Penentuan Perilaku Temperatur Gudang Untuk Mempertahankan/Menjaga Kualitas Benih Padi Varietas Inpari 13 di PT. Sang Hyang Seri dengan Menggunakan Powersim

(1)

PENENTUAN PERILAKU TEMPERATUR GUDANG UNTUK

MEMPERTAHANKAN/MENJAGA KUALITAS BENIH PADI

VARIETAS INPARI 13 DI PT. SANG HYANG SERI DENGAN

MENGGUNAKAN POWERSIM

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh:

AFRIZA NURDIANSYAH S

NIM: 090423003

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas sarjana ini dengan baik.

Laporan tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh penulis untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan penelitian ini pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi benih padi unggul dan bersertifikat. Judul penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah “Penentuan Perilaku Temperatur Gudang Untuk Mempertahankan/Menjaga Kualitas Benih

Padi Varietas Inpari 13 di PT. Sang Hyang Seri dengan Menggunakan Powersim”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, PT. Sang Hyang Seri (Persero), dan pembaca lainnya.

Medan, Juli 2012

Afriza Nurdiansyah S. NIM. 090423003


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Permasalahan ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4

II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...

II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3


(6)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-4

2.4. Lokasi Perusahaan ... II-4

2.5. Penangkaran Benih ... II-5

2.5.1. Pemilahan dan Perlakuan Benih ... II-5

2.5.2. Penyiapan Lahan ... II-6

2.5.3. Penanaman ... II-6

2.5.4. Pemeliharaan ... II-7

2.5.5. Panen ... II-8

2.6. Proses Produksi ... II-9

2.6.1. Standard Mutu Bahan/Produk ... II-10

2.6.2. Bahan yang Digunakan (Bahan Baku, Bahan

Penolong) ... II-11

2.6.2.1. Bahan Baku yang Digunakan ... II-11

2.6.2.2. Bahan Penolong yang Digunakan ... II-12

2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-12

2.6.3.1. Persiapan Pengolahan Benih ... II-13

2.6.3.2. Penerimaan Calon Benih ... II-13

2.6.3.3.Pengeringan ... II-14


(7)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.6.3.5. Simpan Kemas ... II-17

2.6.3.6. Pengujian Benih ... II-17

2.6.3.7. Proses Sertifikasi Benih ... II-18

2.6.3.8. Pengepakan ... II-20

2.7. Mesin dan Peralatan ... II-23

2.8. Utilitas ... II-30

2.9. Safety dan FireProtection ... II-31

2.10. Waste Treatment ... II-32

2.11. Tenaga Kerja ... II-32

2.12. Fasilitas Perusahaan ... II-33

2.13. Tata Letak Perusahaan ... II-35

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Sistem ... III-1

3.1.1. Karakteristik Sistem ... III-1

3.1.2. Sitem Tertutup dan Sistem Terbuka ... III-2

3.2. Gudang ... III-5

3.2.1. Operasi Pergudangan ... III-5

3.2.2. Fungsi Gudang ... III-5


(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.3. Benih ... III-7

3.4. Kriteria Benih Bermutu... III-7

3.5. Kualitas Benih Padi ... III-8

3.6. Kalor Jenis Padi ... III-8

3.7. Penyimpanan Benih ... III-9

3.8. Perilaku Temperatur ... III-10

3.8.1. Temperatur Gradien ... III-10

3.8.2. Asas Black ... III-11

3.9. Dormansi Benih ... III-11

3.10. Pengaruh Lingkungan Penyimpanan Terhadap Masa

Simpan Benih ... III-12

3.10.1.Suhu ... III-12

3.11. Tingkat Kadar Air Benih... III-12

3.12. Kalor Spesifik Pada Volume Konstan ... III-15

3.13. Hukum Kedua Termodinamika ... III-16

3.14. Entropi... III-17

3.15. Turbin Ventilator ... III-18

3.16. 4 IN 1 Multi-Function Environment Meter ... III-20

3.17. Lattice Sampling ... III-20


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.18.1.Ciri-ciri dari Rata-rata hitung ... III-23

3.18.2.Rata-rata Hitung ... III-23

3.19. Defenisi Simulasi ... III-24

3.20. Tujuan Imitasi Pada Simulasi ... III-25

3.21. Konsep dan Prinsip Simulasi... III-26

3.22. Langkah-langkah Simulasi ... III-27

3.23. Sofware Powersim Studio ... III-28

3.24. Komponen Powersim ... III-31

3.25. Validitas dan Sensitivitas Model ... III-34

IV

METODOLOGI PENELITIAN ...

IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.4. Objek Penelitian ... IV-5

4.5. Variabel Penelitian ... IV-5

4.6. Instrumen Penelitian ... IV-5

4.7. Pelaksanaan Penelitian ... IV-6

4.8. Pengolahan Data ... IV-7


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ....

V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Bentuk Fisik Keluar Masuk Temperatur Gudang ... V-2

5.2.1. Pengumpulan Data Temperatur, Benih Bersih

Masuk dan Volume Benih... V-3

5.3. Pengolahan Data ... V-6

5.3.1. Formulasi Masalah ... V-6

5.3.2. Membangun Model... V-6

5.3.3. Fitting The Data ... V-14

5.3.4. Menerjemahkan Model ... V-16

5.3.5. Verifikasi ... V-19

5.3.6. Validasi ... V-22

5.3.6.1. Validasi Temperatur Gudang Simpan

Kemas ... V-23

5.3.6.1.1. Uji Penyimpangan Rata-Rata (

Absolute Mean Error/AME) ... V-23

5.3.6.1.2. Uji Penyimpangan Variasi (

Absolute Variation Error/AVE) . V-24

5.3.6.1.3. Uji Kecocokan (Kalman


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.7. Analisis Hasil ... V-26

5.3.8. Implementasi dan Dokumentasi ... V-26

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Langkah Formulasi Masalah ... VI-1 6.2. Analisis Langkah Membangun Model... VI-1 6.3. Analisis Langkah Fitting The Data ... VI-2 6.4. Analisis Langkah Menerjemahkan Model ... VI-2 6.5. Analisis Langkah Verifikasi ... VI-4 6.6. Analisis Langkah Validasi ... VI-5 6.7. Analisis Hasil ... VI-6

6.8. Analisis Langkah Implementasi dan Dokumentasi ... VI-6

VII

KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Mesin-mesin yang Digunakan ... II-23

2.2. Peralatan yang Digunakan... II-25

2.3. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi pada PT SHS Cabang

Deli Serdang ... II-32

3.1. Hubungan Tingkat Kadar Air Benih Dengan Kondisi Fisik dan

Fisiologis Benih ... III-14 3.2. Batas Kritis untuk Setiap Metode Pengujian Kinerja Model ... III-37 5.1. Data Temperatur Gudang Simpan Kemas, Benih Masuk Ke

Gudang Simpan Kemas dan Volume Benih ... V-4

5.2. Hasil Nilai Deskriptif Statistik Temperature Gudang Simpan

Kemas ... V-15

5.3. Distribusi Frekuensi Data Temperature Gudang Simpan

Kemas ... V-15

5.4. Penentuan nilai X2 hitung Data Temperature Gudang Simpan

Kemas ... V-15

5.5. Time Table Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan

Temperatur Gudang Simpan Kemas ... V-18

5.6. Formulasi Beberapa Komponen Secara Manual Dengan


(13)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.7. Hasil Uji Statistik AME, AVE, dan Kalman Filter Terhadap

Data Temperature Gudang Simpan Kemas ... V-25

5.8. Hasil Uji Validasi Model Terhadap Data Temperature Gudang

Simpan Kemas ... V-25

6.1. Time Table Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera

Utara ... II-3

2.2. Proses Pengeringan Menggunakan Lantai Jemur (Pengeringan

Manual) ... II-14

2.3. Proses Pengeringan Menggunakan Box Dryer (Pengeringan

Otomatis) ... II-15

2.4. Proses Pembersihan dan Sortasi Menggunakan Mesin Seed

Cleaner ... II-16

2.5. Penyimpanan Benih Sementara ... II-17

2.6. Pengujian Benih ... II-18

2.7. Label Benih Bersertifikasi... II-19

2.8. Proses Pengepakan Benih Secara Manual dan Fully Automatic . II-20

2.9. Quantitative Block Diagram Pengolahan GKP Menjadi Benih

Bersertifikat ... II-22

3.1. Input dan Output ... III-2

3.2. Lembaga Pendidikan Sebagai (a) Sistem Tertutup (b) Sistem

Tertutup ... III-4

3.3. Perubahan Temperatur dalam Snowpack Secara Temperatur

Gradien ... III-10

3.4. Kalor Diberikan Pada Volume Konstan ... III-15


(15)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

3.6. Keterangan Turbin Ventilator ... III-18

3.7. 4 IN 1 Multi-Function Environment Meter... III-21

3.8. Ikon Powersim Constructor ... III-29

3.9. Tampilan Powersim Constructor... III-30

3.10. Keterangan Tampilan Powersim Constructor ... III-30

3.11. Beberapa Tools dalam Powersim Constructor ... III-31

3.12. Simbol Variabel Level ... III-32

3.13. Simbol Variabel Rate ... III-32

3.14. Simbol Variabel Auxiliary... III-33

3.15. Simbol Variabel Constant ... III-33

3.16. Simbol Snapshot ... III-34

4.1. Blok Diagram Kerangka Konseptual ... IV-2

4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-4

4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-9

5.1. Gudang Simpan Kemas ... V-1

5.2. Bentuk Geometri dari Gudang Simpan Kemas ... V-2

5.3. Model Fisik Keluar Masuk Temperatur Gudang... V-3

5.4. Peta Kontrol Temperatur Gudang Simpan Kemas ... V-5

5.5. Langkah Pertama Pembentukan Causal Loop Banyaknya


(16)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.6. Langkah Kedua Pembentukan Causal loop Banyaknya Benih

