d. Mengenali emosi orang lain atau empati Empathy. Empati adalah dasar dari ketrampilan pribadi. Orang-orang yang
empatik lebih peka dalam menangkap isyarat-isyarat sosial yang mengindikasikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang lain.
e. Membina hubungan atau ketrampilan sosial social skills. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan ketrampilan
mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang unggul dalam ketrampilan ini dapat melakukan segala sesuatu dengan baik. Mereka dapat melakukan
interaksi dengan orang lain dengan lancar dalam pergaulan sosial. Dalam penelitian ini menggunakan lima aspek kecerdasan emosi menurut
Goleman 2000 yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi atau pengendalian diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, dan
membina hubungan dengan orang.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menurut Goleman 2000 adalah:
a. Lingkungan keluarga Keluarga
merupakan tempat
pendidikan pertama
dalam mempelajari emosi, dan orang tualah yang sangat berperan. Anak
mengidentifikasi perilaku orang tua kemudian diinternalisasikan akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian anak. Kehidupan emosi yang dibangun
di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas secara emosional.
b. Lingkungan non keluarga Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan
masyarakat dan lingkungan pendidikan yang dianggap bertanggung jawab terhadap perkembangan kecerdasan emosi. Pergaulan dengan teman
sebaya, guru, dan masyarakat luas. c. Otak
Otak adalah organ yang penting dalam tubuh manusia, otaklah yang mempengaruhi dan mengontrol seluruh kerja tubuh, struktur otak
manusia adalah sebagai berikut. 1. Korteks. Berfungsi membuat seseorang berada di puncak tangga
evalusi. Memahami korteks dan perkembangan membantu individu menghayati mengapa sebagian individu sangat cerdas sedangkan yang
lain sulit belajar. Korteks berperan penting dalam memahami kecerdasan emosi serta dalam memahami sesuatu secara mendalam,
menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu, selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Korteks khususnya lobus
frontalis dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.
2. Sistem Limbik. Bagian ini sering disebut sebagai bagian emosi yang letaknya jauh dalam hemisfer otak besar terutama bertanggung jawab
atas pengaturan emosi dan impuls. Sistem limbik meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi.
Selain itu ada amigdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.
Menurut Hurlock
2004 faktor-faktor
yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan emosi seseorang adalah faktor kematangan dan faktor belajar.
a. Faktor kematangan Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka yang lebih lama dan memutuskan ketegangan
emosi pada satu objek. Kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi emosi, sehingga seseorang menjadi reaktif terhadap
rangsangan yang semula tidak mempengaruhi dirinya. Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional, dan
kelenjar adrenalin memainkan peran utama pada emosi. Faktor ini dapat dikendalikan dengan memelihara kesehatan fisik dan keseimbangan tubuh.
b. Faktor belajar Faktor ini lebih penting karena merupakan faktor yang mudah
dikendalikan. Cara
mengendalikan lingkungan
untuk menjamin
pembinaan pola emosi yang diinginkan dan menghasilkan pola reaksi emosional yang tidak diinginkan merupakan pola belajar yang positif
sekaligus tindakan preventif. Makin bertambahnya usia makin sulit mengubah pola reaksi. Ada lima jenis belajar yang turut menunjang pola
perkembangan emosi yaitu belajar coba ralat, belajar dengan cara meniru, belajar dengan cara identifikasi, belajar melalui pengkodisian, dan
pelatihan.
Walgito 1993 membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menjadi dua yaitu :
a. Faktor internal. Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor
fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi kecerdasan emosinya. Segi
psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal. Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana
kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi: stimulus dan lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses
terbentuknya kecerdasan emosi. Segal dalam Helmi, 2004 menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi pada remaja meliputi pengalaman romantis, kehidupan spiritual, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malik 2003 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi individu antara lain:
a. Lingkungan keluarga Hubungan orang tua dengan anak menjadi faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap perkembangan anak pada umumnya demikian juga perkembangan kecerdasan emosi pada khususnya.
b. Konsep diri self concept Konsep diri juga dipengaruhi oleh situasi lingkungan keluarga,
khususnya suasana hubungan antara orang tua dengan remaja. Remaja yang memiliki konsep diri yang baik sesuai dengan kenyataan dirinya
akan dapat memahami dan menerima perasaan-perasaan atau emosi yang dialami remaja ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Apabila konsep
diri individu tidak sesuai dengan yang diharapkannya akan menimbulkan perasaan negatif baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan
sekitarnya. Perasaan negatif tersebut dapat menyebabkan individu mengalami hambatan dalam mengelola perasaan atau emosi yang
dialaminya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi adalah faktor lingkungan keluarga, faktor non keluarga, otak, kematangan, faktor belajar, dan konsep diri, faktor
internal, eksternal, pengalaman romantis, dan kehidupan spiritual.
4. Perkembangan Emosi pada Remaja