“NINJA SAWIT” Di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

(1)

“NINJA SAWIT”

Di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi

Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

NURMAWATI

100901009

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

i ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun. Desa Mariah Jambi merupakan salah satu Desa di Kabupaten Simalungun yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah Jambi dan desa Mariah Jambi merupakan salah satu desa yang terkenal dengan “ninja sawit”nya. Adapun Suku dan Budaya yang ada didalam masyarakat beragam, ada Suku Jawa, Batak, Minang, Mandailing, dan Karo. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Mariah Jambi masih jauh dari keadaan cukup atau yang tergolong kedalam kategori miskin. Masyarakat sudah biasa melihat tindakan “ninja sawit” yang sebenarnya sudah jelas-jelas prilaku menyimpang. Adapun latar belakag rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “ninja sawit” dan bagaimana jaringan kerja “ninja sawit”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis sehingga dapat mempelajari hubungan dan situasi dari masalah yang diteliti. wawancara mendalam, observasi non partisipasi dan pengumpulan adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan pekerkaan sebagai “ninja sawit” dan untuk mengetahui bagaimana jaringan yang tetrbagun dalam kerja “ninja sawit”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dikatakan terjadi suatu perilaku menyimpang berupa tindakan criminal “ninja sawit” yang dilakukan oleh sebahagian masyarakat Desa Mariah Jambi yang tidak memiliki pekerjaan tetap. “ninja sawit” tidak lagi menjadi kerja sampingan bagi orang yang bekerja sebagai buruh serabutan, kini sebahagian orang menjadikan “ninja sawit” sebagai pekerjaan utama mereka. Adapun yang menjadi alasan mereka melakukan “ninja sawit tidak hanya berdasarkan satu factor saja dan tidak hanya berdasarkan karena kemiskinan melainkan salah satu faktornya adalah keterbatasan penghasilan, malas, terpaksa untun memenuhi kebutuhan hidup/ biaya pendidikan, ikut- ikutan atau terpengaruh oleh lingkungan. Dari factor di atas, yang paling banayak alasan orang ,melakukan “ninja sawit” yaitu karena factor malas. Mereka sudah terlalu ketagihan dengan cara kerja yang instan tetapi uang yang dihasilkan banyak. Dalam “ninja sawit” terdapat 7 peran penting yang dapat melancarkan operasi ninja sawit yaitu: “toke, centeng, pentolan, pemanen, perencek, pelangsir dan pemuat”. Untuk menghasilkan sebuah jaringan agen membangun system kerja yang terikat membuat para anggota menjadi tergantung dengan toke. Perkembangan “ninja sawit” di desa mariah jambi sampai saat ini semakin berkembang di karenakan jaringan yang kuat dan strategi yang bagus


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “NINJA SAWIT”, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana masyarakat Desa Mariah Jambi Melakukan “ninja sawit” dan jaringan dalam “ninja sawit”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Sukarjo dan Ibunda Kartini Saragi yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti ananda.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

iii

2. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi serta selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

3. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.

4. Secara khusus dan istimewa buat abang-abang dan kakak tersayang saya Esi Syaputra, Soleh Yusuf, Heni Kurniawati, Joko Purnomu dan adek tersayang saya Adelina Saputri. Tidak lupa juga kakak dan abang ipar saya Surya Ningsih, Nita, Suhermansyah, Nurlela dan keponakan-keponakan saya yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan

menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat penulis sayangi, terkhusus buat Yohanna, Desmira Khairat Guci dan


(5)

iv

sahabat-sahabat teman PKL Kuala Begumit yang selalu bersama-sama disaat senang maupun sedih selama penulisan skripsi ini dan teman-teman sosiologi Stambuk 2010. Terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.

6. Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2015 (Penulis)

NIM : 100901009 Nurmawati


(6)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Manfaat teoritis ... 6

1.4.2 manfaat praktis ... 6

1.5Defenisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku menyimpang... 9

2.1.1 kontrol sosial ... 15

2.1.2 Teori Jaringan Sosial ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19


(7)

vi

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 21

3.3.1 Unit Analisis ... 21

3.3.2 Informan ... 21

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 22

3.5 Interpretasi Data ... 23

3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian ... .. 25

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 26

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN .. 27

4.1 Deskripsi Kelurahan Desa Mariah Jambi ... 27

4.1.1 Sejarah “ninja Sawit” ... 29

4.1.2 Sarana Dan Prasarana Kelurahan... 30

4.1.2.1 Sarana Transportasi ... 30

4.1.2.2 Sarana Pemasaran ... 31

4.1.2.3 Produksi ... 31

4.1.2.4 Sarana Rekreasi dan Olahraga ... 32

4.1.2.5 Sarana Ibadah ... 32

4.1.2.6 Sarana Kesehatan ... 33

4.1.2.7 Sarana Pendidikan ... 34

4.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Mariah Jambi 34 4.1.4 Kondisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

4.1.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 35 4.1.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan yang Sekolah 36 4.1.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 37


(8)

vii

4.1.6 Komposisi penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian . 38

4.2 Profil Informan ... 39

4.3 Faktor Penyebab “Ninja Sawit” ... 62

4.3.1 Faktor Keterbatasan Penghasilan ... 62

4.3.2 Faktor Malas ... 66

4.3.3 Faktor Terpaksa ... 67

4.3.4 Faktor Ikut-Ikutan ... 69

4.4 Setrategi “Ninja Sawit” ... 70

4.4.1 Bagan Operasi “Ninja Sawit” ... 72

4.4.2 Cara Melakukan “Ninja Sawit” ... 74

4.4.3 Peran dan Tugas Para Pemain “Ninja Sawit” ... 77

4.5 Jaringan “Ninja Sawit” ... 78

4.5.1 Berkembangnya “Ninja sawit” di Desa Mariah Jambi 81

4.5.2 Pihak yang Terkait Dalam “ninja Sawit” ... 83

4.5.3 Keberanian Masyarakat Untuk Meakukan “Ninja Sawit” 86 4.6 Upaya Pihak Perkebunan Menanggulangi “Ninja sawit” .... 88

BAB V PENUTUP ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Panen Tanaman Pangan Desa Mariah Jambi tahun 2014 30

Tabel 2. Sarana Ibadah di Desa Mariah Jambi Tahun 2014 ... 33

Table 3. Sarana Kesehatan Masyarakat Desa Mariah Jambi (2014) ... 33

Table 4. Data Sarana Pendidikan (2014) ... 34

Table 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (2014) ... 35

Tabel 7. Komposisi Penduduk yang Masih Sekolah (2014) ... 36

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama (2014) ... 37


(10)

i ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun. Desa Mariah Jambi merupakan salah satu Desa di Kabupaten Simalungun yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah Jambi dan desa Mariah Jambi merupakan salah satu desa yang terkenal dengan “ninja sawit”nya. Adapun Suku dan Budaya yang ada didalam masyarakat beragam, ada Suku Jawa, Batak, Minang, Mandailing, dan Karo. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Mariah Jambi masih jauh dari keadaan cukup atau yang tergolong kedalam kategori miskin. Masyarakat sudah biasa melihat tindakan “ninja sawit” yang sebenarnya sudah jelas-jelas prilaku menyimpang. Adapun latar belakag rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “ninja sawit” dan bagaimana jaringan kerja “ninja sawit”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis sehingga dapat mempelajari hubungan dan situasi dari masalah yang diteliti. wawancara mendalam, observasi non partisipasi dan pengumpulan adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan pekerkaan sebagai “ninja sawit” dan untuk mengetahui bagaimana jaringan yang tetrbagun dalam kerja “ninja sawit”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dikatakan terjadi suatu perilaku menyimpang berupa tindakan criminal “ninja sawit” yang dilakukan oleh sebahagian masyarakat Desa Mariah Jambi yang tidak memiliki pekerjaan tetap. “ninja sawit” tidak lagi menjadi kerja sampingan bagi orang yang bekerja sebagai buruh serabutan, kini sebahagian orang menjadikan “ninja sawit” sebagai pekerjaan utama mereka. Adapun yang menjadi alasan mereka melakukan “ninja sawit tidak hanya berdasarkan satu factor saja dan tidak hanya berdasarkan karena kemiskinan melainkan salah satu faktornya adalah keterbatasan penghasilan, malas, terpaksa untun memenuhi kebutuhan hidup/ biaya pendidikan, ikut- ikutan atau terpengaruh oleh lingkungan. Dari factor di atas, yang paling banayak alasan orang ,melakukan “ninja sawit” yaitu karena factor malas. Mereka sudah terlalu ketagihan dengan cara kerja yang instan tetapi uang yang dihasilkan banyak. Dalam “ninja sawit” terdapat 7 peran penting yang dapat melancarkan operasi ninja sawit yaitu: “toke, centeng, pentolan, pemanen, perencek, pelangsir dan pemuat”. Untuk menghasilkan sebuah jaringan agen membangun system kerja yang terikat membuat para anggota menjadi tergantung dengan toke. Perkembangan “ninja sawit” di desa mariah jambi sampai saat ini semakin berkembang di karenakan jaringan yang kuat dan strategi yang bagus


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Desa Mariah Jambi merupakan salah satu Desa di Kabupaten Simalungun yang letaknya dikelilingi oleh perkebunan sawit milik negara (PTPN IV) Bah Jambi. Suku dan Budaya yang ada didalam masyarakat beragam, ada Suku Jawa, Batak, Minang, Mandailing, dan Karo. Tetapi suku yang paling mendominasi di Desa Mariah Jambi yaitu Suku Jawa. Walaupun Suku Jawa yang mendominasi tetapi masyarakatnya tidak hidup berkelompok dengan satu sukunya saja, melainkan mereka hidup berbaur dan saling melengkapi. Masyarakat yang tinggal di Desa Mariah Jambi juga beragam mata pencahariannya seperti: petani, buruh pabrik, buruh bangungan, buruh tani tetapi ada pula sebahagian kecil masyarakatnya yang bekerja pada instansi pemerintahan. Di Desa Mariah Jambi ada suatu perilaku yang tidak biasa dilakukan di Desa-Desa lain yaitu “Ninja Sawit”. Ninja Sawit ini dijadikan sebagai suatu usaha untuk menambah penghasilan bagi masyarakat, oleh karena itu peneliti tertarik untu meneliti tentang “Ninja Sawit”.