Didalam Gudang Penyimpanan dan Benih Keluar dari Gudang

Penyimpanan ... V-8

5.7. Langkah Ketiga Pembentukan Causal Loop Benih Keluar dari

Gudang Penyimpanan dan Jam Kerja ... V-8

5.8. Causal Loop Simulasi ... V-9

5.9. Legend ... V-10

5.10. Main Model Simulasi ... V-11

5.11. Blok Diagram Model ... V-13

5.12. Time Graph Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan

Temperatur Gudang Simpan Kemas ... V-19

6.1. Time Graph Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Peta Kontrol Temperatur Gudang Simpan Kemas ... L-1

2. Time Table Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan

Temperatur Gudang Simpan Kemas ... L-2

3. Time Graph Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan

Temperatur Gudang Simpan Kemas ... L-3

4. Struktur Organisasi Perusahaan ... L-4

5. Surat Keputusan Pelaksanaan Tugas Akhir ... L-5


(18)

ABSTRAK

PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi benih padi unggul dan bersertifikat. Lintasan produksi

ditempuh melalui pengeringan, pembersihan (inspeksi), penggudangan “gudang

simpan kemas” dan pengepakan. Penggudangan merupakan hal penting untuk menjaga benih agar tetap sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan dalam upaya mencapai sertifikasi. Gudang yang digunakan berukuran 35x20x10m dengan

kapasitas maksimum 3.901,5 ton, setelah menyisakan luasan lantai sebagai aisle

dengan ukuran 28,5x5x10m.

Sebelum benih masuk kedalam gudang simpan kemas, terlebih dahulu

benih dibersihkan (inspeksi). Hasil dari pembersihan (inspeksi) adalah benih

bersih (BB) dengan kadar air 12% dan temperatur 37 0C dimana tahapan ini

sebagai pre conditioning. Namun diharapakan setelah benih bersih (BB) masuk

kedalam gudang simpan kemas mencapai kadar air berkisar 10-13% dan

temperatur berkisar 25-30 0C dengan tersedianya 14 unit trubin ventilator pada

gudang simpan kemas.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dengan jumlah turbin ventilator sebanyak 14 unit belum mampu menghasilkan temperatur yang sesuai dengan standar temperatur simpan. Hal ini terjadi karena jumlah benih bersih yang masuk

berkisar 24 ton dengan temperatur 37 0C lebih banyak dari jumlah benih yang

keluar berkisar 12,8 ton dengan temperatur dibawah 37 0C. Kondisi tersebut

mengakibatkan terjadinya akumulasi temperatur didalam gudang simpan kemas. Untuk melihat perilaku perubahan temperatur gudang maka dilakukan pengukuran. Pengukuran tersebut dilakukan selama 6 hari seminggu dalam waktu 2 minggu. Hasil dari pengukuran tersebut dijadikan acuan sebagai pengimitasian data yang akan digunakan pada teknik simulasi.

Perilaku perubahan temperatur disimulasikan dengan software powersim

studio 2005, dimana langkah penyelesaianya ditampilkan dengan causal loop.

Sedangkan untuk mengatasi kondisi temperatur yang over standard maka perlu

pemasangan dimana turbin ventilator.

Dari hasil simulasi untuk mengendalikan perilaku temperatur gudang simpan kemas dibutuhkan turbin ventilator sebanyak 17 unit dengan daya hisap

420 m3/jam.

Kata Kunci : Perilaku Temperatur, over standard temperatur, software powersim


(19)

ABSTRAK

PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi benih padi unggul dan bersertifikat. Lintasan produksi

ditempuh melalui pengeringan, pembersihan (inspeksi), penggudangan “gudang

simpan kemas” dan pengepakan. Penggudangan merupakan hal penting untuk menjaga benih agar tetap sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan dalam upaya mencapai sertifikasi. Gudang yang digunakan berukuran 35x20x10m dengan

kapasitas maksimum 3.901,5 ton, setelah menyisakan luasan lantai sebagai aisle

dengan ukuran 28,5x5x10m.

Sebelum benih masuk kedalam gudang simpan kemas, terlebih dahulu

benih dibersihkan (inspeksi). Hasil dari pembersihan (inspeksi) adalah benih

bersih (BB) dengan kadar air 12% dan temperatur 37 0C dimana tahapan ini

sebagai pre conditioning. Namun diharapakan setelah benih bersih (BB) masuk

kedalam gudang simpan kemas mencapai kadar air berkisar 10-13% dan

temperatur berkisar 25-30 0C dengan tersedianya 14 unit trubin ventilator pada

gudang simpan kemas.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa dengan jumlah turbin ventilator sebanyak 14 unit belum mampu menghasilkan temperatur yang sesuai dengan standar temperatur simpan. Hal ini terjadi karena jumlah benih bersih yang masuk

berkisar 24 ton dengan temperatur 37 0C lebih banyak dari jumlah benih yang

keluar berkisar 12,8 ton dengan temperatur dibawah 37 0C. Kondisi tersebut

mengakibatkan terjadinya akumulasi temperatur didalam gudang simpan kemas. Untuk melihat perilaku perubahan temperatur gudang maka dilakukan pengukuran. Pengukuran tersebut dilakukan selama 6 hari seminggu dalam waktu 2 minggu. Hasil dari pengukuran tersebut dijadikan acuan sebagai pengimitasian data yang akan digunakan pada teknik simulasi.

Perilaku perubahan temperatur disimulasikan dengan software powersim

studio 2005, dimana langkah penyelesaianya ditampilkan dengan causal loop.

Sedangkan untuk mengatasi kondisi temperatur yang over standard maka perlu

pemasangan dimana turbin ventilator.

Dari hasil simulasi untuk mengendalikan perilaku temperatur gudang simpan kemas dibutuhkan turbin ventilator sebanyak 17 unit dengan daya hisap

420 m3/jam.

Kata Kunci : Perilaku Temperatur, over standard temperatur, software powersim


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Perilaku temperatur adalah suatu reaksi atau tanggapan yang terjadi apabila terdapat dua sistem yang temperaturnya berbeda dan saling bersinggungan maka sistem dengan temperatur yang tinggi akan melepaskan kalor sedangkan sistem dengan temperatur rendah akan menyerap kalor, sehingga mengakibatkan perubahan temperatur antara kedua sistem tersebut.

Dalam proses penyimpanan, perubahan temperatur tidak selalu beradaptasi dengan baik terhadap produk yang disimpan. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap penurunan kualitas/mutu produk. Hal ini telah dibuktikan oleh Abu

Bakar Tawali dkk (2004) pada penelitian dengan judul Pengaruh Suhu

Penyimpanan Terhadapa Mutu Buah Buahan Impor Yang Dipasarkan Di

Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil pengamatan, perilaku temperatur gudang simpan kemas tidak terjaga dengan baik karena melebihi standar. Dimana standar temperatur

penyimpanan benih berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

No.23/Pementan/SR.120/2/2007 adalah berkisar 25 sampai 30 0C. Perilaku

temperatur gudang dipengaruhi oleh keluar masuknya benih yang terjadi pada gudang simpan kemas, apabila jumlah benih yang masuk lebih besar dari pada jumlah benih yang keluar akan mengakibatkan pertambahan temperatur gudang simpan kemas dan sebaliknya. Benih yang masuk ke dalam gudang terlebih


(21)

dahulu melalui proses pengeringan dimana hasil proses ini temperatur benih

sebesar 45 0C, kemudian dilanjutkan ke proses sortasi/inspeksi dimana dalam

proses ini dilakukan pre-conditioning yang berguna untuk menurunkan temperatur

benih menjadi 37 0C.

Untuk melihat perilaku dan cara menjaga kestabilan temperatur gudang

simpan kemas maka peneliti melakukan teknik simulasi menggunakan Software

Powersim Studio 2005. Cara ini diyakini dapat mengatasi kesetabilan temperatur

gudang simpan kemas.

1.2. Perumusan Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah temperatur gudang simpan

kemas over standard sehingga mengakibatkan kualitas benih padi varietas inpari

13 menjadi rusak.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengimplementasikan teknik simulasi dinamis untuk melihat perilaku gudang simpan kemas.

Tujuan khusus diadakan penelitian ini antara lain:

1. Menerapkan teknik simulasi dengan software powersim studo 2005 dalam

melihat perilaku temperatur gudang simpan kemas sehingga dijadikan pertimbangan pihak perusahaan.

2. Mengidentifikasi berbagai faktor di perusahaan yang mempengaruhi masalah yang disimulasikan.


(22)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yakni:

1. Manfaat bagi mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mempelajari dan menguasai teknik simulasi dinamis

dengan menggunakan software Powersim Studio untuk memecahkan

masalah-masalah yang ada di perusahaan.

b. Mahasiswa memahami konsep perilaku temperatur gudang simpan kemas.

2. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan temperatur simpan kemas yang diperlukan.

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Adapun batasan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Software yang digunakan untuk melakukan simulasi adalah software powersim

studio2005.

2. Variabel yang dikaji dalam simulasi adalahtemperatur gudang simpan kemas.

3. Kapasitas tersedia gudang merupakan jumlah volume gudang simpan kemas

dikurang volume aisle gudang simpan kemas.

4. Jenis padi diamati adalah benih padi varietas inpari 13.


(23)

6. Penentuan titik pengukuran dilakukan secara lattice sampling secara equally space.

7. Perhitungan turbin ventilator secara teknis tidak diperhitungkan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perubahan system gudang simpan kemas yang digunakan

selama tahun 2012.

2. Pola data yang terjadi pada masa lalu dianggap akan berlangsung ke masa yang

akan datang.

