PERBANDINGAN KEBIJAKAN PROTEKSI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MERESPON PERJANJIAN ACFTA DAN AKFTA

(1)

PERBANDINGAN KEBIJAKAN PROTEKSI PEMERINTAH

INDONESIA DALAM MERESPON PERJANJIAN ACFTA DAN

AKFTA

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh:

Muhammad Rif’an Ghofur NIM (09260083)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

VI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, Allahuakbar… Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sudah banyak penelitian-penelitian yang meneliti tentang masalah Perdagangan Bebas, baik ACFTA,AKFTA,AIFTA dll. Banyak pula yang menulis tentang dampak positif dan negative dari kerjasama perdagangan tersebut. Disini penulis tertarik pada perdagangan ACFTA dan AKFTA. Sudah banyak pula yang meneliti hal tersebut, dari segi ekonomi,kerjasama,dan masalah lainnya. Dalam hal ini saya sebagai penulis dan peneliti mencoba mencari celah,bagaimana dalam ACFTA dan AKFTA yang bekerjasama dengan Indonesia. Guna membedakan kebijakan proteksi atau hal-hal yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam merespon kerjasama yang telah diikuti oleh Indonesia. Sehingga penelitian ini dapat menjadi salah satu refrensi bagi peneliti selanjutnya.

Penulis sangat menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini masih banyak kekurangannya. Masih perlu penambahan yang harus dilakukan agar menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.. Maka dari itu penulis mengharap masukan,kritikan,saran yang bisa membangun dan sangat diharapkan pula oleh penulis untuk membantu melengkapi kekurangan tersebut.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, sekalaipun kecil yang tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang saja akan tetapi juga disiplin Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia secara umum.

Allahuma Amien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang,10 Mei 2014

Penulis,


(7)

VII

DAFTAR ISI

COVER ... I LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... II LEMBAR PENGESAHAN ... III BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... IV PERNYATAAN ORISINALITAS ... V KATA PENGANTAR ...VI UNGKAPAN PERSEMBAHAN ... VII ABSTRACT ... VIII ABSTRAKSI ... IX DAFTAR ISI ... X DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ... XII

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Penelitian Terdahulu ... 10

1.6Landasan Konsep ... 24

1.6.1 Konsep Proteksi ... 24

1.6.2 Konsep Free Trade ... 26

1.7Metodologi Penelitian ... 28

1.7.1 Metode Penelitian ... 28

1.7.2 Teknik Analisis Data ... 29

1.7.3 Batasan Materi ... 29

1.7.4 Batasan Waktu ... 30

1.8Indikator Perbandingan ... 30

1.9Argumen Dasar ... 30


(8)

VIII

1.10 Strukrur Penulisan ... 32

BAB II GAMBARAN KERJASAMA EKONOMI ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT DAN ASEAN-KOREA FREE TRADE AGREEMENT 2.1 Sejarah Kerjasama Ekonomi ASEAN-China Free Trade Agreement ... 35

2.2 Sejarah Dan Perkembangan ASEAN-Korea (AKFTA) Free Trade Agreement ... 42

2.3 Implikasi ACFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal di Indonesia ... 48

2.4 Implikasi AKFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal di Indonesia ... 58

BAB III KEBIJAKAN INDONESIA MERESPON ACFTA DAN AKFTA 3.1 Hubungan ACFTA Dengan Indonesia ... 63

3.2 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Merespon ACFTA ... 69

3.3 Hubungan AKFTA dengan Indonesia ... 79

3.4Kebijakan Proteksi Pemerintah Merespon AKFTA ... 81

BAB IV PERBANDINGAN KEBIJAKAN PROTEKSI OLEH PEMERINTAH INDONESIA DALAM MERESPON PERJANJIAN ACFTA DAN AKFTA 4.1Persamaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Dalam Merespon Perjanjian ACFTA dan AKFTA ... 87

4.2Perbedaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Dalam Merespon Perjanjian ACFTA dan AKFTA ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 112

5.2Saran dan Temuan ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(9)

IX

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

1.1Tabel Posisi Penelitian ... 16 1.2Tabel Realisasi Investasi Korsel di Indonesia ... 47 2.1 Diagram Daftar Pembelian Produk China Yang Sering Dibeli Oleh

Masyarakat ... 50 2.2 Tabel Investasi perusahaan Korsel di Indonesia ... 59 4.2.1 Tabel Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam

Bidang Pembatasan Kuota dan Pengetatan Kualitas Produk ... 103 4.2.2 Tabel Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA

dalamBidangUnfair Trade dan Anti Dumping………105 4.2.3 Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam Bidang

Penyelesaian Sengketa……….107 4.2.4 Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam Bidang Subsidi Investasi………..…….108


(10)

X

Daftar Pustaka Sumber Internet:

Surono,Penerapan Free Trade Agreement: Antara Harapan dan

Kenyataan,dalam sumber

http://www.depkeu.go.id/ind/others/Buletin/ek11/ek11-files/edukasikeuangan_11_2012.pdf, diakses Rabu, 6 Desember 2012 http://eprints.umm.ac.id/9794/1/Sistem_Proteksi_Ekonomi_NegaraNegaraAsia_T

imur.pdf, diakses Senin 10 Desember 2012

http://www.wisegeek.com/what-is-free-trade.htm#didyouknowout Weck,

Winfried. Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global http://www.kas.de/wf/doc/kas_3135-1442-20-30.pdf

Asean – China Trade Agremeent

http://stieama.org/wp- content/uploads/2013/01/Asean-%E2%80%93-China-Trade-Agremeent.docx

Indonesia Menilai Positif Pengembangan Konektivitas ASEAN. Diakses pada

tanggal 10 Desember 2013 dari

http://www.deplu.go.id/pages/news.aspx?IDP=3104&1=en

Sejarah Baru Hubungan RI-Cina. Diakses pada tanggal 9 Desember 2013 dari http://www.dw.de/sejarah-baru-hubungan-ri-cina/a-17133331

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf

http://website_acfta_29july09&sugexp=chrome,mod=8&sourceid=chrome&ie=U TF-8

Perkembangan Pelaksanaan Perdagangan ACFTA Tahun 2010 Di Sektor Industri

http://kemenperin.go.id/artikel/42/Perkembangan-Pelaksanaan-Perdagangan-ACFTA-Tahun-2010--Di-Sektor-Industri

Piagam AKFTA. Diakses pada tanggal 17 September 2013 dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/LapKin.pdf.