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Mariah Jambi masih jauh dari keadaan cukup atau yang tergolong kedalam kategori miskin. Keadaan ini dikarenakan minimnya penghasian dan kelangkahan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan merupakan hal yang sulit, karena mereka tidak memilki cukup biaya untuk menyekolahkan anaknya. Akibat minimnya pendidikan membuat mereka dengan mudah melanggar hukum atau norma yang berlaku di dalam masyarakat.


(12)

2

Contohnya kedalam “Ninja Sawit” untuk dapat memenuhi kebutuhan

ekonomimya (sumber data kantor kelurahan mariah jambi)

Dalam buku Elly M. Stiadi dan Usman Kolip ketimpangan ekonomi sering kali menimbulkan tindak kejahatan manusia, sebab kemiskinan sering mendorong manusia untuk melakukan penyimpangan seperti mencuri, mencopet, merampok hingga sampai bentuk pembunuhan. Seperti yang terjadi di Desa Mariah Jambi ketimpangan ekonomi membuat mereka melakukan penyimpangan yaitu “ninja sawit”

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhaan hidup yang pokok. Dikatakan dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti, pangan, tempat berteduh, dan lain-lain (Emil Salim, 1982). Persepsi masyaraka terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah bernilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.

Banyaknya masyarakat Desa Mariah yang termasuk ke dalam kategori miskin karena gaji yang diperoleh selama bekerja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena mereka hanya bekerja sebagai buruh pabrik dan


(13)

3 hanya mendapat Upah perhariny sebesar Rp. 45.000, dan upah buruh tani hanya Rp.70.000 tetapi kalau menjadi buruh tani kerjanya tidak setiap hari ada, satu minggu itu biasanya kerja hanya 3-4 kali saja, terkadan dalam satu minggu tidak ada kerja sama sekali. Ada juga yang bekerja sebagi BHL (Buruh Harian Lepas) di PTN IV Bah Jambi. BHL ini belum menjadi karyawan tetap diperkebunan, kerja yang biasa mereka lakukan yaitu sebagai pemanin buah, hitungan gajinya tergantung seberapa banyak buah yang di dapat biasanya setiap Kg nya di hargai Rp. 100. Jadi gaji yang di dapatnya selama bekerja satu hari itu hanya cukup untuk satu hari itu saja. Maka untuk dapat memenuhi kebutuhan lainnya mereka melakukan pekerjaan mencuri sawit atau yang biasa di sebut juga “ninja sawit”

Untuk membantu menambah pendapatan dalam keluarga para wanita/istri juga ikut bekerja sebagai buruh tani walaupun gaji yang diperoleh sedikit, biasanya mereka bekerja di ladang/sawah orang untuk pekerjaan yang ringan-ringan saja seperti menanam padi, menanam jagung memupuk, panen dan sebagainya. Biasanya gaji yang diperoleh dalam satu hari hanya Rp. 20.000 saja. Tetapi setidaknya sudah dapat membantu menyambung hidup keluarganya. Mereka tidak hanya bekerja sebagai buruh tani saja tetapi ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Sementara itu di sekeliling mereka perkebunan sawit yang luas dan buahnya yang banyak membuat mereka tergiur untuk memanen (mencuri). sehingga dijadikan masyarakat sebagai sumber yang dapat menambah perekonomian keluarga dan waktu untuk melakukan “Ninja Sawit” lumayan banyak dan mereka juga sudah mengetahui waktu-waktu para patroli untuk keliling. Jadi pada waktu dan kesempatan itu lah mereka melakukan aksinya.


(14)

4 Masyarakat sudah biasa melihat tindakan “ninja sawit” yang sebenarnya sudah jelas-jelas prilaku menyimpang. “Ninja Sawit” dijadikan salah satu sasaran bagi mereka untuk menambah penghasilan, “Ninja Sawit” lebih sering dilakukan di malam hari atau diwaktu-waktu senggang mereka jadi tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari mereka. “Ninja Sawit” hanya membutuhkan waktu kerjanya sangat singkat tetapi hasilnya lumayan besar. Para “Ninja Sawit” beroperasi dalam bentuk kelompok (kerja sama) yang menggunakan kekompakan yang sangat tinggi karena “Ninja Sawit” cara beroperasinya harus cepat maka mereka harus membagi tugas masing-masing seperti, ada yang memanen sawit, ada yang mengangkat dan biasanya sawit yang di ambil di simpan di belakang rumah warga atau langsung disimpan di gudang penyimpanan khus buah “ninja” kemudian ada juga yang menjaga pasar untuk mengetahui situasi aman atau tidak supaya mereka cepat selesainya.

Mereka tidak lagi peduli dengan sanksi atau hukuman dari pihak perkebunan PTPN IV jika sudah tertangkap pada waktu “Ninja Sawit”. Bahkan tidak main-main hukuman yang di jatuhka pada mereka pelakunya yaitu hukuman penjara tetapi mereka tidak menghiraukan itu karna memang kebutuhan hidup yang sudah benar-benar sangat mendesak. Adapun upaya pihak perusahaan PTPN IV Bah Jambi untuk menanggulangi para “Ninja Sawit” dengan cara mengerahkan atau menurunkan tim yang sering disebut Papam, dan centeng untuk menjaga perkebunan. Mereka secara rutin bergantian patroli mengelilingi perkebunan setiap waktu untuk mengamankan perkebunan dari para “Ninja Sawit” tetapi usaha ini sia-sia.


(15)

5 Gejala suatu penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak mustahil mengakibatkan timbulnya budaya khusus (sub-culture). Menurut Sebalt, maka kebudayaan khusus merupakan bagian dari kebudayaan umum yang dianut oleh bagian tertentu dari masysrakat dan penduduk kebudayaan umum (Hans Sebald 1969: 205) kebudayaan khusus tadi mungkin sesuai dengan kebudayaan umum, atau mungkin bertentangan (counter-culture). Walaupun bertentangan, kebudayaan tandingan tidak selalu buruk. (Soerjono Soekanto. 1992: 92)

Dalam penelitian ini peneliti akan membahas masalah “Ninja Sawit” yang terjadi pada masyarakat Desa, tepatnya di Desaa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi, Kabupatrn Simalaungun. Sebagai masyarakat Desa kebiasaan

“Ninja Sawit” yang dilakukan masyarakat tidaklah lumrah.

1.2Rumusan Masalah

berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “Ninja Sawit” ? 2. Bagaimana jaringan kerja “Ninja Sawit”?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarka rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan pekerjaan sebagai “Ninja

Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.


(16)

6

2. Untuk bagaimana jaringan yang terbagun dalam “Ninja sawit” di Desa

Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

1.4Manfaat Penelitian

Adapu manfaat menelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan yang lebih tentang perilaku menyimpang dipedesaan, kemudian dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan perilaku menyimpang.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah

wawasan bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana mereka melakukan “Ninja Sawit” dan bagai mana jaringan yang terbangun di

dalam “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja

Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitia ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan pengelola perkebunan dalam hal penanggulangan para “Ninja Sawit” dan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan mahasiswa dalam membuat kajian ilmiah sehingga diharapka dapat menjadi rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.


(17)

7 1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu penghasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk ke kenyataanya dan bukan merupakan refleksisempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (Suyoto, 2005:49). Defenisi konsep adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

1. “Ninja sawit” yaitu usaha menambah penghasilan atau sumber penghasian masyarakat tetapi juga tindakan menyimpang yang melanggar ketentuan norma dan nilai yang berlaku. “Ninja” ini diartikan “mencuri” yang dilakukan oleh orang-orang, biasanya “Ninja Sawit” ini dilakukan secara berkelompok dan waktu kerjanya pun tidak menentu kadang dilakukan siang hari, malam hari maupun pagi Tetapi mereka lebih sering “Ninja” di malam hari. Ketidak menentuan mereka “Ninja” dikarenakan penjagaan perkebunan yang sangat ketat. Adapun oknum/orang yang melakukannya mulai dari anak remaja sampai yang tua.

2. Toke atau agen Merupakan orang yang menerima sawit hasil “Ninja” dari para “Ninja” atau mengumpulkan dari hasil panen atau hasil “ninja sawit”

3. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam satu kelompo ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun dalam bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerja sama atau koordinasi antar warga yang


(18)

8 di dasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprositas (Damsar, 2002:157).

4. Penyimpangan Sosial adalah Perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan

diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tersebut dalam masyarakat. Perbuatan yang mengabaikna norma, penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak memenuhi patokan baku di dalam masyarakat, biasany dikaitkan dengan perilaku-perilaku negatif. (Cohen, 1992:281)

5. Centeng adalah sebutan nama untuk penjaga perkebunan yang di utus dari perusahaan untuk menjaga keamanan perkebunan.

6. Pentolan adalah sebutan nama unuk penjaga keamanan ninja sawit yang di utus oleh Toke untuk menjaga keamanan pada saat beroprasi.


(19)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah prilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara sederhana memang dapat dikatakan, bahwa seseorang dapat berprilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan tersebut diluar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma sosial yang berlaku. Menurut Clinard & Meier, 1989:4-7 (dalam buku(Dwi Narwoko-Bagong Suyanto(ed) 2007: 98).

Perilaku menyimpang dianggap sebagai sumber masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Masalah sosial menurut persperkif ini diawali dengan identifikasi akan adanya prilaku meyimpang, dan tolak ukur untuk melakukannya adalah pranata sosial yang didalamnya juga termasuk nilai, norma dan aturan-aturan sosial. Tindakan menyimpang merupakan kegagalan mematuhi aturan kelompok. Terjadinya prilaku menyimpang dapat bersumber dari banyak faktor.

Terbentuknya sikap itu banyak dipengaruhi dari lingkungan sosial dan kebudayaan seperti: keluarga, norma golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargala sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat


(20)

10 berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan negatif (Abu Ahmadi, 2007:156).