3. Bahwa suhu kamar sebagai intake (masukan) berada pada suhu kamar normal.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana agar mudah dipahami penulisannya maka akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi-asumsi yang digunakan ,pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum meliputi sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, proses produksi, tenaga kerja dan informasi lainnya.


(24)

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem, pergudangan dan teori-teori lainnya yang mendukung dalam pembahasan dan penyelesaian masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam hal ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data detail yang berasal dari perusahaan dan literatur mengenai penelitian yang dilakukan, serta pengolahan data yang dilakukan sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI : ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi tentang analisa dan pemecahan masalah dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data dan memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan.


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1940 PT. Sang Hyang Seri (Persero) adalah perkebunan besar

milik swasta asing (Inggris) dengan nama “Pamanukan & Tjiasem Lands” yang dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957 dikelola oleh Yayasan Pembangunan Daerah Jawa Barat (YPDB). Pada tahun 1966 YPDB menjadi “Proyek Produksi Pangan Sukamandi Jaya” bersamaan dengan dibentuknya “Proyek Penelitian dan Mekanisasi” serta “Proyek Perhewani”. Ketiga proyek ini dilebur pada tahun 1968 menjadi “Lembaga Sang Hyang Seri”.

Kemudian melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 tahun 1971 Lembaga Sang Hyang Seri menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Sang Hyang Seri sebagai salah satu sub sistem perbenihan nasional yang dengan bantuan pinjaman dana dari Bank Dunia merupakan perusahaan perbenihan unggul dan bersertifikat yang modern dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Perum Sang Hyang Seri mengembangkan wilayah pelayanannya dengan mendirikan :

1. Tahun 1973 Distrik Benih di Klaten Jawa Tengah.

2. Tahun 1977 Distrik Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 unit produksi

benih.

3. Tahun 1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera


(26)

Pada tahun 1995 status PERUM berubah menjadi PERSERO dengan

memperluas core business menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung

menunjang usaha perbenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan. Pada tahun 1997 PT. Sang Hyang Seri (Persero) memasuki bisnis

benih hortikultura dan pada tahun 2001 mulai mengembangkan bisnis agroinput

yang berupa sarana produksi dan agrooutput yang berupa hasil pertanian.

Pada tahun 2003 core business dikembangkan dari benih tanaman pangan

menjadi benih pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi benih tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Selain core

business, pada tahun 2008 PT. Sang Hyang Seri (Persero) juga melakukan

kegiatan penunjang core business dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya

perseroan. Pembinaan perusahaan dilaksanakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia.

PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara, merupakan cabang regional dari PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang berpusat di Sukamandi Jawa Barat. PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara didirikan pada tahun 1981 dengan alamat kantor di jalan Raya Medan, Lubuk Pakam Km. 21 Tanjung Morawa. Wilayah kerja KR IV meliputi 4 (empat) propinsi yaitu propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, propinsi Sumatera Utara, propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau serta meliputi 59 Kabupaten/Kota.

PT. Sang Hyang Seri (Persero) KR IV terdiri dari 4 (empat) Cabang yaitu Cabang Deli Serdang, Cabang Asahan, Cabang Lubuk Alung dan Cabang Solok,


(27)

serta 3 (tiga) Satuan Tugas (Satgas) yaitu Satgas Tapanuli Selatan , Satgas Riau dan Satgas NAD.

Gambar 2.1. PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Tipe organisasi yang digunakan perusahaan adalah organisasi tipe flat (hirarki horizontal) dimana tingkat hirarki kewenangan tidak banyak sehingga jumlah satuan organisasi hanya sedikit akan tetapi jumlah bawahan yang dikendalikan cukup banyak. Stuktur organisasi yang digunakan adalah struktur organiasasi matriks dimana organisasi diatur berdasarkan pengelompokan aktivitas dan tugas yang sama dikumpulkan menjadi satu untuk membentuk unit-unit kerja seperti produksi, operasi, pemasaran, keuangan, personalia, dan sebagainya yang memiliki fungsi yang terspesialisasi yang secara bersama-sama


(28)

menangani semua proyek yang harus diselesaikan. Komunikasi (adanya

keterkaitan antar unit kerja) dan sharing antar unit-unit kerja selalu terjalin dengan

baik untuk mendukung kelancaran operasional perbenihan yang berkualitas. Struktur organisasi PT. Sang Hyang Seri (Persero) dapat dilihat pada Lampiran 8.

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. SHS Kantor Regional IV Sumatera Utara adalah:

1. Memproduksi benih pertanian varietas pelayanan (public variety) dan varietas

komersial (commercial variety).

2. Memasarkan benih pertanian varietas pelayanan (public variety) dan varietas

komersial (commercial variety).

3. Melalukan kemitraan usaha dengan produsen/penangkar benih baik swasta

maupun milik pemerintah.

4. Melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) yang

menunjang bisnis usaha pembenihan.

2.4. Lokasi Perusahaan

Areal atau Lokasi PT. SHS merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan usaha dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:

1. Tenaga kerja mudah didapat. 2. Bahan baku mudah didapat.


(29)

3. Lokasi pabrik diusahakan berada di daerah khusus dan srategis.

4. Fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana transportasi, listrik, dan air tersedia dengan baik dan layak.

Letak PT SHS Kantor Regional IV Sumatera Utara berada di jalan Raya Medan-Lubuk Pakam Km. 21 Tanjung Morawa. Batas - batas perusahaan adalah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya Tanjung morawa.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan pabrik minyak Para Sawita.

3. Sebelah timur berbatasan dengan perkuburan/tanah waqaf.

2.5. Penangkaran Benih

Guna menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi maka pengembangan penangkaran benih padi terintegrasi perlu dilakukan. Ada beberapa tahapan proses dalam sistem penangkaran benih padi, diantaranya adalah :

2.5.1. Pemilahan dan Perlakuan Benih

Pemilahan benih padi sebelum disemai (ditebar) dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% dari banyaknya air, benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Perlakuan benih tersebut bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih.


(30)

Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25-50

Gram/M2 atau 0,5-1 Kg benih per 20 M2 lahan. Persemaian dipupuk dengan Urea,

SP-36, dan KCl masing-masing sebanyak 15 Gram/M2. Kebutuhan benih untuk 1

Ha areal pertanaman adalah 10-25 Kg.

2.5.2. Penyiapan Lahan

Persiapan lahan untuk pertanaman hampir sama dengan lahan untuk persemaian namun tanpa bedengan. Persiapan lahan untuk pertanaman dengan cara tanah diolah tahapan yang sempurna yaitu :

1. Pengolahan I : dibajak, digenangi selama 2 hari, lalu dikeringkan selama 7

hari.

2. Pengolahan II : dibajak digenangi selama 2 hari dan dikeringkan lagi selama

7 hari.

3. Pengolahan III : digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

4. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot

dengan herbisida pra-tumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari.

2.5.3. Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari dengan 1 bibit per lubang, bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misalnya 2 atau 3 daun/batang). Jarak tanam tergantung kesuburan lahan dan varietas yang ditanam, bibit ditanam pada kedalaman 1-2 Cm. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam


(31)

dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan tergenang (1-3 Cm) selama 7-10 hari dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma.

2.5.4. Pemeliharaan

Untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang baik dan menjamin kualitas yang akan dihasilkan maka dilakukan beberapa tahap pemeliharaan tanaman. 1. Pemupukan

Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma. Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.


(32)

Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan varietas seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu.

2.5.5. Panen

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih yang tidak bagus. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.

Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapangan yang lebih luas. Untuk menjamin hal tersebut, maka cara panen yang baik meliputi perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Panen

Sebelum panen dilakukan perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan


(33)

dan tempat/alat pengering serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.

2. Proses Panen

Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan alat perontok atau potong bawah lalu digebot atau dibanting. Ukur

kadar air panen dengan menggunakan moisture meter. Calon benih kemudian

dimasukan ke dalam karung. Hasil panen diangkut untuk kemudian diolah atau diproduksi.

2.6. Proses Produksi

Proses produksi yang terdapat di Pabrik Pengolahan Benih PT. Sang Hyang Seri (Persero) adalah melakukan pengolahan terhadap GKP (gabah kering panen) menjadi benih bersertifikat. Produk yang dihasilkan adalah benih unggul bersertifikat, dimana benih ini mengalami proses produksi dan pengujian di laboratorium. Benih yang lulus pengujian merupakan benih unggul dan diberi sertifikat. Hasil proses pengolahan yang tidak dapat dijadikan produk yaitu benih kosong dan jerami.

2.6.1. Standard Mutu Bahan/Produk

Standar mutu dari produk yang dihasilkan oleh PT. Sang Hyang Seri (Persero) harus disesuaikan dengan spesifikasi standar mutu BPSBTPH (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) dan harus dilakukan pengujian benih. Hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan pabrik


(34)

dapat diterima oleh pasar. Sehingga, untuk meningkatkan daya saing, benih yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi mutu. Mutu benih lulus adalah suatu ukuran mutu yang sangat penting karena mempengaruhi pertumbuhan benih dan mutu hasil dari penanaman benih. Pengujian mutu pada perusahaan dilakukan

secara intern dan ekstern. Pengujian mutu intern dilakukan pada laboratorium

pabrik, sedangkan pengujian mutu ekstern dilakukan oleh BPSBTPH. Kelulusan

benih dan sertifikasi benih berada pada keputusan BPSBTPH, walaupun sudah dilakukan pengujian sendiri di laboratorium PT Sang Hyang Seri (Persero).

