Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

(1)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

RINGKASAN

MARIA SITORUS. Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) (dibimbing oleh

SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).

Perdagangan internasional secara bebas yang merupakan bagian dari globalisasi perekonomian terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya semakin berkembang didukung oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non-anggota yang melakukan perdagangan internasional. Salah satu bentuk integrasi ekonomi adalah World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatn multilateral negara-negara anggotanya.

Liberalisasi perdagangan dalam integrasi ekonomi dalam penelitiaan ini adalah sektor pertanian yang meliputi komoditi Crude Palm Oil (CPO) dan kakao yang laju volume ekspor-impornya relatif besar yakni untuk kakao produksi nya meningkat pada tahun 2002/2003 sebesar 2.885.000 ton meningkat menjadi 3.476.000 ton pada tahun 2005/2006. Sama halnya dengan komoditi CPO yang kini banyak digunakan bukan saja untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, tapi juga kini digunakan sebagai biofuel sehingga pada kenyataannya produksi CPO meningkat dari 25.658.000 ton yang diproduksi pada tahun 2002 dan pada tahun 2006 menjadi 37.163.000 ton. Maka dalam penelitian ini dengan gravity model

yang cocok untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju perdagangan ekspor dalam integrasi ekonomi akan dianalisis lewat data panel untuk komoditi CPO dan kakao dari lima negara pengimpor ke satu negara pengekspor utama. Negara yang menjadi tujuan ekspor kakao adalah Amerika Serikat dengan negara pengekspor utama yakni Cote d’Ivore, Ghana, Malaysia, Indonesia, dan Belanda.Untuk kakao, negara eksportir nya adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Thailand dengan negara importirnya adalah Cina.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi laju volume ekspor kakao dan CPO dari negara eksportir utama ke negara importir utama. Maka dapat dilihat bahwa untuk kakao yang berpengaruh signifikan terhadap laju ekspor kakao adalah GDP negara pengekspor, populasi, nilai tukar dan jarak. Sedangkan variabel GDP dan populasi negara pengimpor tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Untuk CPO, variabel yang berpengaruh nyata adalah GDP negara pengekspor dan pengimpor, populasi


(4)

negara pengekspor dan pengimpor serta jarak. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

Dari hasil tersebut dapat disarankan agar pemerintah dapat meningkatkan ekspor CPO dan kakao terutama meminimumkan biaya transportasi yang akan mengurangi biaya produksi dan akan berpengaruh untuk meningkatkan ekspor seperti dalam pembahasan bahwa jarak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ekspor. Dengan model gravitasi yang digunakan, maka di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan, setiap negara yang menjadi anggota suatu bentuk integrasi (WTO) dapat meningkatkan ekspornya dengan memperhatikan variabel dari gravity model yang digunakan.


(5)

Judul Skripsi : Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

Nama : Maria Sitorus

NIM : H14050818

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si.

NIP. 19761020 20050 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

NIP : 19641023 198903 2 002


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, AGUSTUS 2009

MARIA SITORUS H14050818


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maria Sitorus, lahir pada tanggal 3 Maret 1987 di Pematang Siantar. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 124390 Pematang Siantar, SLTPN 7 Pematangsiantar dan dilanjutkan ke SMAN 2 Pematang Siantar.

Pada tahun 2005, penulis resmi lulus dari SMAN 2 Pematang Siantar dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB). Selama tahun pertama kuliah di IPB, penulis bersaing ketat demi mendapatkan jurusan sesuai dengan yang diinginkan. Pada tahun kedua, penulis resmi diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

”Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)”. Perdagangan internasional di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan sangat menarik untuk dibahas karena ekspor komoditi CPO dan kakao yang mendapatkan pengaruh oleh beberapa variabel yang menentukan perubahan ekspor tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, dengan menganalisis laju volume ekspor dua komoditi tersebut di lima negara pengekspor dan satu negara pengimpor. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselasaikannya skripsi ini, yaitu kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si selaku dosen pembimbing yang selama ini telah meluangkan segenap waktunya dan juga memberikan ilmunya hingga terselesaikannya skripsi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji dan juga kepada Alla Asmara, M.Si., selaku perwakilan dari Komisi Akademik atas saran dan kritiknya demi mewujudkan hasil skripsi yang lebih baik lagi. Saya juga mengucapkan terima kasih seluruh staf Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi ( Mas Anwar, Mas Mumu, Mas Dede, Mas Anto dan seluruh staf lainnya yang telah membantu selama di IPB ) atas bantuan administratif. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua (Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua)dan saudara-saudara saya (Andreas, Yani, dan Yohana) beserta Keluarga Besar tercinta baik dari pihak bapak maupun ibu yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun materil hingga terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya, saya juga mengucapkan terima kasih kepada saudari Meirisa selaku pembahas pada seminar skripsi ini dan teman-teman satu bimbingan saya (Reza dan Mario) yang telah memberikan masukan pada penulisan skripsi saya.


(9)

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009

MARIA SITORUS H14050818


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

DAFTARLAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitiaan ... 9

II. TINJAUANPUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional ... 10

2.2.1. Teori Keunggulan Absolut ... 11

2.2.2. Hukum Keunggulan Komparatif dan Kompetitif ... 11

2.2.3. Teori Kepemilikan Faktor ... 12

2.2. Integrasi Ekonomi dan World Trade Organization ... 12

2.2.1. Integrasi Ekonomi ... 12

2.2.2. World Trade Organization (WTO) ... 14

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan ... 20

2.3. Gravity Model ... 21

2.4. Gross Domestic Product,Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor ... 25

2.4.1. Gross domestic Product ... 25

2.4.2. Populasi ... 26

2.4.3. Jarak ... 27

2.4.4. Nilai Tukar ... 28

2.4.5. Ekspor ... 28

2.5. Penelitian Terdahulu ... 28


(11)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO

DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN

(SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)

OLEH MARIA SITORUS

H14050818

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

RINGKASAN

MARIA SITORUS. Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi) (dibimbing oleh

SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU).

Perdagangan internasional secara bebas yang merupakan bagian dari globalisasi perekonomian terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya semakin berkembang didukung oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non-anggota yang melakukan perdagangan internasional. Salah satu bentuk integrasi ekonomi adalah World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatn multilateral negara-negara anggotanya.

Liberalisasi perdagangan dalam integrasi ekonomi dalam penelitiaan ini adalah sektor pertanian yang meliputi komoditi Crude Palm Oil (CPO) dan kakao yang laju volume ekspor-impornya relatif besar yakni untuk kakao produksi nya meningkat pada tahun 2002/2003 sebesar 2.885.000 ton meningkat menjadi 3.476.000 ton pada tahun 2005/2006. Sama halnya dengan komoditi CPO yang kini banyak digunakan bukan saja untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan, tapi juga kini digunakan sebagai biofuel sehingga pada kenyataannya produksi CPO meningkat dari 25.658.000 ton yang diproduksi pada tahun 2002 dan pada tahun 2006 menjadi 37.163.000 ton. Maka dalam penelitian ini dengan gravity model

yang cocok untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju perdagangan ekspor dalam integrasi ekonomi akan dianalisis lewat data panel untuk komoditi CPO dan kakao dari lima negara pengimpor ke satu negara pengekspor utama. Negara yang menjadi tujuan ekspor kakao adalah Amerika Serikat dengan negara pengekspor utama yakni Cote d’Ivore, Ghana, Malaysia, Indonesia, dan Belanda.Untuk kakao, negara eksportir nya adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Hongkong, dan Thailand dengan negara importirnya adalah Cina.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi laju volume ekspor kakao dan CPO dari negara eksportir utama ke negara importir utama. Maka dapat dilihat bahwa untuk kakao yang berpengaruh signifikan terhadap laju ekspor kakao adalah GDP negara pengekspor, populasi, nilai tukar dan jarak. Sedangkan variabel GDP dan populasi negara pengimpor tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Untuk CPO, variabel yang berpengaruh nyata adalah GDP negara pengekspor dan pengimpor, populasi


(14)

negara pengekspor dan pengimpor serta jarak. Sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.