Sebab munculnya prilaku menyimpang banyak macamnya yaitu, selain dorongan dari dirinya juga dari faktor yang berasal dari luar, seperti dari pola-pola kelakuan yang dibiasakan. Meskipun secara nyata kita dapat menyebutkan berbagai bentuk prilaku menyimpang, namun mendefinisikan perilaku menyimpang itu sendiri merupakan hal yang sulit karena kesepakatan umum tentang itu berbeda-beda diantara berbagai kelompok masyarakat ada segolongan orang yang menyatakan perilaku menyimpang adalah ketika orang lain melihat perilaku itu sebagai sesuatu yang berbeda dari kebiasaan umum. Namun, ada pula yang menyebut perilaku menyimpang sebagai tindakan yang dilakukan oleh kelompok minoritas atau kelompok tertentu yang memiliki nilai dan norma sosial berada dari kelompok sosial yang lebih dominan.

Jadi dengan demikian perilaku menyimpang bersifat relatif, tergantung dari masyarakat yang mendefinisikannya, nilai budaya dari suatu masyarakat, masa, zaman, atau kurun waktu tertentu. Jadi amatlah wajar bila diberbagai kelompok masyarakat mempunyai anggapan yang berbeda-beda mengenai tindakan yang digolongkan sebagai menyimpang.

Sifat nilai dan norma sosial yang berlaku didalam masing-masing kelompok sosial bersifat relatif dan senantiasa mengalami perubahan atau pergeseran dari waktu ke waktu. Yang dimaksud dengan relatif adalah nilai dan norma yang berlaku didalam kelompok satu mungkin atau bisa saja tidak berlaku dikelompok sosial lainnya.


(21)

11 Adapun yang dimaksud dengan pergeseran dari kurun waktu tertentu ke kerun waktu yang lain adalah, nilai dan norma sosial senantiasa mengalami pergeseran dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu yang lain. Dengan adanya pergeseran waktu, ada kemungkinan nilai dan norma yang berlaku pada saat itu di wadtu yang lain tidak berlaku lagi seiring dengan pergeseran zaman atau waktu.

Dapat disimpulkan bahwa tidak semua perilaku menyimpang bersifat negatif, tetapi adakalanya perilaku menyimpang justru dari pola yang di anggap salah ke pola kelakuan yang dia anggap benar. Paul Horton mengemukakan ada enam ciri-ciri perilaku menyimpang diantaranya:

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, yiatu perilaku tersebut memang

benar-benar telah dicap sebagi penyimpangan karena merugikan banyak orang atau membikin keresahan masyarakat, walaupun pada kenyataanya perilaku menyimpang merugikan orang lain.

2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak, artinya tidak semua

perilaku menyimpang dianggap negatif, tetapi adanya perilaku menyimpang itu justru mendapat pujian.

3. Penyimpangan negatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada satu

pun manusia yang sepenuhnya berperilaku seharus- harusnya sesuai dengan nilai dan norma sosial atau sepenuhnya perilaku menyimpang.

4. Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal, artinya suatu

tindakan yang senyatanya jika dilihat dri budaya yang berlaku di dalam struktur masyarakat tersebut dianggap komform, namun oleh peraturan hukum positif di anggap menyimpang.

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya

adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginannya tanpa harus menentang nilai dan norma tetapi sebenarnya perbuatan itu menentang norma.

6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (penyesuaian), artinya tindakan ini tidak menimbulkan ancaman disintegrasi sosial, tetapi justru diperlukan untuk memelihara integritas sosial.

Tindakan menyimpang, baik primer maupun skunder, tidak terjadi begitu saja tetapi berkembang melaui priode waktu dan juga sebagai hasil dari serangkaian terhadap interaksi yang melibatkan interpretasi tentang kesempatan


(22)

12 untuk bertindak menyimpang. Karier menyimpang juga didukung oleh pengendalian diri yang lemah serta kontrol masyarakat yang longgar ( permisif ).

Norma-norma kemasyarakatan terbentuk sebagai hasil dari proses-proses sosial, yaitu dalam proses interaksi sosial terjadi pola-pola aksi dan interaksi di dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, hanya melalui proses sosial saja norma sosial bisa tercipta. Akan tetapi, tidak semua norma sebagai hasil atau produk interaksi sosial tersebut mesti ideal dengan norma-norma yang bersifat umum ( general ). Atrinya dalam proses interaksi soaial tidak selalu menghasilkan norma yang positif sebab aksi interaksi yang bersifat negatif juga akan dapat menghasilkan produk norma yang negatif pula.

Adapun sebab musabab terjadinya perilaku menyimpang yaitu:

1. Sikap mental yang tidak sehat adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan jiwa, kehendak, dan pikiran manusia. Adapun yang dimaksud dengan mental yang tidak sehat berarti keadaan jiwa seseorang atau sekelompok orang yang tidak stabil sehingga berperilaku diluar batas manisia pada umumnya.

2. Ketidak harmonisan dalam keluarga yitu ketika ketika keluarga tidak dapat menjaga kebutuhannya, sehingga keluara yang bersangkutan akan mengalami broken home.

3. Pelampiasan rasa kecewa biasanya muncul ketika seseorang atau

sekelompok orang tidak terpenuhi keinginan dan harapannya.

4. Dorongan kebutuhan ekonomi adalah dorongan seseorang atau

sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5. Pengaruh lingkungan dan media massa adalah lingkungan yang tidak

sehat, seperti lingkungan dengan banyak anggota masyarakat yang menyimpang akan sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak.

6. Keinginan untuk dipuji terutama dikalangan anak-anak merupakan suatu

hal yang wajar. Akan tetapi, jika keinginan ini tidak terpenuhi, maka anak-anak akan mencari langkah lain.

7. Proses belajar yang menyimpang adalah proses ini dimana anak-anak

mengidentifikasi prilaku dilingkungannya yang menyimpang, terutama dari kelompok yang seusianya dan sepermainan mereka.

8. Kegagalan dalam proses sosialisasi tidak jarang, ada seorang tokoh agama, atau anak-anak yang terdidik menjadi anak yang anti sosial dan melakukan penyimpangan.


(23)

13 Pemahaman tentang bagaimana seseorang atau sekelompok orang dapat berperilaku menyimpang dapat dipelajari dari persperktif teoritis. Paling tidak ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang atau sekelompok orang berperilaku menyimpang. Yaitu dengan perspektif individualitas dan teori-teori sosiologi. (Setiadi. Usman Kolip: 2011: 189-240)

Teori asosiasi diferensiasi memiliki beberapa proposisi yaitu:

a. Prilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari. Ini berarti bahwa penyimpangan bukan diwariskan atau diturunkan, bukan juga dari hasil intelegensi yang rentah atau karena kerusakan otak.

b. Perilaku menyimpang dipelajari seseorang dalam interaksinya dengan

orang lain dan melibatkan proses komunikasi yang intens.

c. Bagian utama dari belajar tentang prilaku menyimpang terjadi didalam

kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab. Sedangkan media massa, seperti TV, majalah atau koran, hanya memainkan peran skunder dalam mempelajari penyimpangan.

d. Hal-hal yang dipelajari di dalam proses terbentuknya prilaku menyimpang adalah: teknis-teknis penyimpangan, yang kadang-kadang sangat rumit, tetapi kadang-kadang juga sangat sederhana

e. Petunjuk-petunjuk tentang motif dan dorongan untuk berprilaku

menyimpang itu dipelajari dari definisi-definisi tentang norma-norma yang baik atau tidak baik.

f. Seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih

menguntungkan untuk melanggar norma daripada tidak. Sutherland (dalam duku Narwoko & Bagong, 2004: 112-114)

2.1.1 Kontrol Sosial

Ide utama di belakang teori kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini di bangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh terhadap hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum.

Menurut Peter L. Berger 1997 (dalam buku Dwi Narwoko & Bagong), yang dimaksud dengan pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang sementara itu,


(24)

14 menurut Rucek (1965), pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana atau tidak untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilei kelompok tempat ia tinggal.

Sementara itu pada individu-individu tertentu, daya self-enforcing dari norma-norma itu sering kali melemah atau bahkan hilang sama sekali. Dalam hal demikian ini individu-individu pada saat situasi-situasi tertentu mungkin saja merasa bahwa mengikuti bunyi situasi norma tertentu itu justru malahan tidak riwarding bahkan sebaliknya mengalami kerugian.

Beberapa faktor yang yang menyebabkan warga masyarakat berprilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah sebagai berikut: Soekanto, 1981:45 dalam buku J. Dwi Naewoko- Bagong Suyanto (ed):

1. karena kaidah-kaidah yang tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga

menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.

3. Karena didalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan

4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara nyata.

Pada situasi dimana orang memperhitungkan bahwa dengan melanggar atau menyimpang suatu norma dia malah akan memperoleh sesuatu reward atau sesuatu keuntungan lain yang lebih besar, maka didalam hal demikian lah self-enforcing, demi tegaknya norma lalu terpaksa harus dijalankan dengan sarana suatu kekuatan dari luar.

Kontrol sosial didalam arti mengendalikan tingkah pekerti-tingkah pekerti masyarakat agar tetap konform dengan keharusan-keharusan norma hampir selalu


(25)

15 dijalankan dengan bersarankan kekuatan sanksi. Ada tiga jenis sanksi yang digunakan didalam usaha-usaha pelaksanaan kontrol sosial ini yaitu:

1. sanksi yang bersifat fisik,

2. sanksi yang bersifat psikologik, dan 3. sanksi yang bersifat ekonomik.

Sanksi fisik adalah sanksi yang mengakibatkan penderitaan fisik pada mereka yang dibebani sanksi tersebut, misalnya didera dipenjara, diikat, dijemur dipanas matahari, tidak diberi makan dan sebagainya. Sanksi psikologik yaitu beban penderitaan yang dikenakan pada pelanggar norma itu bersifat kejiwaan, dan mengenai perasaan, misalnya hukuman dipermalukan didepan umum, di umumkan segala kejahatan yang telah pernah dibuat.