Bahan baku yang digunakan PT Sang Hyang Seri (Persero) adalah Gabah Kering Panen (GKP) padi . Standard mutu bahan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk setiap GKP padi yang masuk ke pabrik adalah sebagai berikut:

a. Kadar air yang terkandung dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 25%

b. Butir hijau yang terdapat dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 5 %

c. Kotoran benih yang terdapat dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 7 %

Standard mutu produk yang ditetapkan oleh perusahaan untuk setiap benih kantong adalah sebagai berikut:

a. Kadar air yang terkandung dalam Benih Lulus (BL) sebesar 12%

b. Benih murni dalam Benih Lulus (BL) 99,7%

c. Kotoran benih yang terdapat dalam Benih Lulus (BL) 0,2%

d. Benih varietas lain yang terkandung dalam Benih Lulus (BL) 0,1%

e. Daya tumbuh atau daya berkecambah Benih Lulus (BL) 82%

f. Bebas dari hama dan penyakit.


(35)

2.6.2. Bahan yang Digunakan (Bahan Baku, Bahan Penolong) 2.6.2.1.Bahan Baku yang Digunakan

Mutu hasil olahan dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan proses pengolahan, sedangkan mutu bahan baku dipengaruhi oleh sistem panen. Bahan baku yang digunakan perusahaan dalam memproduksi benih padi bersertifikat adalah Gabah Kering Panen (GKP) padi. GKP padi diperoleh perusahaan dari hasil penangkaran antara perusahaan dengan kelompok tani di Sumatera Utara, dimana PT Sang Hyang Seri (PERSERO) menjadi pengasuh kelompok tani tersebut.

Bahan baku yang akan diproses tidak boleh melebihi kadar air yang ditentukan yaitu 25% dan kadar kotoran 5%, kalau lebih dari yang ditentukan maka harga padi tersebut akan menjadi turun dan hal tersebut sudah dilakukan kesepakatan terlebih dahulu. Setelah melakukan pengecekan barulah penimbangan dilakukan dan disimpan kedalam gudang untuk sementara.

Bahan baku GKP yang diterima adalah GKP level FS (Foundation Seed),

level SS (Stock Seed), Level ES (Extention Seed). Bahan baku yang diterima

terdiri dari delapan varietas, yaitu :

a. INP-10 dan INP-13

b. Mekongga

c. Cibago

d. Chierang

e. Bestari


(36)

g. Situbagendit

2.6.2.2.Bahan Penolong yang Digunakan

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah sebagai berikut :

1. Solar

PT Sang Hyang Seri (Persero) menggunakan solar untuk bahan bakar

mesin-mesin produksi seperti box dryer, seed-cleaner and sortation machine dan

generator listrik (genset).

2. Udara panas

Udara panas memegang peranan penting dalam proses pengolahan benih bersertifikat. Udara panas ini digunakan dalam proses pengeringan GKP. Kadar air GKP harus diturunkan dari 25% menjadi maksimal 12%. Udara panas dapat diperoleh baik secara alami menggunakan sinar matahari dan

secara buatan menggunakan box dryer. Udara panas pada box dryer

dihasilkan dari burner dan udara panas tersebut dibagi ke masing-masing box

menggunakan blower sebagai penghasil angin.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi pada pengolahan benih padi bersertifkat PT. Sang Hyang


(37)

Untuk memperoleh benih lulus yang sesuai dengan standar mutu yang ditentukan, proses pengolahan GKP (Gabah Kering Panen) menjadi benih lulus melewati beberapa tahap. Tahapan-tahapan Pengolahan GKP pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) menjadi benih lulus diuraikan seperti berikut :

2.6.3.1.Persiapan Pengolahan Benih

Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan untuk mengolah benih padi adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan lantai jemur, mesin dan peralatan, tempat-tempat penyimpanan

(gudang dan selokan).

2. Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin dan peralatan.

2.6.3.2.Penerimaan Calon Benih

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat penerimaan GKP yaitu pemeriksaan dokumen, penimbangan Gabah Kering Panen (GKP) dan pengambilan sampel oleh petugas bagian Pegawai Laboratorium. Pemeriksaan dokumen yang dilakukan berupa Surat Pengantar Hasil Panen (SPHP) disertai surat sortasi dari tim panen, diantaranya adalah nomor induk lapangan, musim tanam, nama petani penggarap, blok sertifikasi, luas tanam, luas panen, tanggal panen, varietas, kelas benih, tonase, pemeriksaan kadar air, kadar kotoran dan kemurnian varietas yang kemudian disimpan kedalam gudang untuk sementara. Ketika dilakukan penimbangan, Pegawai Laboratorium melakukan pengembalian


(38)

sampel GKP untuk kebutuhan pengujian pendahuluan. Sampel tersebut kemudian dibawa ke labolatorium untuk dianalisis lebih lanjut.

2.6.3.3.Pengeringan

Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air pada benih, agar benih tahan lama dalam penyimpanan, adapun cara pengeringan dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Secara manual (Alami)

2. Secara otomatis (Box Dryer)

Pengeringan secara manual dilakukan dengan cara menjemur benih agar terkena sinar matahari. Dalam kondisi cuaca cerah, pengeringan dengan cara manual membutuhkan waktu kira-kira 2-3 hari. Pengeringan dengan cara manual ini dapat menghemat biaya. Pengeringan pada lantai jemur dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses Pengeringan Menggunakan Lantai Jemur (Pengeringan Manual)

Pengeringan dengan box dryer adalah pengeringan dengan cara

memasukkan benih ke dalam box dryer, dengan kapasitas box 5-6 ton. Calon


(39)

hembusan angin dengan menggunakan blower selama satu jam, selanjutnya udara

panas yang dikeluarkan oleh mesin burner diberikan berangsur-angsur hingga

suhunya mencapai 45 0C.

Ketebalan tumpukan padi 0,5m – 0,6m agar pada waktu melakukan pembalikan mudah dilakukan. Pembalikan dilakukan tiap 1 jam, sebelum dilakukan pembalikan harus dilakukan pengecekan suhu dan kadar air calon benih. Penurunan kadar air rata-rata 0,5% – 1,2 % perjam dan pengeringan dilanjutkan sampai kadar air 12% selama ± 8 jam. Proses pengeringan

menggunakan box dryer dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Proses Pengeringan Menggunakan Box Dryer (Pengeringan Otomatis)

2.6.3.4.Pembersihan dan Sortasi

Benih padi yang telah dikeringkan (kadar air 12%) dibersihkan dengan

mesin Seed Cleaner. Mesin ini terdiri dari 5 bagian yang menghasilkan :

1. Sampah

Daun-daunan, bekas pengikat karung dan lain sebagainya.

2. Second Green I


(40)

3. Second Green II

Merupakan sampah ringan yang keluar dari ayakan.

4. Second Green III

Merupakan padi kosong yang ukurannya lebih besar dari ukuran ayakan.

5. Benih Bersih

Benih bersih ini masih perlu diperiksa lagi secara periodik untuk mengetahui seberapa banyak butiran apung yang terikut. Ini diketahui dengan cara setiap 100 gr benih tidak melebihi 200 butir apung dan kotoran 0,2% (setiap 2 jam sekali).

Proses ini juga berfungsi untuk preconditioning benih. Dimana temperatur benih

yang melalui proses pengeringan diturunkan dari 450 C menjadi 370 C.

Gambar 2.4. Proses Pembersihan dan Sortasi Menggunakan Mesin Seed Cleaner

2.6.3.5.Simpan Kemas

Tujuan simpan kemas adalah untuk penyimpanan sementara benih dan masa dormansi benih. Penyimpanan benih di gudang harus menggunakan alas


(41)

berupa palet / papan kayu atau balok-balok kayu agar karung benih tidak langsung

bersentuhan dengan lantai gudang. Benih yang disimpan segera di fumigasi

dengan Phostoxin atau disemprot dengan insektisida siloan / satifsar / damfin

untuk disanitasi. Setiap tumpukan benih diberi kartu identitas yang berisikan data antara lain : nomor tumpukan, varietas, tanggal panen, jumlahnya, tanggal pengujian, tanggal kadaluarsa, dan tanggal penyemprotan / fumigasi.

Gambar 2.5. Penyimpanan Benih Sementara

2.6.3.6.Pengujian Benih

Pengujian benih dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya:

1. Pengujian Kadar Air

Kadar air suatu benih mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengaruhnya terhadap reabilitas dan merupakan hal penting bagi benih yang akan dipasarkan serta berpengaruh juga pada daya tahan benih karena terlalu rendah kadar air benih dapat mematikan daya tumbuh benih.

Untuk mengetahui kandungan air pada benih yang terikat secara fisik disebut dengan kandungan air bebas yang dinyatakan dengan proses berat dapat

digunakan alat Moisture Tester, kadar air 12%.


(42)

Pengujian ini diambil dari proses kerja yang telah dijernihkan agar mendapat pertumbuhan lerai benih yang diujikan dan mendekati kenyataan di lapangan. Persentase daya tumbuh adalah persentase dari benih yang membentuk bibit/tanaman normal pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan benih dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal pengujian ini bisa juga terlihat atau diamati biji normal, biji up-normal, biji keras, biji dorman, biji segar tidak tumbuh dan biji mati. Daya kecambah minimal 80%. Pengujian benih dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Pengujian Benih

2.6.3.7.Proses Sertifikasi Benih

Sertifikasi benih merupakan unsur yang sangat penting bagi pembenihan karena untuk pemeliharaan kemurnian mutu benih dari suatu verietas dan serta menyediakan secara kontinu kepada petani. Disamping mempertahankan kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas, membantu pula produsen benih dalam memproduksikan dengan kualitas mutu yang lebih baik serta membantu petani mendapatkan benih yang digunakan, baik jaminan kebenaran varietas maupun mutunya.


(43)

Dalam memproduksi benih bersertifikat maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Permohonan sertifikasi dengan melampirkan areal sertifikasi label /

keterangan benih yang akan dipanen.

2. Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan merupakan apakah suatu areal

sertifikasi dapat diterima atau tidak

a. Fase vegetatif

b. Fase pembungaan

c. Fase masak

3. Pemeriksaan alat Processing tidak terkontaminasi dengan varietas lain.

4. Pengambilan contoh benih yang mewakili stok benih yang ada. 5. Pengujian laboratorium secara teratur atau terjadwal.

6. Laporan sesuai stok yang diujikan dalam kelompok benih

7. Pelebelan sesuai dengan stok yang diujikan dalam kelompok benih.


(44)

Benih yang telah lulus uji oleh BPSBTPH (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) akan diberi label bersertifikat dan selanjutnya dapat dilakukan pengepakan.

2.6.3.8.Pengepakan

Setelah selesai dilakukan pengujian benih dan dinyatakan lulus maka dilakukan pengepakan benih padi. Pengepakan benih dilakukan sesuai dengan permintaan pasar. Pengepakan benih dilakukan dengan ketelitian yang baik misalnya mengenai :

a. Penimbangan (Per kantong)

b. Pemberian Label

c. Logo yang jelas

d. Dan lain-lain

Gambar 2.8. Proses Pengepakan Benih Secara Manual dan Fully Automatic

Proses pengepakan yang terdapat pada perusahaan yaitu proses pengepakan secara

manual dan fully automatic. Pengepakan secara fully automatic jarang dilakukan


(45)

pengepakan, benih disimpan di gudang produk sebelum benih tersebut dipasarkan. Dimana pemasaran dilakukan secara ritel (eceran) dan korforat (kerjasama dengan instansi dan BUMN dan BUMD.


(46)

Uraian proses pengolahan benih dalam bentuk blok diagramdapat dilihat pada Gambar 2.9.

- Gabah Kering Panen (GKP) : 12.600 kg

- Box Dryer : 2 unit

- Mesin Petkus : 3 unit

- Timbangan : 4 unit

- Mesin Sealer : 2 unit - Mesin Jahit New Long : 2 unit

- Forklift : 2 unit

- Kereta Sorong : 7 unit

- Palet : ± 500 unit

- Karung

- Kantong Kemasan - Tali Plastik - Benang - Kertas Label - Spidol

- Sekop Besi : 15 unit - Sekop Garpu Kayu : 15 unit

- Hopper : 3 unit

- Elevator : 3 unit

- Genset : 2 unit

- Germinator : 1 unit

- Moisture tester : 2 unit

- Tangki Bahan Bakar : 2 unit

- Tangki Air : 1 unit

- Karyawan : 29 orang

Mengeluarkan GKP dari dalam karung Mengeringkan GKP dengan box dryer Mengaduk GKP hingga kering merata GKP kering menjadi GKK (Gabah Kering Kotor)

Memasukkan GKK ke dalam karung

Masukkan GKK ke dalam Hopper Elevator menghisap GKK masuk ke

mesin Petkus Mesin Petkus menyortir GKK

GKK berubah menjadi Benih Bersih Benih Bersih dimasukkan ke dalam

karung Benih Bersih ditimbang

Benih Bersih disimpan sementara menunggu diambil sampel dan diuji di

laboratorium

Sampel Benih Bersih diperiksa dan diuji di laboratorium

Benih Bersih yang lulus pengujian

menjadi Benih Lulus Benih Lulus diberi sertifikat

Benih Lulus dimasukkan ke dalam Hopper

Benih Lulus dimasukkan ke dalam kantong kemasan sekaligus ditimbang

Kantong berisi Benih Lulus diberi label dan dilaminating

Benih Kantong dimasukkan ke dalam karung

Karung berisi Benih Kantong dijahit dan diberi kode

Jerami dan GKK Kosong

Benih Bersih tidak lulus

Benih Kantong (Benih Lulus yang dikemas) INPUT

OUTPUT


(47)

2.7. Mesin dan Peralatan

Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan pada PT. Sang Hyang Utara adalah :

Tabel 2.1. Mesin-mesin yang Digunakan

No. Nama Mesin Gambar Keterangan

1 Box Dryer

Kapasitas 5 ton : (p x l x t)

- 4,2 x 4 x 2 m (2 unit)

- 7 x 4 x 2 m (2 unit)

- 5 x 4 x 2 m (2 unit)

Kapasitas 6 ton : (px l x t)

7 x 4 x 2 m (2 unit)

2 Burner &

Blower

Burner

Fungsi : pemanas

Jumlah : 2 unit

Merek : weishaupt

Tegangan : 1,5 KVA

Daya : 17,3 HP

Putaran : 3500 rpm

Blower

Fungsi : menghisap dan

menghembuskan udara panas ke

box

Jumlah : 2 unit

Merek : westin

Tegangan : 19,5 KVA


(48)

Tabel 2.1. Mesin- Mesin yang Digunakan (Lanjutan)

No. Nama Mesin Gambar Keterangan

3 Seed Cleaner

Merek : Robber D 4950 & Petkus K 531

Dimensi : 5,060x2,1x2,210mm

Berat : 1300 Kg

Power : 4 Kw

Kapasitas : 2 Ton/Jam

Jumlah : 2 Unit

44 Penjahit Karung

Merek : Newlong Portable Sewing Machine

Tipe : NP – 7A

Putaran : 1900 rpm

Jenis jarum : DN x 1

Berat : 6 kg


(49)

Adapun peralatan yang digunakan pada PT. Sang Hyang Seri sebagai berikut :

Tabel 2.2 Peralatan yang Digunakan

No. Peralatan Gambar Keterangan

1 Truk

Tipe : Toyota Dyna 125 LT,

Mitsubishi Colt Diesel 135 PS, Toyota Rino 115 PS

Fungsi : Alat angkut GKP dan

benih lulus Kapasitas : 4500 kg

Jumlah : 3 Unit

2 Forklift

Merek : Komatsu dan Mitsubishi

Fungsi : Alat angkut GKP dan

benih lulus (material

handling) Kapasitas : 1500 – 2400 kg

Jumlah : 2 Unit

3 Kereta

Sorong

Fungsi : Alat angkut GKP dan

benih Kapasitas : 100 Kg


(50)

Tabel 2.2 Peralatan yang Digunakan (Lanjutan)

No. Peralatan Gambar Keterangan

4 Timbangan

Merek : Avery & Abadi

Fungsi : Mengukur berat benih

Kapasitas : 500 kg & 25 kg

Jumlah : 3 Unit

5 Palet

Fungsi:Sebagai dudukan karung

berisi GKP dan berisi benih Kapasitas : 1000 Kg


(51)

Tabel 2.2 Peralatan yang Digunakan (Lanjutan)

No. Peralatan Gambar Keterangan

6 Thermometer

Fungsi : Mengukur suh udara

pada box dryer

Jumlah : ± 12 Unit

7 Sekop

Fungsi : Meratakan ketebalan

benih pada saat proses pengeringan di lantai jemur

Jumlah : ± 15 Unit

8 Karung Fungsi : Wadah GKP


(52)

Tabel 2.2 Peralatan yang Digunakan (Lanjutan)

No. Peralatan Gambar Keterangan

9 Kantong

Plastik

Fungsi : Wadah untuk mengemas

benih

10 Impulse

sealer

Fungsi : Menutup kemasan

plastik yang sudah berisi benih lulus

Jumlah : 2 unit

11 Kertas Label

Fungsi : Tanda pengenal benih

yang berisi spesifikasi benih


(53)

Tabel 2.2 Peralatan yang Digunakan (Lanjutan)

No. Peralatan Gambar Keterangan

12 Oven

Fungsi : Memanaskan/mengeringkan

bahan pengujian pada

laboratorium Jumlah : 1 unit

13 Germinator Fungsi : Alat pemeraman

Jumlah : 1 unit

14 Moisture

Tester

Fungsi : Mengukur kadar air


(54)

2.8. Utilitas

Yang dimaksud dengan utilitas dalam sebuah pabrik adalah unit pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Utilitas yang terdapat pada PT SHS antara lain sebagai berikut:

1. Unit Pembangkit Tenaga (Power Plant)

Tenaga yang digunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan mesin di PT SHS diperoleh dari tenaga listrik PLN. Selain itu, tenaga listrik juga

diperoleh dari unit pendukung seperti Genset. Adapun spesifikasi dari mesin

Genset yang digunakan adalah :

Output : 32,5 KVA

Voltage : 380/220 V

Frequency : 50 Hz

Daya listrik yang tersedia didistribusikan ke bagian-bagian sebagai berikut :

a. Perumahan pimpinan, staf dan karyawan.

b. Penerangan dan arus listrik kantor dan pabrik serta jalan.

c. Unit-unit proses pengolahan benih.

2. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)

Salah satu bagian yang penting untuk mendukung proses pengolahan di PT SHS adalah air. Sumber air di PT. SHS berasal dari PDAM Deli Serdang. Fungsi air di sini tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain. Air digunakan untuk keperluan sebagai berikut :


(55)

a. Air domestik, yaitu air yang digunakan di luar kegiatan pabrik (kantor dan perumahan).

b. Air proses, yaitu air yang digunakan untuk keperluan laboratorium.

2.9. Safety dan FireProtection

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat hal ini akan menyebabkan

tingginya biaya produksi. Safety and fire protection adalah upaya yang dilakukan

agar keselamatan tetap terjaga selama proses produksi berlangsung, dalam hal ini

adalah proses pengolahan GKP menjadi benih baik bagi karyawan dan bahan yang

terdapat di PT. SHS. Perusahaan sebenarnya telah memiliki kebijakan dalam hal

safety terhadap bahaya. Namun, pelaksanaannya belum maksimal karena para

pekerja belum seluruhnya mematuhi kebijakan yang telah dibuat. Kemungkinan terjadinya potensi kebisingan adalah di stasiun boiler dan sebagian besar pada

departemen produksi di bagian seed cleaner. Kesadaran pekerja akan pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja masih sangat kurang, hal tersebut terlihat dari belum ada pekerja yang menggunakan masker dan kaca mata pada saat bekerja terutama di bagian pengeringan dan penyortiran GKP.