Pemerintah Dorong Peningkatan Investasi Korsel di Indonesia. Diakses pada

tanggal 28 November 2013 dari

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_det ail&news_content_id=823&detail=true


(11)

XI

Perdagangan ASEAN-Korea Selatan Ditarget USD 15 M. Diakses pada tanggal 1

September 2013 dari

http://www.tempo.co/read/news/2013/06/10/092487220/Perdagangan-ASEAN-Korea-Selatan-Ditarget-USD-15-M.

ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif.

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 4375.

Adolf Huala dan Chandrawulan A, 1994Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta RajaGrafindo

Persada Perusahaan Otomotif Korea Selatan Investasi di Indonesia http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/16/168979/21/2/Perusahaan -Otomotif-Korea-Selatan-Investasi-di-Indonesia

Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Ke Korea

Selatan, 15 – 17 Februari

2011.http://www.indonesiaseoul.org/indonesia/kedutaanbesar/calendarofe vent.htm

Pemprov Jatim Intesifkan Kerja Sama dengan Korea Selatan dalam http://www.eastjavacoop.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=145:east-java-provincial-government-intesify-cooperation-with-south-korea-&catid=31:recently&Itemid=46&lang=in

http://www.ekonomi-holic.com/2012/05/kebijakan-perdagangan-internasional.html diakses Minggu 6 April 2014

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0 CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.kemenperin.go.id%2Fdownloa d%2F65&ei=owVZU_uKOInBrAe7nYGYCA&usg=AFQjCNECtcU85W NncmEO6hVwd7eV9Fl8Fw&bvm=bv.65397613,d.bmk, pdf, diakses Rabu 23 April 2014

Sumber Non Internet

Afadlal,et.,all 2011,Ekonomi Politik Kemitraan Asean : Sebuah Potret Kerjasama,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,hal.145-146

Hizbul Wathon.2011. Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement.Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Puteri Silvia Handayani. 2011. Dampak Asean-Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia.Skripsi Jurusan Hubungan Internasional


(12)

XII

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Sukirno Sadono,2004,Pengantar Bisnis, Jakarta,Kencana Prenada Media Group.

Griffiths, Martin and O’Callaghan Terry,2002,International Relations The Key Concept , London and New York, Routledge.

Mas’oed Mohtar.1990.Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi,Jakarta.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Implementasi Free Trade Agreement (FTA) sebagai pola umum yang ditempuh dalam rangka pembentukan kawasan bebas perdagangan antar negara (Free Trade Area) sudah menjadi fenomena global. Liberalisasi perdagangan dunia terus bergulir seperti halnya bola salju yang membesarkan bentuk seiring dengan perjalanannya. World Trade Organization (WTO) sebagai induk organisasi perdagangan dunia mengidentifikasikan angka sekitar 250 skema FTA yang telah terbentuk, baik yang bersifat bilateral maupun multilateral. Pada dasarnya, keikutsertaan Indonesia ke dalam blok-blok perdagangan bebas ibarat menghunus

pisau bermata dua”.

Menurut Surono di satu sisi, FTA memberikan harapan besar untuk memperluas pasar ekspor dan juga membuka peluang masuknya foreign direct investment (FDI). Namun di sisi lain, FTA juga memberikan kekhawatiran terhadap tergerusnya industri nasional yang tidak mampu bersaing dengan produk impor. Implementasi FTA berarti melepas hambatan tarifyang selama ini berguna untuk proteksi Industri dalam negeri. Disinilah peran penting Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan sebagai regulator perdagangan nasional. Ikut serta dalam FTA idealnya harus didahului dengan penguatan struktur industri dalam negeri, agar siap bersaing


(14)

dalam pasar bebas.1

Kerjasama ASEAN-China FTA pertama kali dikemukakan oleh Perdana Menteri China Zhu Rongji dalam ASEAN+3 Meeting di Singapura November 2000 dan pada ASEAN-China Economic Cooperation Meeting pada Agustus 2001. Pada 2001 China mengusulkan adanya perdaganagn bebaas antara ASEAN dan China. 2

Pada waktu itu China mengusulkan suatu kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area) dengan ASEAN dalam konsep The China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA/ACFTA), yang ditargetkan akan terwujud pada tahun 2010. Kesepakatan ACFTA ditandatangani bersama pada KTT ASEAN di Vientiane, Laos tahun 2001. Apabila ACFTA dapat diberlakukan dengan lancar,hambatan tarif dan non-tarif akan dicabut dari 6 negara ASEAN (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand) pada 2010,dan dari negara CLMV (Cambodia, Laos,Myanmar dan Vietnam) pada 2015.

Kesepuluh Kepala Negara ASEAN dan China berhasil menandatangani kesepakatan di PhnomPenh pada November 2002 guna melanjutkan program penurunan dan penghapusan tarif bea masuk yang dilaksanakan dalam tiga tahap: 1) Early Harvest Program (EHP) yang telah dimulai 1 Janurai 2004; 2) Normal Track

yang dimulai implementasi penurunan tarifnya pada 1 Juli 2005; dan 3) Sensitive Track tahun 2012 tarif maksimum 20% serta Highly Sensitive tahun 2015 tarif

1

Surono,Penerapan Free Trade Agreement: Antara Harapan dan Kenyataan,dalam sumber http://www.depkeu.go.id/ind/others/Buletin/ek11/ek11-files/edukasikeuangan_11_2012.pdf, diakses Rabu, 6 Desember 2012

2

Afadlal,et.,all 2011,Ekonomi Politik Kemitraan Asean : Sebuah Potret Kerjasama,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,hal.145-146


(15)

maksimum 50 persen. Pada saat itu,tarif lebih dari 600 produk, terutama pertanian yang meliptu sekitar 10 persen dari seluruh produk yang diperdagangkan di antara kedua pihak telah diturunkan hingga 0 persen. Di dalam kerangka Agreement ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation, China mengurangi tarif impor bagi produk ASEAN beberapa tahun sebelum negara-negara ASEAN memberlakukan hal yang sama dan membuka pasar mereka bagi produk ekspor China. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan ASEAN keuntungan ekspor terhadap produk China dan memberikan kesempatan bagi produsen ASEAN agar lebih efisien Dan produktif.3

Komitmen kemitraan untuk memperluas kerjasama ekonomi yang komprehensif antara ASEAN dan Korea pertama kali disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Korea yang di selenggarakan pada 30 November 2004di Vientiane, Laos. Selanjutnya frame work agreement mengenai Kemitraan Kerjasama Komprehensif antara ASEAN dan Korea untuk membentuk suatu ASEAN-Korea

Free Trade Area berhasil ditandatangani di Kuala Lumpur pada tanggal 13 Desember 2005. Pemerintah Republik Indonesia baru meratifikasi Framework Agreement on the Comprehensiv eEconomic Co Operation AmongThe Government Of The Members Countries Of The Assosiaciation of SouthEast Asian Nation and The Republic of Korea berdasarkan Peraturan PresidenNomor 11 Tahun 2007.

