Struktur komunitas parasitoid hymenoptera di perkebunan kelapa sawit, desa pandu senjaya, kecamatan Pangkalan Lada, Kalimantan Tengah

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID HYMENOPTERA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, DESA PANDU
SENJAYA, KECAMATAN PANGKALAN LADA
KALIMANTAN TENGAH

BANDUNG SAHARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Struktur Komunitas Parasitoid
Hymenoptera di Perkebunan Kelapa Sawit, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan
Pangkalan Lada, Kalimantan Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Juli 2012
Bandung Sahari
NRP A 361070031

ABSTRACT
BANDUNG SAHARI. Community Structure of Hymenopteran Parasitoid in Oil
Palm Plantations, Pandu Senjaya Village, Pangkalan Lada District, Central
Kalimantan. Under supervision of DAMAYANTI BUCHORI, SJAFRIDA
MANUWOTO, and ALI NURMANSYAH.
The focus of this research was to understanding the community pattern of
lepidopteran pests in oil palm plantation, based on effects of oil palm age gradient
and the present of the flowering plant Turnera subulata J.E.Smith (Parietales:
Turneraceae) on hymenopteran parasitoid community. This research was conducted
in Central Kalimantan between September 2011 and June 2012. In total, as much as
17 species of lepidopteran pests were identified to infest oil palm by surveying 976
trees from three different ages of oil palm plantations. Limacodidae was found to be
the most specious and abundant family inhabiting oil palm plantations in the study
area. Setora nitens Walker (Lepidoptera: Limacodidae) was recorded to be the most
abundant species. Abundance structure of lepidopteran pests seems to be different for

different ages of oil palm. S. nitens was found to be dominant in less than three years
old oil palms and bagworm was dominant in six years old oil palms. Only five pests
species were parasitized by parasitoids including Birthamula chara Swinhoe
(Lepidoptera: Limacodidae), Darna diducta Snellen (Lepidoptera: Limacodidae),
Darna trima Moore (Lepidoptera: Limacodidae), Darna bradleyi Holloway
(Lepidoptera: Limacodidae) and ulat bulu-3 (Lepidoptera: Limantriidae). Parasitizing
parasitoids were Braconidae-y (Hymenoptera: Braconidae), Euplectrus sp
(Hymenoptera: Eulophidae) and Tachinidae-1 (Diptera:Tachinidae). For
hymenopteran parasitoid community, in total, there were 7,675 specimens belonging
to 204 morphospecies. Brachymeria lasus Walker (Hymenoptera: Chalcididae) and
Brachymeria sp (Hymenoptera: Chalcididae) were recorded to be the most dominant
species inhabiting oil palm plantations. Flowers of T. subulata only support a certain
number of species of hymenopteran parasitoid. Species richness was not different
between hymenopteran parasitoids visiting flowers of T. subulata and inhabiting
inside oil palm plantations, however species composition show different pattern. Oil
palm age has an effect on species richness, abundance, and species composition of
hymenopteran parasitoid in an oil palm plantation. In general, younger oil palm
plantations seem to support higher number of species and individual of hymenopteran
parasitoids than older oil palm plantations.
Keywords: oil palm, lepidopteran pests, hymenopteran parasitoids, species richness.


RINGKASAN
BANDUNG SAHARI. Struktur Komunitas Parasitoid Hymenoptera di Perkebunan
Kelapa Sawit, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada, Kalimantan Tengah.
Dibimbing oleh DAMAYANTI BUCHORI, SJAFRIDA MANUWOTO, dan ALI
NURMANSYAH.
Tujuan utama penelitian ini adalah (1) mempelajari pola komunitas hama
Lepidoptera yang menyerang tanaman kelapa sawit dan parasitoid yang berasosiasi,
(2) memahami pengaruh umur tanaman kelapa sawit terhadap komunitas parasitoid
Hymenoptera di lapangan, (3) mempelajari respon komunitas parasitoid Hymenoptera
terhadap penanaman tanaman berbunga Turnera subulata J.E.Smith (Parietales:
Turneraceae) sebagai sumber pakan bagi parasitoid, dan (4) memahami faktor-faktor
kunci yang mempengaruhi komunitas parasitoid Hymenoptera di perkebunan kelapa
sawit. Untuk mempelajari struktur komunitas serangga hama Lepidoptera yang
menyerang tanaman kelapa sawit, tingkat parasitisisasi dan keanekaragaman musuh
alaminya, larva Lepidoptera dikoleksi dari setiap tanaman kelapa sawit mengikuti
jalur transek diagonal pada lima blok (dua blok adalah tanaman berumur kurang dari
tiga tahun dan tiga blok adalah tanaman berumur enam tahun) pertanaman kelapa
sawit. Secara keseluruhan, terdapat 17 spesies hama yang ditemukan menyerang
tanaman kelapa sawit. Perbedaan umur tanaman kelapa sawit mempengaruhi struktur

komunitas hama Lepidoptera yang berasosiasi. Ulat api (Limacodidae), terutama
Setora nitens Walker (Lepidoptera: Limacodidae) merupakan hama yang perlu
diwaspadai untuk tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun, sedangkan ulat kantung
(Lepidoptera: Psychidae) dan ulat bulu (Lepidoptera: Limantriidae) untuk tanaman
kelapa sawit yang berumur enam tahun. Hanya lima spesies hama yang ditemukan
terparasit, yaitu Birthamula chara Swinhoe (Lepidoptera: Limacodidae), Darna
diducta Snellen (Lepidoptera: Limacodidae), Darna trima Moore (Lepidoptera:
Limacodidae), Darna bradleyi Holloway (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat bulu3 (Lepidoptera: Limantriidae). Parasitoid yang ditemukan menyerang kelima spesies
tersebut adalah Braconidae-y (Hymenoptera: Braconidae), Euplectrus sp
(Hymenoptera: Eulophidae) dan Tachinidae-1 (Diptera: Tachinidae). Kombinasi jenis
parasitoid meningkatkan parasitisasi secara keseluruhan. Braconidae-y dan
Euplectrus sp. secara bersama memberikan tingkat parasitisasi yang cukup baik pada
D. trima.
Untuk mempelajari pengaruh umur dan bunga T. subulata, serangga parasitoid
dikoleksi dari enam blok (ukuran setiap blok 25-30 hektar) kebun sawit dengan
masing-masing dua blok mewakili kelompok umur yang berbeda, yaitu umur kurang
dari tiga tahun, enam tahun, dan 18 tahun. Secara keseluruhan dikoleksi sebanyak
7.675 individu yang termasuk ke dalam 204 morphospecies. Brachymeria lasus
Walker (Hymenoptera: Chalcididae) dan Brachymeria sp (Hymenoptera:
Chalcididae) merupakan spesies paling dominan di kebun kelapa sawit dengan

