalam berdakwah yang dikemukakan dalam firman Allah SWT Q.S. An-Nahl: 125 bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijkasana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula,33 yang berbunyi:

32

M.Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Askara, 1993), h.6

33

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 19


(44)

Artinya "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

2. Hukum Berdakwah

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib34 hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi munkar, berjihad, memberi nasehat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa syari’at atau hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah sendiri.

Disebutkan dalam Al-Qur’an:

………..

Artinya: “ Hai orang yang beriman, jagalah dirimu dan sanak kerabatmu dari siksa neraka”. (Q.S At-Tahrim ayat 6)

34


(45)

3. Tujuan Berdakwah

Seperti halnya apa yang telah dimaklumi, bahwa dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia (tiada artinya). Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem (system approach), tujuan dakwah merupakan perpaduan unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu saling memengaruhi, dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

"Makarimul Akhlak"35 merupakan tujuan utama da'wah yang membudaya, ini pararel missi besar Nabi Muhammad SAW: "Bu'istu li utammima maka-rimal akhlaq". Sebab dengan akhlak yang mulia ini, manusia akan tahu fungsinya sebagai manusia, yakni "Abdi atau hamba" Tuhan YME, akhirnya berbakti kepada-Nya, mengikuti segala perintah-Nya, dan memenuhi segala larangan-perintah-Nya, kemudian menegakkan prinsip "Amar ma'ruf Nahi munkar".

Dengan demikian tujuan dakwah36 sebagai bagian dari seluruh aktifitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur dakwah lainnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah sangat berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga

35

Syafa'at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1982), Cet Ke-1, hal. 129

36

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fiqh Dakwah, (Mitra Cahaya Utama, tk, 2006), Cet. Ke-1, h.12


(46)

ditentukan atau dipengaruhi olehnya (tujuan dakwah). Ini disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak dituju oleh aktifitas dakwah.

Dan yang paling terpenting tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh seluruh tindakan da’wah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan racangan dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.37 Ketika tujuan dakwah dapat dicapai dengan hasil akhir yang baik maka terwujudlah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT.

37

Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h. 21


(47)

37 BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH DAN DESA KANANGA MENES PANDEGLANG BANTEN

A. Gambaran Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga

1. Sekilas Tentang Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Ishlah

Kananga

Pondok pesantren Al-Ishlah terletak di jalan raya Labuan Menes Pandeglang Desa Kananga Propinsi Banten. Pondok pesantren ini dibangun dengan tempat yang cukup strategis.1 Dibelakang asrama terdapat sungai yang luas dan deras, berbagai macam nama sungai sudah tak asing lagi, banyak masyarakat Kananga dan para santri pondok pesantren Al-Ishlah berkunjung ke sungai-sungai yang ada, sungai-sungai tersebut bernama cikonjong, cipertemuan, cibinbin, citeko, cibadak, cimenteng cilabanbulan dan lain sebagainya, namun yang paling terdekat dengan pondok pesantren Al-Ishlah adalah sungai cikonjong. Kurang lebih jaraknya 100 meter, sungai cikonjong merupakan pariwisata para santri terkhusus untuk santri yang datang dari kota. Menurut informasi yang di dapatkan bagi santri yang datangnya dari kota sangat jarang melihat sungai yang deras dan jernih seperti cikonjong, dan tentunya santri-santri sangat gemar berkunjung ke sungai tersebut.

1

Hasil wawancara pribadi dengan pimpinan pondok pesantren Al-Ishlah Kananga K.H Abdul Wahid Sahari, MA, Pandeglang 20 Mei 2012


(48)

Tidak mengalirnya air di asrama itu bukan menjadi masalah dan tidak perlu dikhawatirkan, karena para santri memiliki kamar mandi cadangan yang dimaksud adalah sungai cikonjong. Sungai cikonjonglah yang menjadi cadangan para santri untuk mandi, nyuci dan lain-lain, bahkan meskipun di asrama airnya tetap mengalir, terkadang para santri tetap saja mandi dan mennyuci ke sungai, alasannya selain nyaman dan praktis juga tidak harus antri.

Selain letak pondok pesantren Al-Ishlah dekat dengan sungai, pondok pesantren Al-Ishlah juga berdekatan dengan sawah-sawah yang masih sejuk dan asri, dan dipertengahan sawah terdapat batu besar yang mana batu-batu itu dinamakan batu-batu burut. Batu burut ini juga merupakan tempat favorit para santri untuk refreshing, dimana para santri merasa suntuk setelah seharian belajar dan bahkan dijadikan tempat belajar mereka.