Khusus untuk negara negara ASEAN yang baru (Vietnam, Laos, Myanmar dan Cambodia) dalam penerapan jadwal penurunan tarifnya diberikan fleksibilitas.


(16)

Berbeda dengan skema ACFTA, jadwal penurunan tarif bea masuk dalam AKFTA dilaksanakan dalam dua kategori yang dibedakan menurut produk. Kategori pertama bersifat normal track (NT), khusus untuk produk-produk yang berdasarkan sensitifitasnya telah siap menghadapi liberalisasi sehingga penurunan danpenghapusan tarif bea masuknya berlangsung secara cepat tapi terjadwal. Untuk kategori ini, Korea berkomitmen untuk melakukan penurunan tarif lebih cepat. Tahap awal, Korea akan menurunkan minimal 70% pos tarifnya pada saat entry into force4. Selanjutnya, 1 Januari 2008 diharapkan sudah mencapai 95%dan akan menghapus seluruh pos tarifnya menjadi 0% paling lambat 1 Januari 2010.Untuk ASEAN-6, komitmen penghapusan seluruh pos tarifnya menjadi 0% paling lambat dilakukan 1 Januari 2010 dengan fleksibilitas maksimum 5% (khusus Indonesiadan Philipines fleksibilitasnya 10%). Pos tarif akan dihapus seluruhnya menjadi 0% paling lambat 1 Januari 2012.5

Bila melihat data neraca perdagangan Indonesia-China, defisit perdagangan yang terjadi disebabkan oleh impor produk non migas. Tidak mengheran kanapa bila pasca tahun 2005, produk manufaktur China begitu membanjiri pasar domestik Indonesia dengan harga yang relatif lebih murah. Sifat konsumtif masyarakat Indonesia ditambah lagi dengan harga yang relatif murah membuat produk China menggusur produk produk sejenis yang dihasilkan produsen dari negara lain termasuk

4

Entry Into Force diartikan sebagai keberlakuan, Dalam penelitian ini Entry Into Force dapat dijelaskan semenjak berlakunya Perjanjian ASEAN-Korea Free Trade Agreement, berlaku juga semua perjanjian-perjanjian yang sudah disepakati dan harus dijalankan semua sesuai isi dan berlaku dari perjanjian tersebut.

5


(17)

juga produsen domestik. Inilah konsekuensi logis perdagangan liberal yang merugikan bagi produsen lokal Indonesia.6

Dalam sebuah kajian ekonomi keuangan yang ada dalam situs resmi Badan Kebijakan Fiskal(Desember 2011) menganalisis posisi Indonesia terkait dengan FTA yang telah diterapkan dalam perdagangan di Indonesia. Dalam kajian tersebut dinyatakan bahwa berdasarkan serangkaian kerjasama FTA yang diikuti oleh Pemerintah Indonesia selama ini, secara umum cenderung merugikan Indonesia. Namun demikian harus diakui pula bahwa terdapat beberapa kerjasama FTA yang menguntungkan Indonesia. Hal ini terefleksi pada kinerja perdagangan antara Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang.

Perjanjian ACFTA pada awalnya kerjasama ini menguntungkan Indonesia, bahkan surplus perdagangan cenderung besar. Pada tahun 2004 neraca perdagangan Indonesia-China surplus sebesar USD 0,504 juta dan pada tahun 2007 meningkat menjadi USD 1,1118 Juta. Seiring dengan derasanya aliran produk-produk China yang masuk ke Indonesia, sedangkan disisi lain ekspor Indonesia terutama kelompok mentah yang selama ini menjadi unggulan, mengalami penurunan maka neraca perdagangan Indonesia menjadi defisit. Pada tahun 2008 neraca perdagangan Indonesia-China defisit sebesar USD 3,631 Juta dan pada tahun 2010 menjadi defisit sebesar USD4,732.7

6

Ibid,hal 8-10

7

Rita Dwi Lindawati, Widyaiswara, Jurnal Penerapan Free Trade Agreement Di Indonesia Permasalahan dan Antisipasinya, dalam sumber,


(18)

Sedangkan kerjasama dengan Korea, Sebelum dilakukan kerjasama FTA dengan Korea Selatan, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD 4,82 Juta dan pada tahun 2010 surplus dagang menjadi USD 4,89 Juta. Surplus dagang ini disebabkan meningkatnya ekspor migas. Sementara itu ekspor non migas ke Korea Selatan juga terus meningkat, akan tetapi surplus dagang untuk kelompok non migas ke Korea Selatan juga terus meningkat, akan tetapi untuk kelompok non migas cenderung menurun, yaitu dari USD 1,71 Juta(2006) menjadi USD 1,28 Juta(2010)8. Terkait dengan kekhawatiran yang begitu kuat akan membanjirnya produk-produk Cina, maka langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan kemampuan daya saing produk nasional. Daya saing produk Cina yang cukup kuat di pasar dunia dewasa ini adalah karena harganya yang murah, namun kurang didukung oleh kualitas yang memadai. Murahnya produk Cina dikarenakan salah satunya adalah lebih murahnya tenaga kerja di Cina dibanding Indonesia dan negara lain di dunia. Sisi negatif yang dirasakan dari implementasi FTA cukup beragam, meskipun tidak terjadi pada semua skema FTA. Semakin membanjirnya produk impor dengan harga relatif murah, packaging yang menarik serta kualitas yang bersaing membuat produk lokal mulai tergerus. Industri lokal sepertinya belum siap bersaing dengan produk impor. Akibat lanjutannya, produsen yang pragmatis lebih memilih untuk beralih usaha menjadi importir atau pedagang yang memberikan harapan keuntungan lebih besar.