Dari hasil tersebut dapat disarankan agar pemerintah dapat meningkatkan ekspor CPO dan kakao terutama meminimumkan biaya transportasi yang akan mengurangi biaya produksi dan akan berpengaruh untuk meningkatkan ekspor seperti dalam pembahasan bahwa jarak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ekspor. Dengan model gravitasi yang digunakan, maka di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan, setiap negara yang menjadi anggota suatu bentuk integrasi (WTO) dapat meningkatkan ekspornya dengan memperhatikan variabel dari gravity model yang digunakan.


(15)

Judul Skripsi : Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)

Nama : Maria Sitorus

NIM : H14050818

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si.

NIP. 19761020 20050 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

NIP : 19641023 198903 2 002


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, AGUSTUS 2009

MARIA SITORUS H14050818


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maria Sitorus, lahir pada tanggal 3 Maret 1987 di Pematang Siantar. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 124390 Pematang Siantar, SLTPN 7 Pematangsiantar dan dilanjutkan ke SMAN 2 Pematang Siantar.

Pada tahun 2005, penulis resmi lulus dari SMAN 2 Pematang Siantar dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB). Selama tahun pertama kuliah di IPB, penulis bersaing ketat demi mendapatkan jurusan sesuai dengan yang diinginkan. Pada tahun kedua, penulis resmi diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

”Peningkatan Ekspor CPO dan Kakao di bawah Pengaruh Liberalisasi Perdagangan (Suatu Pendekatan Model Gravitasi)”. Perdagangan internasional di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan sangat menarik untuk dibahas karena ekspor komoditi CPO dan kakao yang mendapatkan pengaruh oleh beberapa variabel yang menentukan perubahan ekspor tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, dengan menganalisis laju volume ekspor dua komoditi tersebut di lima negara pengekspor dan satu negara pengimpor. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselasaikannya skripsi ini, yaitu kepada Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M,Si selaku dosen pembimbing yang selama ini telah meluangkan segenap waktunya dan juga memberikan ilmunya hingga terselesaikannya skripsi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji dan juga kepada Alla Asmara, M.Si., selaku perwakilan dari Komisi Akademik atas saran dan kritiknya demi mewujudkan hasil skripsi yang lebih baik lagi. Saya juga mengucapkan terima kasih seluruh staf Tata Usaha Departemen Ilmu Ekonomi ( Mas Anwar, Mas Mumu, Mas Dede, Mas Anto dan seluruh staf lainnya yang telah membantu selama di IPB ) atas bantuan administratif. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua (Pardomuan Sitorus dan Rosdiana Zebua)dan saudara-saudara saya (Andreas, Yani, dan Yohana) beserta Keluarga Besar tercinta baik dari pihak bapak maupun ibu yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun materil hingga terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya, saya juga mengucapkan terima kasih kepada saudari Meirisa selaku pembahas pada seminar skripsi ini dan teman-teman satu bimbingan saya (Reza dan Mario) yang telah memberikan masukan pada penulisan skripsi saya.


(19)

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan hasil penelitian ini sangat diharapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009

MARIA SITORUS H14050818


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

DAFTARLAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitiaan ... 9

II. TINJAUANPUSTAKA 2.1. Teori Perdagangan Internasional ... 10

2.2.1. Teori Keunggulan Absolut ... 11

2.2.2. Hukum Keunggulan Komparatif dan Kompetitif ... 11

2.2.3. Teori Kepemilikan Faktor ... 12

2.2. Integrasi Ekonomi dan World Trade Organization ... 12

2.2.1. Integrasi Ekonomi ... 12

2.2.2. World Trade Organization (WTO) ... 14

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan ... 20

2.3. Gravity Model ... 21

2.4. Gross Domestic Product,Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor ... 25

2.4.1. Gross domestic Product ... 25

2.4.2. Populasi ... 26

2.4.3. Jarak ... 27

2.4.4. Nilai Tukar ... 28

2.4.5. Ekspor ... 28

2.5. Penelitian Terdahulu ... 28


(21)

III. METODOLOGIPENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.2. Metode Analisis Data ... 32

3.2.1. Panel Data ... 32

3.2.1.1. Model Pooled Least Square ... 33

3.2.1.2. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 35

3.2.1.3. Model Efek Acak (Random Effect Model) ... 35

3.2.2. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 37

3.2.2.1. Chow Test ... 37

3.2.2.2. Hausman Test ... 38

3.2.2.3. LM Test ... 39

3.3. Perumusan Model ... 39

3.4. Pengujian Model dan Hipotesis ... 40

3.4.1. Uji F-statistic ... 41

3.4.2. Uji t-statistic ... 42

3.4.3. R-Squared (R2) ... 42

3.5. Hipotesis Penelitiaan ... 43

IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Ekspor Kakao dan CPO ... 44

4.1.1. Gambaran Umum Ekspor Kakao ... 44

4.1.2. Gambaran Umum Ekspor CPO ... 46

4.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan ... 48

4.2.1. Model Pooled Least Square ... 49

4.2.2.1. Komoditi Kakao ... 48

4.2.2.2. Komoditi CPO ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Negara Pengekspor Utama Kakao (US $)... 5 1.2. Negara Pengimpor Utama Kakao (juta US) ... 5 1.3. Negara Pengekspor Utama CPO (ribu ton) ………. 6 1.4. Negara Pengimpor Utama CPO (ribu ton) ...7 4.1. Konsumsi Kakao Dunia (ribu ton) ... 44 4.2. Produksi Kakao dunia (ribu ton) ... 45 4.3.Volume Nilai Ekspor Kakao Beberapa Negara Eksportir Utama

Tahun 2005 – 2007 (US $)... 46 4.4. Produksi CPO dunia (ribu ton) ... 46 4.5. Produksi dan Konsumsi CPO Dunia (ribu ton) ... 47 4.6. Negara-negara Eksportir Utama CPO ……… 48 4.7. Hasil Estimasi Panel Data Kakao denagan Pooled Least Square …... 50 4.8. Hasil Estimasi Panel Data CPO dengan Pooled Least Square…………... 54


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran ... 31


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data Penelitian ………..……… 62 2. Hasil Estimasi Panel Data Kakao Menggunakan

Model Pooled Least Square……… 74 3. Hasil Estimasi Panel Data CPO Menggunakan


(25)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Globalisasi mengakibatkan terjadinya peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar negara, salah satunya dalam perdagangan. Perdagangan internasional berkembang pesat seiring dengan adanya globalisasi yang terjadi. Dengan adanya keunggulan komparatif setiap bangsa yang berbeda dan kebutuhan manusia yang selalu mengalami peningkatan membuat perdagangan internasional semakin penting untuk dilakukan. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.

Proses globalisasi terutama globalisasi perekonomian yang merupakan suatu kegiatan ekonomi dan perdagangan dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa adanya rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian ini pada akhirnya mengaharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Perdagangan internasional secara bebas yang merupakan bagian dari globalisasi perekonomian terjadi dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif


(26)

serta penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Perdagangan bebas ini selanjutnya berkembang didukung juga oleh integrasi ekonomi berbagai kelompok negara yang mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan antar negara anggota dengan negara non anggota yang melakukan perdagangan internasional.

Perdagangan bebas ini juga disepakati oleh negara-negara yang tergabung dalam salah satu integrasi ekonomi World Trade Organization (WTO) yang bertujuan menciptakan perdagangan internasional yang lebih terbuka dan adil dengan menghasilkan aturan-aturan perdagangan yang mengikat negara anggotanya serta berfungsi juga dalam mengawasi kesepakatan-kesepakatan multilateral negara-negara anggotanya. Peraturan dan komitmen yang diatur dalam perjanjian liberalisasi perdagangan WTO diantaranya mengenai akses pasar, subsidi domestik, dan persaingan ekspor. Dengan adanya perjanjian tersebut, maka segala bentuk peraturan yang melindungi dan memproteksi perdagangan internasional seperti tarif impor, subsidi harga, kuota impor, dan lainnya harus diturunkan persentasenya sesuai kesepakatan WTO.