Sanksi ekonomik yaitu beban penderitaan yang dikenakan kepada pelanggar norma adalah berupa pengurangan kekayaan atau potensi ekonomiknya, misalnya pengenaan denda, penyitaan harta kekayaan, dan sebagainya.( Narwoko-Bagong 2007: 135)

Tidak selamanya kontrol sosial efektif mengendalikan prilaku sosial. Proses sosialisasi merupakan langkah awal untuk menanamkan ketaatan anggota masyarakat, akan tetapi jika langkah awal tersebut tidak mencapai hasil yang positif, maka peran kontrol sosial perlu diefektifkan. Dalam situasi kritis, batas toleransi kontrol sosial trhadap pelanggran norma sosial mungkin berubah. Suatu pelanggaran norma sosial yang semula dianggap sebagai normaliter sebagai suatu pelanggaran yang amat keji, pada situasi, situasi kritis mungkin sekali dianggap sebagai hal yang lumrah bisa di mengerti sebagai perbuatan yang selayaknya dimaafkan.


(26)

16 Pada umumnya, kontrol sosial akan diterapkan lebih lunak jika menhadapi pelanggaran yang tidak seberapa asas, dari pada menghadapi persoalan prinsipil serta menyangkut kesejahteraan rohani. Pengendalian sosial mengacu pada alat yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota-anggota masyarakat ke “jalan yang benar”. Tidak ada kelangsungan hidup masyarakat tanpa adanya pengendallian sosial. Yang dimaksud dengan mekanisme pengendalian sosial dalam hal ini adalah cara-cara pemaksaan terhadap anggota masyarakat agar berprilaku konform. Artinya masyarakat dipaksa untuk berprilaku yang sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam struktur masyarakat tersebut.

Cara yang dilakukan masyarakat dalam melakukan fungsi control yaitu: 1. pengendalian secara persuasif yaitu bentuk pengendalian sosial yang

dilakukan dengan cara tidak menggunakan kekerasan.

2. Pengendalian secara koersif yaitu pengendalian yang dipahami sebagai bentuk tindakan pengendalian oleh pihak-pihak yang berwenag dengan menggunakan kekerasan atau paksaan.

Metode kontrol sosial bervariasi menurut tujuan dan sifat kelompok yang bersangkutan. Disamping berbagai mekanisme seperti desas-desus, mengolok-olok, mengucilkan, menyakiti, pengendalian ekonomi perencanaan ekonomi dan sosial. Rucek berpendapat bahwa pengendalian sosial pada dasarnya bisa dialankan melalui institusi atau tidak, ada yang dilakukan secara lisan dan secara simbolis, ada yang dilakukan secara kekerasan, ada yang dilakukan dengan menggunakan hukumhan, dan ada yang menggunakan imbalan, serta ada yang bersifat informal dan ada juga yang bersifat formal.


(27)

17 Koentjoroningrat (dalam buku Elly M. Setiadi & Usman Kolip 2011: 272 ) menyebutkan ada lima fungsi pengendalian sosial yaitu:

1. mempertebal keyakinan anggota-anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma kemasyarakatan.

2. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma kemasyarakatan.

3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat jika mereka menyimpang atau menyeleweng dari norma dan nilai kemasyarakatan yang berlaku.

4. Menimbulkan rasa takut (shock teraphy) di dalam diri seseorang atau sekelompok orang tersebut adalah resiko atau ancaman.

5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi-sanksi yang tegas bagi para pelanggaran yang biasanya dapat dilihat didalam sistem hukum tiap-tiap struktur masyarakat yang berlaku.

2.1.2 Teori jaringan sosial

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi huubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan dan keadaban. Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial dalam masyarakat.

Jaringan social tidak hanya digunakan sebagai kegiatan positif tetapi di sini jaringan social digunakan digunakan untuk kegiatan yang negative. Contohnya saja di Desa Mariah Jambi jaringan social digunakan untuk tindakan perilaku menyimpang atau tindakan operasi “ninja sawit” atau mereka sebut juga dengan kata-kata ngrenjer yang artinya adalah aksi pada saat melakukan tindakan “ninja sawit”

Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi yang khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial


(28)

18 yang biasnya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan, pengalaman-pengalaman sosial turunan dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ke-Tuhanan cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibnagun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih moderrn. Kelompok dan jaringan memungkinkan orang untuk mengakses sumber-sumber dan berkolaborasi untukk mencapai tujuan, ini adalah konsep penting bagian dari modal sosial. Jaringan informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap informasi dan sumber penghasilan kelompok seperti usaha dalam kerja sama, koordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang ada. Jaringan informal dapat dihubungkan dengan hubungan horizontal dan vertikal yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan, dan persahabatan.

Jenis lainnya adalah jaringan yang terdiri dari perkumpulan, dimana anggotanya dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki potensi alami untuk membangun diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan upaya-upaya kerjasama dalam kelompok. Mata rantai modal sosial disisi lain, termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan memperluas hubungan antara anggota masyarakat di kampung dengan masyarakat yang lebih luas


(29)

19 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan nilai-nilai, secara holistic dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:1). Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat secara utuh serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif maka peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dan data yang

jelas dan terperinci mengenai “Ninja Sawit”di Desa Mariah Jambi Kecamatan

Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

Penelitian studi kasus atau case study adalah penelitian mendalam

mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung pada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja. Studi ini mungkin mengkonsentrasikan diri dari faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. (Sumadi Suryabrata, 2002:22)


(30)

20 3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Mariah Jambi, kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun. Alasan peneliti memilih lokasi daerah ini adalah dikarenakan ditempat ini terdapat sejumlah orang yang melakukan “Ninja Sawit”, selain itu, peneliti juga memahami keadaan lokasi penelitian tersebut sehingga memudahkan peneliti mendapatkan informasi / data yang dibutuhkan peneliti.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007:76). salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan

“unit of analysis”. Ada dua unit analisis yang lazim digunakan pada kebayakan penelitian sosial yaitu individu maupun kelompok sosial yang didalam masyarakat. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah “Ninja Sawit” yang ada di Desa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin 2007:76). Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah: orang yang melakukan “ninja sawit” mulai dari anak remaja sampai orang dewasa, di Desa Mariah Jambi. Adapun yang menjadi informan subjek penelitian adalah


(31)

21

1. Orang yang melakukan “Ninja Sawit” mulai dari umur 13-45 tahun

2. Penampung (agen)

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan berdasarkan dengan jenis data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi. Tehnik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data skunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maurun wawancara mendalam, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penellitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam dimana adanya proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan dilokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara serta menggunaka alat bantu perekam atau tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan menangkap keseluruhan informasi yang di berikan informan. Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang “Ninja Sawit”.

b. Partisipasi Observer

Partisipasi Observer yaitu metode pengumpulan data dengan cara peneliti ikut ikut serta dan turut aktif dalam masyarakat secara langsung agar


(32)

22 peneliti dapat secara nyata merasakan dan menggambarkan situasi yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan ikut dengan para “Ninja Sawit” pada saat melakukan transaksi penjualan atau penimbangan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang “Ninja Sawit” yang berjalan dengan baik antara para “Ninja” dengan agen dan penjaga perkebunan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi seperti aktivitas “Ninja Sawit” dan sebagai penegas data yang di peroleh di lapangan.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data skunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penellitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majala, jurnal, dan bahan-bahan dari situs internet yang dianggap relevan dari masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini ternyata yang berkaitan dengan kenakalan remaja dipedesaan.

3.5.Interpretasi Data

Bata yang dikerjakan sejak peneliti mengumpukan data dilakukan secara insentif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakn. Merujuk pada Lexy J. Moleong (2002:190), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data


(33)

23 yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya.

Data tersebut teah dibaca, dipelajari dan di telaah maka langkah seanjutnnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan secara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci, merujuk ke inti dengan menelaah pernyataan-pernytaan yang diperlukan sehingga tetap berada dalam fokus peneliti.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lainnya dan di interpretasikan secara kualitatif. Proses interpretasi data dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif.


(34)

24

3.6Jadwal Kegiatan

Jadwal penelitian skripsi dilakukan sejak februari 2014. Secara terperinci kegiatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi √

2 Penyusunan proposal

Penelitian

√ √

3 Seminar proposal

penelitian

4 Revisis proposal

penelitian

5 Penelitian kelapangan √ √ √ √

6 Pengumpulan data dan

Analisis

√ √ √ √

7 Bimbingan √ √ √ √

8 Penulisan laporan akhir √

9 Sidang meja hijau √

3.7Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena factor internal di mana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga katena factor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para


(35)

25 akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya membahas tentang cara untuk melakukan pekerjaan

sebagai “ninja sawit” dan jaringan yang terbangun dalam “ninja sawit” di Desa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi, Kabupaten Simalungun.adapun cara untuk melakukan “ninja sawit” dan jaringan yang terbangun hanya di bahas secara singkat dan tidak mendalam karena takut keluar dari pandangan sosiologi.

2. Ruang dan waktu dalam penelitian juga cukup terbatas, sehingga di

harapkan penelitian ini sebaiknya di lakukan dalam waktu yang relative lama agar data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.