8Ibid


(19)

Treatment pemerintah terhadap maraknya usulan pembatalan maupun penundaan pemberlakuan FTA, terutama untuk skema ACFTA dilakukan secara hati-hati. Membatalkan suatu skema perjanjian multilateral bukanlah perkara yang mudah. Langkah rasional yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan melakukan penundaan (reschedule) terhadap jadwal penurunan tarif terhadap beberapa produk yang berpotensi menggangu industri nasional. Khusus terhadap skema ACFTA, pemerintah mengusulkan rencana reschedule penurunan tarif terhadap 228 pos tarif, antara lain : 1. Sebanyak 146 pos tarif Normal Track 1 (NT 1) yang harus 0% pada 2010 diusulkan menjadi Normal Track 2 (NT 2) atau menjadi 0% pada tahun 2012. 1. Sebanyak 60 pos tarif Normal Track1 (NT 1) yang harus 0% pada tahun 2010 diusulkan menjadi sensitive list (SL) atau 0%-5% pada tahun 2018.1. Sebanyak 22 pos tarif yang sudah 0% dalam AC-FTA 2009 dinaikkan menjadi 5% dan di masukan dalam katagori sensitive list (SL) atau 0%-5%pada tahun 2018. Alternatif lain yang dilakukan pemerintah sebagai bentukantisipasi dampakACFTA adalah dengan memaksimalkan kebijakan non-tarif, antara lain :

1. Produk impor yang beredar wajib: Menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI)

2. Menggunakan label halal

3. Menggunakan label berbahasa Indonesia

4. Pengetatan pengawasan imporproduk manufaktur di enam pelabuhan besar (Pengetatan izin importirterdaftar dan Pemberdayaankinerja Beadan Cukai)


(20)

5. Penanganan unfair trade antara lain pengenaan bea masuk anti dumping dan

Safeguard

6. Harmonisasi tarif, terutama bagiproduk yang bahan bakunya masihmasuk dalam HSL (high sensivitylist) seperti gula, beras, jagung, dankedelai. Tujuannya agar bea masukimpor barang jadi produk-produk tersebut lebih besar dari bahan bakunya.9

Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Korea didominasi oleh komoditi non migas dengan angka tren peningkatansebesar 32,15%. Angka impor komoditi migas pun memiliki proporsi yang cukupbesar. Berdasarkan data statistik neraca perdagangan Indonesia selama tahun 2007s.d. 2011, menunjukan terjadinya surplus perdagangan Indonesia terhadap Korea. Tren neraca perdagangan Indonesia-Korea menunjukan angka peningkatan sebesar 2,85%. Adapun produk ekspor Indonesia ke Korea masih didominasi oleh komoditi migas. Meskipun demikian tren ekspor produk non migas Indonesia (tahun 2007 s.d. 2011) juga meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 19,65%. Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Korea didominasi oleh komoditi non migas dengan angka tren peningkatan sebesar 32,15%. Angka impor komoditi migas pun memiliki proporsi yang cukup besar. Bahkan tren peningkatan impor komoditi migas menunjukan tren peningkatan yang lebih besar (35,72%) dibanding komoditi non migas. Singkatnya, berdasarkan data neraca

9Ibid,


(21)

perdagangan Indonesia-Korea, tampaknya skema perdagangan bebas AKFTA telah memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap perekonomian Indonesia.10

Adanya kesenjangan perbedaan atau efek dari ACFTA dan AKFTA ini disinyalir atau dirasa karena konsep kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi kedua FTA tersebut berbeda, baik dalam hal regulasi maupun implementasi dari kebijkan-kebijakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diterapakan oleh penulis dalam tulisan ini yakni: Bagaimana Perbandingan Kebijakan Proteksi Produk Lokal Oleh Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi dampak Pasar Bebas China dan Korea.

1.3 Tujuan Penelitian.

Untuk Mengetahui Perbandingan Strategi Pemerintah Indonesia dalam Melindungi Produk Lokal Terhadap Asean China Free Trade Area dan Asean Korea Free Trade Area.

1.4Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

1. Untuk mengetahui perbandingan kebijakan proteksi produk lokal khususnya Manufaktur oleh pemerintah Indonesia Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China dan Korea.

10Ibid


(22)

2. Untuk mengetahui apakah ada perbandingan proteksi pemerintah Indonesia terhadap produk China dan Korea dalam sektor Manufaktur. Serta dikarenakan secara kualitas lebih bagus produk Korea namun secara kuantitas lebih banyak produk China yang beredar di Indonesia.

Manfaat Praktis

1. Sebagai salah Satu Syarat Untuk mendapatkan Gelar Strata-1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

2. Sebagai Tambahan Referensi perbandingan kebijakan dalam perlindungan produk lokal Indonesia Khususnya dalam bidang Manufaktur.

1.5Penelitian Terdahulu

Sebagai salah satu pertimbangan akan dicantumkan penelitian terdahulu yang dirasa topiknya cukup sama. Pertama Oleh Firdaus, Ahmad Heri. 2011.11 Kinerja Perdagangan dan Dampak FTA ASEAN Plus Three terhadap Perekonomian Indonesia. Tulisan ini hanya semacam jurna yang memberikan penjelasan manfaaat atau dampak dari FTA yang positif dan Negatif. Dampak yang dirasakan secara

11


(23)

langsun goleh berbagai kalangan di Indonesia terhadap penerapan FTA dapat bersifat positif dan negatif. Sisi positif yang muncul antara lain adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai dampak tradecreation effect dalam FTA. Trade creation effect memungkinkan masyarakat memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih murah,karena produk domestik tergantikan oleh produk impor. Hasil penelitian Firdaus (2011) mengenai dampak FTA ASEAN Plus Three terhadap kinerja perekonomian Indonesia menunjukan bahwa Indonesia mengalami peningkatan kesejahteraan sebesar US$ 685.90 juta. Meskipun demikian angka ini tergolong jauh lebihkecil dibanding negara ASEAN-6 lainnya. Angka GDP riil Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 0,18%.

Sisi negatif yang dirasakan dari implementasi FTA cukup beragam, meskipun tidak terjadi pada semua skema FTA. Semakin membanjirnya produk impor dengan harga relatif murah, packaging yang menarik serta kualitas yang bersaing membuat produk lokal mulai tergerus. Industri lokal sepertinya belum siap bersaing dengan produk impor.Akibat lanjutannya, produsen yang pragmatis lebih memilih untuk beralih usaha menjadi importir atau pedagang yang memberikan harapan keuntungan lebih besar.