Salah satu sektor liberalisasi perdagangan yang terdapat dalam WTO adalah sektor pertanian. Hal ini ditandai dengan disahkannya hasil Putaran Uruguay ( Uruguay Round ) sebagai rangkaian dari General Agreement On Tariff And Trade (GATT) pada tanggal 15 Desember 1993. Keberhasilan putaran tersebut tercapai setelah melalui serangkaian perundingan yang panjang sejak tahun 1940. Salah satu kekhususan putaran ini adalah dimasukkannya komoditas pertanian, dimana komoditas perkebunan termasuk di dalamnya, dalam agenda


(27)

perundingan. Dengan perkataan lain, keberhasilan Putaran Uruguay (PU) menyebabkan pemberlakuan sektor pertanian sama dengan sektor lainnya atau sektor pertanian tidak lagi diperlakukan secara eksklusif dalam kerangka GATT. Dengan demikian, distorsi perdagangan produk pertanian diharapkan akan hilang atau menurun sehingga terjadi peningkatan efisiensi dan volume perdagangan. Putaran Doha yang dimulai tahun 2001 dan diharapkan dapat ditandatangani pada tahun 2005 sebagai lanjutan Putaran Uruguay berjalan lambat, karena adanya pertikaian dalam hal liberalisasi perdagangan produk pertanian. Liberalisasi perdagangan tersebut diperkirakan akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangan komoditas perkebunan.

Dalam negosiasi GATT komoditi pertanian marak diperbincangkan . Sejak persiapan Havana Charter (1940) yang merupakan cikal bakal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sudah tidak ada kesepakatan mengenai bagaimana perdagangan komoditas pertanian harus diberlakukan. Pertentangan ini kemudian berkelanjutan dalam penyusunan kerangka dasar GATT pada tahun 1947. Sebagian delegasi berpendapat bahwa perdagangan produk pertanian harus bebas sesuai dengan ketentuan GATT dan sebagian lagi berpendapat bahwa masalah tersebut harus ditata dengan melibatkan negara pengekspor dan pengimpor dan antara negara berkembang dan maju. Berawal dari sini, masalah perdagangan produk pertanian terus menjadi isu sentral pada perundingan GATT selanjutnya yaitu Dillon Round (1960-1962), Kennedy Round (1963-1967), Tokyo Round


(28)

Globalisasi perekonomian komoditas pertanian dan liberalisasi perdagangan yang mengikutinya terus berkembang pesat. Dampak secara global dari liberalisasi perdagangan adalah kenaikan harga produk perkebunan dan dampak yang bervariasi untuk produksi, konsumsi, dan perdagangan. Dampak positif juga cenderung tidak terdistribusi secara merata. Beberapa negara memperoleh manfaat positif yang lebih besar. Negara produsen yang efisien cenderung memperoleh manfaat positif yang lebih besar. Di sisi lain, negara net

importir cenderung mengalami kerugian sebagai akibat liberalisasi perdagangan. Krisis ekonomi dalam proses globalisasi dan perdagangan bebas juga menyebabkan kegiatan perdagangan mengalami perubahan baik itu peningkatan maupun penurunan.

Pengaruh liberalisasi perdagangan tersebut terjadi juga pada komoditas pertanian yaitu ekspor dan impor komoditasnya. Dua komoditas utama pertanian yang merupakan konsumsi dunia yang terus meningkat sehingga menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut naik adalah kelapa sawit yang diekspor dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO) dan kakao dalam bentuk biji kakao. Perdagangan bilateral antar negara pada komoditi CPO dan kakao ini terus meningkat. Terdapat negara-negara yang menjadi eksportir utama dalam pasar perdagangan CPO atau kakao, dimana negara-negara tersebut mengekspor ke negara-negara importir utama di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan.

Dari Tabel 1.1 berikut dapat dilihat lima negara pengekspor utama kakao ke Amerika Serikat. Pengekspor utama terbesar adalah Cote d’Ivore dengan nilai volume ekspor sebesar 387.944.000 US $ pada tahun 2007, disusul oleh Indonesia


(29)

sebesar 161.440.000 US $ pada tahun yang sama. Pengekspor terbesar ketiga adalah Belanda yang pada tahun 2007 mengekspor 120.838.000 US $ kakao ke AS. Selanjutnya negara pengekspor kakao ke AS yakni Malaysia dengan jumlah nilai ekspor sebesar 118.400.000 ton pada tahun 2007 dan terakhir oleh Ghana yakni sebesar 30.301.000 ton di tahun yang sama.

Tabel ini menunjukkan negara-negara pengekspor kakao dalam satuan nilai (ribu US $):

Tabel 1.1. Negara Pengekspor Utama Kakao (ribu US $)

Tahun Cote d'Ivore Belanda Ghana Indonesia Malaysia

2003 320.369 174.883 27.045 137.245 85.224 2004 439.961 177.933 15.414 165.770 111.048 2005 571.336 142.539 26.850 165.770 115.262 2006 432.606 127.096 70.392 229.561 113.792 2007 387.944 120.838 30.301 161.440 118.400 Sumber :UNCOMTRADE, 2009

Data berikutnya adalah data negara pengimpor utama kakao dalam perdagangan internasional.

Tabel 1.2. Negara Pengimpor Utama Kakao (juta US $) Tahun Amerika

Serikat

Belanda Jerman France- Monaco

Belgia

2005 1.647 1.232 1.009 773 687 2006 1.480 1.086 1.008 789 778 2007 1.402 1.456 1.332 1.013 963 Sumber :UNCOMTRADE, 2009

Dari Tabel 1.2 di atas, Amerika Serikat secara relarif memiliki jumlah permintaaan ekspor kakao yang paling besar dan meningkat dari tahun ke tahun meskipun pada tahun 2007 Belanda yang paling tinggi mengimpor kakao,


(30)

akan tetapi dari tahun-tahun sebelumnya Amerika Serikat mengimpor kakao relatif paling tinggi.

Di samping permintaan kakao di pasar internasional yang terus meningkat, ekspor kelapa sawit dalam bentuk CPO juga mengalami peningkatan. Melalui liberalisasi perdagangan, negara-negara eksportir dan importir melakukan perdagangan dengan persetujuan-persetujuan negara yang menjadi anggota WTO.

Dalam Tabel 1.3 berikut dapat diketahui negara-negara yang menjadi pengekspor utama CPO.

Tabel 1.3. Negara Pengekspor Utama CPO (ribu ton)

Sumber: Oil World, 2008

Dari Tabel 1.3 di atas dapat dilihat Malaysia sebagai pengekspor utama CPO yakni pada tahun 2007 sebesar 12.575.000 ton dan disusul Indonesia pada tahun yang sama sebesar 8.820.000 ton. Thailand dan Singapura di urutan berikutnya yakni sebesar 339.000 ton dan 237.000 ton pada tahun 2007 dan Singapura sebesar 127.000 ton pada tahun yang sama.

Tabel 1.4 menunjukkan negara-negara pengimpor utama CPO dalam satuan ribu ton:

Tahun Malaysia Indonesia Thailand Hongkong Singapura

2005 10.886 6.490 324 318 220 2006 12.266 7.310 327 185 250 2007 12.575 8.820 339 127 237


(31)

Tabel 1.4. Negara Pengimpor Utama CPO (ribu ton)

Tahun Cina Eropa India Pakistan Mesir

2005 2.660 3.445 3.461 1.300 611 2006 3.353 3.593 3.979 1.487 678 2007 3.851 3.945 3.453 1.432 702 Sumber : World Trade Organization, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat Cina adalah negara pengimpor utama CPO terbesar yakni 3.851.000 ton pada tahun 2007 dan urutan kedua adalah negara-negara Eropa sebesar 3.945.000 ton pada tahun yang sama. Pengimpor terbesar lainnya adalah India sebesar 3.453.000 ton dan disusul Pakistan sebesar 1.432.000 ton pada tahun 2007. Pengimpor terbesar berikutnya adalah Mesir yakni 702.000 ton pada tahun yang sama.

1.2. Perumusan Masalah

Konsumsi komoditi pertanian berupa kelapa sawit dalam bentuk CPO dan kakao di pasar internasional terus meningkat. Peningkatan permintaan ini mengakibatkan permintaan atas kedua komoditi ini juga mengalami peningkatan. Negara- negara pengekspor utama kedua komoditi ini berusaha bersaing di pasar guna mendapatkan pangsa pasar yang terbesar.