2. Profil Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga

a. Dasar Pemikiran

 "Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa tingkatan derajat" (QS. 58:11)

 "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi seluruh muslim dan muslimah (Hadis)

 "Ajarkanlah (ilmu pengetahuan) kepada anak-anak kalian, karena mereka akan menempuh hidup bukaj pada masa kalian" (Hadis)  "Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan…" (UU Pasal


(49)

b. Prolog

Upaya pencerahan oleh ilmu pengetahuan dan kebenaran perlu ada sarana dan metodologi. Oleh karena itu perlu didirikan lembaga pendidikan, sehingga dapat menumbuhkan tunas-tunas bangsa yang berkualitas, bermoral, mampu bersaing, berguna dan memberikan pencerahan bagi seluruh alam. Para ahli bidang pendidikan banyak berkomentar, bahwa sistem pendidikan yang paling efektif untuk kesinambungan teori terhadap praktek dengan aksi kontrol dan pemberi contoh dari para pendidik sehingga murid dapat berkualitas adalah sistem “Pondok Pesantren”.

Adalah Desa Kananga, yang secara geografis dianugerahi dengan kemakmuran sumber mata air dan air sungai, di samping itu kondisi daerah Kananga yang sejuk, asri dan strategis, dapat berimplikasi terhadap tumbuhnya minat beberapa tokoh (baca: Kyai) untuk mendirikan Pondok Pesantren. Faktor lainnya adalah aspek sosiologis masyarakat Kananga yang sangat mendukung atas kehadiran Pondok Pesantren, karena di samping turut mendapatkan siraman keagamaan, juga dapat menambah penghasilan.

c. Sejarah Pendirian Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga

Sistem belajar “Pondok Pesantren” sudah menjadi tradisi masyarakat Kananga semenjak dibukanya tanah perkampungan Kananga sampai sekarang. Akan tetapi perlu kiranya dijelaskan bahwa sistem yang paling banyak digunakan adalah sistem belajar secara “Tradisional


(50)

(salafy)”, yang dimaksud dengan sistem tradisional adalah tidak dikelola dengan manajemen yang rapih, administrasi tidak transparan, tidak ada jadwal kegiatan & peraturan yang tertulis, materi pelajaran khusus pelajaraan keagaamaan dan kitab kuning serta tempat belajar tanpa ruang kelas & bangku.

Ketika beberapa kader santri dikirim ke luar negeri (baca: Saudi Arabia) untuk memperdalam ilmu pengetahuan pada tahun 70-an, maka lahirlah beberapa gagasan tentang perlu adanya peningkatan dan penyesuaian sistem belajar yang lebih maju dan modern. Maka berkumpulah beberapa Kyai & Tokoh masyarakat (seperti: K.H. Tb. M. Ghazali, K. H. Tb. Aden Baehaqi, K. H. Abdul Wahid Sahari, MA., K. H. Zaenal Abidin Syuja’i, LC. dan lain-lain), mereka merumuskan untuk mendirikan Yayasan yang menangani dalam bidang Pendidikan, Ekonomi & Kemasyarakatan, maka didirikanlah Yayasan Al-Ishlahpada tanggal 20 Mei 1989 M yang diketuai oleh K. H. Abdul Wahid Sahari, MA. Dan pada tanggal 10 Juli 1989 Yayasan Al-Ishlah mendirikan lembaga pendidikan yang bernama Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga.2

d. Akte Notaris

Akte notaris tercatat pada Pengadilan Negeri Pandeglang tanggal 17 Juni 1989 dengan nomor : 19/1989/YY/P.N.Pdg.

2


(51)

e. Sistem Pondok Pesantren Al-Ishlah

Secara Umum sistem pendidikan yang diterapkan adalah Salafi, Ashri dan Tarbawy. Tradisi sistem salafi sudah mendarah daging di segenap Pesantren wilayah Desa Kananga (bahkan di Pesantren-pesantren wilayah Banten secara keseluruhan), hal ini menjadi faktor penting untuk menerapkan sistem belajar dalam Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga.