3. Dalam melakukan wawancara, peniliti mengalami kesulitan dalam

melakukan partisipasi langsung dengan yang di teliti karena kegiatan dilakukan di dalam perkebunan dan secara tersembunyi. Namun peneliti mengingat bahwa peneliti harus objektif, sehingga semua dapat teratasi. Mereka yang melakukan “ninja” cukup tertutup sehingga menjadi salah satu keterbatasan bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam lagi tentang bagaimana jaringan yang di lakukan mereka, di tambah lagi data penduduk yang melakukan “ninja” juga sulit untuk di ketahui karena tidak adanya data jumlah penduduk yang terlibat dalam “ninja sawit”


(36)

26 BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Kelurahan Desa Mariah Jambi

Desa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi berada pada Kabupaten Simalungun wilaya kelurahan ini dikelilingi oleh perkebunan warga, perumahan warga, sawah dan lain sebagainya. Desa Mariah Jambi, Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi, Kabupaten Simalungun memiliki wilayah seluas 770 Ha. Adapun luas lahan di manfaatkan untuk tataguna perumahan penduduk, tempat peribadatan, pemakaman, sekolah, lapangan, pertanian, perladangan, perkebunan, peternakan dan lain sebagainya. Kemudian letak wilayah Desa Mariah Jambi juga di kelilingi oleh perkebunan sawit milik PTPN IV Bah Jambi dan luas perkebunan milik PTPN IV yang mengelilingi Desa Mariah Jambi yaitu sekitar 250 Ha, sedangkan lahan milik perorangan yang mengelilingi Desa Mariah Jambi yaitu sekitar 20 Ha. Adapun jarak Desa Mariah Jambi ke ibukota Kabupaten 20km. Desa Mariah Jambi secara administratif terdiri dari enam kampung (dusun) yaitu,

1. Kampung Tadik

2. Kampung Jambi Huluan 3. Kampung Jambi

4. Kampung Timuran 5. Kampung Balige, dan 6. Kampung Mariah.

Setiap kampung tersebut di pisahkan oleh perkebunan sawit PTPN IV yang jarak tempuhnya cukup jauh yaitu sekitar 2km, sedangkan yang memisahkan


(37)

27 kamupung Tadik dengan kampung-kampung lainnya yaitu sawah-sawah milik masyarakat Desa Mariah Jambi. Kampung Tadik sendiri berdekatan dengan Kampung Jambi yang berjarak hanya sekit 500m. Kemudian Kampung Jambi Huluan juga berdekatan dengan Kampung Jambi tetapi jarak Kampung Jambi Huluan dengan Kampung Jambi tidak sedekat seperti Kampung Tadik. Seajutnya Kampung Balige, Kampung Timuran dan Kampung Mariah jaraknya sangat berdekatan jarak yang memisahkan hanya sekitar 100m.

Desa Mariah Jambi memiliki satu tempat wisata pemandian yang sudah cukup terkenal yaitu PAS (Pemandian Alam Sejuk) di namakan PAS karena air pemadiannya berasal dari mata air langsung. Tempat wisata ini terletak di Kampung Timuran, pemandian di buat seperti kolam dan berkelas-kelas sesuai umur karena kedalaman kolamnya berfariasi. Tempat wisata ini berdiri sudah 11 tahun pengunjung yang datang tidak hanya dari daerah setempat atau daerah Kabupaten Simalungun saja tetapi pengunjung dari luar kota pun banyak, seperti dari tebing, kisaran, perdagangan dan sebagainya. Pemandian ini setiap hari menerima pengunjung tetapi ramainya setiap hari sabtu dan minggu puncak keramaiannya yaitu dihari-hari besar seperti Hari Raya, Natal dan Tahun baru.

Tempat wisata Alam ini di jadikan oleh masyarakat Desa Mariah Jambi sebagai sumber perekonomian masyarat dengan membuka usaha sepert: menyewaka tempat dan tikar, menyewakan ban, menyewakan sepeda air, menjual makanan seperti ikan mas panggang, ayam panggang, mie ayam, bakso dan sebagainya. Tempat wisata ini di kelola oleh masyarakat Desa Mariah Jambi sendiri, orang yang tidak penduduk Desa Mariah Jambi tidak di perbolehkan buka usaha di tempat wisata darena di anggap sebagai pesaing.


(38)

28 Desa Mariah Jambi selain terkenal dengan wisata alamnya juga lumayan terkenal dengan “ninja sawit”nya karena sebahagian masyarakat tidak bergantung pada tempat wisata saja tetapi sebahagian masyarakat juda ada yang menggantungkan hidupnya pada “ninja sawit”. “ninja sawit” sudah lama ada di Desa Mariah Jambi, bahkan Sebelum ada tempat wisata PAS( Pemandian Air Sejuk) bahkan “ninja sawit” sudah ada sejak adanya perkebunan sawit PTPN IV Bah Jambi.

4.1.1 Asal Mula “Ninja Sawit”

“ninja sawit” adalah singkatan dari njinjing sawit, njinjing sendiri artinya adalah, mengangkat, menjunjung atau memundak bahkan memcuri. Bahasa itu di ambil dari bahasa jawa sehari-hari masyarakat Desa Mariah Jambi, bahasa itu tercetus karena kebanyakan masyarakat Desa Mariah Jambi Suku Jawa bahkan bahasa sehari-hari yang di gunakan oleh masyarakat Desa Mariah Jambi yaitu memakai bahasa Jawa. Oleh karena itu singkatan“ninja” lebih mudah di ucapkan, maka sampai saat ini masih di gunakan. Jadi bagi sebahagian orang yang tidak mengetahui arti “ninja”, mengira karena kerja atau cara beroperasinya menggunakan topeng atau penutup kepala, bahkan memakai sarung maka di sebut dengan “ninja”. Seperti pendekar “ninja” yang ada di cerita-cerita dan di filim-filim. Jadi semuanya tidak seperti itu dan “ninja sawit” juga tidak ada kaitannya dengan orang-orang yang memakai topeng, penutup kepala bahkan sarung ketika “ninja sawit” , Tetapi tidak hanya itu saja makna atau arti dari “ninja sawit”, ada arti lain dari “ninja sawit” yaitu mengambil sawit yang bukan hak atau miliknya atu yang di namakan mencuri.


(39)

29 “Ninja sawit” di jadikan oleh sebahagian masyarakat Desa Mariah Jambi sebagai sumber mata pencaharian karena sebahagian masyarakat Desa Mariah Jambi sepenuhnya hidup dari “ninja sawit” dan tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Hal ini terjadi karena di masyarakat sendiri sudah tidak ada lagi kontrol social. Oleh sebab itu terjadilah perilaku menyimpang. Jadi “ninja sawit” ini di jadikan oleh masyarkat Desa Mariah Jambi sebagai mata pencaharian.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Kelurahan

Di Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun terdapat beberapa prasarana yang berfungsi membantu penduduk Desa Mariah Jambi dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Di mana prasarana ini adalah pemberian pemerintah maupun hasil pernduduk itu sendiri.

4.1.2.1Sarana Transportasi

Adanya prasarana ini sangat berpengaruh pada kelancaran aktivitas penduduk Desa Mariah Jambi. Kondisi jalan yang tidak diaspal dan berbatu membuat masyarakat Desa Mariah Jambi masih susah untuk memasarkan hasil panen dari perkebunannya. Jalan berbatu yang di lewati untuk bisa sampai kekota sekitar 15km. transportasi yang biasa digunakan masyarakat Desa Mariah Jambi yaitu angkot (angkutan umum) dan kendaraan pribadi (mobil atau sepeda motor). Karena jalan yang kurang bagus membuat sarana trasportasi jarang lewat di Desa Mariah Jambi, dalam satu hari angkutan umum hanya tiga kali dakam satuhari lewat untuk mengangkat penumpang. Jadi transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat untuk pergi yaitu menggunakan kendaraan sepeda motor.


(40)

30 4.1.2.2Sarana Pemasaran

Dalam sarana pemasaran di Desa Mariah Jambi sangat membantu masyarakat dalam berusaha membantu memasarkan hasil dari panen. Karena ada toke atau agen yang menampung hasil panen para petani dan kemudian toke langsung datang ke ladang-ladang atau sawah-sawah milik petani untuk mengambil hasil panennya. Sehingga untuk menjual hasil panennya petani tidak merasa kesulitan lagi untuk menjual hasil panennya. Selein itu, kios dan warung juga mendukung pemasaran usaha masyarakat di Desa Mariah Jambi.

4.1.2.3Produksi

Prasarana ini juga dapat membantu penduduk di Desa Mariah Jambi dalam hal produksi. Produksi di Desa marih Jambi sebahagian besar hasil dari pertanian masyarakat seperti produksi sayur-sayuran padi, jagung dan sebagainya. Untuk saat ini di Desa Mariah Jambi, hasil tanaman padi merupakan hasil yang paling banyak karena masyarakat petani di Desa Mariah Jambi lebih dominan menanam tanaman padi. Masyarakat Desa Mariah Jambi dalam satu tahun pendapatan hasil panen padinya mencapai 2.000 ton, kemudian hasil panen jagung mencapai dalam satu tahun 1.000 ton dan hasil panen dari ubi kayu, kacang-kacangan dan lain-lain mencapai 80 ton.


(41)

31 Tabe 1. Data Hasil Panen Tanaman Pangan Desa Mariah Jambi

Tahun 2014

No Hasil Panen Banyak %

1 Padi 2.000ton 64,93%

2 Jagung 1000 ton 32,46%

5 Lain-lain 80 ton 2,61%

Total 3080 ton 100%

Sumber Data: Kelurahan Desa Mariah Jambi Tahun 2014

4.1.2.4Sarana Rekreasi dan Olahraga

Desa Mariah Jambi walaupun Desanya kecil dan masih sangat jarang orang mengetahui letak desanya. Tetapi ada salah satu tempat wisata yang terkenal di Desa Mariah Jambi yaitu PAS (Pemandian Air Sejuk) tempat ini sudah banyak di kunjungi oleh orang. Tidah hanya orang yang tinggal di sekitar desa Mariaj Jambi Saja yang datang ke tempat ini orang dari luar kota pun sudah banyak yang pernah datang. Selain itu Desa Mariah Jambi juga memiliki satu (1) lapangan bola kaki dan dua (2) lapangan bola voli.

4.1.2.5Sarana Ibadah

Banyak nya mesjid di Desa Mariah Jambi dikarenakan masyarakatnya mayoritas beragama islam. Di setiap desanya terdapat satu mesjid, selain mesjid tersedia juga musholah. Tidak hanya itu saja tempat ibadah yang ada di Desa Mariah Jambi gereja juga ada sekitar ada 3 gereja yang terbangun.