Adanya liberalisasi perdagangan menambah persaingan di antara negara eksportir untuk masuk ke pasar negara importir. Liberalisasi perdagangan yang juga diberlakukan pada komoditi pertanian seperti CPO dan kakao memberikan dampak tersendiri dalam arus perdagangan internasional pada kedua komoditi pertanian ini. Dampak pemberlakuan liberalisasi perdagangan komoditi perkebunan dapat terjadi pada negara importir ataupun eksportir.


(32)

Dengan adanya liberalisasi perdagangan pada komoditi pertanian yang tertuang jelas dalam perjanjian Agreement of Agriculture (AoA) membuat ekspor CPO dan kakao juga mengalami perubahan. Mulai ditiadakannya hambatan perdagangan di antara negara-negara anggota WTO mengakibatkan terjadinya perbedaan kondisi ekspor dari negara eksportir utama ke negara importir utama.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitiaan, yakni apa saja faktor yang memengaruhi volume ekspor CPO dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiaan ini bertujuan untuk mengestimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor CPO dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

(1) Bagi peneliti, sebagai media untuk menerapkan ilmu ekonomi semasa kuliah dan sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.

(2) Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan ekspor komoditi CPO dan kakao.


(33)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah laju perdagangan bilateral CPO dan kakao dari negara pengekspor utama ke negara pengimpor utama. Negara- negara penegekspor utama untuk CPO adalah Malaysia, Indonesia, Thailand, Hongkong dan Singapura dan negara importir utamanya adalah Cina. Sedangkan komoditi kakao, negara-negara eksportir utama adalah Côte d'Ivoire, Belanda, Ghana, Indonesia dan Malaysia dan negara importir utamanya adalah Amerika Serikat. Data yang diambil dari tahun 1998-2007.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional merupakan teori-teori yang menganalisis dasar-dasar terjainya perdagangan internasional dan keuntungan yang didapat dari adanya perdagangan tersebut. Pendorong terjadinya hubungan perdagangan di antara dua negara adalah karena adanya perbedaan harga relatif komoditi yang berlaku di masing-masing negara (keunggulan komparatif ).

Sebelum adanya perdagangan, harga-harg a relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan refleksi dari keunggulan komparatif yang dimiliknya. Setelah adanya perdagangan, harga-harga relatif tersebut akan saling menyesuaikan sehingga akan terbentuk suatu harga keseimbangan. Perdagangan internasional merupakan suatu gugusan masalah yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara. Negara-negara akan melakukan perdagangan apabila mereka memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut.

Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional. Pertama, keinginan suatu negara mempeluas pasaran komoditinya. Kedua, ingin memperoleh devisa untuk membiayai pembangunan dalam negeri. Ketiga, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara atas produk tertentu. Keempat, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan produk tertentu (Salvatore, 1997).


(35)

2.1.1. Teori Keunggulan Absolut

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara berlangsung didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Teori yang diprakarsai oleh Adam Smith ini disebut Teori Keunggulan Absolut yang menyatakan jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi komoditi A dibandingkan negara lain, namun kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dalam memproduksi komoditi B, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara paling efisien dan output kedua komoditi meningkat. Peningkatan dalam output akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1997).

2.1.2. Hukum Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

Menurut hukum keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh Ricardo (1817), meskipun suatu negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan internasional yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar, begitu juga dengan negara kedua. Keunggulan komparatif ini disebut juga keunggulan alamiah.


(36)

Keunggulan lainnya yaitu keunggulan yang sifatnya dikembangkan adalah keunggulan kompetitif. Menurut Michael Porter, keunggulan kompetitif ini ditentukan oleh empat determinan yaitu keunggulan komparatif, permintaan di pasar domestik baik kualitatif maupun kuantitatif, struktur industri dalam negeri yang kuat dan struktur pasar dengan persaingan bebas industri sepenuhnya (Salvatore, 1997).

2.1.3. Teori Kepemilikan Faktor

Teori ini dikembangkan oleh Heckser dan Ohlin (1977) yang menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dalam jumlah yang melimpah dan harga relatif murah, serta mengimpor komoditi yang memliki faktor produksi langka dan berharga relatif mahal (Salvatore, 1997).

2.2. Integrasi Ekonomi dan World Trade Organization (WTO) 2.2.1. Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi adalah penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-pembatasan yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional (Salvatore, 1997).

Dalam integrasi ekonomi terjadi pemberlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara non-anggota dalam melakukan


(37)

perdagangan sehingga mampu memberikan dampak kreasi dan diversi bagi negara-negara anggoata. Terdapat lima tingkatan integrasi ekonomi yang mungkin terjadi yaitu kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean, pasaran bersama, uni ekonomi dan uni politik.

Secara teoritis, Salvatore menguraikan integrasi ekonomi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

(1) Pengaturan Perdagangan Preferensial (Prefential Trade Arrangements), dibentuk negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang bukan anggota.

(2) Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), yakni bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan baik tarif maupun non- tarif di antara negara-negara anggota telah dihapuskan sepenuhnya, namun negara-negara anggota berhak menentukan sendiri hambatan-hambatan perdagangan yang akan diterapkan terhadap negara-negara non-anggota.

(3) Persekutuan Pabean (Custom Union), mewajibkan semua anggota untuk tidak hanya menghilangkan hambatan perdagangan di antara negara anggota, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan terhadap negara-negara bukan anggota.

(4) Pasar Bersama (common market) yaitu suatu bentuk integrasi dimana baik perdagangan barang dan arus faktor produksi dibebaskan dari semua hambatan.


(38)

(5) Uni Ekonomi (Economic Union), yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada dalam satu kawasan atau bagi negara-negara yang melakukan kesepakatan.

Tujuan paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keunggulan komparatif (Lapipi, 2005).

2.2.2. World Trade Organization (WTO)

Salah satu bentuk integrasi ekonomi adalah Prefential Trade Arrangements (PTA). PTA adalah kesepakatan antar dua negara atau lebih yang mana tarif yang dikenakan bagi negara anggota lebih rendah dibandingkan dengan negara di luar anggota. PTA dapat diartikan secara luas meliputi Regional Trading Arrangement (RTAs) yang merupakan kesepakatan yang dibentuk dalam satu kawasan, kesepakatan perdagangan antar negara-negara berkembang, kesepakatan perdagangan antar kawasan dan bentuk kesepakatan lainnya yang bertujuan untuk memperlancar arus perdagangan barang dan jasa. Bentuk kesepakatan perdagangan yang telah dibentuk telah mengarah pada perdagangan bebas, seperti World Trade Organization (WTO), Association of South East


(39)

Nations (ASEAN), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan European Union

(EU).

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan (Deplu RI, 2004).

WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem perdagangan itu sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948,

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) - Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat aturan-aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi. Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization

(ITO), suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods (IMF dan bank Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam

UN Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara tidak berjalan lancar.


(40)

Tantangan paling serius berasal dari kongres Amerika Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun demikian, GATT tetap merupakan instrumen multilateral yang mengatur perdagangan internasional. Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama putaran perdagangan (trade round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan internasional. Pada tahun-tahun awal, Putaran Perdagangan GATT mengkonsentrasikan negosiasi pada upaya pengurangan tarif. Pada Putaran Kennedy (pertengahan tahun 1960) dibahas mengenai tarif dan Persetujuan Anti Dumping (Anti Dumping Agreement).

Putaran Tokyo (1973-1979) meneruskan upaya GATT mengurangi tarif secara progresif. Hasil yang diperoleh rata-rata mencakup sepertiga pemotongan dari bea impor ekspor terhadap sembilan negara industri utama, yang mengakibatkan tarif rata-rata atas produk industri turun menjadi 4,7 pesen. Pengurangan tarif, yang berlangsung selama delapan tahun, mencakup unsur harmonisasi yakni semakin tinggi tarif, semakin luas pemotongannya secara proporsional.

Selanjutnya adalah Putaran Uruguay (1986-1994) yang mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang perdagangan. Pada saat itu putaran tersebut nampaknya akan berakhir dengan kegagalan. Tetapi pada akhirnya Putaran Uruguay membawa perubahan besar bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya GATT pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan


(41)

dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu dua tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia.