Untuk kegiatan penanggulangan bahaya kebakaran perusahaan juga


(56)

extingwisher) di daerah penting dalam pabrik, pompa air dan penyemprot air dan tangki air.

2.10. Waste Treatment

Limbah dari hasil pengolahan GKP hingga menjadi benih bersih adalah

limbah berupa gabah kosong dan jerami kering yang keluar dari stasiun seed

cleaner setelah dua kali proses pembersihan menuju corong ke tempat

penampungan limbah. Limbah ini kemudian dibakar atau diberikan kepada masyarakat yang ingin memanfaatkannya.

2.11. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada Kantor Cabang Deli Serdang berjumlah 76 orang.

Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi Pada PT. Sang Hyang Seri Cabang Deli Serdang

No. Posisi Jumlah Total

1

Karyawan Tetap

Manajer 1

20

2 Sekertaris 1

3 Asst. Manajer Keuangan &

SDM 1

4 Asst. Manajer Produksi 1

5 Asst. Manajer Pasar Ritel 1

6 Asst. Manajer Pasar Korporat 1

7 Asst. Manajer Litbang 1

8 Supervisior Keuangan 1

9 Supervisior SDM 1

10 Supervisior Kebun 1

11 Supervisior Pengolahan & PPM 1

12 Supervisior Logistik dan

Hortikultura 1


(57)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi pada PT. Sang Hyang Seri Cabang Deli Serdang (Lanjutan)

No. Posisi Jumlah Total

14 Adm. Produksi 1

15 Supervisior Pasar Ritel 1

16 Supervisior Adm. Pasar Ritel 1

17

Karyawan Tetap

Supervisior Pasar Korporat 1

4

18 Supervisior Adm. Pasar

Korporat 1

19 Supervisior Mutu 1

20 Agronomis 1

21

Karyawan Kontrak

Pegawai Administrasi 1

16

22 Pegawai Kebun 3

23 Mekanik 1

24 Operator Produksi 1

25 Pegawai Lapangan Logistik 2

26 Operator Gudang 1

27 Operator Forklift 2

28 Pegawai Lapangan Ritel 1

29 Pegawai Lapangan Korporat 1

30 Pegawai Laboratorium 2

31 Pegawai Lapangan Agronomis 1

32 BHL Lantai Jemur 10 10

33 Borongan Box Dryer 8

19

34 Borongan Seed Cleaner 6

35 Borongan Packing 5

36 Supir 1 1

37 Satpam 4 4

38 Pelayanan Dalam Ruangan 3

6

39 Pelayanan Dalam Ruangan 3

Jumlah 76

2.12. Fasilitas Perusahaan

Adapun fasilitas dari pihak perusahaan untuk para tenaga kerja adalah sebagai berikut :


(58)

1. Manajer cabang : perumahan, alat transportasi, layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.

2. Asisten manajer : alat transportasi, layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi

(gaji, bonus, insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.

3. Karyawan tetap : layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi (gaji, bonus,

insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.

4. Karyawan kontrak : kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan).

2.13. Tata Letak Perusahaan

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ada di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional IV Sumatera Utara, maka tata letak pada perusahaan dapat dibagi atas :

1. Bagian Produksi

a. Penerimaan Calon Benih : 13 x 10 m

b. Pengeringan : 62,8 x 19,1 x 6 m

c. Pembersihan dan sortasi : 20 x 5 x 6 m

d. Penyimpanan Benih : 35 x 20 x 10 m

e. Pengepakan/Packing : 65 x 15 x 6 m

2. Bagian Production Service

a. Laboratorium : 4 x 5 m

b. Lantai Penjemuran : (28 x 15,5 m) dan (24,2 x 15,5 m)

3. Bagian General Service

a. Kantor Regional : 32,1 x 16,6 m


(59)

c. Kantor Administrasi Gudang : 15 x 5 m

d. Kantor Asisten Pabrik : 10 x 10 m

e. Koperasi dan SHS Shop : 12,1 x 7,2 m

f. Pos Satpam : 3,4 x 2,5 m

g. Parkir Mobil : 12,1 x 5 m

h. Parkir Sepeda Motor : 4,6 x 3,7 m

i. Lapangan Tenis : 23,8 x 10,97 m

j. Lapangan Badminton : 14,8 x 6,2 m

k. Gudang Penyimpanan Barang Jadi : 24,5 x 12,5 m

4. Bagian Personal Service

a. Toilet : (3,2 x 2 m);(3 x 2 m) dan (4,1 x 3,2 m)

b. Musholla (Tempat Ibadah) : 11,3 x 10,4 m

c. Rumah Dinas : (14,8 x 9,7 m) x 4 unit

5. Bagian Physical Plant Service

a. Gudang : 10 x 5,7 m


(60)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sistem1

Sistem sering didefenisikan dengan berbagai cara, tetapi salah satu defenisi yang paling banyak dikutip sebagai berikut, sistem ialah seperangkat elemen atau komponen yang saling atau berinteraksi satu dengan lain menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi di atas menjelaskan karakteristik sebuah sistem yaitu seperangkat

elemen yang membentuk satu kesatuan (unity), mempunyai hubungan fungsional

(functional relationship), dan kesatuan tujuan. Sekelompok benda yang terletak

secara acak dalam sebuah ruangan memenuhi persyaratan sebagai seperangkat elemen tetapi tidak dapat disebut sebagai sistem karena antar benda tersebut tidak terjadi interaksi atau tidak membentuk hubungan fungsional dan tidak memiliki kesatuan tujuan. Masing-masing komponen memiliki fungsi masing-masing, tetapi terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh sehingga dapat melakukan apa yang diinginkan tanpa terjadi kontraksi yang negatif antar komponen.

3.1.1. Karakteristik Sistem2

Di samping memiliki seperangkat elemen atau komponen, dan hubungan fungsional, sebuah sistem juga memiliki atribut. Komponen dari sebuah sistem

1


(61)

adalah elemen-elemen operasional dari sistem tersebut yang terdiri dari input,

proses, output seperti terlihat seperti Gambar 3.1.

Proses Transformasi

Input Output

Gambar 3.1. Input dan Output

Setiap komponen sistem memiliki nilai tertentu. Nilai komponen menjelaskan keadaan sistem sebagai seperangkat yang di samping memiliki kegiatan pengendalian juga ada satu atau lebih kendala. Atribut sistem adalah properti dari komponen sistem tersebut. Atribut sistem dicirikan oleh parameter-parameter sistem. Hubungan antar komponen menjelaskan keterkaitan antar komponen dan atribut sistem. Keterkaitan atau interaksi antar komponen sistem dengan atribut tertentu menentukan tujuan dari sistem tersebut.

3.1.2. Sitem Tertutup dan Sistem Terbuka3

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak berinteraksi secara signifikan dengan lingkungannya. Lingkungan hanya memberikan konteks pada sistem. Sistem tertutup memperlihatkan karakteristik keseimbangan yang terjadi karena kekakuan internal yang tetap memelihara sistem dalam keadaan semula kendati ada pengaruh dari lingkungan eksternal. Reaksi kimia yang dilakukan pada tangki tertutup akan terjadi sehingga mencapai titik keseimbangan. Bila keadaan seimbang telah dicapai, maka keadaan terus demikian. Sistem tertutup dapat


(62)

digambarkan sebagai seorang yang menutup diri terhadap pengaruh dari luar sehingga segala yang terjadi pada dirinya adalah murni bersumber dari dalam diri. Sistem seperti ini mudah diramalkan berdasarkan kondisi awal sistem tersebut.

Berbeda dengan sistem tertutup, sistem terbuka membiarkan infomasi, energi, material, dan lain-lain menembus batas-batas sistem dan berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa contoh dari sistem terbuka ialah makhluk hidup, sistem ekologi, sistem organisasi bisnis, sistem pendidikan lainnya. Sistem

terbuka memperlihatkan karakteristik steady state, di mana interakasi dinamis

dari elemen-elemen sistem melakukan penyesuaian dengan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan misalnya, kurikulum diubah/disesuaikan dengan perubahan keinginan pasar kerja. Jika suatu lembaga pendidikan melakukan kegiatan tanpa memperhatikan perkembangan/perubahan lingkungan eksternalnya maka lembaga pendidikan tersebut merupakan sistem tertutup, seperti telihat pada Gambar 3.2.


(63)

Proses Transformasi

Input (Lulusan)Output

Lembaga Pendidikan

Eksternal (a)

Proses Transformasi

Input (Lulusan)Output

Lembaga Pendidikan

Eksternal (b)

Umpan balik internal

Umpan balik eksternal

Gambar 3.2. Lembaga Pendidikan Sebagai (a) Sistem Tertutup (b) Sistem Tertutup

Manajemen lembaga pendidikan melakukan proses belajar-mengajar dan

bersifat terbuka terhadap lingkungan eksternalnya. Ouput (lulusan) dikontrol

secara internal dengan menggunakan acuan standar lulusan yang ditetapkan. Apabila mutu lulusan dinilai belum memuakan maka dilakukan perbaikan baik pada proses belajar mengajar dan/atau perbaikan pada proses rekrutmen mahasiswa.


(64)

3.2. Gudang4

Gudang adalah bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan barang. Penggudangan ialah kegiatan penyimpanan dalam gudang. Untuk tujuan defenisi dianggap terlalu sempit. Sebab, operasi yang dilakukan di dalam gudang itu juga dilakukan di bidang-bidang lain dari kegiatan bisnis. Perlu dibedakan ruangan menyimpan benda dengan ruangan untuk menyimpan barang dagangan

(komoditif), dan di sini bangunan untuk menyimpan benda disebut gudang.