(42)

32 Tabel 2. Sarana Ibadah di Desa Mariah Jambi Tahun 2014

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 4

2 Mushola 1

3 Gereja 3

Total 8

Sumber Data: Kelurahan Desa Mariah Jambi Tahun 2014

4.1.2.6Sarana Kesehatan

Walaupun desa nya keci dan terletak di areal perkebunan, tetapi sarana kesehatan yang ada di Desa Mariah Jambi sudah cukup memadai untuk masyarakatnya. Karena terdapat satu (1) poliklinik Desa, posyandu untuk balita dan anak-anak juga ada yaitu satu (1) dan praktik bidan yang sudah lumayan banyak yaitu empat (4) tempat praktik bidan yang buka dua puluh empat (24) jam

Table 3. Sarana Kesehatan Masyarakat Desa Mariah Jambi (2014)

No Instansi Jumlah

1 Posyandu 1

2 Poliklinik 1

3 Praktik bidan 4

Total 6


(43)

33 4.1.2.7Sarana Pendidikan

Prasarana ini juga sangat membantu dalam bidang sosial yang menyangkut kehidupan sosial penduduknya. Terkait dengan prasarana pendidikan, di Desa Mariah Jambi tidak tersedia sekolah SMA jadi anak SMA bersekolah di luar Desa Mariah Jamabi, tepatnya di pusat kota dengan jarak tempuh yang cukup jauh dari tempat tempat tinggalnya. Pemerintah hanya memfasilitasi satu (1) TK (taman kanak-kanak), dua (2) SD (Sekolah Dasar) dan yang terakhir yaitu satu (1) SMP (sekolah menengah pertama)

Table 4. Data Sarana Pendidikan (2014)

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 TK( Taman Kanak-kanak) 1

2 SD( Sekolah Dasar) 2

3 SMP( Sekolah Menengah Pertama) 1

Total 4

Sumber Data: Kantor Kelurahan Desa Mariah Jambi (2014)

4.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Mariah Jambi

Dalam masyarakat Desa Mariah Jambi ada beragam mata pencaharian pada masyarakat Desa Mariah Jambi ada yang bekerja sebagai buru pabrik, buru tani, buru bangunan, petani dan PNS (Pegawai Negri Sipil). Di Desa Mariah Jamabi masih banyak masyarakatnya yang putus sekolah di karenakan kurang biaya karena orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap dan ketidak perdulian pemerintah Desa Mariah Jambi. Banyak masyarakat miskin yang tidah mendapat perhatian dari Kepala Desa, masyarakat di persulit untuk mengurus surat


(44)

34 keterangan miskin untuk mengurus biaya sekolah geratis dalam menjalani pendidikan.

Dalam masyarakat Desa Mariah Jambi selain beragam mata pemcaharian pada masyarakatnya beragam pula agama dan etnis. Agama yang mendominasi pada masyarakat Desa Mariah Jambi adalah agama Islam dan suku Jawa, agama islam sendiri mencapai 80% dan agama Kristiani hanya berkisar 20%.

4.1.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Mariah jambi berjumlah 2.775 jiwa dengan 736 kepala keluarga dengan jumlah laki-laki sebesar1.372 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.403 jiwa. Data dapat di lihat pada tabel berikut :

Table 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (2014)

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 1.372 49,4%

2 Perempuan 1.403 50,6%

Total 2.775 100%

Sumber Data: Kantor Kelurahan Desa Mariah Jambi (2014) 4.1.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Selain di di pisahkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, masyarakat Desa Mariah Jambi juga di pisahkan jumlahnya berdasarkan usia. Adapun golongan usianya sebagai berikut: usi 0-6 tahun sebanyak 262 orang kemudian yang berusia 7-14 tahun sebanyak 431 orang kemudian yang berumur 15-24 tahun sebanyak 496 orang selanjutnya samsyarakat yang berumur 25-44 tahun sebanyak 883 orang kemudian yang berumur 45-60 orang berjumlah 240 orang dan kemudian yang terakhir masyarakat yang berumur 61- ke atas sebanyak


(45)

35 240 orang. Jadi jumlah keseluruhan penduduk desa mariah jambi yaitu 2775 orang.

Tabel 6. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur (2014)

No Usi /Umur Jumlah %

1 0-6 tahun 262 9,45%

2 7-14 tahun 431 15,53%

3 15-24 tahun 496 17,87%

4 25-44 tahun 883 31,82%

5 45-60 tahun 463 16,68%

6 61- keatas 240 8,65%

Total 2.775 100%

Sumber Data: Kantor Kelurahan Desa Mariah Jambi (2014) 4.1.4.2Komposisi Penduduk Berdasarkan Yang Masih Sekolah

Dari 2.775 jiwa jumlah penduduk Desa Mariah Jambi terdata 863 jumlah penduduk yang masih duduk di bangku sekolah dapat di lihat tingkatan-tingkatan sekolah yang masih di jalani adalah seperti: di bangku SD (sekolah dasar) sekitar 280 orang, kemudian yang duduk di bangku sekolah SMP ( sekolah menengah pertama) sekitar 215, selanjutnya yang masih duduk di bangku sekolah SMA (sekolah menengah atas) sekitar 330 orang yang yang terakhir yaitu Sarjana sekitar 38 orang. Seperti yang ada pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Komposisi Penduduk yang Masih Sekolah (2014)

No Jenjang Pendidikan Jumlah %

1 SD 280 orang 32,4%

2 SMP 215 orang 24,9%

3 SMA 330 orang 38,2%

4 SARJANA 38 orang 4,5%

Tota 863 100%


(46)

36 4.1.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Di dalam Masyarakat Desa Mariah Jambi hanya ada dua jenis agama yaitu Islam dan Kristen diluar dari aagama Islam dan Kristen tidak ada lagi agama lain seperti agama Hindu Budha dan Katolik. Dari 2.775 jumlah penduduk Desa Mariah Jambi lebih dari setengahnya masyarakat Desa Mariah Jambi beragama isam, dari 2.775 jumlah penduduk 2.228 orang diantaranya memeluk agama islam atau sekitar 80% penduduk yang meyakini agama tersebut. Sedangkan masyarakat Desa Mariah Jambi yang beragama kristen tidak mencapai setenganya hanya sebanyak 20% atau 555 orang. Selain beragam agama pada masyarakat Desa Mariah Jambi, suku pada masyarakat Desa Mariah Jambi juga beragam adapun Suku yang ada pada masyarakat Desa Mariah Jambi Seperti yaitu: Suku Jawa, Batak, Minang, Batak Karo, Batak Mandailing dan lain sebagainya. Masyarakat Desa Mariuah Jambi masih menggunakan adat budaya leluhurnya kalau melaksanakan pesta-pesta pernikahan dan sebagainya. Adapun jumlah masyarakat yang beragama seperti dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama (2014)

No Agama Jumlah %

1 Islam 2220 80%

2 Kristen 555 20%

3 Hindu - -

4 Budha - -

Total 2.775 100%


(47)

37 4.1.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian pada Penduduk Desa Mariah Jambi, dapat di bagi menjadi beberapa kelompok seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan (2014)

No Jenis Pekerjaan Jumlah %

1 PNS 35 orang 1,83%

2 ABRI 1 orang 0,05%

3 BURUH 766 orang 40,06%

4 PETANI 820 orang 15,17%

Total 2.775 orang 100%

Sumber Data: Kantor Kelurahan Desa Mariah Jambi (2014)

Dari tabel di atas, dapat dilihat, pada umumnya penduduk di Desa Mariah Jambi dominan penduduknya bekerja sebagai petani, banyaknya petani karena Desa Mariah Jambi selain di kelilingi oleh perkebinan sawit PTPN IV Desa Mariah Jambi juga banyak di kelilingi oleh sawah dan ladang milik penduduk Desa Mariah Jambi. Oleh sebab itu hampir setengah atau 820 orang penduduknya berpropesi sebagai petani, hal ini di dukung dengan lahan masyarakat yang lumayan luas serta kecocokan tanah sebagai lahan pertanian. Selain petani sekitar 766 orang penduduk Desa Matiah Jambi Juga Banyak yang berkerja menjadi buruh kasar seperti: buruh bangunan, buruh pabrik, buruh tani bahkan sampai ada yang “ninja sawit” dan lain sebagainya, hal ini di picu karena minimnya lapangan pekerjaan dan banyak penduduk yang putus sekolah. Selain sebagi buruh


(48)

38 penduduk Desa Mariah Jambi sekitar 35 orang bekerja menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).

4.2 Profil Informan

Informan dalam penelitian ini sangatlah penting untuk memperdalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti telah mendapatkan berbagai karakteristik yang sesuai dalam penelitian yang telah diteliti., diantaranya adalah sebagai berikut :

Profil Informan

1. Nama : Toke

Umur : 51 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : petani

Toke adalah seorang petani yang memiliki banyak tanah, sawah, dan kebun sawit, ia menjadi Toke sawit sudak sekitar 15 tahun. Toke tidak sendiri melakukan keamanan “ninja sawit” namun Toke dibekap oleh preman setempat yang memang sangat ditakuti oeh orang-orang sekitar. adapun nama yang sering disebut adalah K.S. Selain menerima buah sawit “ninja”, Toke juga menerima hasil buah lahan ( sawit milik petani). Sawit kampung di terima Toke dengan sistem jual per kg dan harga per kg yaitu Rp 1.100 dan tergantung dengan harga sawit pada saat itu. Sedangkan sawit dari hasil “ninja” tidak menggunakan sistim


(49)

39 timbang melaikan dibayar dengan hitungan janjang. Sedangkan per janjang dibayar oleh Toke hanya Rp8.000. padahal buah di Desa Mariah Jambi bisa mencapai berat rata-rata 50kg setiap janjang.

Salain menjadi Toke, ia juga ikut langsung untuk memantau para “ninja” ketika sedang beroperasi. Peran Toke yaitu sebagai pengawas, adapun yang dilakukan Toke untuk mengamankan anggotanya adalah menjaga pasar dengan cara berpatroli keliling perkebunan. Kemudian memantau pasar untuk meihat keamanan. Apa bila ada tim perkebunan yang datang Toke biasanya memberi kode untuk anggotanya supaya segera lari dan meninggalkan lokasi perkebunan, biasanya kode yang digunakan berupa suara melengu seperti lembu ( emmmbbbooooo).