Dalam WTO terdapat persetujuan-persetujuan, diantaranya adalah persetujuan di bidang pertanian yaitu : Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on Agriculture/ AoA) yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995 bertujuan untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan di bidang pertanian dalam rangka menciptakan suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan berorientasi pasar. Program reformasi tersebut berisi komitmen-komitmen spesifik untuk mengurangi subsidi domestik, subsidi ekspor dan meningkatkan akses pasar melalui penciptaan peraturan dan disiplin GATT yang kuat dan efektif. Persetujuan tersebut juga meliputi isu-isu di luar perdagangan seperti ketahanan pangan, perlindungan lingkungan, perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment /S and D) bagi negara-negara berkembang, termasuk juga perbaikan kesempatan dan persyaratan akses untuk produk-produk pertanian bagi negara-negara tersebut. Dalam Persetujuan Bidang Pertanian dengan mengacu pada sistem klasifikasi HS (harmonized system of product classification), produk-produk pertanian didefinisikan sebagai komoditi dasar pertanian (seperti beras, gandum) dan produk-produk olahannya (seperti roti, mentega) sedangkan, ikan


(42)

dan produk hasil hutan serta seluruh produk olahannya tidak tercakup dalam definisi produk pertanian tersebut.

Persetujuan Bidang Pertanian menetapkan sejumlah peraturan pelaksanaan tindakan-tindakan perdagangan di bidang pertanian, terutama yang menyangkut akses pasar, subsidi domestik dan subsidi ekspor. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, para anggota WTO berkomitmen untuk meningkatkan akses pasar dan mengurangi subsidi-subsidi yang mendistorsi perdagangan melalui agenda komitmen masing-masing negara. Komitmen tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari GATT.

a. Akses Pasar

Dilihat dari sisi akses pasar, Putaran Uruguay telah menghasilkan perubahan sistemik yang sangat signifikan yakni perubahan dari situasi dimana sebelumnya ketentuan-ketentuan non-tarif yang menghambat arus perdagangan produk pertanian menjadi suatu rezim proteksi pasar berdasarkan pengikatan tarif beserta komitmen-komitmen pengurangan subsidinya. Aspek utama dari perubahan yang fundamental ini adalah stimulasi terhadap investasi, produksi dan perdagangan produk pertanian melalui akses pasar produk pertanian yang transparan, prediktabel dan kompetitif, kemudian peningkatan hubungan antara pasar produk pertanian nasional dengan pasar internasional, dan terakhir penekanan pada mekanisme pasar yang mengarahkan penggunaan yang paling produktif terhadap sumber daya yang terbatas, baik di sektor pertanian maupun perekonomian secara luas.


(43)

Umumnya tarif merupakan satu-satunya bentuk proteksi produk pertanian sebelum Putaran Uruguay. Pada Putaran Uruguay, yang disepakati adalah adanya tarif pada tingkat maksimum. Namun bagi sejumlah produk tertentu, pembatasan akses pasar juga melibatkan hambatan-hambatan non-tarif. Putaran Uruguay bertujuan untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Untuk itu disepakati suatu paket tarifikasi yang diantaranya mengganti kebijakan-kebijakan non-tarif produk pertanian menjadi kebijakan tarif yang memberikan tingkat proteksi yang sama.

Negara anggota dari kelompok negara maju sepakat untuk mengurangi tarif mereka sebesar rata-rata 36 persen pada seluruh produk pertanian, dengan pengurangan minimum 15 persen untuk setiap produk, dalam periode enam tahun sejak tahun 1995. Bagi negara berkembang, pengurangannya adalah 24 persen dan minimum 10 persen untuk setiap produk. Negara terbelakang diminta untuk mengikat seluruh tarif pertaniannya namun tidak diharuskan untuk melakukan pengurangan tarif.

b. Subsidi Domestik

Subsidi domestik dibagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah subsidi domestik yang tidak terpengaruh atau kalaupun ada sangat kecil pengaruhnya terhadap distorsi perdagangan (sering disebut sebagai Green Box) sehingga tidak perlu dikurangi. Kategori kedua adalah subsidi domestik yang mendistorsi perdagangan (sering disebut sebagai Amber Box) sehingga harus dikurangi sesuai komitmen.


(44)

Berkaitan dengan kebijakan yang diatur dalam Green Box terdapat tiga jenis subsidi lainnya yang dikecualikan dari komitmen penurunan subsidi yaitu kebijakan pembangunan tertentu di negara berkembang, pembayaran langsung pada program pembatasan produksi (Blue box), dan tingkat subsidi yang minimum.

c. Subsidi Ekspor

Hak untuk memberlakukan subsidi ekspor pada saat ini dibatasi pada subsidi untuk produk-produk tertentu yang masuk dalam komitmen untuk dikurangi dan masih dalam batas yang ditentukan oleh agenda komitmen tersebut, kelebihan pengeluaran anggaran untuk subsidi ekspor ataupun volume ekspor yang telah disubsidi yang melebihi batas yang ditentukan oleh skedul komitmen tetapi diatur oleh ketentuan fleksibilitas hilir (downstream flexibility), subsidi ekspor yang sesuai dengan ketentuan S and D bagi negara-negara berkembang dan subsidi ekspor di luar agenda komitmen tetapi masih sesuai dengan ketentuan

anti-circumvention. Segala jenis subsidi ekspor di luar hal-hal di atas dilarang.

2.2.3. Liberalisasi Perdagangan

Liberalisasi perdagangan adalah pembebasan perdagangan dari segala hambatan, baik hambatan tarif maupun hambatan non-tarif yang dilakukan sepihak dan banyak pihak sedangkan kebijakan liberalisasi perdagangan adalah kebijakan yang mengikis bebagai bentuk hambatan perdagangan, bila diterapkan secara utuh maka arus komoditi perdagangan dan investasi dalam bentuk modal, barang dan jasa akan bebas masuk antar negara tanpa hambatan tarif dan non-tarif (Salvatore, 1997).


(45)

Perdagangan bebas tanpa hambatan merupakan tujuan akhir dari perundingan-perundingan antar negara karena adanya perdagangan bebas antar negara diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan negara yang ikut serta dalam perdagangan bebas dengan mengandalkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Liberalisasi yang diupayakan WTO saat ini meliputi pembukaan akses pasar, penurunan subsidi domestik, daan mewujudkan persaingan ekspor.

2.3 Gravity Model

Gravity Model menurut Lineman (Lapipi 2005) adalah model yang digunakan untuk menganalisis efek integrasi ekonomi terhadap perdagangan dan merupakan satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa besarnya nilai barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinberger (1962) dan Poyhonen (1963) yang menganalisis arus perdagangan di negara-negara Eropa dan terakhir diperkenalkan oleh Anderson (1979) yang menurunkan persamaan gravitasi dengan menggunakan asumsi diferensiasi produk dengan preferensi Cobb- Douglas dan CES (Constant Elasticity Substitution). Selanjutnya oleh Bergstrand (1985) melalui beberapa riset melengkapi model gravitasi dengan kerangka model Heckscher-Ohlin (H-O) dengan menggunakan asumsi kompetisi monopolistic yang menekankan adanya diferensiasi produk pada negara. Gravity Model dilandasi oleh teori Heckscher-Ohlin maupun teori imperfect substitution yang dibuktikan oleh Derdorff (1998).

Model gravitasi mulai menjadi perhatian sebagai alat analisis interaksi sosial dan ekonomi setelah adanya hasil penelitian Carey dan Ravenstein pada abad ke-19. Carey dan Ravenstein melakukan penelitian tentang asal tempat


(46)

tinggal migran yang datang dari berbagai kota besar di Amerika. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah migran yang masuk ke suatu kota dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk kota yang didatangi, besarnya jumlah penduduk tempat asal migran, dan jarak antar kota yang dituju. Model gravitasi ada dua jenis yaitu model gravitasi dengan pembatas tunggal (single constrained gravity model) dimana variabel yang menjadi faktor pembatas yang didistribusikan ditentukan jumlahnya sedangkan daerah tujuan tidak ditentukan batas daya tampungnya dan model gravitasi dengan pembatas ganda (double constrained gravity model) dimana variabel yang menjadi faktor pembatas yang didistribusikan dan daerah tujuan ditentukan juga (Tarigan, 2005).