Dari aspek pendalaman tata bahasa Arab, kematangan kitab kuning dan budaya hormat terhadap guru, sistem salafy sangat diperlukan, akan tetapi kemajuan zaman, kebutuhan akan relevansi kurikulum, cara berfikir, metodologi belajar dan menghadapi era perdagangan bebas, maka para Pengurus Yayasan Al-Ishlah Kananga berinisiatif untuk menggabungkan sistem Salafi (Tradisional) terhadap sistem ‘Ashri

(Modern), dan disempurnakan dengan sistem Tarbawy (Budaya Berakhlak Karimah).

Yang diharapkan dari sistem Salafi adalah kemampuan santri dalam memahami kitab kuning (berbahasa Arab), dan dari sistem ‘Asry adalah kemampuan santri dalam berbahasa Arab & Inggris sebagai alat berkomunikasi, membiasakan minat budaya baca untuk membuka wawasan & intelektualitas, berjiwa pemimpin, organisatoris, menggali bakat, aktif, kreatif dan manajemen yang rapih serta transparansi administrasi. Sedangkan dari sistem Tarbawy adalah menanamkan budaya berakhlakul karimah pada santri yang diberi contoh dan dikontrol oleh


(52)

para ustadz, sehingga diharapkan menjadi pendidik / da’i (muballigh &

muballighah) yang tangguh.3

Sistem pendidikan yang diterapakan dalam pondok pesantren Al-Ishlah, mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni terbentuknya pribadi beriman, berilmu, berakhlak Islam yang mandiri, yang berdakwah di jalan Allah, yang membina peningkatan harkat kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam rangka itu pondok pesantren Al-Ishlah menerapkan suatu sistem pendidikan terpadu dari berbagai sisi di dalam pendidikan formal yaitu TK, SMPIT, dan MA.

Pondok pesantren Al-Ishlah menerapkan dua kurikulum sekaligus dalam mengembangkan paradigma keilmuannya. Kedua kurikulum tersebut berlaku bagi seluruh santri/siswa baik yang duduk tingkat SMPIT maupun Madrasah Aliyah.

Kurikulum yang pertama adalah kurikulum Departemen Agama (Depag) yang wajib diikuti baik untuk tingkat SMPIT maupun Madrasah Aliyah. Kurikulum dari Depag ini merupakan penyetaraan dalam sistem pendidikan nasional Indonesia sehingga santri yang mengikuti pendidikan tersebut memiliki ijazah yang dapat disetarakan dengan lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya. Dengan ijazah tersebut santri dapat melanjutkan pendidikannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3


(53)

Kedua, adalah kurikulum lokal atau kurikulum yang berbasis dari pondok pesantren secara internal. Pelaksanaan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pondok pesantren dimulai setelah shalat Asar, isya dan subuh. Namun setelah isya hanya beberapa hari saja dijadikan waktu belajar, karna sebagiannya lagi dijadikan waktu untuk belajar malam di asrama/kamar masing-masing tujuannya untuk mengingat dan memahami pelajaran yang sudah dipelajari dan mempelajari pelajaran untuk esok hari, dan tentunya ini diawasi oleh para ustad/stadzah agar para santri tidak ngobrol, tidur bahkan bercanda. Khusus untuk malam minggu dan malam kamis dilakukan Muhadharah dimana para santri dapat berlatih berceramah di depan banyak orang dan melatih mental mereka didepan audience. Sedangkan setelah subuh pengajian atau belajar pelajaran pesantren dan Muhadasah bahasa Arab dan Inggris. dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:

Waktu belajar terdapat dua bagian, yaitu waktu belajar formal (dalam kelas) dan waktu belajar non formal (ekstra kurikuler). Waktu belajar formal dari pukul 07.15 – 13.00, sedangkan waktu belajar non formal, yaitu setelah subuh pukul (05.00-06.00), setelah ‘ashar (pukul 16.00-17.30) dan setelah ‘Isya (pukul 20.00-21.30). belajar formal pada waktu subuh, ‘ashar dan Isya juga telah banyak diikuti oleh anak-anak didik masyarakat desa Kananga.


(54)

Setiap tahunnya, tahun akademik di pesantren Al-Ishlah dimulai pada setiap bulan juli, namun Al-Ishlah menerima siswa baru tanpa mengenal waktu. Pada tahun terkahir pendidikan, santri madrasah aliyah Al-Ishlah diharuskan mengikuti kegiatan magang/PPL (praktek Pengalaman Lapangan) di berbagai sekolah yang mana tempat PLL tersebut ditempatkan di sekolah-sekolah yang sesuai dengan kemampuan siswa-siswa madrasah aliyah Al-Ishlah. PPL ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu yang kita dimiliki juga melatih mental siswa-siswa berbicara di depan umum.