proporsi masing-masing 30,47% dan 11,92% dari total spesimen. Umur tanaman
kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap kekayaan, kelimpahan, dan komposisi

spesies penyusun komunitas parasitoid Hymenoptera baik pada habitat di dalam
kebun tanaman kelapa sawit maupun yang mengunjungi bunga T. subulata. Jumlah
individu parasitoid pada habitat tanaman berbunga T. subulata lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah individu pada habitat kebun kelapa sawit. Hal ini tidak
terlepas dari kontribusi B. lasus yang jumlahnya sangat melimpah pada bunga T.
subulata. Secara umum, penanaman T. subulata tidak menyokong seluruh spesies
parasitoid Hymenoptera yang berkunjung, hanya sebagian kecil spesies saja.
Komposisi spesies penyusun komunitas parasitoid terlihat lebih mirip baik menurut
umur tanaman kelapa sawit maupun tipe habitat. Perbedaan komposisi spesies akan
mempengaruhi fungsi-fungsi ekologi dari setiap spesies penyusun komunitas.
Komposisi parasitoid dapat digunakan sebagai indikator yang penting untuk melihat
status fungsi keanekaragaman hayati parasitoid secara keseluruhan. Untuk
meningkatkan keefektifan pengendalian hayati dengan parasitoid, disarankan untuk
menanam lebih dari satu spesies tanaman berbunga untuk menjaga keanekaragaman
parasitoid.

Kata kunci: kelapa sawit, hama Lepidoptera, parasitoid Hymenoptera, spesies.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
enyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID HYMENOPTERA
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, DESA PANDU
SENJAYA, KECAMATAN PANGKALAN LADA
KALIMANTAN TENGAH

BANDUNG SAHARI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. (Riset).Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phil.
Dr. Ir. Pudjianto, M.Si.
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc.
Dr. Ir. Hariyadi, M.S

Judul Disertasi

Nama
NRP

: Struktur Komunitas Parasitoid Hymenoptera di Perkebunan
Kelapa Sawit, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan

Lada, Kalimantan Tengah
: Bandung Sahari
: A 361070031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Damayanti Buchori, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, M.Sc.
Anggota

Dr.Ir. Ali Nurmansyah, M.Si.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Entomologi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Pudjianto, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 31 Juli 2012

Tanggal Lulus : ..............................

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya
ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan September 2011 hingga Juni 2012 ini adalah pengendalian hayati di
perkebunan kelapa sawit, dengan judul Struktur Komunitas Parasitoid Hymenoptera
di Perkebunan Kelapa Sawit, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada,
Kalimantan Tengah. Terimakasih Penulis ucapkan kepada Dr. Damayanti Buchori,
sebagai ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Sjafrida Manuwoto dan Dr. Ali
Nurmansyah, sebagai anggota Komisi Pembimbing.

Terimakasih juga disampaikan kepada Ketua Departemen Proteksi Tanaman,
Dr. A. Asih Nawangsih, dan Ketua Program Studi Program Studi Entomologi,
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dr. Pudjianto yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan studi di IPB. Saya juga berterimakasih
kepada seluruh pengajar IPB yang telah membantu dan memberikan masukan yang
bernilai. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Bapak
Widya Wiryawan, Bapak Bambang Palgoenadi, Bapak Joko Supriyono, selaku
President Direktur dan Direksi, Bapak Satyoso Harjotedjo, Administratur PT Agro
Menara Rahmat dan seluruh jajaran staf untuk semua dukungan dan fasilitas yang
diberikan selama saya menjalankan penelitian dan menulis disertasi. Ucapan
terimakasih secara khusus disampaikan kepada Prof (Riset) Dr. Rosichon Ubaidillah
untuk dukungan dan masukan yang berarti serta kepada tim R&D PT Astra Agro
Lestari yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Secara khusus saya
berterimakasih kepada istri tercinta Lu’lu’ Agustina, anak-anakku tercinta Ghifa and
Hanif, Ibu dan seluruh keluarga atas dukungan yang tidak terhingga. Saya berharap
bahwa hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat diaplikasikan di lapangan.
Bogor, Juli 2012
Bandung Sahari


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 25 Maret 1974,
sebagai anak ke tujuh dari delapan bersaudara, putra dari Bapak Slamet Sutarso
(Alm) dan Ibu Sri Sumijarti. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Hama
dan Penyakit Tumbuhan, lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2001, melanjutkan
pendidikan Magister Sains, pada program studi Entomologi. Pada tahun 2004, gelar
Magister Sains diperolehnya untuk kemudian tercatat kembali menjadi Mahasiswa
program Doktor mulai tahun 2007.
Penulis pernah bekerja sebagai staf teknis Pusat Kajian Pengendalian Hama
Terpadu pada tahun 2000-2001. Sejak tahun 1999 bergabung dengan Yayasan Peduli
Konservasi Alam Indonesia (Wildlife Trust Aliance) hingga sekarang, dan pernah
tercatat sebagai Direktur Eksekutif dari tahun 2007-2010. Sejak tahun 2009 hingga
sekarang, Bandung Sahari tercatat menjadi staf PT Astra Agro Lestari sebagai
Environment & Quality Specialist dan Crop Protection Research Coordinator. Dalam
kehidupannya, Bandung Sahari menikah dengan Lu’lu’ Agustina pada tahun 2001,
hingga saat ini telah dikaruniai dua orang putra Muhammad Islam Al-Ghifari (10
tahun) dan Muhammad Hanif Dhiya’ulhaq (6 tahun).

 




 AB



 ABA



 AA
 


 B

!

"

#$#

 


%


&

 
 


)

'
( 
 


)

#
! 
! #* 
 


+

,A -.
'/# ( 
0
-
1 #

/

/'
(


"2








.
*
-
1

"3



('/ 0 
'*
(4
!
 A!
( 
!
/



0
 /  4#

.
*
-
1

"%


! '

 4#

.
*
-
1 

"+



( !

!
 '& 5678-trophic Interaction9:
.' *  (
( 
(
*: /

!
/


0
 

2;


! '


4
 #
#  *
<

.' #

(


('/ /  4#

.
*
-
1= B
!







>4#
!
?....................... .......................