Model ini disebut juga gravity model karena menggunakan suatu perumusan yang sama dengan model gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing. Tiga penjelasan gravity model menurut Learner yaitu pertama, berdasarkan fisika. Kedua, mengidentifikasi persamaan sebagai

reduced-form dengan variabel eksogen sisi demand (pendapatan dan populasi negara pengimpor) dan variabel sisi supply (pendapatan dan populasi negara pengekspor). Di sisi lain pihak karekteristik negara pengimpor dan pengekspor mengidentifikasi ukuran dari masing-masing negara, dengan semua aliran sebagai fungsi ukuran negara pada kedua sisi. Interpretasi ketiga didasarkan pada model probabilitas.

Model gravitasi memiliki keunggulan dibanding model perdagangan internasioanal lainnya karena menyajikan model yang lebih empiris dibanding


(47)

model lainnya yang secara teoritis seperti model Ricardian. Pada model ini negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. Model gravitasi menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

Pada gravity model aliran perdagangan bilateral ditentukan oleh tiga kelompok variabel yaitu (Tarigan, 2005) :

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara pengimpor.

2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor. 3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antar


(48)

Dalam bentuknya yang paling umum, konsep gravitasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Iij = k (2.1)

dimana :

Iij = Taksiran tingkat interaksi antara wilayah idengan j,

Ai, Aj = Besarnya daya tarik wilayah i dan j,

dij = Ukuran jarak antar wilayah i dan j,

k = Konstanta,

a, b, c = Parameter dugaan.

Interaksi antara i dan j (Iij) menginterpretasikan nilai dari aliran

perdagangan suatu komoditas dari wilayah i ke wilayah j yang meliputi arus perdagangan keseluruhan wilayah dalam satu negara tersebut. Di tingkat negara, penerapannya hingga pada perdagangan antar negara seperti antar negara anggota WTO, ASEAN, APEC, EROPA UNION yang pada umumnya variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur daya tarik wilayah (A) adalah jumlah penduduk, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar, harga komoditas yang diperdagangkan dan variabel jarak (dij) yang dapat diukur melalui pendekatan biaya transportasi.

Lineman (Lapipi, 2005) memperlihatkan standar gravity model dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut :

Log Xij = β0 + β1logYi + β3logYj + β4logNj + β5logDij + β6logPij + uij

(2.2) dimana :


(49)

Yi, Yj : GDP negara i dan j,

Ni, Nj : Populasi negara i dan j,

Dij : Jarak antara negara i dan j,

Pij : Dummy,

uij : standar error.

Model di atas menggambar pola normal atau sistematik dari perdagangan dunia yang digambarkan oleh determinan natural dari volume perdagangan seperti Yi, Yj, Ni, Nj , Dij sedangkan variabel dummy integrasi ekonomi

diperkenalkan untuk menjelaskan deviasi dari pola perdagangan ini dari faktor prefensial perdagangan. Variabel jarak bilateral dipakai untuk setiap aliran perdagangan bilateral.

2.4. Gross Domestic Product, Populasi, Jarak, Nilai Tukar, Ekspor 2.4.1. Gross Domestic Product

Gross Domestic Product (GDP) adalah ukuran kapasitas untuk memproduksi komoditi ekspor negara tersebut. GDP merupakan pendapatan total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu negra yang dinyatakan sebagai produksi nasioanal dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain produk nasional sama dengan pendapatan nasional. Produk atau pendapatan nasional ini juga dapat diukur dalam bentuk pendapatan nasional bruto PNB atau PDB. GDP sering dianggap sebgai cerminan kinerja ekonomi dan sbg perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000). GDP menunjukkan besarnya kemampuan


(50)

perekonomian suatu negara dimana semakin besar GDP yang dihasilkan oleh suatu negraa semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut. Peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatana pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi yang pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan. GDP mewakili ukuran ekoinomi negara eksportir dan importir. Ukuran negara eksportir akan menentukan jumlah produksi komoditi ekspor (product capacity) dan ukuran negara importir menentukan jumlah produksi komoditi ekspor yang dapat dijual oleh negara eksportir (absortive capacity). Ukuran ekonomi adalah kemampuan potensial negara untuk melakukan perdaganagna luar negeri yaitu kemampuan kedua negra unutuk menjual atau membeli komoditi ekspor.semakin besar ukuran ekonomi negara eksportir maka semakin besar pula kemampuan untuk melakukan produksi komoditi ekspor. Begitu pula negara importir, semakin besar ukuran ekonomi negara importir maka semakin besar pula kemampuan untuk melakukan impor.

2.4.2. Populasi

Pada negara eksportir peningkatan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan permintaan domestik maka terjadi penurunan penawaran ekspor dari negara tersebut. Apabila pertambahan populassi negara eksportir terjadi pada sisi penawaran maka hal ini berdampak pada pertambahan tenaga kerja untuk


(51)

produksi komoditas ekspor negara tersebut. Kenaikan populasi sisi penawaran akan meningkatkan penawaran ekspor negara eksportir.

Pertambahan populasi pada negara importir dapat berada pada sisi penawaran maupun permintaan. Pada sisi penawaran pertambahan populasi akan meningkatkan produksi dalam negeri dalam hal kuantitas maupun diversifikasi produk negara importir. Kondisi ini akan mengakibatkan penurunan permintaan komoditi ekspor oleh negara importir. Pertambahan populasi pada sisi permintaan akan meningkatkan permintaan komoditi ekspor dari negara importir maka jumlah komoditi yang diperdagangkan antar kedua negara semakin besar.

Populasi besar memungkinkan skala ekonomi yang dapat meningkatkan produksi komoditi ekspor sehingga diharapkan populasi dapat berpengaruh positif.

2.4.3. Jarak

Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah suatu faktor penghambat perdaganagan internasional. Jarak meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa internasional. Semakin jauh terpisah suatu negara dengan yang lain semakin besar pula biaya trasnportasi pada perdagangan di antara keduanya. Dengan adanya biaya trasnportasi, keuntungan yang diterima oleh suatu negara dari perdagangan internasional semakin kecil. Maka perlu mempertimbangkan jarak kedua negara sebagai determinan penting untuk pola perdagangan geografis.


(52)

2.4.4. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan oleh dua negara yang biasa disebut terms of trade. Nilai tukar kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan harga di kedua negara. Jika nilai tukar tinggi maka harga barang luar negeri relatif murah dan barang domestik mahal. Jika nilai tukar riil rendah maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif lebih murah sedangkan harga barang-barang-barang-barang luar negeri mahal (Mankiw, 2000).

2.4.5. Ekspor

Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor dapat juga diartikan suatu toatal penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Keuntungan ekspor yaitu mampu meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan kelebihan kapasitas dalam negeri dan membiasakan diri dalam pasar internasional serta meningkatkan lapangan kerja (Salvatore, 1997).

2.5. Penelitiaan Terdahulu

Penelitian oleh Yeboah et al (2007) dalam jurnal “Increased Cocoa Bean Exports Under Trade Liberalization : A Garvity Model Approach” menyimpulkan perbedaan relatif faktor pendorong berbeda pengaruhnya bagi perdagangan. Perbedaan pendapatan di antara negara impotir dan eksportir positif dan signifikan sedangkan nilai tukar tidak menjadi masalah. Tetapi harga produsen


(53)

kakao pada saat liberalisasi perdagangan meningkat dan produksi meningkat dan volume ekspor meningkat.

Penelitiaan oleh Rahardian et al (2008) dalam “ Pengaruh ASEAN Trade Facilitation terhadap Volume Perdagangan Jawa Timur” menyimpulkan bahwa setelah penerapan beberapa kebijakan terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terjadi kenaikan arus perdagangan produk Jawa Timur ke pasar ASEAN. Hal ini menunjukkan pembukaan barrier to entry akan memperkuat arus perdagangan.