Metode pembelajaran dilakukan melalui kegiatan yang secara teoritis disampaikan di ruang kelas dengan silabi dan kurikulum yang telah ditentukan, untuk pendidikan Agama mengacu pada kurikulum Departemen Agama dan untuk bidang studi umum mengacu pada kurikulum Pendidikan Nasional.

Untuk TK Al-Ishlah sendiri kini memiliki jumlah siswa sampai saat ini 30 orang. Ada pun waktu belajar di TK Al-Ishlah mulai pukul 07:00 sampai 10:00 WIB dengan sistem belajar layaknya tingkat TK yaitu belajar yang tidak formal yaitu diselingi dengan bermain, bernyanyi dan lain sebagainya. Untuk masalah biaya TK Al-Ishlah tidak memungut biaya sedikitpun. Dalam pelaksanaanya, program TK Al-Ishlah memberikan materi mengenal huruf dan angka, baca tulis iqra, hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan shalat dan do'a harian.


(55)

f. Visi, Misi, Target, Tujuan dan 7 Prinsip Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga Menes Pandeglang Banten

1. Visi

Pondok Pesantren Al-Ishlah mempunyai Visi yaitu : “ Berusaha mencetak generasi yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah “.

2. Misi

1. Menyebarkan sistem pendidikan formal dan non formal

2. Mengirim alumni Al-Ishlah untuk mengabdi di cabang-cabang binaan.

3. Menyebarkan dakwah islamiyah sesuai sasaran di daerah-daerah, terutama daerah pedalaman.

4. Berusaha membantu masyarakat yang lemah ekonomi dan sosial lainnya.

3. Tujuan

1. Mencetak kader yang beraqidah Kuat & berakhlaqul karimah 2. Dapat menjadi da’i (muballigh & muballighah) yang terampil. 3. Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing, khususnya

Bahasa Arab dan Inggris.

4. Mampu memahami kitab kuning (Bahasa Arab) & teks inggris 5. Mampu memahami dasar-dasar organisasi & kepemimpinan. 6. Mampu melanjutkan ke Perguruan Tinggi, baik negeri maupun


(56)

4. Target Pondok Pesantren Al-Ishlah

1. Memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan sosial. (Agama dan Umum)

2. Dapat melanjutkan ke perguruan tinggi baik negeri swasta agama umum.

3. Lancar komunikasi bahasa arab inggris dan Indonesia 4. Memahami kitab kuning dan teks bahasa inggris 5. Memahami dasar-dasar organisasi dan kepemimpinan

5. Tujuh Prinsip Utama Pondok Pesantren Al-Ishlah

1. Mendidik dan belajar sebagai panggilan jiwa 2. Berlaku jujur dan adil

3. Kasih sayang dan cinta terhadap sesama 4. Kerjasama dengan keselarasan untuk melayani

5. Peka terhadap perubahan dan cepat menyesuiakan diri dengan kemajuan zaman

6. Komitmen terhadap mutu

7. Bersyukur dan berbagi pada sesama.4

g. Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah

Lulusan Al-Ishlah telah tersebar di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (UI Jakarta, UNILA Lampung, UNJ Jakarta, UIN Jakarta, STAIN Serang, IAIN Bandung, IAIN Yogya-karta & IAIN Lampung), maupun Swasta (UMJ Jakarta, UII Yogyakarta, LIPIA Jakarta, Program D3 dan lain-lain)

4


(57)

serta di Perguruan Tinggi Luar Negeri, seperti Universitas Islam Madinah Saudi-Arabiah, Universitas Libia dan Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir. Di samping alumni Al-Ishlah telah dapat menempati posisi penting dalam organisasi intra maupun ekstra kampus. Dan tentunya banyak juga yang sudah menempuh dunia kerja, usaha bahkan telah melaksanakan pernikahan.