22

KOMUNITAS HAMA LEPIDOPTERA DAN
PARASITOIDNYA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT



Abstrak..............................................................................

27

Abstract.............................................................................

27

Pendahuluan......................................................................

27

Metode Penelitian..............................................................

30

Hasil Penelitian..................................................................

32

Pembahasan.......................................................................

39

Simpulan............................................................................

41

Daftar Pustaka...................................................................

42

PENGARUH UMUR TANAMAN KELAPA SAWIT
TERHADAP KOMUNITAS PARASITOID
HYMENOPTERA
Abstrak..........................................................................

44

Abstract.........................................................................

44

Pendahuluan.................................................................

45

Metode Penelitian.........................................................

47

Hasil Penelitian.............................................................

49

Pembahasan................................................................

57

Simpulan.....................................................................

61

Daftar Pustaka.............................................................

61

KOMUNITAS PARASITOID HYMENOPTERA
PENGUNJUNG BUNGA Turnera subulata PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KALIMANTAN
TENGAH
Abstrak..........................................................................

64

Abstract.........................................................................

64

Pendahuluan.................................................................

65

Metode Penelitian.........................................................

67

Hasil Penelitian.............................................................

69

Pembahasan..................................................................

80

Simpulan.......................................................................

83

Daftar Pustaka...............................................................

83

KOMUNITAS PARASITOID HYMENOPTERA DI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: GRADIEN UMUR,
TANAMAN BERBUNGA T. subulata, METODE
KOLEKSI SERANGGA

xiii

Abstrak..........................................................................

87

Abstract.........................................................................

87

Pendahuluan.................................................................

88

Metode Penelitian.........................................................

91

Hasil Penelitian.............................................................

92

Pembahasan..................................................................

99

Simpulan.......................................................................

100

Daftar Pustaka...............................................................

101

PEMBAHASAN UMUM...................................................

104

SIMPULAN DAN SARAN................................................

110

DAFTAR PUSTAKA.........................................................

112

xiv

?@AB@C B@DEF

Halaman
Tabel 2.1 Distribusi luas kebun sawit menurut pemiliknya
di Indonesia 2004 – 2010....................................

15

Tabel 2.2 Spesies tumbuhan yang memiliki potensi untuk
menarik parasitoid................................................

25

Tabel 3.1 Daftar spesies Lepidoptera yang menyerang
tanaman kelapa sawit dan jumlah pokok yang
terserang dari total 976 contoh tanaman kelapa
sawit......................................................................

33

Tabel 3.2 Parasitoid yang ditemukan menyerang larva
hama ulat api.........................................................

xv

37

Tabel 3.3 Larva Lepidoptera yang dikoleksi, mortalitas,
dan larva terparasit...............................................

38

Tabel 3.4 Waktu pengamatan dan curah hujan....................

39

Tabel 4.1 Rata-rata nilai suhu, kelembahan, dan cahaya di
lokasi penelitian....................................................

59

Tabel 5.1 Daftar spesies yang diwakili oleh lebih dari 30
individu.................................................................

75

GHIJHK LHMNHK

Halaman
Gambar 1.1

Posisi lokasi kebun penelitian ........................ ..............

9

Gambar 1.2

Peta jalan penelitian........................ ........................ .....

11

Gambar 2.1

Proporsi impor 17 minyak nabati dunia pada tahun
2010................................................................................

Gambar 2.2

Produksi dan impor 17 minyak dan lemak nabati dunia
pada tahun 2010. ........................ ........................ .........

12

13

Gambar 2.3

Negara pengimpor minyak sawit pada tahun 2010........

13

Gambar 2.4

Kontribusi negara produsen dalam minyak sawit
pasokan dunia 2010........................ ........................ ......

14

Produksi minyak sawit Indonesia dari tahun 2004
hingga 2010....................................................................

14

Luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa
sawit dari tahun 2004 hingga 2010.................................

15

Pola pengambilan contoh serangga hama pada kelapa
sawit..............................................................................

31

Proporsi kelimpahan famili hama Lepidoptera yang
menyerang tanaman kelapa sawit........................ ........

34

Distribusi 17 jenis larva Lepidoptera yang menyerang
tanaman kelapa sawit contoh........................ .................

34

Kelimpahan individu dari 17 spesies Lepidoptera yang
menyerang tanaman kelapa sawit ..................................

35

Struktur kelimpahan Lepidoptera yang menyerang
kelapa sawit pada umur kurang dari tiga tahun dan
enam tahun.....................................................................

35

Gambar 3.6

Jumlah larva yang dikoleksi dan larva terparasitid........

37

Gambar 4.1

Kurva akumulasi spesies untuk komunitas parasitoid
yang dikoleksi dari seluruh blok contoh kebun
sawit.............................................................................

49

Jumlah total individu dan spesies untuk setiap famili
yang dikoleksi dalam penelitian ini. ........................ ....

50

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 3.3

Gambar 3.4

Gambar 3.5

Gambar 4.2

xvi

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Gambar 5.3

Gambar 5.4

Gambar 5.5

xvii

Peringkat kelimpahan 19 morfospesies dari
Hymenoptera parasitoid yang diwakili oleh lebih dari
30 individu. ...................................................................

51

Rata-rata jumlah spesies parasitoid Hymenoptera yang
dikoleksi dari kelompok umur tanaman kelapa sawit
yang berbeda .................................................................

52

Rata-rata jumlah individu spesies parasitoid
Hymenoptera yang dikoleksi dari kelompok umur
tanaman kelapa sawit yang berbeda ..............................

52

Plot skala dua dimensi berdasarkan nilai indeks
Sørensen untuk mengukur kemiripan komposisi
spesies antar plot pengamatan.......................................

53

Fluktuasi
kelimpahan
morfospesies
parasitoid
Hymenoptera yang dikoleksi dari kebun sawit berumur
kurang dari tiga tahun menggunakan nampan kuning
dan jaring serangga. ......................................................

55

Fluktuasi kelimpahan morfospesies Hymenoptera
parasitoid yang dikoleksi dari kebun sawit berumur
kurang dari enam tahun menggunakan nampan kuning
dan jaring serangga. ......................................................

56

Plot skala dua dimensi berdasarkan nilai indeks
Sørensen untuk mengukur kemiripan komposisi
spesies antar plot pengamatan........................................

57

Kurva akumulasi spesies untuk komunitas parasitoid
pengunjung bunga T. subulata......................................