Kedua adalah penelitian dari Debby Rakhmawati dengan judul Sistem Proteksi Ekonomi Negara-Negara Asia Timur (Jepang, China, dan Korea). Menggunakan Pendekatan Proteksi yang diartikan sebagai upaya sebuah negara untuk kawasan Asia Timur merupakan salah satu kawasan yang menarik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara Jepang, China


(24)

dan Korea Selatan yang berada dalam kawasan tersebut. Melindungi kepentingan domestic mereka agar tidak terjadi intervensi yang besar dari pihak asing.Kemajuan mereka diawali dengan kesadaran dari masing-masing negara untuk membuka diri pada dunia luar dan melakukan industrialisasi. Dengan membuka diri pada dunia luar, maka investasi dari negara lain (investasi asing) terus berdatangan ke negara mereka. Yang unik dari Jepang, China dan Korea selatan adalah mereka tetap mampu untuk menjadi tuan rumah di negara mereka sendiri meski banyak investasi asing yang masuk ke negara mereka, bahkan mereka mendapat keuntungan dari datangnya investor asing tersebut. Hal itu tidak terlepas dari peran pemerintah dan budaya bisnis yang ada di ketiga negara tersebut. Dengan menggunakan konsep proteksi, penulis melihat bahwa peran pemerintah adalah suatu bentuk untuk melindungi dan mengembangkan perekonomian domestik masing-masing negara dengan hambatan non tarif yang ada, yang mana peran pemerintah tersebut juga mengadopsi nilai budaya bisnis masyarakat mereka. Kedekatan hubungan antara pemerintah dan para pebisnis membentuk sebuah dinding yang kuat dalam menghadapi liberalisasi internasional. Keiretsu di Jepang, Bamboo Network di China dan Chaebol di Korea Selatan adalah budaya bisnis yang dipengaruhi oleh nilai Confusianism. Kelompok pebisnis tidak hanya sebagai objek dalam kebijakan ekonomi Negara tetapi sebagai subjek yang penting disamping pemerintah.Hubungan yang baik antara pemerintah dan para kelompok bisnis secara tidak langsung menjadi sebuah bentuk proteksi,


(25)

yang mana oleh penulis disinidisebut sebagai proteksi budaya ekonomi (disamping hambatan tariff dan non tariff yang ada)12

Ketiga, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang Oleh Hizbul Wathon yang berjudul Kepentingan ASEAN Dalam ASEAN-China Free Trade Agreement, Penandatangan Free Trade Agreement. Penelitian ini menggunakan Pendekatn International Rezim, International Rezim merupakan aspek Hubungan Internasional yang sudah melipuiti banyak aspek seperti perdagangan,keuangan,investasi,informasi,komu ikasi,hak asasi manusia lingkungan. Antara ASEAN dan China menjadi sebuah babak baru hadirnya sebuah rezim internasional yang menjanjikan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi ASEAN kedepan dengan menghilangkan semua hambatan perdagangan yang telah ada dan yang akan muncul pada masa mendatang, Pada prinsipnya, perjanjian yang terkandung dalam ACFTA berfungsi sebagai media pencapaian kepentingan ASEAN dan China, Perjanjian ACFTA akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan dengan 1,7 miliar konsumen,serta PDB regional US $ 2 triliun dan total perdagangan diperkirakan mencapai US $ 1,23 triliun. Kedua, penghapusan hambatan perdagangan antara ASEAN dan China akan menurunkan biaya dan meningkatkan perdagangan intra-regional serta menjadikanya sebagai sebuah bargaining tersendiri dalam kancah perdanganan dunia.

Pola rezim yang lunak dan efisien akan berfungsi sebagai balancing stabilitas

12

http://eprints.umm.ac.id/9794/1/Sistem_Proteksi_Ekonomi_NegaraNegaraAsia_Ti mur.pdf, diakses Senin 10 Desember 2012


(26)

hegemonic kawasan yang berimbas kepada mutual beneficial antar masing-masing anggota dan juga tidak adanya ketimpangan pendistribusian kekuasaan dan wewenang dalam mengatasi suatu konflik akan menjadikan ACFTA sebagai kekuatan baru dalam perekonomian kawasan dan dunia. serta akan menjadikan ACFTA sebagai magnet perdagangan dan Investasi. Yang akan mendongkrak perekonomian ASEAN.

13

Keempat, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang Oleh Puteri Silvia Handayani yang berjudul Dampak Asean Korea FreeTrade Area (AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan Free Trade dimana Oleh Adam Smith dijelaskan Perdagangan sebagai kebijakan yang mampu meningkatkan kemakmuran nasional. Area Korea dan ASEAN melalui pertumbuhan cepat, berkelanjutan, merupakan bagian dari keajaiban Asia Timur yang mengubah kelompok negara-negara sedang berkembang yang dulunya miskin menjadi wilayah yang paling dinamis secara ekonomis di dunia. Keajaiban ini berdasarkan industrialisasi berorientasi eksport dan memberikan bukti tentang manfaat globalisasi yang sangat besar. Berdasarkan penelitian ini hubungan kerjasama Indonesia dan AKFTA terbilang efektif. Dilihat dari tingkat perekonomian dari kedua belah negara meningkat tajam setelah dilakukannya kerjasama. Program yang mungkin harus ditingkatkan oleh pemerintah adalah bagaiman untuk terus meningkatkan fasilitas dalam negeri guna menunjang

13

Hibul Wathon.2011. Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement. Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.


(27)

berbagai sektor terutama sektor ekonomi. Kemudian dalam hal birokrasi, pemerintah juga wajib mengawasi dengan ketat arus masuk barang melalui badan bea dan cukai, standarisasi produk yang telah disepakati bersama harus terus dipantau pelaksanaannya, barang-barang illegal di perbatasan juga sedapat mungkin kian ditertibkan guna penerapan mekanisme kontrol yang terarah. Kepada masyarakat luas ada baiknya pemerintah terus mengkampanyekan untuk tetap membeli produk dalam negeri yang kualitasnya juga harus diperhatikan oleh pemerintah agar layak bersaing dengan produk impor.

Dalam hal investasi Korea Selatan banyak membantu Indonesia dengan membangun anak-anak perusahaan di Indonesia dengan menyerap banyaknya tenaga kerja yang benar-benar menguntungkan pemerintah Indonesia dalam hal pengurangan pengangguran. Hal ini juga membantu pemerintah Indonesia dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia di perusahaan-perusahaan Korea Selatan dengan memberikan program training, kursus, pendidikan didalam maupun diluar negeri ini berdampak positif bagi Indonesia umumnya dan tenaga kerja khususnya.

Dalam bidang jasa ditawarkannya perluasan kepemilikan saham pada perusahaan perkapalan hingga 60% yang menguntungkan Indonesia dalam bidang jasa trasportasi. Sedangkan dalam bidang keuangan Indonesia membolehkan pembukaan cabang bank asing diseluruh ibu kota propinsi di Indonesia yang dapat menguntungkan Indonesia dengan bertambahnya devisa melalui pajak. Dalam jasa pariwisata Indonesia diuntungkan dengan dipromosikannya keindahan dan kebudayaaan Indonesia di korea selatan sehingga dapat mendatangkan wisatawan


(28)

Korea Selatan ke Indonesia yang menambah devisa Negara. Korea Selatan juga berjasa kepada Indonesia dengan melakukannya pengembangan pembangunan, infrasruktur dan energy alternatif. Korea Selatan juga membantu Indonesia dalam melakukan pembangunan lingkungan hidup dengan melakukan program penghutanan Indonesia kembali untuk menjaga agar ekosistem bagus dan mengatasi perubahan iklim.