h. Cabang Pendidikan Pondok Pesantren Al-Ishlah

Pondok Pesantren Al-Ishlah telah mempunyai 101 cabang lembaga pendidikan Al-Ishlah (82 % tingkat TK dan Diniyah, dan sisanya adalah tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah & Aliyah) dengan jumlah 10.554 anak didik yang berada di masyarakat pedalaman dan tertinggal, serta didukung oleh 417 guru yang telah bekerja sama dengan Y-JIMS (Yayasan Jakarta Islam Moslem Society).

i. Pelajaran-pelajaran Pondok Pesantren Al-Ishlah

Pelajaran-pelajaran yang diajarkan di pondok pesantren Al-Ishlah baik yang agama maupun yang umum dapat dilihat dari tabel berikut:5

Tingkat SMPIT Tingkat Aliyah

Matematika, B. Indonesia, B. Arab, B. Inggris, IPS, IPA, Kesenian, PPKN Fiqih, Aqidah Akhlak, Qu’an Hadis, Akhlak Lilbanin, Imla’, Khat,

Umum: B. Indonesia, Sosiologi, Anoppologi, Matematika, Akuntansi, Sejarah, B. Inggris, B. Arab, PPKN, SKI, Aqidah Akhlak, Fiqih, Grammer,

5

Hasil wawancara pribadi dengan kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Ishlah Ustad Rudi Sulhadi, M.M, Pandeglang 22 Mei 2012


(58)

Durusullughah, Nahwu, Shorof, Nurul Yaqin, Mahfudzot, Tahfidz Qur’an dan lain-lain.

Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bahasa Arab, Tamrinat, Muthola’ah, Tauhid, Insya, Tikom, Arab Kamil, Kimia, Fisika, Biologi, Ushul Fiqh, Tafsir Jalalain, Qura’an hadis, Hadis Arba’in, Tahfid Qur’an dan lain-lain.

j. Ustadz/ustadzah (Tenaga Pengajar)

Ustadz/Ustadzah pondok pesatren Al-Ishlah rata-rata telah menempuh tingkat pendidikan Strata Satu (S1) dan Strata dua (S2), baik dari dalam negeri maupun luar Negeri.

k. Fasilitas Pondok Pesatren Al-Ishlah Kananga Menes Pandeglang

Banten

Fasilitas yang ada di pondok pesantren Al-Ishlah yaitu6 asrama putra dan putri, gedung sekolah SMPIT dan Aliyah, lab computer, leb bahasa, mesin jait, lapangan olah raga, poskestren, kantin, Masjid, perpustakaan dan perumahan guru.

l. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga

Direktur : K.H. Abdul Wahid Sahari, MA

Wakil Direktur : K.H. Sholeh As’ad

Wakil Direktur : Tb. H. Musthofa

Sekretaris : H. Zaenal Abidin Syuja’i, Lc

6

Hasil wawancara pribadi dengan pimpinan pondokpesantren Al-Ishlah Kananga K.H Abdul WahidSahari, MA, Pandeglang 20 Mei 2012


(59)

Wakil Sekretaris : Drs. H.E. Zarqoni S

Bendahara : H. Sofyan

Wakil Bendahara : Zaenal Abidin

Keuangan : 1. Neli Nabilah, S.SI

2. Solahuddin, Spd.i Departemen Pendidikan : 1. Rudi Sulhadi, M.M

2. Ikhsan, MSi Departemen Wakaf & Pembangunan : 1. H. Suprapto

2. H. Usman Departemen Humas & Informasi : 1. Drs. H. M. Idrus

2. Drs. Taufiqurrahman Departemen Usaha & Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat : 1. H. Abdul Hamid

2. H. Ace Zaenus Sholihin Lc Departemen Sosial & Dakwah : 1. Tb. Nurkholis, SAg

2. Odon Firdausi, Sag

Rumah Tangga :Faishal

Instalasi IT : Abdul Muiz Samlesmigo, S.pd.i

K3P : 1. Chandra

2. Nur Hasanah


(1)

HASIL WAWANCARA 4 Nama: Maman Suparman

Jabatan: Sesepuh desa Kananga

Tempat: Rumah pak Maman Suparman Waktu: Pukul 09:00 WIB

Tanggal: 05 Mei 2012

1. Sudah berapa lama bapak tinggal di desa Kananga ini?

Jawab: Saya tinggal di Kananga ini Al-hamdulillah dari sejak lahir 2. Kenapa pak desa ini disebut desa Kananga?

Jawab: Karena desa ini dulunya terdapat banyak bunga kananga 3. Dan Kenapa desa Kananga dikenal desa santri?