Setiap hari Toke menampung buah sawit dari anggotanya, biasanya setelah terkumpul sekitar 200 toros (janjang) maka sawit akan dikirim. biasanya masyarakat setempat sering menyebutkan dengan kata muat (nimbang sawit). kemudian toke akan langsung menjual ke gudang penampungan sawit yang biasanya sering di sebut gudang Ramayana. Letak gudang Ramayana berada di Desa Parbutaran, jarak gudang Ramayana dengan Desa Mariah Jambi sekitar 13km dan ini rutin dilakukannya satu minggu sekali. Bahkan gudang Ramayana ini tidak hanya menerima sawit legal saja bahkan sawit iegal seperti hasil “ninja”pun di terima. Pihak gudang membayar sawit legal dan illegal dengan harga yang sama. Sehingga toke yang menampung sawit “ninja” mendapat untung lebih banyak karena Toke membayar sawit “ninja” dengan hitungan per janjang. Sedangkan per janjang bisa mencapai 50kg. sistem penjualannya resmi Karena Toke memiliki surat Unit Penjualan (UD). Setiap anggotanya menyetor buah


(50)

40 sawit ke Toke tetapi uang tidak segera dibayar melainkan menunggu “muat” (meninmbang) dahulu dan setelah uang “cair”(buah laku) baru dibayar kepada anggotanya.

Dalam satu minggu minimal satu kali “muat” atau menjual buah sawit, bahkan bisa sampai dua kali muat buah sawit dalam satu minngu. Tetapi jika buah lahan( buah kampung) hanya dua minggu sekali panen. Bapak Toke ini dalam melaksanakan kegiatannya menjalin kerja sama dengan pihak keamanan perkebunan atau yang sering di sebut dengan centeng. Dalam satu kali “ninja” centeng mendapat bayaran dari bapak agen Rp100.000, biasanya centeng yang terlibat sekitar 2-3 orang. Dalam hubungan kerja sama ini ada kesepekatan Centeng dengan Toke yaitu boleh masuk “ninja” asal orang perkebunan sudah manen dahulu. Bahkan pada saat banjir buah (panen raya) Toke ini juga bisa kerjasama dibantu dengan oknum polisi kenalan pak Toke.

Toke selalu bertangguang jawap jika ada anggotanya yang tertangkap ketika “ninja sawit”, tindakan yang dilakukan Toke ketika ada anggotanya yang tertangkap yanitu langsung menemui orang yang menangkap anggotanya dan berdamai atau nego-nego berapa harga yang harus di bayar Toke untuk menebus anggotanya. Biasanya uang tebusan yang di bayar sekitar Rp. 500.000 itu kalau masi di lapangan tempat “ninja” atau perkebunan. Jika sudah sampai kantor bisa menjadi lebih mahal sekitar Rp. 1.500.000- Rp 2.000.000 an.

Uang yang sudah di keluarkan Toke unntuk menebus anggotanya tidak perlu di ganti oleh anggotanya. karena hasil penjualan sawinya 80% untuk toke. jadi anggota tidak perlu mengganti uang tebusan kepada Toke ia mau menampung


(51)

41 buah “ninja” karena keuntungannya lebih banyak dari pada keuntungan dari buah lahan.

2. Nama : Centeng

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Centeng bekerja menjadi karyawan di perkebunan sawit sudah sekitar 28 tahun, selama 28 tahun ia sering berganti-ganti tugasnya. Pada awal di terima sebagi karyawan Centeng bekerja sebagai pemanin buah atau yang sering di sebut “mendodos” buah sawit. Kemudian setelah sudah beberapa tahun memanen sawit, pekerjaan Centeng dipindah tugasnya sebagai karyawan pemupuk kelapa sawit, kemudian pindah lagi sebagai petugas perbaikan jalan, selanjutnya pernah juga merawat kelapa sawit tetapi khususnya membersuhkan rumput yang ada disekeliling pohon sawi dan selanjutnya menjadi petugas keamanan perkebunan atau yang disebut Centeng. Dari pekerjaan tersebut Centeng bergaji sekitar Rp 2.200.000 perbulan kemudian ditambah lagi dengan uang bonus jasa prodaksi yang sering disebut “premi”, selain itu Centeng juga mendapat kacang hijau, susu, telut dan beras sebagai poding.


(52)

42 Keterlibatannya dalam “ninja sawit” karena alasan untuk menambah uang penghasilan atau yang ia sebut sebagai uang masuk atau uang rokok. Posisinya dalam jaringan “ninja sawit” adalah mengawasi selama kegiatan “ninja sawit” berlangsung dan terlebih dahulu membuat kesepakatan untuk sama-sama saling menutupi dan seolah-olah tidah terjadi apapun. Ia menerima kerja sama dengan Toke “ninja sawit”. biasanya jika mereka akan masuk “ninja” Toke akan laporan terlebih dahulu dengan centeng atau meminta ijin untuk bisa masuk “ninja” atau tidak. Jadi Centeng harus mengetahui pada saat itu kepala keamanan akan patroli atau tidak untuk mengecek keamanan perkebunan. Jika kepala keamanan akan turun ke lapangan maka Centeng tidak akan memberi mereka ijin untuk masuk, dan sebaliknya jika kepala keamanan perkebunan tidak turun ke lapangan maka mereka akan diperbolehkan untuk “ninja sawit”. Biasanya setiap satu kali masuk kerja Centeng menerima uang per orange sebanyak Rp 50.000-Rp 100.000. Selajutnya tugas Centeng hanya mengawasi dari jauh dan berpura-pura tidak mengetahui jika di dalam perkebunan ada yang sedang “ninja sawit” (beroperasi). Jika ada kepala keamana yang lewat untuk patrol maka Centeng akan cepat-cepat memberi tahu kepada para “ninja sawit” supaya mereka segera keluar meninggalkan lokasi dan tidak ketahuan dengan kepala keamanan. Jika para “ninja sawi” sampai ketahuan kepala keamanan perkebunan, makan mereka akan di tangkap. bukan hanya mereka saja yang yang mendapat sanksi, tetapi kami juga akan terkena teguran karena di anggap sudah lalai dalam berjaga-jaga. Oleh sebab itu Centeng harus sama-sama menutupi supaya sama-sama aman. Pada saat itu para “ninja” dan agen berpura-pura tidah mengetahui bahwa ada negosiasi sebelumnya.


(53)

43 Selain mendapat uang ketika mereka akan masuk “ninja sawit”, Centeng juga mendapat uang tambahan pada saat mereka sudah muat buah sawit dan menerima uang hasil “ninja sawit” atau yang biasa disebut oleh masyarakat desa Mariah Jambi dengan sebutan gajian. Biasanya setiap selesai menerima uang Centeng diberi uang tambahan lagi oleh Toke yaitu dengan cara menyalamkan amplop kepada setiap Centeng yang sudah ikut terlibat dengan uang rata-tara Rp 200.000 setiap orang.

3. Nama : HRM (ninja sawit individual)

Umur : 29 tahun

Nenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pendidikan : SMP

HRM adalah seorang pekerja serabutan atau buruh harian lepas yang pekerjaannya tidak menentu, HRM bekerja serabutan sudah sekitar 10 tahun. ia bekerja sebagai buruh bangunan, buruh tani dan sesekali bekerja sebagi buruh pabrik. Pekerjaan yang dikerjakan HRM tidak setiap hari di jalaninya, karena tidak setiap hari pekerjaan itu ada. Belu tentu dalam satu minggu ia bekerja setiap hari. Sehingga penghasilannyapun tidak menentu, namun rata-rata setiap bulan HRM mendapat gaji sekitar Rp 1.500.000 itulah penghasilan HRM yang digunakan untuk menghidupi dua orang anak dan satu orang istrinya.


(54)

44 Alasan HRM “ninja sawit” karena langkanya pekerjaan dan langkanya penghasilan yang diperoleh, kemudian tempat yang sangat mendukung dan strategis yaitu perkebunan sawit yang berada tepat di depan rumah HRM. Walaupun HRM dalam melakukan operasi “ninja sawit” selalu merasa tidak aman dan was-was. HRM dalam melakukan “ninja sawit” sering dikejar-kejar dan ditembaki oleh pihak keamanan perkebunan. Karena HRM bukan merupakan anggota kelompok Toke. Ia bekerja secara individual dan tidak ada yang melindungi atau membekap, baik dari kelompok Toke maupun kelompok “ninja sawit” dan centeng perkebunan. Selanjutnya HRM menjual hasil “ninja” ke Toke. Maka jika HRM tertangkap ia akan masuk ke dalam penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dan menjalani hukuman karena tidak ada yang menebus dan menjamin.

Buah sawit yang di jual HRM di hitung per kg tetapi di beri hargai oleh Toke hanya Rp 700 per kg. penghasilannya rata-rata dalam satu kali beroperasi tidak metentu, minimal setiap satu kali beroperasi hanya mendapat 5-7 janjang setiap satu kali beroperasi. Jika sawit yang didapat HRM maka ia mendapat uang sekitar Rp 70.000 an, atau rata-rata Dalam satu minggu bisa mencapai Rp 800.000an. Hal ini tidak dapat di pastikan karena “ninja sawit” tidak dapat dipastikan, dalam satu hari bisa beberapa kali “ninja” (beroperasi) karena setiap ada kesempatan dan dapat posisi aman mereka langsung masuk untuk beroperasi. Dalam satu minggu bisa beroperasi 4 sampai 5 kali “ninja sawit” bahkan bisa setiap hari. Tetapi terkadang dalam satu minggu sama sekali tidak bisa “ninja sawit” (beroperasi) karena keamanannya yang ketat. “ninja sawit” yang di jalani HRM tidak berkelompok HRM setiap kali “ninja sawit” hanya berdua saja dengan


(55)

45 temannya. Satu orang memanen buah sawit dan yang satu orang lagi melangsir buah ke tempat yang aman. Sedangkan tugas HRM adalah sebagai pemanen buah sawit.