70

Proporsi kekayaan spesies dari famili Hymenoptera
yang mengunjungi bunga T. subulata di perkebunan
sawit........................ .............................................

70

Proporsi kelimpahan inividu parasitoid Hymenoptera
dari berbagai famili yang mengunjungi bunga T.
subulata di perkebunan kelapa sawit...........................

71

Peringkat kelimpahan individu dari 16 spesies
parasitoid Hymenoptera yang mengunjungi bunga T.
subulata........................ .................................................

71

Rata-rata jumlah spesies parasitoid Hymenoptera yang
dikoleksi dari tiga kelompok umur kelapa sawit
dengan masing-masing dua blok contoh........................

73

Rata-rata jumlah individu parasitoid Hymenoptera
yang dikoleksi dari tiga kelompok umur kelapa sawit
dengan masing-masing dua blok contoh........................

73

Plot skala dua dimensi berbasis pada nilai indeks
Sørensen untuk melihat kemiripan komposisi spesies
diantara plot-plot pengamatan pada tiga kelompok
umur tanaman yang berbeda..........................................

74

Frekuensi kunjungan parasitoid Hymenoptera pada
bunga T. subulata dari kebun kelapa sawit berumur
kurang dari tiga tahun. ..................... ...........................

76

Frekuensi kunjungan parasitoid Hymenoptera pada
bunga T. subulata dari kebun kelapa sawit berumur
enam tahun. ........................ .......................................

77

Gambar 5.10 Frekuensi kunjungan parasitoid Hymenoptera pada
bunga T. subulata dari kebun kelapa sawit berumur 18
tahun. ............................................................................

78

Gambar 5.11 Rata-rata jumlah spesies yang dikoleksi dengan
metode nampan kuning dan koleksi langsung dengan
jaring serangga..............................................................

79

Gambar 5.12 Rata-rata jumlah individu yang dikoleksi dengan
metode nampan kuning dan koleksi langsung dengan
jaring serangga...............................................................

79

Gambar 5.13 Plot skala dua dimensi proyeksi dari perhitungan
indeks Sørensen untuk kesamaan komposisi spesies
Hymenoptera parasitoid yang tertangkap dengan
nampan kuning........................ .....................................

80

Gambar 5.6

Gambar 5.7

Gambar 5.8

Gambar 5.9

Gambar 6.1

Kurva akumulasi komunitas parasitoid Hymenoptera
di kebun sawit........................ .......................................
92

Gambar 6.2

Gambar 6.3

Gambar 6.4

xviii

Peringkat kelimpahan relatif dari 37 spesies parasitoid
Hymenoptera di kebun kelapa sawit. ........................ ...

93

Kelimpahan relatif parasitoid Hymenoptera yang
dikoleksi dari dalam kebun (atas) dan dari vegetasi T.
subulata (bawah) .........................................................

94

Rata-rata jumlah individu parasitoid Hymenoptera
yang dikoleksi dari dalam kebun sawit dan dari T.

Gambar 6.5

Gambar 6.6

Gambar 6.7

xix

subulata.........................................................................

96

Rata-rata jumlah spesies dan jumlah individu
kelimpahan parasitoid Hymenoptera dari kelompok
umur tanaman yang berbeda.......................................

97

Plot skala dua dimensi berbasis indeks Sørensen untuk
mengukur kemiripan komposisi spesies antar plot-plot
pengamatan dari kelompok umur yang berbeda.............

98

Plot skala dua dimensi berbasis pada indeks Sørensen
untuk mengukur kemiripan komposisi spesies antar
plot-plot pengamatan........................ ........................ ....

98

OPQRPS TPUVWSPX

Halaman
Lampiran 1

Pangsa pasar pestisida di Indonesia................................

119

Lampiran 2

Gambar beberapa jenis ulat api yang dikoleksi dari
lokasi penelitian........................ ........................ ............

120

Gambar beberapa jenis ulat api terparasit dan
parasitoidnya...................................................................

121

Daftar morfospesies/spesies parasitoid Hymenoptera di
kebun sawit. ........................ ........................ ................

122

Hasil analisis ragam jumlah spesies dan jumlah
individu parasitoid yang dikoleksi dari dalam kebun
tanaman kelapa sawit dengan umur yang berbeda.........

127

Hasil analisis ragam jumlah spesies dan jumlah
individu parasitoid Hymenoptera yang dikoleksi
dengan nampan kuning dan jaring serangga untuk
habitat di dalam blok......................................................

128

Hasil analisis ragam data log jumlah spesies dan log
jumlah individu parasitoid Hymenoptera yang
mengunjungi bunga T. subulata pada umur tanaman
kelapa sawit yang berbeda..............................................

129

Hasil analisis ragam data log jumlah spesies dan log
jumlah individu parasitoid Hymenoptera yang
mengunjungi bunga T. subulata yang dikoleksi dengan
nampan kuning dan jaring serangga...............................

130

Hasil analisis ragam data log jumlah spesies dan log
jumlah individu parasitoid Hymenoptera yang
dikoleksi dari dua tipe habitat yang berbeda..................

131

Hasil analisis ragam data log jumlah spesies dan log
jumlah individu parasitoid Hymenoptera yang
dikoleksi baik dari dalam kebun dan yang
mengunjungi bunga T. subulata pada umur tanaman
kelapa sawit yang berbeda.............................................