Jawab: Desa kananga dikenal dengan desa santri karena sudah sejak zaman dahulu di Kananga berdiri lembaga pendidikan baik yang formal maupun non-formal (warisan dari ulama terdahulu) hingga sekarang yang dikembangkan menjadi pesantren. Dan Kananga merupakan desa satu-satunya yang mengawali pendidikan di kecamatan Menes.

4. Apa yang bapak ketahui tentang Al-Ishlah?

Jawab: Al-Ishlah adalah pesantren yang modern dengan sistem salafi, asri dan tarbawi dengan tidak cenderung pada salah satu golongan tertentu, artinya berdiri diatas dan untuk semua golongan.

5. Apa peran Al-Ishlah kepada masyarakat kananga?

Jawab: Peran Al-Ishlah sangat banyak sekali, mislanya menolong masyarakat yang kurang mampu untuk belajar, menyebarkan atmosfer religius dimana pun berada dan lain-lain

6. Aktifitas dakwah apa saja yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya kepada masyarakat Kananga?

Jawab: Aktifitasnya berupa syiar, pakaian syar’i(untuk menutup aurat), pengajian, penanaman akhlak yang baik berupa disiplin solat lima wkatu, membiasakan solat sunah


(2)

dan puasa sunah, mencerminkan akhlak yang baik, mengadakan pengajian, mencontohkan keteladanan dalam bertindak dan sikap dan lain-lain.

7. Apakah bapak sangat mendukung dengan adanya pondok pesantren Al-Ishlah? Jawab: Ya saya sangat mendukung sekali

8. Apakah bapak merasa senang dengan kehadirannya pondok pesantren Al-Ishlah? Jawab:Ya, sangat senang sekali

9. Bagaimana dengan perkembangan dakwah pondok pesantren Al-Ishlah sampai saat ini? Jawab: Alhamdulilah perkembangan dakwah sampai saat ini bagus dan tetap mengalir berjalan dengan baik

10.Apakah dakwah yang dilakukan pondok pesantren Al-Ishlah sudah berhasil 100%? Jawab: Kalau melihat angka mungkin belum 100% berhasil, tapi sebagian besar sudah berhasil

11.Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya di desa Kananga ini?

Jawab: Faktor penghambat :

a. Masih adanya masyarakat yang iri terhadap perkembangan Al-Ishlah

b. Terganggu kemananannya oleh sebagian anak-anak kampungnya seperti ketika kegiatan mengaji, belajar di ganggu dengan suara musik yang keras setiap hari (yang dilakukan oleh salah satu penduduk Kananga), meskipun sudah di tegur tetap saja terulang kembali, dan ada juga terkadang terjadi pencurian meskipun sudah di laporkan ke kepala desa Kananga

c. Masih kurang minat masyarakat untuk belajar agama Faktor pendukung

a.Beberapa tokoh masyarakat yang masih peduli dengan pondok pesantren Al Ishlah dengan menyumbangkan tenaganya untuk terjun ke pondok pesantren Al-Ishlah. b.Masih menghargai figur dari kepala pimpinan pesantren.

c.Sebagian masyarakat masih ada yang peduli dan memasukan anaknya untuk belajar di pondok Al-Ishlah

12.Apa harapan bapak untuk pondok pesantren Al-Ishlah sendiri dan masyarakat Kananga? Jawab: Harapan saya untuk ponpes alishlah bisa menjadi pendidikan panutan untuk semuanya hingga ahir zaman


(3)

13.Kesan dan pesan apa yang bapak dapat sampaikan kepada pondok pesantren Al-Ishlah? Jawab: Pesan untuk pondok Al-Ishlah teruslah berjuang dan setialah pada kebenaran, dan kesannya begitu terasa sangat mengharukan dan membuat siapa saja yang pernah merasakannya akan selalu rindu ketika jauh karena kedekatan hati dengan pondok ini.