3.2.1. Operasi Pergudangan5

Pengertian gudang harus dibedakan dengan pergudangan. Gudang atau

storage, merupakan tempat menyimpan barang baik bahan baku yang akan

dilakukan proses manufacturing, maupun barang jadi yang siap dipasarkan. Sedangkan pergudangan tidak hanya kegiatan penyimpanan barang saja, melainkan proses penanganan barang mulai dari penerimaan barang, pencatatan, penyimpanan, pemilihan, penyortiran, pelabelan, sampai dengan proses pengiriman barang.

3.2.2. Fungsi Gudang6

Fungsi gudang sebagai tempat penyimpanan dan fungsi dari pergudangan secara umum adalah memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada di

4

John Warman. 1995. Manajemen Pergudangan. Pustaka Sinar Harapan . Jakarta. Hal: 5-6 5


(65)

samping memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan dengan sumber yang terbatas. Sumber daya gudang dan penggudangan adalah ruangan, dan sebagainya.

3.2.3. Sistem Pergudangan7

Adapun sistem pergudangan menurut La Midjan dan Azhar adalah sebagai berikut :

Berdasarkan kondisi barang, yaitu nilai, bentuk barang dan efisiensi penyimpanan, akan menentukan sistem pergudangan berupa :

1. Sistem Gudang Terbuka

2. Sistem Gudang Tertutup.

Adapun penjelasan mengenai sistem pergudangan adalah sebagai berikut :

1. Sistem Guda ng Terbuka, Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :

a. Barang disimpan ditempat terbuka dan dapat dilewati umum.

b. Tidak adanya pengawasan secara langsung.

c. Terutama digunakan untuk barang-barang yang bernilai rendah dan secara

teknis tidak disimpan di ruangan tertutup karena fisiknya besar.

d. Barang-barang tersebut tidak menarik perhatian umum atau walaupun

menarik perhatian umum, tetapi secara fisik sulit untuk dicuri.

2. Sistem Gudang Tertutup, adapun cirri-cirinya sebagai berikut :

a. Barang-barang disimpan dalam gudang tertutup dan terkunci.


(66)

c. Terutama untuk barang-barang yang bernilai tinggi, mudah dibawa dan menarik perhatian umum.

3.3. Benih8

Benih dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan

penanaman. Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih

dalam keadaan perkembangan yang terkekang.

3.4. Kriteria Benih Bermutu9

Penggunaan benih bermutu dalam budi daya akan meningkatkan efektivitas dan efisiesi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat

diperkirakan sebelumnya, yaitu dari data (label) daya berkecambah dan nilai

kemurnianya. Dengan demikian, dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman.

Secara fisik benih bermutu menampakkan cirri-ciri berikut .

a) Benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai,

biji-bijian lain, debu, dan kerikil.

b) Benih murni, tidak tercampur dengan varietas lain.

c) Warna benih terang dan tidak kusam.

d) Benih mulus, tidak berbecak, kulit tidak terkelupas.

e) Sehat, bernas, tidak keriput, ukuranya normal dan seragam.

8

Lita Sutopo. 1985. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo. Jakarta. Hal. 9 9


(67)

Selain itu, benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya bekecambah) lebih dari 80% (tergantung jenis dan kelas benih) dan nilai kadar air dibawah 13% (tergantung jenis benihnya; benih kedelai mesti lebih rendah lagi).

3.5. Kualitas Benih Padi10

Jaminan kualitas benih padi bersertifikat, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 23/Permentan/SR.120/2/2007, adalah :

1. Temperatur simpan 25-30 0C

2. Daya tumbuh minimal 80%

3. Kadar air 10% - 13%

4. Kandungan kotoran maksimal 2%

5. Kemurnian varietas minimal 98%

3.6. Kalor Jenis Padi11

Menurut (Gaur & Reed, 1998) dari analisis ultimate dan analisis proximate

pada padi bahwa sebagian besar padi terdiri dari komponen yang mudah

menguap (volatille matter). Kadar karbon dan kadar oksigen dalam padi juga

hampir berimbang sekitar 35-38%. Nilai kalor dari padi adalah sekitar 0,01

KKal/Kg 0C .

10

Ibit. Hal: 4 11

Hasbullah., 2000. Teknologi Tepat Guna dan Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Sumatera


(68)

3.7. Penyimpanan Benih12

Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan. Yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang tercapai pada saat benih masak fisiologis atau berada pada stadium II dalam konsep Steinbaurer (1958). Kemasakan fisiologis diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum untuk panen dapat dimulai.

Maksud dari penyimpanan benih ialah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelesatarian benih dari sesuatu jenis tanaman. Untuk maksud ini diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari, semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk pelstarian jenis.

Disamping watak genetikanya sendiri yang menyebabkan perbedaan faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap daya simpan benih. Bila ditinjau dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik, sedang dan jelek. Agar benih memiliki daya simpan yang tinggi atau baik maka benih harus betitik tolak dari kekuatan tumbuh (Vigor) dan daya kecambah yang semaksimum mungkin. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, jadi jangan sampai simpanan enersi yang dimiliki benih menjadi bocor, dan benih sudah tidak mempunyai cukup enersi untuk tumbuh pada saat ditanam.


(69)

3.8. Perilaku Temperatur13 3.8.1. Temperatur Gradien14

Gradien temperatur adalah besaran fisik yang menggambarkan arah mana

dan berapa tingkat

tertentu. Gradien temperatur adalah besaran dimensi dinyatakan dalam derajat (pada skala temperatur tertentu) per satuan panjang dimana perubahan temperatur sebagai fungsi dari jarak (terutama ketinggian).

Adapun contoh untuk temperatur gradien adalah perubahan temperatur

dalam snowpack (Jumlah akumulasi salju). Gradien temperatur yang sangat

penting dalam snowpack karena ketika perubahan suhu lebih dari sekitar 1 derajat

Celcius per 10 sentimeter, salju bermetamorfosis menjadi lemah, manis, kristal segi, yang menyebabkan terjanidanya longsor. Gradien temperatur yang besar biasanya terjadi ketika dingin, cuaca cerah menyebabkan permukaan salju menjadi sangat dingin, atau jika salju sangat dangkal-atau keduanya. Untungnya, temperatur metamorfosis gradien adalah sepenuhnya reversibel, ketika Anda mengambil gradien temperatur, kristal mulai bermetamorfosis kembali ke bulat, biji-bijian baik berikat.

Gambar 3.3. Perubahan Temperatur dalam Snowpack Secara Temperatur Gradien

13


(70)

3.8.2. Asas Black15

Dan menurut Asas Black

3.9. Dormansi Benih

Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal atau dapat dikatakan Kalor yang dilepas = kalor yang diterima

16

Dormansi diartikan sebagai sesuatu fenomena fisiologis yang menunjukkan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada kondisi optimum (Copeland dan Mc Donald, 2001, ISTA. 2005). Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila benih dalam pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan, misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan dan atau bila dipijat terasa lembek. Berarti benih tersebut mati (Saenong dkk. 1989). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi benih adalah tidak sempurnanya embrio, dan adanya zat-zat penghambat perkecambahan (Schmidt, 2000, Copeland dan Mc. Donald 2001).

15

16


(71)

3.10. Pengaruh Lingkungan Penyimpanan Terhadap Masa Simpan Benih17 3.10.1.Suhu18

Suhu di atas titik beku, suhu penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih. Biasanya kadar air benih lebih besar pengaruhnya daripada suhu. Karena peliknya hubungan kedua faktor tersebut, maka sebenarnya tak satupun dari kedua faktor tersebut dapat dibahas secara terpisah. Tetapi, untuk membahas suhu dan kadar air secara terpisah, agar dapat menunjukkan berapa jauh pentingnya masing-masing faktor.

Pada kisaran suhu tertentu, umur penyimpanan benih sayuran, bunga-bungaan dan tanaman pangan menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Grove (1917) menerangkan hubungan antara suhu dengan masa hidup benih gandum dengan menggunakan sebuah rumus. Roberts (1972) menyajikan rumus-rumus yang menerangkan hubungan antara suhu dan kadar air terhadap masa hidup benih spesies tanaman tertentu.

3.11. Tingkat Kadar Air Benih19

Kadar air benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu benih. Kadar air benih sangat berkait erat dengan mutu fisik, fisiologis dan patologis.

17

Ibit. Hal: 45,60-61 18

Ibit. Hal: 45 19


(72)

Proses panen dan perontokan yang dilakukan pada benih berkadar air tinggi akan mengakibatkan benih memar. Sebaliknya, jika terlalu kering, proses perontokan dapat mengakibatkan benih retak. Demikian pula dalam proses pengeringan, benih berkadar air tinggi dikereingkan dengan suhu tinggi (kecepatan pengeringan tinggi) dapat terjadi pengerasan pada kulit benih. Dalam kondisi ini, benih belum kering, tetapi tampak seolah kering karena air di dalam benih tidak dapat diuapkan akibat kulit yang keras. Demikian juga, dengan pemberian bahan kimia pada beberapa jenis benih (seperti pemberian ridomil pada benih jagung). Jika masih berkadar air tinggi, bahan kimia yang akan terabsorbsi benih melebihi batas aman sehingga dapat meracuni benih.