Respon masyarakat paska terbentuknya AKFTA, masyarakat yang mendukung AKFTA berpendapat bahwa globalisasi dan pasar bebas membawa kesejahteraan dan pertumbuhan terutama dibidang ekonomi dan teknologi. Sedangkan masyarakat yang tidak mendukung AKFTA berpendapat bahwa negara maju mengeksploitasi negara berkembang dengan merusak industri lokal, membatasi standar kerja dan standar sosial. dan juga menimbulkan persaingan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup, keamanan dan budaya lokal rendah akibat gaya hidup global.14

Tabel 1.1 Tabel Posisi Penelitian

No Nama/Judul Metodologi dan Hasil

14

Puteri Silvia Handayani. 2011. Dampak Asean-Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia.Skripsi Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(29)

Pendekatan 1. Firdaus, Ahmad Heri.

2011. Kinerja

Perdagangan dan Dampak FTA ASEAN Plus Three terhadap Perekonomian

Indonesia. 15

Hasil penelitian Firdaus

(2011) mengenai

dampak FTA ASEAN

Plus Three terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Sisi negatif yang dirasakan dari

implementasi FTA

cukup beragam,

meskipun tidak terjadi pada semua skema FTA. Semakin membanjirnya produk impor dengan harga relatif murah,

packaging yang menarik serta kualitas yang

bersaing membuat

produk lokal mulai tergerus. Industri lokal

15


(30)

sepertinya belum siap bersaing dengan produk impor.Akibat

lanjutannya, produsen yang pragmatis lebih memilih untuk beralih usaha menjadi importir atau pedagang yang memberikan harapan keuntungan lebih besar.

2. Debby Rakhmawati Sistem Proteksi

Ekonomi

Negara-Negara Asia Timur (Jepang, China, dan Korea).16

 Pendekatan Proteksi

Penulis melihat bahwa peran pemerintah adalah suatu bentuk untuk

melindungi dan

mengembangkan

perekonomian domestik masing-masing negara dengan hambatan non tarif yang ada, yang

16

http://eprints.umm.ac.id/9794/1/Sistem_Proteksi_Ekonomi_NegaraNegaraAsia_Timur.pdf, diakses Senin 10 Desember 2012


(31)

mana peran pemerintah

tersebut juga

mengadopsi nilai

budaya bisnis

masyarakat mereka. Kedekatan hubungan antara pemerintah dan

para pebisnis

membentuk sebuah

dinding yang kuat

dalam menghadapi

liberalisasi internasional.

3. Hizbul Wathon

Kepentingan ASEAN Dalam ASEAN-China Free Trade Agreement, Penandatangan Free Trade Agreement.17

 International Rezim

perdagangan,keuangan,i nvestasi,informasi,komu ikasi,hak asasi manusia lingkungan. Antara

ASEAN dan China

menjadi sebuah babak

17

Hibul Wathon.2011.Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement.

Skripsi jurusan hubungan internasional, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Muhammadiyah Malang.


(32)

4. Puteri Silvia Handayani. Dampak Asean Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia

Free Trade

baru hadirnya sebuah rezim internasional yang menjanjikan untuk

perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi

ASEAN kedepan

dengan menghilangkan

semua hambatan

perdagangan yang telah ada dan yang akan muncul pada masa mendatang.

Dalam hal investasi Korea Selatan banyak membantu Indonesia

dengan membangun

anak-anak perusahaan di

Indonesia dengan

menyerap banyaknya tenaga kerja yang benar-benar menguntungkan


(33)

pemerintah Indonesia dalam hal pengurangan pengangguran. Hal ini

juga membantu

pemerintah Indonesia dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

.

Respon masyarakat paska terbentuknya AKFTA, masyarakat

yang mendukung

AKFTA berpendapat bahwa globalisasi dan pasar bebas membawa kesejahteraan dan pertumbuhan terutama dibidang ekonomi dan teknologi. Sedangkan masyarakat yang tidak


(34)

5. Muhammad Rif’an Ghofur. Perbandingan Kebijakan Proteksi

Proteksi

mendukung AKFTA

berpendapat bahwa

negara maju

mengeksploitasi negara berkembang dengan merusak industri lokal, membatasi standar kerja dan standar sosial. dan

juga menimbulkan

persaingan serendah

mungkin yang

menyebabkan standar hidup, keamanan dan budaya lokal rendah akibat gaya hidup global.18

Perbandingan Kebijakan

Peran Pemerintah

Indonesia dalam

18Puteri Silvia Handayani. 2011. “ Dampak Asean

-Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap

Ekonomi Indonesia”.skripsi jurusan hubungan internasional fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(35)

Produk Lokal Oleh Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Pasar Bebas China dan Korea

Free Trade

melindungi produk lokal

dalam menghadapi

dampak pasar bebas Asean-China Free Trade Area dan Korean-Free Trade Area bagaimana hal ini menjadi penting untuk diangkat karena membanjirnya produk import dari kedua negara yang ada di

Indonesia dan

Bagaimana Pemerintah Indonesia melindungi produk lokal agar tidak tergerus dengan adanya produk dari China dan Korea


(36)

1.6 Landasan Konsep 1.6.1 Konsep Proteksi

Sebagai alat untuk memecahkan suatu masalah, dibutuhkan suatu konsep untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk membantu menyelesaikan karya tulis ini, penulis menggunakan konsep Proteksi, dimana konsep tersebut dirasa dapat membantu permasalhan yang diangkat oleh penulis, yakni tentang Proteksi Pemerintah Indonesia dalam melindungi produk lokal dalam menghadapi dampak pasar bebas China Free Trade Area dan Korea Free Trade Area. Konsep ini merupakan turunan dari teori neomercantilis yang dimana neomercantilis memberikan penjelasan secara garis besar untuk memproteksi keamanan ekonomi dengan politik internasional.