(4)

HASIL WAWANCARA 5 Nama: Aceng Makbul

Jabatan: Tokoh Masyarakat desa Kananga Tempat: Rumah pak Aceng Makbul

Waktu: Pukul 16:00 WIB Tanggal: 10 Mei 2012

1. Apakah bapak asli orang Kananga? Jawab: Ya, saya asli orang Kananga

2. Mengapa desa ini disebut dengan Kananga? Bisa diceritakan dengan jelas?

Jawab: pada mulanya desa Kananga disebut "Kananga" karena dulu di daerah ini banyak pohon Kananga yang wanginya memilki khas sendiri dan bisa tercium kemanan-mana. Bunga Kananga juga bisa jadi obat khususnya yang sakit pinggang, dan kadang penduduk Kananga menjadikan bunga Kananga sebagai pengarum ruangan seperti di kamar dan lain-lain. Selain itu juga desa Kananga merupakan desa yang mendirikan salah

satu ormas Islam yaitu Matla’ul Anwar yang masih berjalan sampai sekarang.

3. Jika memang desa ini disebut desa santri, berarti masyarakat desa Kananga semuanya Islam?

Jawab: Ya, al-hamddulillah semuanya beragama Islam. 4. Apa yang bapak ketahui tentang Al-Ishlah?

Jawab: Al-Ishlah adalah sebuah pesantren yang memfokuskan pada pendidikan dan akhlak, di samping itu juga mendidik santrinya dalam mendalami dan memahami Fiqh Islam.

5. Apa peran Al-Ishlah kepada masyarakat kananga?

Jawab: peran pondok pesantren Al-Ishlah adalah dengan adanya sekolah,pesantren, dan

majlis ta’lim yang Al-Ishlah miliki, Al-Ishlah juga berperan dalam mencerdasakan dan

memperbaiki moral masyarakat Kananga, seperti mahir dalam berbahasa arab dan inggris dan mahir dalam menguasai podium.


(5)

6. Aktifitas dakwah apa saja yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya kepada masyarakat Kananga?

Jawab: Aktifitas yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah adalah mengajak masyarakat khususnya anak-anak sekolah untuk mengikuti pengajian-pengajian KBM pesantren Al-ishlah dan mengadakan majlis ta’lim untuk bapak-bapak dan ibu-ibu. 7. Apakah bapak sangat mendukung dengan adanya pondok pesantren Al-Ishlah?

Jawab: pastinya saya sangat mendukung dan senang dengan adanya pondokpesantren Al-Ishlah karena Al-Al-Ishlah sebagai penerang di tengah gelapnya moral masyarakat.

8. Bagaimana dengan perkembangan dakwah pondok pesantren Al-Ishlah sampai saat ini? Jawab: Al-hamdulillah sampai saat ini dakwah Al-Ishlah masih tersu berkembang. Dan saya berharap dakwah tetap eksis dan terus berkembang.

9. Apakah dakwah yang dilakukan pondok pesantren Al-Ishlah sudah berhasil 100%? Jawab: Kalau ditanya apakah dakwah Al-Ishlah sudah berhasil 100%? Saya kira pesantren manapun susah untuk mencapai keberhasilan dakwah 100% termasuk dakwah pesantren Al-Ishlah, akan tetapi Al-Ishlah sudah cukup berhasil dengan dakwahnya yang dikembangkan kepada masyarakat desa Kananga

10.Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung yang dilakukan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya di desa Kananga ini?

Jawab: Yang menjadi penghambatnya adalah banyaknya tantangan yang muncul dari zaman modern sekarang ini khususnya dikalangan anak remaja, semisal dengan adanya warnet dan rental PS, sebagian besar anak remaja terkadang lebih senang hadir di warnet-warnet dan rental PS dibandingkan menghadiri pengajian yang sudah disediakan oleh pesantren Al-Ishlah. Dan faktor pendukungnya adalah masyarakat merespon bahkan menyukai kegiatan-kegiatan dakwah yang ada di pondok Al-Ishlah.

11.Kalau boleh tahu, apa yang dilakukan mereka di warnet dan ps tersebut?

Jawab: Ya..pastinya main internet, tapi seringnya mereka katanya facebook dan twitter, kadang juga katanya game online. Bagaimana mereka tidak betah di internet banyak hal-hal yang menarik sehingga anak-anak merasa betah dan tidak mau beranjak dari setempat dengan di dukung perjamnya kalau tidak salah 2000.


(6)

12.Apa harapan bapak untuk pondok pesantren Al-Ishlah sendiri dan masyarakat Kananga ? Jawab:Harapan saya untuk pondok pesantren AL-Ishlah adalah dapat mencerdasakan bangsa ter utama penduduk disekitar pesantren Al-Ishlah, dan dapat menjadi benteng terjaganya moral dan akhlak bangsa dari pengaruh budaya asing.