132

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

xx

YZ[\]^_`_][

abcbd eelakang

Minyak sawit merupakan minyak nabati yang sangat penting di dunia,
terutama jika dilihat dari permintaan pasar terhadap minyak sawit yang jauh lebih
tinggi dibanding minyak nabati lain. Indonesia merupakan produsen utama
dengan memasok sekitar 47% kebutuhan minyak sawit dunia. Pada tahun 2010,
produksi minyak sawit Indonesia mencapai 21,9 juta ton yang dihasilkan dari 8,1
juta hektar luas kebun sawit yang meliputi perkebunan pemerintah, sektor swasta,
dan masyarakat (KMSI 2010). Minyak sawit merupakan produk pertanian terbesar
ke dua di Indonesia, dan sektor pertanian berkontribusi 14,4% dalam produk
domestik bruto (World Growth 2011). Dengan kondisi ini, ekspor minyak sawit
diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan
perekonomian nasional, sehingga kesejahteraan masyarakat baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung dengan produksi minyak sawit akan meningkat.
Tanaman kelapa sawit, fgaeih gijklekhih Jacq. (Arecales: Arecaceae), yang
berasal dari Afrika Barat telah banyak dibudidayakan di berbagai negara tropis di
Asia dan Amerika Selatan (Latiff 2000). Indonesia merupakan lokasi yang sangat
cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Namun demikian di saat
yang sama, Indonesia juga menjadi surga bagi serangga-serangga herbivora,
termasuk yang menjadi hama kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit telah masuk
Asia sejak 100 tahun lalu, dan beberapa spesies herbivora lokal yang berasosiasi
dengan tumbuhan golongan palem telah beradaptasi dengan kelapa sawit, serta
kemudian berkembang menjadi hama penting kelapa sawit (Basri & Kamarudin
2000). Untuk perkebunan kelapa sawit monokultur skala luas, serangan hama bisa
menjadi masalah yang sangat serius, dan dilaporkan mampu mengakibatkan
kehilangan hasil hingga 90% (Sudharto em ag. 2003). Oleh karena itu, kemudian
serangga hama ini dikenal menjadi faktor pembatas produksi yang sangat
diperhitungkan baik untuk masa lalu, saat ini, dan masa depan.
Ulat api dan ulat kantung merupakan hama terpenting kelapa sawit yang
mampu menurunkan produktivitas (Sankaran & Syed 1972; Kalshoven 1981;
Wood 2002; Sudharto em ag. 2003; Kamarudin & Basri 2010; Cheong em ag. 2010).

2

Masalah hama ini pada umumnya diatasi dengan aplikasi pestisida untuk menjaga
populasi hama tetap rendah. Pada tahun 2010, pangsa pasar pestisida di Indonesia
berdasarkan jenis tanaman, paling besar adalah tanaman padi yang mencapai 42%
diikuti oleh tanaman perkebunan 40%, sedangkan berdasarkan jenisnya,
insektisida adalah yang terbesar, yaitu 41% (Direktorat Pupuk dan Pestisida 2012,
diunduh dari situs Perhimpunan Entomologi Indonesia). Aplikasi bahan kimia
pembunuh hama ini memberikan dampak negatif terhadap musuh alami dan
kesehatan agroekosistem (Garratt en ao. 2011). Serangga penyerbuk kelapa sawit,
poaedqrstu vawxytzsctu Faust. (Coleoptera: Curculionidae), juga dikhawatirkan

dapat menjadi salah satu serangga berguna yang terkena dampaknya sehingga bisa
menurunkan produksi buah segar. Produksi buah sawit ini sangat bergantung pada
keberhasilkan penyerbukan yang dibantu oleh serangga tersebut.
Tantangan lain muncul dari meningkatnya kesadaran global tentang konsep
keberlanjutan (lihat Prinsip dan Kriteria RSPO-Roundtable for Sustainable Palm
Oil-; ISPO-Indonesia Sustainable Palm Oil-, lihat dokumen Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011; Green Economy Scheme), yang
secara simultan mendorong perkebunan sawit untuk menerapkan praktik
pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan. Disinilah kemudian, prinsip dan
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berperan penting sebagai landasan
pengembangan teknik-teknik pengendalian hama ramah lingkungan. PHT
merupakan sistem penunjang pengambilan keputusan dalam memilih dan
menerapkan taktik pengendalian organisme pengganggu tanaman yang dipadukan
ke dalam strategi pengelolaan usaha tani, dengan berdasarkan pada analisis
biaya/manfaat, dan dengan mempertimbangkan kepentingan serta dampaknya
pada petani, khalayak, dan lingkungan (Kogan 1998). Teknik pengendalian hama
dengan meningkatkan peran musuh alami dipercaya sebagai tulang punggung
PHT. Namun demikian, dalam implementasinya, tidak seluruh teknologi PHT
dapat diterapkan dengan baik, dan hasilnya pun masih jauh dari yang diharapkan.
Sistem peringatan dini merupakan salah satu teknik pemantauan hama yang
diterapkan untuk mengetahui status serangan atau populasi hama di perkebunan
kelapa sawit. Jika populasi meningkat di atas ambang yang ditetapkan,
pengendalian hama dengan biopestisida berbahan aktif bakteri Bacillus

3

thuringiensis menjadi pilihan utama. Namun demikian, teknik ini banyak
mengalami kendala, diantaranya adalah ketidaksesuaian tingkat keasaman
pencernaan serangga target dengan protein kristal dari bakteri sehingga protein
kristal tidak bisa tercerna dan gagal melepaskan racun yang dapat merusak sel-sel
epitel dalam saluran pencernaan. Selain itu masalah ketepatan waktu aplikasi
bakteri juga menentukan keefektifan pengendalian (Basri & Kamarudin 2000).
Untuk skala perkebunan yang luas, optimalisasi peran musuh alami yang
ada di lapangan merupakan strategi yang paling tepat. Selain berfungsi sebagai
pengendalian hama secara alami, pengendalian hayati juga berperan penting untuk
menjembatani terwujudnya pertanian berkelanjutan dan ekosistem yang lebih
sehat. Namun demikian, pengendalian hayati ini tidak bekerja secara optimal
karena peledakan hama masih sering dijumpai, sehingga muncul pertanyaan
mengapa peledakan hama masih saja terjadi?, bagaimana peran musuh alami?,
apakah ada yang salah dari praktik-praktik PHT yang diterapkan?
Dalam kaitan dengan strategi untuk mengatasi masalah hama di lapangan,
kita harus memahami apa yang disebut konsep interaksi tiga tingkat trofik (tritrophic interaction) antara tanaman inang, hama dan musuh alaminya.
Pemahaman terhadap konsep ini merupakan dasar dari pengembangan strategi
pengendalian hama yang efektif. Dalam konsep interaksi tiga tingkat trofik,
tanaman sangat mempengaruhi interaksi antara hama dan musuh alaminya.
Fenologi tanaman, karakteristik, dan senyawa volatil memiliki peran penting
dalam

evolusi

dan

ekologi

perilaku

pada

interaksi

inang/mangsa-

parasitoid/predator. Tanaman dapat mempengaruhi parasitisasi, baik melalui
senyawa volatil yang dihasilkannya, maupun dengan menyediakan pakan alami
seperti embun madu atau nektar untuk parasitoid (Godfray 1994). Perkembangan
terakhir dari hipotesis interaksi tiga tingkat trofik dibahas lebih lanjut oleh
Mooney et al. (2012).
Dalam ekosistem alami, serangga herbivora dikendalikan melalui prosesproses ekologi seperti faktor fisik (kelembahan, intensitas cahaya) dan biotik
(parasitisasi dan predasi). Namun demikian, dalam agroekosistem, proses
pengendalian hama secara alami tidak berjalan dengan baik karena kualitas habitat
yang menurun. Transformasi ekosistem alami menjadi agroekosistem membawa