Adapun yang diartikan dengan proteksi adalah langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk membatasi kebebasan perdagangan di antara suatu negara dengan negara lain. Pembatasan kebebasan perdagangan tersebut terutama dilakukan dengan cara membatasi impor. Ekspor biasanya tidak dibatasi, bahkan digalakkan, yaitu didorong perkembangannya.19

Proteksionisme adalah suatu falsafah perdagangan internasional yang menghendaki diciptakannya hambatan terhadap impor untuk melindungi industry

19Pengantar Bisnis

, Sadono Sukirno,et. all, Kencana Prenada Media Group, Rawamangun-Jakarta, hal,423-424


(37)

dalam negeri dari persaingan dengan negara lain. Beberapa alasan dipakai untuk menjalankan proteksionisme. Pertama, melindungi industry dalam negeri. Kedua, melindungi industry baru yang masih labil. Ketiga diversifikasi industri untuk alas an stabilitas ekonomi negara. Keempat, melindungi industri dalam negeri agar buruh dalam negeri tetap bekerja. Mereka takut pada ancaman industry luar negeri yang mengandalkan buruh yang lebih murah. Kelima, melindungi keamanan nasional. Beberapa industri strategis yang menghasilkan produk-produk pertahanan(militer)tetap dipertahankan keberadaannya untuk melindungi kepentingan nasionalnya.20

Konsep Proteksi ini dapat juga diartikan sebagai Politik Proteksi, yang dimaksud dengan Politik Proteksi ini adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi Industri dalam negeri yang cenderung tumbuh pesat(infant industry) dan persaingan-persaingan barang impor.21Jenis-jenis proteksi non tarif adalah

pertama,pelarangan impor yakni dapat dijelaskan dengan mudah melarang masuknya barang dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri, kedua,kuota yakni membatasi jumlah maximum barang yang bisa di impor, ketiga,yakni member subsidi terhadap produsen dalam negeri agar dapat bersaing harga dengan produk impor.22

20

Bisnis Pengantar, Gugup Kismono,BPFE-YOGYAKARTA,Yogyakarta,hal,56

21

http://www.ekonomi-holic.com/2012/05/kebijakan-perdagangan-internasional.html diakses Minggu 6 April 2014

22


(38)

Sesuai dengan penjelasan konsep diatas, penjelasan tersebut dirasa tepat untuk menggambarkan sikap Indonesia untuk melindungi diri dari serangan pasar bebas China dan Korea. Yakni dengan menggunakan proteksi atau batasan-batasan berupa kebijakan yang berupa non tariff. Indonesia patut melaksankan hal itu karena agar industri lokal agar tidak kalah dan tergerus dengan adanya barang impor produksi dari China dan Korea.Karena dalam hal inilah focus industry yang dilindungi oleh Indonesia merupakan sektor yang sangat penting. Sehingga Indonesia dapat memberikan pengamanan dan perlindungan diri, terkhusus perlindungan bagi sektor industry manufaktur Indonesia.

1.6.2 Konsep Free Trade

Konsep Free Trade ini diartikan sebuah sistem dimana aliran barang, modal dan tenaga kerja semuanya bebas tanpa adanya hambatan yang dapat menghambat proses perdagangan. Banyak negara memiliki perdagangan bebas dan beberapa organisasi internasional mempromosikan perdagangan bebas mereka. Pajak, tarif, dan kuota impor semua dihilangkan, seperti subsidi, keringanan pajak, dan bentuk-bentuk dukungan kepada produsen dalam negeri. Pembatasan aliran mata uang juga diangkat, atau dihilangkan, yang merupakan penghalang untuk perdagangan bebas. Sederhananya, perdagangan bebas memungkinkan perusahaan asing untuk berdagang seperti efisien, mudah, dan efektif sebagai produsen dalam negeri. Ide di balik perdagangan bebas adalah bahwa hal itu akan menurunkan harga barang dan jasa dengan mempromosikan


(39)

kompetisi.

Produsen dalam negeri tidak akan dapat lagi mengandalkan subsidi pemerintah dan bentuk bantuan lain, termasuk kuota yang pada dasarnya memaksa warga untuk membeli dari produsen dalam negeri, sementara perusahaan asing dapat membuat terobosan di pasar baru ketika hambatan perdagangan diangkat. Selain mengurangi harga, perdagangan bebas juga seharusnya mendorong inovasi, karena persaingan antara perusahaan memicu kebutuhan untuk datang dengan produk inovatif dan solusi untuk menangkap pangsa pasar.23 Konsep ini dengan lebih akurat dapat dijelaskan dan kemudian disebut dengan perdagangan terbuka, atau perdagangan diantara negara berdasarkan hukum keuntungan komparatif.24Kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas antar negara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memperoleh barang dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.25

Sesuai dengan penjelasan konsep diatas, konsep free trade dapat dijelaskan atau digunakan untuk menganalisa permasalahan penulis. Seperti Indonesia yang telah meratifikasi kedua perjanjian dalam ACFTA dan AKFTA

23

http://www.wisegeek.com/what-is-free-trade.htm#didyouknowout, diakses Kamis 16 Januari 2014.

24

International Relations: The Key Concept, Martin Griffiths and Terry O’ Callaghan, Routledge Taylor and Francis Group, London and New York, 2002,hal 113

25

http://www.ekonomi-holic,com/2012/05/kebijakan-perdagangan-internasional.html diakses Minggu 4 April 2014


(40)

yang merupakan kerjasama dibidang perdagangan antara negara-negara Asean. Tetapi Indonesia juga tetap harus menyadari bahwa perjanjian perjanjian yang di ikuti merupakan perjanjian yang membahas penghilangan seperti pajak,tariff,kuota semua dihilangkan demi terwujudnya perjanjian perdagangan bebas yang seperti diinginkan, serta saling menguntungkan negara negara anggota. Pada posisi ini, Indonesia tetap memiliki kewajiban Untuk melindungi produk produk lokal nya agar tidak tersaingi atau tergerus oleh adanya serbuan barang China dan Korea. Indonesia harus bertindak tegas agar industri industri yang ada tidak sampai hilang, dengan cara memberikan kebijakan atau peraturan-peraturan yang harus diikuti semua negara anggota Asean ketika melakukan perdagangan internasional dengan Indonesia.

1.7Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini, data yang digunakan adalah data kualitatif, dimana penulis mendapatkan data tersebut dan diolah dari berbagai sumber di antaranya buku, jurnal, laporan maupun internet. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis bersifat deskriptif komparatif atau peneletian yang bersifat perbandingan. Yakni membandingan dari dua fenomena persaingan pasar bebas China-Korea.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus di dalam melihat Perbandingan Kebijakan Peran Pemerintah Indonesia dalam melindungi produk local dalam


(41)

menghadapi Passar Bebas dan Asean-Korea agar produk lokal dan industri lokal tidak kalah dengan keberadan barang dari China dan Korea.

1.7.2 Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh Penulis bersifat Induksionis26. Dalam penelitian ini penulis secara langsung akan membandingkan kedua fenomena yang diangkat yakni perbandingan proteksi produk lokal oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China-Korea. Dalam hubungan kerjasama pasar bebas Inonesia dan China, Indonesia terlalu banyak mengalami defisit atau kerugian dalam masalah ekonomi, sehingga perlu diadakan reschedule atau semacam penataan kembali sebuah perjanjian agar tidak terjadi ketimpangan serta agar Indonesia tidak dirugikan oleh keberadaan China.