Kadar air benih sangat berpengaruh pada penyimpanan. Pengaruh tersebut biasa bersifat langsung, yaitu berlangsungnya metabolisme benih, maupun tidak langsung, yakni memberikan kondisi yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit. Kadar air yang tinggi menyebabkan laju respirasi benih menjadi tinggi sehingga jumlah energi di dalam benih hilang. Respirasi tersebut juga menghasilkan produk yang tidak diperlukan, seperti gas karbondioksida, air dan panas. Dalam keadaan seperti ini benih mengalami kemunduran. Produk respirasi tersebut selanjutnya merupakan stimulan untuk peningkatan laju respirasi berikutnya. Dengan demikian, laju respirasi semakin meningkat dan akibatnya laju kemunduran benih semakin meningkat pula. Selain stimulan terhadap laju kemunduran benih, produk respirasi tersebut juga merupakan kondisi optimum untuk perkembangbiakan cendawan. Cendawan akan aktif dan berkembang biak


(73)

secara cepat pada tingkat air benih 13-18%. Adapun hubungan kadar air dengan kondisi fisik dan fisiologis pada table 3.1.

Tabel 3.1. Hubungan Tingkat Kadar Air Benih Dengan Kondisi Fisik dan Fisiologis Benih

Kadar Air (%) Kondisi Fisik dan Fisiologis Benih

35-80 Kadar air dari benih yang berada pada fase perkembangan (seed

development), benih tidak cukup masak untuk dipanen

18-40

Kadar air dari benih yang masak fisiologis kecepatan respirasi benih tinggi,

benih cukup peka terhadap kemunduran di lapang, pemanasan (heating)

dapat terjadi jika benih ditumpuk tanpa ventilasi yang memadai, cendawan dan serangga hama sangat aktif, benih sangat peka terhadap kerusakan mekanik pada pemanenan dan penanganan pascapanen.

13-18

Laju respirasi masih cukup tinggi, dapat menimbulkan pemanasan jika laju respirasi terus meningkat, cendawan dan serangga hama dapat merusak, benih cukup tahan terhadap pengaruh kerusakan mekanik.

10-13

Behih cukup aman disimpan selama 6-18 bulan pada ruang terbuka, serangga masih bisa menyerang pada beberapa jenis benih yang rentan, benih cukup peka terhadap pengaruh keusakan mekanik.

8-10

Benih cukup kering untuk disimpan selama 1-3 tahun dengan sistem penyimpanan terbuka, aktivitas cendawan sangat kecil, benih sangat peka terhadap pengaruh kerusakan mekanik.

4-8

Kadar air benih yang aman untuk sistem penyimpanan tertutup (sealed

storage) = kelembaban dan temperature rendah, benih dikemas dalam

kemasan kedap udara)

0-4 Pengeringan yang ekstrim dapat merusak benih, pengerasan (harseeddness)

dapat terjadi pada beberapa jenis benih.

33-66 Benih mampu berkecambah jika mengimbasi air sampai pada tingkat kadar


(74)

3.12. Kalor Spesifik Pada Volume Konstan20

Adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu satuan massa gas sebesar 10 C, jika dipanaskan pada volume konstan. Umumnya

dilambangkan dengan Cv atau Kv.

Gambar 3.4. Kalor Diberikan Pada Volume Konstan

Misalkan sebuah gas diisikan pada sebuah kotak dengan tutup yang tetap seperti ditunjukkan gambar. Jika sekarang kotak dipanaskan, maka temperatur dan tekanan dalam kotak akan naik. Karena tutup kotak tetap, maka volume gas tidak berubah. Kalor total yang diberikan ke gas pada volume tetap adalah:

)

(T2 T1

x C x M

Q= v

Q : Kalor total (Kkal)

M : Massa (Kg)

CV : Kalor Jenis (KKal/Kg 0C)

T1 : Temperatur Awal (0C)

T2 : Temperatur Akhir (0C)

20


(1)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan penulis sesuai dengan hasil pengolahan data dan analisis adalah sebagai berikut :

1. Formulasi masalah harus dilakukan secara tajam dan tepat agar diperoleh masalah utama yang dialami oleh perusahaan. Adapun yang menjadi masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah temperatur gudang simpan kemas over standard sehingga mengakibatkan kualitas benih menjadi rusak. 2. Pembuatan causal loop harus dilakukan secara logis dan tepat sebab causal

loop ini akan menjadi dasar dalam pembuatan main model simulasi dinamis. Hubungan antar komponen harus ditentukan secara tepat dan tidak boleh terbalik karena sangat menentukan hasil simulasi main model nantinya terutama untuk komponen yang menjadi rate pada main model.

3. Model simulasi dinamis yang dibuat secara kompleks harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap masalah yang telah diidentifikasi agar dapat merepresentasikan sistem nyata dengan tepat.

4. Data temperatur gudang simpan kemas aktual berdistribusi normal dengan nilai rata-rata (μ) sebesar 30,24 0C dan nilai standar deviasi (α) sebesar 2,37 0C.


(2)

6. Hasil simulasi dinamis untuk temperatur gudang simpan kemas adalah fluktuatif dimana perilaku temperatur dipengaruhi oleh volume sehingga mengakibatkan temperatur menjadi over standard yang mengakibatkan benih menjadi rusak. Namun over standard temperatur tersebut dapat dikendalikan dengan penambahan turbin ventilator.

7. Dari hasil uji statistik terhadap data temperatur gudang simpan kemas diperoleh nilai AVE sebesar -0,062 (-6,2 %), nilai AME sebesar -0,119 (-11,9 %), nilai Kalman Filter (KF) sebesar 0,468 (46,8 %).

8. Dari hasil penelitian untuk mengendalikan perilaku temperatur agar over

standard temperatur dibutuhkan penambahan turbin ventilator sebanyak 3 unit sehingga turbin ventilator yang dibutuhkan menjadi 17 unit.

9. Dengan 17 unit turbin ventilator dengan kemampuan daya hisap 420 M3/Jam maka temperatur gudang simpan kemas akan sesuai dengan standard simpan sehingga kualitas benih dapat dipertahankan/dijaga.

7.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis sesuai dengan kesimpulan dan analisis sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya peneliti berikutnya meneliti lebih lanjut dengan memperhitungkan komponen humidity, dan atmosphreric pressure.

2. Sebaiknya peneliti berikutnya mampu merancang gudang simpan kemas yang flexible.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abbey, David. E. 1972. Some Estimators of Sub Universe Means for Use with Lattice Sampling. University of California. Los Angels.

Avianto, Teten W. 2006. Tutorial Powersim. Lablink.

Bakar Tawali, Abu dkk. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Buah-Buahan Impor Yang Dipasarkan di Sulawesi Selatan. UNHAS. Makassar

Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Satistik Jilid 1. PT. Inter Cipta Prajasa. Jakarta.

Dradio. 2007. Tinjauan Pustaka Validasi Model. Jakarta

Hasbullah. 2000. Teknologi Tepat Guna dan Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Sumatera Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri.

4 juni 2012, jam 08.00 WIB

Kulshrestha, S. K. 1989. Termodinamika Terpakai Teknik Uap dan Gas. UI Press .Jakarta.

Michael J. Moran, John Wiiley and Son. 1993.Fundamentals Of Engineering Thermodynamics., 2th edition. HN. Shapiro.

Napitupulu, Humala L. 2009. Simulasi Sistem Pemodelan dan Analisis. USU Press. Medan.


(4)

Pritsker, A. Alan B. 1986. Introduction to Simulation and Slam II. West Lafayette .Indiana

Sinulingga, Sukaria. 2008. Pengantar Teknik Industri. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sutopo, Lita. 1985. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Warman, John. 1995. Manajemen Pergudangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Wirawan, Baran dan Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Sawadaya. Bandung


(5)

(6)

Tabel. Time Table Hasil Simulasi Hubungan Volume Benih dan Temperatur Gudang Simpan Kemas

Time Volume Benih ( m3) Temperat ur Gudang Simpan Kemas ( Celcius) Feb 06 12: 00 PM

Feb 06 8: 00 PM Feb 07 4: 00 AM Feb 07 12: 00 PM Feb 07 8: 00 PM Feb 08 4: 00 AM Feb 08 12: 00 PM Feb 08 8: 00 PM Feb 09 4: 00 AM Feb 09 12: 00 PM Feb 09 8: 00 PM Feb 10 4: 00 AM Feb 10 12: 00 PM Feb 10 8: 00 PM Feb 11 4: 00 AM Feb 11 12: 00 PM Feb 11 8: 00 PM Feb 12 4: 00 AM Feb 12 12: 00 PM Feb 12 8: 00 PM Feb 13 4: 00 AM Feb 13 12: 00 PM Feb 13 8: 00 PM Feb 14 4: 00 AM Feb 14 12: 00 PM Feb 14 8: 00 PM Feb 15 4: 00 AM Feb 15 12: 00 PM Feb 15 8: 00 PM Feb 16 4: 00 AM Feb 16 12: 00 PM Feb 16 8: 00 PM Feb 17 4: 00 AM Feb 17 12: 00 PM Feb 17 8: 00 PM Feb 18 4: 00 AM

48.00 505.14 994.29 1,515.43 2,100.57 2,717.71 3,366.86 4,080.00 4,825.14 5,602.29 6,443.43 7,316.57 8,221.71 9,190.86 10,192.00 11,225.14 12,322.29 13,451.43 14,612.57 15,837.71 17,094.86 18,384.00 19,737.14 21,122.29 22,539.43 24,020.57 25,533.71 27,078.86 28,688.00 30,329.14 32,002.29 33,739.43 35,508.57 37,309.71 39,174.86 41,072.00 25.00 25.09 25.18 25.29 25.40 25.52 25.65 25.78 25.93 26.08 26.24 26.41 26.59 26.78 26.97 27.17 27.39 27.61 27.83 28.07 28.31 28.57 28.83 29.10 29.37 29.66 29.96 30.26 30.57 30.89 31.21 31.55 31.90 32.25 32.61 32.98