4

konsekuensi terhadap proses-proses ekologi dan interaksi antar tingkat trofik yang
terlibat seperti parasitoid/predator, serangga herbivora, dan tanaman inang. Di
perkebunan kelapa sawit, peledakan hama diduga merupakan akibat dari
menurunnya keanekaragaman musuh alami karena miskinnya kualitas habitat di
agroekosistem (Kruess &Tscharntke 1994; With et al. 2002). Penurunan
keanekaragaman hayati musuh alami menyebabkan banyak serangga herbivora
terhindar dari parasitisasi (Kruess & Tscharntke 1994) dan predasi (With et al.
2002).
Dalam konteks pengendalian hayati di perkebunan kelapa sawit, penelitian
yang ada lebih banyak terkonsentrasi pada pendataan musuh alami (Sankaran &
Syed 1972; Mexzon & Chincilla 1991), status serangan hama (Mexzon &
Chincilla 1991; Fee & Cheong 1991), pemantauan hama, dan alternatif
pengendaliannya (Sudharto et al. 2003). Informasi yang terkait dengan pola
interaksi tiga tingkat trofik dan implikasinya terhadap serangan dan pengendalian
hama belum banyak dilaporkan. Jadi ide dasar dari penelitian ini adalah
memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola interaksi tiga tingkat
trofik antara musuh alami, serangga hama, dan tanaman inang, serta
keterkaitannya dengan pengendalian hayati di lapangan.
Dalam penelitian ini, kegiatan difokuskan pada kelompok parasitoid
Hymenoptera di perkebunan kelapa sawit. Diantara berbagai kelompok musuh
alami, parasitoid merupakan agens pengendalian hayati paling efektif dalam
menekan populasi hama di lapangan (Hawkins et al. 1997). Kelompok
Hymenoptera

parasitika

merupakan

kelompok

serangga

penting

dalam

pengendalian hayati karena hampir semua anggota dari kelompok ini berperan
sebagai parasitoid (Noyes & Hayat 1984; La Salle 1993; Goulet & Huber 1993)
yang mampu mengendalikan berbagai jenis serangga herbivora (Godfray 1994;
Quicke 1997; Wäckers 2004). Pada lansekap pertanian, keberadaan parasitoid
Hymenoptera sangat menguntungkan petani. Di perkebunan kelapa sawit,
pengendalian hama seperti ulat api dan ulat kantung tidak terlepas dari jasa
penting yang diberikan oleh komunitas parasitoid Hymenoptera yang ada
(Sankaran & Syed 1972; Desmier de Chenon et al. 1989; Sudharto et al. 2003;
Basri et al. 1995). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak spesies

5

parasitoid Hymenoptera ditemukan menyerang hama ulat kantung (Psychidae)
(Syankaran & Syed 1972; Basri et al. 1995; Cheong et al. 2010) dan ulat api
(Limacodidae) (Desmier de Chenon et al. 1989). Walaupun demikian, bukan
berarti keberadaan parasitoid secara otomatis akan menurunkan populasi hama
seperti yang diharapkan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
meskipun keberadaan parasitoid dapat mempengaruhi populasi ulat kantung di
lapangan, tetapi hasilnya masih belum seperti yang diharapkan (Cheong et al.
2010).
Efektifitas pengendalian hayati secara alami di lapangan sangat dipengaruhi
oleh kompleksitas komunitas parasitoid yang ada. Kompleksitas ini menjadi kunci
yang menentukan tingkat parasitisasi di lapangan (Kruess & Tschartke 1994;
Menalled et al. 1999). Di perkebunan kelapa sawit, kompleksitas habitat sangat
dipengaruhi oleh praktik agronomi yang diterapkan. Pada umumnya, tanaman
tidak ditanam secara serempak, tetapi secara bertahap mengikuti proses land
clearing, sehingga menciptakan keanekaragaman umur (gradien) tanaman kelapa
sawit di lapangan. Gradien umur tanaman pada perkebunan kelapa sawit ini akan
membawa konsekuensi terhadap tingkat kompleksitas vegetasi yang hidup di
dalamnya. Artinya bahwa peningkatan umur kelapa sawit akan mengubah pola
vegetasi lain karena semakin tua umur kelapa sawit maka kanopi terbentuk,
naungan meningkat dan intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang,
sehingga iklim mikro, jenis vegetasi, dan ketersediaan pakan untuk parasitoid juga
akan berubah (Perovic et al. 2010). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
lain yang melaporkan bahwa keberadaan tanaman herba berbunga di suatu habitat
dapat menyediakan pakan yang berlimpah untuk parasitoid (Lee & Heimpel 2005;
Rohrig et al. 2008; Perovic et al. 2010).
Untuk perkebunan kelapa sawit monokultur skala besar yang dikelola secara
intensif, ketersediaan vegetasi herba ini akan sangat terbatas, dan tidak mampu
mendukung kompleksitas komunitas parasitoid (Tscharntke et al. 2005; Hogg et
al. 2011). Menurunnya kompleksitas habitat ini akan berdampak pada hilangnya
jenis-jenis parasitoid yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut,
sehingga dapat meningkatkan peluang terhindarnya serangga hama dari
parasitisasi (LaSalle & Gauld 1993). Penanaman tanaman berbunga dalam