Penelitiaan oleh Lapipi (2005) dalam tesis “Analisis Efek Integrasi Ekonomi ASEAN dan Manfaatnya bagi Perdagangan Negara-negara ASEAN” menyimpulkan adanya pengaruh positif dari integrasi ekonomi tersebut dalam liberalisasi perdangan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Dalam konteks integrasi ekonomi WTO, liberalisasi perdagangan semakin mengarah pada tujuannya yaitu pada akhirnya hambatan-hambatan perdagangan yang ada di antara negara-negara anggota berkurang. Liberalisasi perdagangan ini tertuang juga dalam komoditi pertanian di antaranya CPO dan kakao yang diekspor di pasar internassional. Permintaan negara-negara importir komoditi CPO dan kakao kepada negara-negara eksportir utama juga terus mengalami peningkatan. Hubungan dagang bilateral antar negara pengimpor dan pengekspor terjadi di pasar yang terkena dampak liberalisasi perdagangan.

Terbentuknya WTO pada tahun 1948 mengawali integrasi perdagangan bebas di antara negara anggota. Liberalisasi perdagangan dalam integrasi


(54)

ekonomi WTO memberi ruang untuk negara-negara anggotanya untuk berdagang dengan hambatan perdagangan yang sudah sangat minim dan ditetapkan. Komoditi pertanian adalah salah satu produk yang mendapat dampak liberalisasi perdagangan. Kelapa sawit dan kakao yang diekspor ke negara luar termasuk negara-negara anggota WTO turut mengalami pengaruh dari liberalisasi perdagangan tersebut.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah perkembangan ekspor kelapa sawit dalam bentuk CPO dan kakao dari tahun 1998-2007 dari lima negara pengekspor utama di pasar internasional kepada salah satu importir komoditi tersebut yang keduanya merupakan anggota WTO. Negara- negara penegekspor utama untuk CPO adalah Malaysia, Indonesia, Thailand, Hongkong dan Singapura dan negara importir utamanya adalah Cina. Sedangkan untuk komoditi kakao, negara-negara eksportir utamanya adalah Côte d'Ivoire, Belanda, Ghana, Indonesia dan Malaysia dan negara importir utamanya adalah Amerika Serikat. Model pendekatan yang digunakan adalah Gravity Model dengan variabel yang akan dianalis adalah GDP, volume ekspor, populasi, jarak antar negara dan nilai tukar. Dengan pengolahan data secara statistik dengan analisis panel data yang diolah dengan Eviews 5.1 maka akan dicapai kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO dan kakao dari negara-negara eksportir utama ke negara importir utama yang keduanya adalah anggota WTO.


(55)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Ekspor CPO dan Kakao dari 5 negara pengekspor

utama ke negara pengimpor utama

Importir utama Kakao (AS) Importir utama

CPO (Cina)

Integrasi Ekonmi WTO

Liberalisasi perdagangan (komoditi pertanian)

Gravity Model

(Dengan menggunakan variabel volume ekspor, GDP, jarak, populasi, nilai tukar)

Analisis Panel data

Fixed Effect Model

Hausman Test LM Test

Random Effect Model Chow Test


(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series

dan cross section dari tahun 1998-2007 untuk data perdagangan CPO dan kakao dari lima negara pengekspor utama yang tergabung dalam WTO dan satu negara pengimpor utama CPO dan kakao terbesar yang juga tergabung dalam WTO. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, ICCO, COMTRADE dan instansi-instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah data volume perdagangan ekspor CPO dan kakao , data jarak antar negara, Gross Domestic Product (GDP) tiap negara, jumlah penduduk di tiap negara.

3.2. Metode Analisis

Metode penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis peningkatan ekspor CPO dan kakao di bawah pengaruh liberalisasi perdagangan adalah analisis panel data dengan menggunakan gravity model.

3.2.1. Panel Data

Dalam sebuah penelitian, terkadang akan ditemukan suatu persoalan mengenai ketersediaan data yang mewakili variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Terkadang ditemukan data dalam bentuk series yang pendek dan data dalam bentuk cross section yang terbatas pula. Dalam teori ekonometrika, kedua kondisi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan panel data (pooled data) agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien). Manfaat menggunakan pengguanaan data panel adalah sebagai berikut :


(57)

(1) Mampu mengukur heterogenitas individu.

(2) Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degrees of freedom dan lebih efisien.

(3) Lebih baik untuk study of dynamic adjustment.

(4) Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni. (5) Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Kelebihan fundamental panel data dibandingkan time series atau cross section adalah bahwa panel data akan membuat peneliti lebih fleksibel dalam memodelkan perbedaan sifat tiap data pengamatan.

Dalam analisa panel data dikenal tiga macam pendekatan yaitu pendektan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan pendekatan efek acak (random effect model).

3.2.1.1. Model Pooled Least Square

Pendekatan pertama adalah pendekatan kuadrat terkecil, pada metode ini penggunaan data panel dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series lalu melakukan pendugaan (pooling). Disetiap observasi (setiap periode) terdapat regresi sehingga datanya berdimensi tunggal. Dari data panel akan diketahui N adalah jumlah unit cross-section dan T adalah jumlah periode waktu.


(58)

Dengan melakukan pooling seluruh observasi sebanyak N.T, maka dapat ditulis fungsi dari model kuadrat terkecil, misalnya yaitu :

Yit = α + Xitβj + εit (3.1)

untuk i,j = 1, 2, …, N dan t = 1, 2,…,T dimana :

Yit = variabel endogen, it = variabel eksogen,

α = intersep,

β = slope,

i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t,

ε = error/simpangan,

N = jumlah unit cross section,

T = jumlah periode waktunya.

Pendekatan yang paling sederhana untuk mengestimasi persamaan tersebut adalah mengabaikan dimensi cross-section dan time-series dari data panel dan mengestimasi data dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) yang diterapkan dalam data yang berbentuk pool.

Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel adalah sama, kemudian model ini juga mengasumsikan bahwa

slope koefisien dari dua variabel adalah identik untuk semua unit cross-section. Ini merupakan asumsi yang sangat ketat, sehingga walaupun metode PLS (pooled


(59)

least square) menawarkan kemudahan, namun model mungkin mendistorsi gambaran yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X antar unit cross-section.

3.2.1.2 Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model efek tetap adalah model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan Ordinary Least Square (OLS), yaitu :

Yit = αiDi + βXit + εit (3.2)

dimana :

Yit = variabel endogen, it = variabel eksogen,

α = intersep,

D = variabel dummy,

β = slope,

i = individu ke-i, t = periode tahun ke-t,

ε = error/simpangan.

3.2.1.3. Model Efek Acak (Random Effect Model)

Penambahan variabel dummy dalam efek tetap akan dapat menimbulkan konsekuensi yaitu akan mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada


(60)

akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Maka untuk mengatasinya, dapat menggunakan model efek acak. Dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Bentuk model efek acak dapat dijelaskan dengan persamaan berikut :

Yit = α + Xitβj + εit (3.3)

εit = uit + vit + wit (3.4)

dimana :

uit ~ N(0, δu2) = komponen cross section error,

vit ~ N(0, δv2) = komponen time series error,

wit ~ N(0, δw2) = komponen combination error.

Dapat pula mengasumsikan bahwa error secara individual juga tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya.

Penggunaan model efek acak dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi efisien.

Dalam pengolahan data panel, terdapat pilihan untuk menggunakan kriteria pembobotan yang berbeda-beda, yakni:

1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama.

2. Cross Section Weight : Generalized Least Square (GLS) dengan menggunakan estimasi varians residual cross section. Digunakan apabila ada asumsi bahwa terdapat cross section heteroskedasticity.


(61)

3. SUR : GLS menggunakan estimasi residual covariance matrix cross section. Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section.

3.2.2. Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

Pemilihan model yang akan digunakan dalam satu penelitian perlu dipertimbangkan secara statistik. Hal ini ditujukan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Ada dua pengujian untuk menentukan model yang akan digunakan dalam pengolahan data panael yaitu Chow Test dan Hausman Test.

3.2.2.1. Chow Test

Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan adalah Pooled Least Square atau Fixed Effect. Sebagaimana diketahui, bahwa terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section

memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model Pooled Least Square

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap H0 adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang

dirumuskan oleh Chow :

CHOW = (3.5) dimana :


(62)

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect, N = Jumlah data cross section,

T = Jumlah data time series, K = Jumlah variabel penjelas.