4. Nama : SL

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

SL bekerjaan sebagai BHL pemanen buah sawit (buruh harian lepes) di perkebunan sawit PTPN IV Bahjambi, SL memiliki dua orang anak dan seorang istri. SL sudah tujuh tahun menjadi BHL pemanen buah sawit. SL juga sudah berulang kali mencoba melamar untuk menjadi karyawan tetap, tetapi SL tidah pernah lulus karena tidak ada orang dalam yang membantunya. Dalam satu bulan gaji yang di peroleh tidak menentu, karena tergantung dari seberapa banyak buah sawit yang diperoleh SL. paling banyak uang yang dibawa pulang ke rumah sekitar Rp 2.000.000 jika lagi banjir buah atau banyak buah sawit yang bisa dipanen. Jika lagi musim “terek” buah sawit atau lagi tidak ada buah SL hanya bisa bergaji Rp 1.000.000 bahkan bisa hanya Rp 500.000 saja biasanya hal ini terjadi jika musim panas.

Karena gajinya yang tidak menentu dan tidak mencukupi SL memutuskan utuk ikut melibatkan diri dalam dunia “ninja sawit”. SL melibatkan diri dalam


(56)

46 dunia “ninja sawit” sudah sekitar empat tahun lebih, SL ikut masuk kelompok jaringan “ninja sawit” Toke. Beranggotakan setiap satu kali “ninja sawit” 7-8 orang. Bapak SL merasa aman jika melakukan “ninja sawit” karena banyak orang yang membantu dalam kerja sampingannya (“ninja sawit”). Adapun yang teribat dalam “ninja sawit” yaitu toke, centeng ( penjaga perkebunan) dan pentolan ( pejaga pasar) bahkan terkadang dijaga oleh oknum kepolisian teman Toke. jadi yang semula merasa takut kini SL merasa lebih aman setiap melakukan “ninja sawit” karena pengamanannya yang cukup baik. Jika tertangkap oleh pihak perkebunan sudah ada yang menjamin jadi rasa takut sedikit hilang.

Sistem penjualan yang dilakukan yaitu dengan cara per tandan ( janjang) satu tandan harganya Rp 8.000 sedangkan satu janjang memiliki berat sekitar 20kg bahkan sampai 50kg Toke tidak mau menerima dengan hitungan kg jika di jual dengan hitungan kg maka Toke akan rugi karena tidak ada keuntungan dan uang untuk membayar keamanan pada saat “ninja sawit”. SL dalam satu kali “ninja” mendapat uang selitar Rp. 100.000 sedangkan dalam satu minggu SL bisa 3-4 kali “ninja” dan dalam satu hari bisa sampai dua kali “ninja”, jadi dalam satu minggu SL bisa mendapat uang dari “ninja” sekitar Rp 500.000 bahkan bisa mencapai Rp 1.000.000 per minggu. Waktu untuk “ninja sawit” yang di lakukan tidak menentu, terkadang siang hari, pagi, malam, bahkan malam menjelang pagi. Tetapi SL lebih sering “ninja” di malam hari karena peluangnya lebih banyak kemudian pagi hari SL bekerja sebagai BHL ( buruh harian lepas).

SL berkelompok pada saat”ninja sawit”, yang tergabung dalam satu kelompok SL yaitu sekitar 7 (tujuh) orang, setiap orang memiliki peranan masing-masing.


(57)

47 SL sendiri memiliki peran sebagai pemanen buah dan ada temannya juga yang membantu SL untuk memanen bauh sawit kemudian teman yang lain membantu SL untuk melangsiri atau memindahkan buah sawit ke gudang penyimpanan buah “ninja” supaya buah sawit yang di “ninja” aman selanjutnya ada yang memotong pelepah (batang daun sawit).

5. Nama : Boy

Umur : 16 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Boy adalah seorang salah satu anggota “ninja sawit” yang masih menjadi pelajar di salah satu sekolah swasta tingkat menengah atas. Boy sudah menjadi anggota “ninja sawit” sekitar satu tahun lebih. Saat operasi, boy bertugas sebagai mata-mata atau penjaga keamanan di jalan utama perkebunan atau yang dikenal dengan sebutan “pentolan” dikalangan ninja sawit. Pentolan merupakan mata-mata yang berada di lapisan terluar dari zona pantau saat operasi ninja sawit.

Sebagai pentolan, posisi boy yang berada di jalan utama perkebunan memiiki jarak sekitar 700m dari teman-teman satu timnya yang juga bertugas mata-mata (centengdan toke) hal itu dimaksudkan jika pihak keamanan perkebunan datang, boy memiliki waktu untuk mengabarkan kepada seluruh anggota tim yang sedang beroperasi agar saling membeti tahu dan segera keluar


(58)

48 dari perkebunan. Adapun cara yang digunakan untuk mengabarkan keseluruh anggota tim yaitu dengan menelepon melalui telepon genggam dan menciptakan suara kerbau yang di dengungkan keseluruh anggota tim.

Dari hasil kerjanya sebagai pentolan boy mendpat bagian sebanyak Rp2000/janjang (satu bonggol sawit). Bagian yang didapatkannya tersebut digunakannya sebagai tambahan uang jajan untuk membeli rokok dan biaya malam mingguan.

boy ikut “ninja” dikarenakan uang jajan yang di dapat dari orang tua katanya kurang satu hari boy hanya mendapat uang jajan Rp. 10.000. katanya di zaman sekarang uang Rp. 10.000 mana cukup untuk jajan satu hari sekolah, untuk beli jajan sama rokok aja kurang belum lagi uang untuk ngapelin cewak dan untuk isi pulsa semuanya itu kan perlu uang ujar boy Jadi untuk memambah uang jajan boy memutuskan untuk ikut “ninja” .

6. Nama : Jono

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam


(1)

91 memenen terlebih dahulu kemudian para “ninja sawit” baru boleh masuk untuk beroperasi.

4. Dalam “ninja sawit” terdapat 7 peran penting yang dapat melancarkan operasi ninja sawit yaitu: “toke, centeng, pentolan, pemanen, perencek, pelangsir dan pemuat”.

5. Perkembangan “ninja sawit” di desa mariah jambi sampai saat ini semakin berkembang di karenakan jaringan yang kuat dan strategi yang bagus. Agen membangun jaringan dengan sistem terikat seperti semua keperluan anggota di fasilitasi dari kecelakaan pada waktu kerja, jika tertangkap bahkan liburan geratis pun di fasilitasi tanpa mereka harus menganggung biayanya sendiri. Tetapi itu semua tidak dia anggap hutang karena mereka tidak perlu mengembalikan uang yang sudah di keluarkan oleh agen

6. Dalam “ninja sawit” banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan resiko yang sangat besar tetapi mereka tetap bertahan dan selalu mengatur strategi agar semuanya tetap lancar

7. Sistem “ninja sawit” sudah sangat tersetruktur rapi semua yang mendapat peran dalam “ninja sawit” menjalankan tugasnya dengan rapih. Walaupun terkadang harus kejar-kejaran dengan kepala keamanan dan sampai tertangkappun mereka masih bisa menutupi semunya


(2)

92 5.2Saran

1. Tidak perlu melakukan patrol yang ekstra ketat karena seketat apapun penjagaan diperkebunan tetap saja pencuri lebih pintar untuk mengakalinyan. Seharusnya dilakukan oleh pihak perkebunan yaitu melakukan pendekatan kepada masyarakat Desa Mariah Jambi atau melakukan pelatihan seperti keterampilan atau member moda usaha supaya mereka tidak melakukan “ninja sawit”. Dengan demikian maka perkebunan akan aman dari tindakan “ninja sawit”

2. Kesadaran dan ketidak pedulian pemerintah terhadap “ninja sawit” membut hal ini semakin berkembang. Jadi di harapkan pejabat Deasa Mariah Jambi membantu meringankan beban sosial ekonaomi pada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan pendidikan yang rendah mendapat perhatian yang khusus agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

3. Generasi selanjutnya di harapkan tidak ada lagi orang yang sampai terjebak dalam “ninja sawit”. Sehingga masyarakatnya bisa lebih maju.

4. Seharusnya pihak keamanan perkebunan lebih tegas terhadap “ninja sawit” dalam memberikan sanksi, tegas dalam berjaga-jaga, tegas dalam


(3)

93 DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi sosial. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Bungin, Burhan.2008.Metode Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta

Cohen, Bruce.J.1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT. Rineka Cipta

Damsar. 2011. Sosiologi Ekonomi. Kencana Prenada Medoa Group: Jakarta

Narwoko, Dwi & Suyanto bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Prenada Media Group: jakarta

Moleong, lexy. 1990. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Karya

Nasution, Zulkarnaen. 2009. Solidaritas Sosial dan partisipasi masyarakat Desa transisi. Malang:UMM Press

Soekanto, Soerjono, 1992. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Rineka Cipta: Jakarta

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pencegahannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Setiadi, Elly M. Kolip,Usman. 2011.Pengantar Soaiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Soekanto, Soerjono. `1982. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta.


(4)

94 Syani, Abdul. 2002. Sosiologi skematika, teori, dan terapan. PT Bumi Aksara:

Jakarta

Soelaiman, Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. PT. Rafika Aditama: Bandung

Turner, Bryan S.2003. Agama Sebagai Kontrol Sosial. Ircisod. Jogjakarta. Sumner lain

Sumber data dari kelurahan Desa Mariah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Bahjambi Kabupaten Simalungun.


(5)

LAMPIRAN

Dokumentasi 1. aktivitas“ninja sawit” pada saat melangsir buah sawit ke gudang penyimpanan buah hasil “ninja”


(6)

Dokumentasi 3. aktivitas “ninja sawit” pada saat memuat buah ke truk.

Dokumentasi 4. Aktivitas salah seorang “ninja” saat menyembunyikan buah sawit di belakang rumah


Dokumen yang terkait

Sistem Pemasaran Beras Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara)

0 34 124

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

5 18 121

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN.

6 16 29

PENGARUH MIGRASI ETNIS JAWA TERHADAP BUDAYA ETNIS SIMALUNGUN DI DESA BAH JAMBI II KEC. TANAH JAWA KAB. SIMALUNGUN.

2 4 23

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 1 9

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 27

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 3

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 19