6

agroekosistem diharapkan dapat meningkatkan peluang parasitoid untuk bertahan
dan berkembang (Gillespie et al 2011). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
keberadaan tanaman berbunga memainkan peran penting dalam mempertahankan
komunitas parasitoid di lapangan (Basri et al. 1999, 2001; Basri & Kamarudin
2002; Desmier de Chenon et al. 2002) dengan menyediakan pakan berupa nektar
yang sangat dibutuhkan parasitoid sebagai sumber energi (Hogg et al. 2011),
diharapkan dapat menjaga populasi parasitoid untuk bertahan di lapangan.
Saat ini, penanaman tanaman berbunga untuk konservasi musuh alami dan
optimalisasi pengendalian hayati banyak mendapat perhatian dari berbagai
peneliti di dunia (Wratten et al. 2003; Lee & Heimpel 2005; Fiedler & Landis
2007). Untuk tanaman kelapa sawit, eksplorasi berbagai spesies herba yang dapat
menyediakan pakan untuk parasitoid telah banyak dilakukan, dan disebutkan
bahwa Casia cobanensis Linnaeus (Fabales: Leguminosae) dan Euphorbia
heterophilla Linnaeus (Malpighiales: Euphorbiaceae) merupakan tanaman terbaik
(Desmier de Chenon et al. 2002; Tuck et al. 2003; Kamarudin & Basri 2010 ).
Namun demikian, di lapangan termasuk di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,
Turnera subulata J.E.Smith. (Parietales: Turneraceae) merupakan jenis tanaman
berbunga yang banyak ditanam. Padahal dari berbagai jenis yang dieksplorasi, T.
subulata adalah jenis yang belum banyak diteliti terutama dari potensinya sebagai
tanaman yang dapat menarik parasitoid. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah
T. subulata dapat menarik semua jenis parasitoid, atau hanya jenis tertentu saja
yang akan diuntungkan?
Jika dilihat dari sisi lain, parasitoid Hymenoptera sangat selektif dalam
mengunjungi bunga, dan cenderung memiliki preferensi terhadap spesies tertentu
(Baggen & Gurr 1998; Coley & Luna 2000; Begum et al. 2004). Respon
komunitas parasitoid Hymenoptera terhadap suatu jenis tanaman berbunga yang
ditanam mungkin akan berbeda untuk kelompok parasitoid yang berbeda. Diduga
bahwa terdapat hubungan yang spesifik antara jenis tanaman berbunga dan spesies
parasitoid yang akan berkunjung. Oleh karena itu sangat penting untuk diketahui
tentang kekayaan spesies, kelimpahan, komposisi spesies dan parasitoid
pengunjung bunga T. subulata. Ketika diduga bahwa pola komunitas parasitoid
juga dipengaruhi oleh kondisi di sekitarnya, timbul pertanyaan apakah kemudian

7

gradien umur kelapa sawit juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh?
Data yang menjelaskan tentang aspek-aspek di atas sangat penting untuk
membangun suatu pendekatan pengelolaan kebun sawit ramah lingkungan,
terutama dalam kaitan dengan strategi pengendalian hama yang efektif dan
mampu menjembatani terwujudnya pertanian berkelanjutan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab berberapa pertanyaan seperti
diuraikan dibawah ini:
(1) Apakah kompleksitas parasitoid Hymenoptera memiliki dampak yang
signifikan terhadap komunitas hama Lepidoptera yang berasosiasi dengan
kelapa sawit?
(2) Apakah gradien umur kelapa sawit mempengaruhi komposisi spesies,
keanekaragaman, dan kelimpahan parasitoid Hymenoptera?
(3) Apakah T. subulata yang ditanam di kebun sawit hanya dapat menyokong
takson tertentu dari parasitoid Hymenoptera?
(4) Apakah faktor-faktor kunci yang mempengaruhi dinamika pola komunitas
parasitoid Hymenoptera?
{|juan Penelitian

Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mendasar
dan baru mengenai pola interaksi tanaman, serangga hama dan komunitas
parasitoid di perkebunan kelapa sawit, sehingga dapat dibangun suatu strategi
pengendalian hayati hama yang lebih baik berdasarkan informasi yang dihasilkan.
Tujuan utama penelitian ini adalah:
(1). Mempelajari pola komunitas hama Lepidoptera yang menyerang tanaman
kelapa sawit dan parasitoid yang berasosiasi
(2). Memahami pengaruh umur tanaman kelapa sawit terhadap komunitas
parasitoid Hymenoptera di lapangan
(3). Mempelajari respon komunitas parasitoid Hymenoptera terhadap
penanaman tanaman berbunga T. subulata sebagai sumber pakan bagi
parasitoid
(4). Mempelajari faktor-faktor kunci

yang mempangaruhi komunitas

parasitoid Hymenoptera di perkebunan kelapa sawit.

8

}~faat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru mengenai
aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam meningkatkan peran pengendalian
hayati menggunakan parasitoid pada perkebunan kelapa sawit skala besar. Salah
satu pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah
semua parasitoid dapat disokong oleh penanaman tanaman T. subulata yang
sekarang ini banyak ditanam? Melalui penelitian diharapkan dapat dihasilkan
informasi tentang jenis-jenis parasitoid Hymenoptera yang dapat disokong oleh
tanaman berbunga T. subulata. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pola
dinamika komunitas parasitoid Hymenoptera yang hidup di perkebunan kelapa
sawit juga dapat diidentifikasi sehingga dapat dikembangkan strategi yang lebih
tepat dalam meningkatkan peran parasitoid di lapangan.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Desa
Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian dapat dicapai dari kota terdekat Pangkalan
Bun sekitar 1,5 jam dan jarak dari Taman Nasional Tanjung Puting sekitar 4 jam
dengan kendaraan. Ekosistem di Kalimantan Tengah umumnya didominasi oleh
hutan dataran rendah, hutan rawa, dan rawa. Rata-rata suhu tahunan berkisar
32°C–33°C, dengan curah hujan tahunan cukup tinggi (>2000 mm), curah hujan
harian sekitar 75–118 hari. Iklim tidak begitu berbeda antar lokasi.

9

Gambar 1.1 Posisi lokasi kebun penelitian, Desa Pandu Senjaya, Kecamatan
Pangkalan Lada, Kalimantan Tengah

€‚ƒ„ …†ƒ„‡ˆ ‰enelitian

Peta jalan penelitian disajikan dalam Gambar 1.2 Peta jalan ini
menggambarkan arah penelitian struktur komunitas parasitoid Hymenoptera di
perkebunan kelapa sawit. Hama Lepidoptera merupakan salah satu faktor
pembatas produksi minyak sawit. Pengendalian hayati dengan parasitoid dapat
menjadi alternatif pengendalian hama yang efektif dan ramah lingkungan.
Luaran penelitian ini adalah dihasilkannya teknologi pengendalian hama ramah
lingkungan melalui manipulasi habitat, yaitu dengan penyediaan tanaman
berbunga, sehingga pengendalian hayati dengan parasitoid untuk hama kelapa
sawit dapat dioptimalkan. Pengendalian hayati dengan parasitoid ini, selain
mudah diaplikasikan, murah dan ramah lingkungan, juga dapat membantu
perusahaan kelapa sawit dalam memenuhi standar mutu pengendalian hama yang
ditetapkan dalam skema ISPO dan RSPO. Untuk mencapai luaran tersebut,