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas jika nilai CHOW statistik (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang

digunakan adalah model fixed effect dan begitu juga sebaliknya.

3.2.2.2. Hausman Test

Uji Hausman digunakan untuk membandingkan metode fixed effect

dengan random effect. Model fixed effect mengandung suatu unsur trade off yaitu hilangnya unsur derajat bebas dengan memasukkan variabel dummy. Namun penggunaan model random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat.

Hipotesa Hausman Test adalah sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Sebagai dasar panolakan H0 maka digunakan Statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut :


(63)

m = (β – b)(M0 – M1)-1(β – b) ~ χ2(K) (3.6)

dimana :

β : vektor statistik variabel fixed effect,

b : vektor statistik variabel random effect,

M0 : matriks kovarians untuk dugaan random effect.

Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2-tabel, maka cukup melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect

dan begitu pula sebaliknya.

3.2.2.3. LM Test

LM Test atau The Breusch – Pagan LM Test digunkan sebagai pertimbangan statistik dalam memilih model Random Effect Model versus Pooled Least Square. Pengujian hipotesisnya:

H0 : PLS

H1 : Random Effect Model

Dasar penolakan H0 dengan mengguanakan statistik LM yang mengikuti distribusi Chi-Square.

3.3. Perumusan Model

Analisis yang digunakan dalam penelitiaan ini menggunakan pendekatan model gravitasi (Gravity Model) adalah model yang baik untuk mengukur laju


(1)

Lampiran 2. Hasil Estimasi Panel Data Kakao Menggunakan Pooled Least Square

Model 1a (Model Pooled Least Square Tanpa Pembobotan)

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/01/09 Time: 13:58

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50 Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob. LNGDPI? -0,437084 5,132653 -0,085157 0,9325 LNGDPJ? -0,346498 0,05951 -5,822538 0,0000 LNPOPI? 14,65653 27,09753 0,540881 0,5914 LNPOPJ? 1,912407 0,184018 10,39251 0,0000 ER? -0,000333 3,23E-05 -10,29491 0,0000 LNJARAK? -2,020099 0,282797 -7,143276 0,0000 C -272,3887 480,4659 -0,566926 0,5737 R-squared 0,753661 Mean dependent var 18,48559 Adjusted R-squared 0,719288 S.D. dependent var 0,877456 S.E.of regression 0,464896 Akaike info criterion 1,43517 Sum squared resid 9,293502 Schwarz criterion 1,702853 Log likelihood -28,87924 F-statistic 21,92605 Durbin-Watson stat 1,098257 Prob(F-statistic) 0,0000


(2)

Model 1b (Model Pooled Least Square ) dengan Pembobotan dan White cross-section standard errors & covariance

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 06/01/09 Time: 13:59

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50 Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variabel Coefficient Std, Error t-Statistic Prob. LNGDPI? -3,417096 2,225336 -1,535541 0,132 LNGDPJ? -0,373631 0,026832 -13,9248 0,0000 LNPOPI? 28,1635 12,14926 2,318125 0,0253 LNPOPJ? 1,921484 0,12315 15,60277 0,0000 ER? -0,000331 2,86E-05 -11,60111 0,0000 LNJARAK? -2,019705 0,205664 -9,820417 0,0000 C -507,6503 216,0013 -2,350219 0,0234

Weighted Statistics R-squared 0,725237 Mean dependent var 21,84317 Adjusted

R-squared 0,686898 S.D. dependent var 7,854754 S.E. of

regression 0,449996 Sum squared resid 8,707358 F-statistic 18,91642 Durbin-Watson stat 1,172947

Prob(F-statistic) 0,0000

Unweighted Statistics R-squared 0,694323 Mean dependent var 18,48559 Sum squared


(3)

Lanjutan Lampiran 2.

• Model 1c (Model Pooled Least Square dengan Cross Section SUR)

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)

Date: 06/01/09 Time: 14:00

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50 Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob. LNGDPI? -1,121,580 2,493,592 -0,449785 0,6551 LNGDPJ? -0,368605 0,025988 -1,418,388 0,0000 LNPOPI? 1,794,006 1,260,044 1,423,764 0,1617 LNPOPJ? 1,855,930 0,140349 1,322,365 0,0000 ER? -0,000306 3,09E-05 -9,912,183 0,0000 LNJARAK? -2,110,864 0,209416 -1,007,976 0,0000 C -3,280,383 2,224,305 -1,474,790 0,1476

Weighted Statistics

R-squared 0,716486 Mean dependent var 7,264,437 Adjusted

R-squared 0,676926 S.D. dependent var 1,961,916 S.E. of

regression 1,037,054 Sum squared resid 4,624,566 F-statistic 1,811,130 Durbin-Watson stat 1,424,103

Prob(F-statistic) 0,000000

Unweighted Statistics

R-squared 0,939368 Mean dependent var 1,848,559 Sum squared


(4)

Model 2a (Model Pooled Least Square CPOTanpa Pembobotan)

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/01/09 Time: 14:03

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob. LNGDPI? 1,068,497 3,121,881 3,422,608 0,0014 LNGDPJ? -5,867,351 2,325,713 -2,522,818 0,0154 LNPOPI? -1,328,857 4,519,370 -2,940,359 0,0053 LNPOPJ? 2,061,133 0,812226 2,537,636 0,0149 ER? -0,146663 0,205463 -0,713816 0,4792 LNJARAK? -6,406,869 1,455,038 -4,403,231 0,0001 C 2,772,062 9,317,107 2,975,239 0,0048 R-squared 0,335718 Mean dependent var 1,608,200 Adjusted

R-squared 0,243027 S.D. dependent var 2,992,869 S.E. of regression 2,603,921 Akaike info criterion 4,881,091 Sum squared

resid 2,915,575 Schwarz criterion 5,148,774 Log likelihood -1,150,273 F-statistic 3,621,918 Durbin-Watson


(5)

Lanjutan Lampiran 3.

Model 1b (Model Pooled Least Square ) dengan Pembobotan dan White cross-section standard errors & covariance

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 06/01/09 Time: 14:04

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient

Std,

Error t-Statistic Prob. LNGDPI? 8,219828 1,970518 4,171405 0,0001 LNGDPJ? -3,513865 1,923486 -1,826821 0,0747 LNPOPI? -97,22403 30,26021 -3,212933 0,0025 LNPOPJ? 1,916861 0,598941 3,200417 0,0026 ER? 0,108831 0,218167 0,498842 0,6204 LNJARAK? -5,708251 1,106077 -5,160809 0,0000

C 2026,686 623,9556 3,248126 0,0023

Weighted Statistics

R-squared 0,359417 Mean dependent var 18,67244 Adjusted R-squared 0,270033 S.D. dependent var 7,266286 S.E. of regression 2,532791 Sum squared resid 275,8462 F-statistic 4,021059 Durbin-Watson stat 0,285667

Prob(F-statistic) 0,002774

Unweighted Statistics

R-squared 0,289643 Mean dependent var 16,082 Sum squared resid 305,8919 Durbin-Watson stat 0,206361


(6)

Model 1c (Model Pooled Least Square dengan Cross Section SUR)

Dependent Variable: LNEKSPOR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)

Date: 06/01/09 Time: 14:05

Sample: 1998 2007

Included observations: 10

Cross-sections included: 5

Total pool (balanced) observations: 50 Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob. LNGDPI? 8,583476 2,036356 4,215116 0,0001 LNGDPJ? -3,342346 1,589032 -2,103385 0,0413 LNPOPI? -119,7008 31,912 -3,750965 0,0005 LNPOPJ? 1,493233 0,503906 2,963315 0,0049

ER? 0,03683 0,178562 0,206258 0,8376

LNJARAK? -5,26278 0,845721 -6,222836 0,0000

C 2498,404 658,9408 3,791546 0,0005

Weighted Statistics

R-squared 0,691665 Mean dependent var 19,86445 Adjusted

R-squared 0,648642 S.D. dependent var 13,28593 S.E. of

regression 1,041097 Sum squared resid 46,60695 F-statistic 16,07648 Durbin-Watson stat 0,944254

Prob(F-statistic) 0,0000

Unweighted Statistics

R-squared -1,03705 Mean dependent var 16,082 Sum squared