Sedangkan hubungan Indonesia-Korea mengalami pertumbuhan yang surplus bagi Indonesia, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan Indonesia merasa tidak perlu mengadakan reschedule perjanjian antara Indonesia-Korea. Dari sinilah dapat dijelaskan oleh penulis, terdapat perbedaan antara perjanjian Indonesia-China dan Indonesia-Korea. Serta bagaimana pula sikap perlindungan diri Indonesia menghadapi pasar bebas China-Korea.

26Induksionis merupakan tingkat penelitian yang dijelaskan oleh Mohtar Mas’oed yakni apabila Unit


(42)

1.7.3 Batasan Materi

Untuk membatasi penelitian agar tidak keluar dari tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka peneliti memberi ruang lingkup penelitian yaitu: Menjelaskan Perbandingan Proteksi Pemerintah Indonesia dalam Melindungi Produk Lokal dalam Menghadapi Pasar Bebas Asean-China Free Trade Area dan Asean-Korea Free Trade Area.

1.7.4 Batasan Waktu

Berdasarkan Pemaparan data yang ada, penulis memberikan batasan waktu penelitian yakni 2010 sampai sekarang. Semenjak perjanjian tersebut berlangsung dan hingga pada saat ini.

1.8 Indikator Perbandingan

Adapun Indikator Perbandingan yang diperbandingkan dalam penulisan penelitian ini adalah perbandingan Proteksi Manufaktur oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China dan Korea. Terdapat 4 skema perbandingan, yakni subsidi sektor investasi, pelarangan impor(pembatasan kuota dan kualitas produk), Unfair trade dan anti dumping, penyelesaian sengketa(regulasi)


(43)

Argumen yang ditemukan penulis disini adalah penulis menemukan sedikit perbedaan antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak persaingan pasar bebas China dan Korea. Pemerintah sedikit banyak memberikan kebiajakn yang bersifat lebih kepada ACFTA daripada kebijakan untuk AKFTA.

1.10 Struktur Penulisan BAB I Pendahuluan :

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian


(44)

1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Penelitian Terdahulu 1.6 Landasan Konsep 1.7 Metode Penelitian

1.8 Indikator Perbandingan 1.9 Argumen Dasar

1.10 Struktur Penelitian

BAB II Gambaran Kerjasama Ekonomi ASEAN-China (ACFTA) dan ASEAN-Korea (AKFTA) Serta Implikasinya terhadap Indonesia di Sektor Manufaktur.

2.1 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-China Free Trade Agreement

2.2 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-Korea Free Trade Agreement

2.3 Implikasi ACFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.

2.4 Implikasi AKFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.


(45)

3.1 Hubungan ACFTA dengan Indonesia

3.2 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi ACFTA

3.3 Hubungan AKFTA dengan Indonesia

3.4 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi AKFTA

BAB IV Perbandingan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

4.1 Persamaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

4.2 Perbedaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran dan Temuan Lampiran


(46)

(1)

menghadapi Passar Bebas dan Asean-Korea agar produk lokal dan industri lokal tidak kalah dengan keberadan barang dari China dan Korea.

1.7.2 Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh Penulis bersifat Induksionis26. Dalam penelitian ini penulis secara langsung akan membandingkan kedua fenomena yang diangkat yakni perbandingan proteksi produk lokal oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China-Korea. Dalam hubungan kerjasama pasar bebas Inonesia dan China, Indonesia terlalu banyak mengalami defisit atau kerugian dalam masalah ekonomi, sehingga perlu diadakan reschedule atau semacam penataan kembali sebuah perjanjian agar tidak terjadi ketimpangan serta agar Indonesia tidak dirugikan oleh keberadaan China.

Sedangkan hubungan Indonesia-Korea mengalami pertumbuhan yang surplus bagi Indonesia, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan Indonesia merasa tidak perlu mengadakan reschedule perjanjian antara Indonesia-Korea. Dari sinilah dapat dijelaskan oleh penulis, terdapat perbedaan antara perjanjian Indonesia-China dan Indonesia-Korea. Serta bagaimana pula sikap perlindungan diri Indonesia menghadapi pasar bebas China-Korea.

26Induksionis merupakan tingkat penelitian yang dijelaskan oleh Mohtar Mas’oed yakni apabila Unit


(2)

1.7.3 Batasan Materi

Untuk membatasi penelitian agar tidak keluar dari tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka peneliti memberi ruang lingkup penelitian yaitu: Menjelaskan Perbandingan Proteksi Pemerintah Indonesia dalam Melindungi Produk Lokal dalam Menghadapi Pasar Bebas Asean-China Free Trade Area dan Asean-Korea Free Trade Area.

1.7.4 Batasan Waktu

Berdasarkan Pemaparan data yang ada, penulis memberikan batasan waktu penelitian yakni 2010 sampai sekarang. Semenjak perjanjian tersebut berlangsung dan hingga pada saat ini.

1.8 Indikator Perbandingan

Adapun Indikator Perbandingan yang diperbandingkan dalam penulisan penelitian ini adalah perbandingan Proteksi Manufaktur oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China dan Korea. Terdapat 4 skema perbandingan, yakni subsidi sektor investasi, pelarangan impor(pembatasan kuota dan kualitas produk), Unfair trade dan anti dumping, penyelesaian sengketa(regulasi)


(3)

Argumen yang ditemukan penulis disini adalah penulis menemukan sedikit perbedaan antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi dampak persaingan pasar bebas China dan Korea. Pemerintah sedikit banyak memberikan kebiajakn yang bersifat lebih kepada ACFTA daripada kebijakan untuk AKFTA.

1.10 Struktur Penulisan BAB I Pendahuluan :

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah


(4)

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Penelitian Terdahulu

1.6 Landasan Konsep 1.7 Metode Penelitian

1.8 Indikator Perbandingan

1.9 Argumen Dasar

1.10 Struktur Penelitian

BAB II Gambaran Kerjasama Ekonomi ASEAN-China (ACFTA) dan ASEAN-Korea (AKFTA) Serta Implikasinya terhadap Indonesia di Sektor Manufaktur.

2.1 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-China Free Trade Agreement

2.2 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-Korea Free Trade Agreement

2.3 Implikasi ACFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.

2.4 Implikasi AKFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.


(5)

3.1 Hubungan ACFTA dengan Indonesia

3.2 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi ACFTA

3.3 Hubungan AKFTA dengan Indonesia

3.4 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi AKFTA

BAB IV Perbandingan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

4.1 Persamaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

4.2 Perbedaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA

BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran dan Temuan Lampiran


(6)