10

dilakukan serangkaian penelitian, pertama adalah struktur komunitas hama
Lepidoptera yang menyerang perkebunan kelapa sawit dan parasitoidnya.
Penelitian ini memetakan jenis-jenis hama penting, dominansi, dan parasitoid
yang ditemukan. Penelitian ke dua adalah hubungan antara umur kelapa sawit
dengan komunitas parasitoid Hymenoptera. Penelitian ini mempelajari pengaruh
umur kelapa sawit terhadap struktur komunitas parasitoid Hymenoptera dan
implikasinya terhadap pengendalian hayati. Penelitian ke tiga adalah mempelajari
komunitas parasitoid pengunjung bunga T. subulata dan potensi tanaman ini
sebagai penarik parasitoid. Penelitian yang terakhir adalah memahami faktorfaktor yang mempengaruhi dinamika komunitas parasitoid Hymenoptera di
perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini sebenarnya merupakan sintesis dari
penelitian ke dua dan penelitian ke tiga sehingga diharapkan hasil yang lebih
mengerucut. Hasil keseluruhan dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk memformulasikan strategi peningkatan keefektifan pengendalian hayati
dengan parasitoid di perkebunan kelapa sawit melalui penanaman tanaman
berbunga.

11

PASAR

Industri Minyak Sawit Indonesia

TEKNOLOGI

PRODUK

Pemerintah

Industri

Pengendalian hayati
Memenuhi standar
RSPO, ISPO

PHT

Mudah diaplikasikan
dan efektif

Berlimpahnya komunitas parasitoid Hymenoptera
melalui manipulasi habitat : penyediaan tanaman berbunga

Posisi
perkelapasawitan
Indonesia di dunia

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Masyarakat

Posisi
per tanaman
kelapa
sawit
Indonesia

Posisi
minyak
kelapa
sawit
Indonesia

Posisi Hama Kelapa
Sawit Indonesia

Studi
Pustaka

Struktur
Komunitas

 Produktifitas
 Kualitas

Gambar 1.2 Peta jalan penelitian

Penelitian

Dinamika
Populasi

Pengelolaan hama

Posisi Musuh Alami
Kelapa Saw it

Studi
Pustaka

Studi
Hymenoptera
parasitoid

Species
r ichness,
fluktuasi
kelimpahan

Penelitian

Studi
Habitat

Tumbuhan
ber bunga,
Gr adien
umur

Š‹ŒŽŽŒ ‘ŠŽ’Ž

k
n
o–s™
“”r •u
–s —–n
˜™š ›™w–tDu
–™ •™nIn
•œn
inyak sawit merupakan minyak nabati terpenting di duniaž Ÿ antara 1¡

minyak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat dunia¢ pangsa pasar minyak
sawit merupakan yang terbesar¢ yaitu 5£¤¢ diikuti oleh minyak kedelai¢ dan
minyak bunga matahari (¥¦mbar 2ž§ ¨¦n ¥¦mbar 2ž©)ž ªina¢ «¬  ­®opa¢ dan ¯ndia
merupakan tiga negara pengimpor terbesar dengan menyerap 52% produksi
minyak sawit dunia (¥ambar 2ž°)ž ±¦rena tanaman kelapa sawit hanya cocok
tumbuh di wilayah tropis¢ maka negara produsen terbesar minyak sawit dunia
pada umumnya berasal dari wilayah iniž ¯ndonesia merupakan negara produsen
terbesar dengan memasok sekitar 4¡¤ kebutuhan minyak sawit dunia di tahun
2010¢ yang diikuti oleh alaysia dengan 3¡% (¥ambar 2ž²)ž

¥¦mbar 2ž§ ³roporsi impor 1¡ minyak nabati dunia pada tahun 2010 (´umberµ
±omisi inyak ´awit ¯ndonesia 2010)

13

¶·mbar 2¸¹ ºroduksi dan impor 1» minyak dan lemak nabati dunia pada tahun
2010 (¼umber½ ¾omisi ¿inyak ¼awit Àndonesia 2010)

¶·mbar 2¸Á ÂÃgara pengimpor minyak sawit pada tahun 2010 (¼umber½ ¾omisi
¿inyak ¼awit Àndonesia 2010)

14

ÄÅmbar 2ÆÇ ÈÉÊËribusi negara produsen dalam minyak sawit pasokan dunia 2010
(ÌumberÍ Èomisi Îinyak Ìawit Ïndonesia 2010)
Ðroduksi minyak sawit di Ïndonesia meningkat dari tahun ke tahunÆ Ðada

tahun 2004Ñ produksi minyak sawit hanya sekitar 12ÆÒÓÔÆÇÕÖ tonÑ dan mencapai
angka fantastik sekitar 21ÆÖ×ØÆÕÓÙ ton pada tahun 2010 (ÄÅmbar 2Æ×)Æ ÚÅl ini
sejalan dengan meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit dari 5ÆÛÕÛÆ02Ô ÜÅ
ÝÅÞÅ ËÅÜßÊ ÓÙÙÇ àáÊâÅÞã ØÆÕÕÙÆÇÇÛ ÜÅ ÝÅÞÅ ËÅÜßÊ ÓÙÕÙ (ÄÅàäÅå ÓÆÔ)Æ æÅäáç ÓÆÕ
àáÊßÊâßèèÅÊ äÅÜéÅ çáäãÜ ÞÅåã ×Ùê çÅÜÅÊ èáçÅÝÅ ëÅéãË ÞãèáçÉçÅ ÉçáÜ ÝáåßëÅÜÅÅÊÑ
èáàßÞãÅÊ ÝáåèáäßÊÅÊ èáçÅÝÅ ëÅéãË åÅèìÅË ÞÅÊ ËáåÅèÜãå ìÅÊí ÞãèáçÉçÅ ÉçáÜ
ÝáåßëÅÜÅÅÊ àãçãè ÊáíÅåÅÆ

ÄÅàäÅå ÓÆ× ÐåÉÞßèëã àãÊìÅè ëÅéãË ÏÊÞÉÊáëãÅ ÞÅåã ËÅÜßÊ ÓÙÙÇ ÜãÊííÅ ÓÙÕÙ
(ÌßàäáåÍ ÈÉàãëã ÎãÊìÅè ÌÅéãË ÏÊÞÉÊáëãÅ ÓÙÕÙ)

15

îïmbar 2ðñ

øùeh

òuas lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dari
tahun 2004 hingga 2010 (óumberô õomisi öinyak óawit
÷ndonesia 2010)

karena

ituú

perusahaanûperusahaan

perkebunan