TEKANAN DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP ISU DEFORESTASI DI INDONESIA PADA ERA ORDE BARU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki kawasan hutan tropis

terluas kedua di dunia setelah Brazil. Namun, di belahan dunia manapun hutan
telah menjadi salah satu arena pertentangan bagi berbagai pihak yang
berkepentingan dengan sumber daya hutan. Dalam beberapa kasus, pertentangan
kepentingan antara perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman
Industri (HTI), dan pertambangan sering menyebabkan hak-hak kehidupan
masyarakat lokal (masyarakat hutan) terabaikan dan akses terhadap hutan menjadi
terbatas yang akhirnya berujung pada pertikaian.1
Berbeda dengan sektor lain bahwa konflik di sektor kehutanan melibatkan
berbagai pihak mulai dari skala lokal sampai skala nasional dan bahkan sampai
dalam skala internasional. Selain itu, perbedaan status antara pihak yang “kuat”
dan yang “lemah” sangat menonjol terutama pada masa pemerintahan Orde Baru
di bawah pimpinan rezim Soeharto.2 Pihak yang lebih kuat biasanya akan dengan
mudah mempertahankan posisinya karena mereka memiliki kekuatan untuk


1 Wenban Smith, 2001. dalam buku Christian Purba, dkk (2004). Analisa Konflik Sektor
Kehutanan di Indonesia 1997-2003. Jakarta: CIFOR (Center For International Forestry
Research), p.1
2 Ibid.

melawan pihak yang lemah sehingga kekuatan diantara kedua belah pihak ini
menyebabkan rumitnya penyelesaian konflik di sektor kehutanan.
Pada awal masa pemerintahan Orde Baru terdapat penekanan kebijakan
pembangunan

ekonomi

yang

digunakan

untuk

mendorong peningkatan


kesejahteraan masyarakat dengan dibentuknya penataan sistem perekonomian
melalui program politik stabilisasi dan kebijakan rehabilitasi ekonomi. Beberapa
dekade yang lalu, pembangunan ekonomi berjalan dengan lambat akibat situasi
politik dalam negeri yang memburuk dimana lebih memusatkan pada kerangka
institusi negara yang pada akhirnya mengakibatkan rencana pembangunan dan
skala perekonomian suatu negara menjadi terbatas dan potensi pembangunan
perekonomian negara lebih mendorong kepada laju inflasi yang tinggi.
Prioritas yang dilakukan rezim Orde Baru dalam menempatkan politik
stabilitas antara lain melancarkan langkah-langkah untuk mengontrol hiperinflasi,
menyesuaikan anggaran belanja yang berimbang, membuka ekonomi dengan
menyiapkan iklim untuk investasi asing dan mendirikan kelompok antar
pemerintah yang terdiri dari kelompok negara-negara maju guna membantu
pembangunan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Sedangkan
kebijakan rezim Orde Baru terhadap rehabilitasi ekonomi yaitu menyiapkan
kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia melalui jalur pembangunan
infrastruktur dan skema inisiatif fiskal misalnya melalui bantuan sentral dan
bersubsidi.3

3 Yang dimaksud dengan bantuan sentral dan subsidi ialah bantuan khusus yang diberikan oleh

pemerintah pusat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam berbagai bidang,
misalnya dalam bidang pertanian, pemerintah melancarkan Instruksi Presiden melalui bantuan

Kebijakan politik stabilitas dan rehabilitas ekonomi pada era Soeharto
memiliki pengaruh yang besar untuk memperbaiki kinerja ekonomi dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi makro. Salah satu aspek pembangunan
ekonomi yang mampu memberikan kontribusi keuntungan ekonomi Indonesia
ialah melalui pembangunan sektor kehutanan. Pembangunan sektor ini sangat
menguntungkan bagi pemerintah karena selain mendapatkan devisa negara yang
besar juga melahirkan Indonesia menjadi sebuah kerajaan bisnis dan menciptakan
kesempatan lapangan kerja.4
Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan yang bersifat
kapital dan berorientasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah
melancarkan kebijakan dengan membuat instrumen hukum berdasarkan UndangUndang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA). UndangUndang Penanaman Modal Asing menjadi tumpuan untuk masuknya para
pemodal asing dalam mengelola sumberdaya hutan di Indonesia. Dengan hal itu,
maka pemerintah memberikan beberapa perhatian kepada para investor asing
dengan memberikan konsesi investasi selama 30 tahun dan bagi investor asing
yang memiliki komitmen dalam berinvestasi oleh pemerintah rezim Orde Baru
memperoleh perizinan untuk melakukan ekspansi.5 Undang-Undang tersebut
dirancang sedemikian rupa oleh kebijakan pemerintah Orde Baru untuk

pupuk dan bibit pada sektor pertanian, sedangkan dalam bidang pendidikan, pemerintah
membangun institsusi pendidikan. dalam Herman Hidayat, (2008). “Politik Lingkungan
Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, p. 1-2
4 I Nyoman Nurjaya, (2006). “Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Perspektif Antopologi
Hukum: Hukum Pengelolaan Hutan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah”, Malang: Diterbitkan
atas Kerjasama Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unibraw, Arena Hukum
Majalah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dengan Penerbit Universitas Negeri Malang (UM
Press), p.117
5 Ibid, p.77

mempermudah bagi masuknya para kapitalisme Internasional di Indonesia baik
secara legal, sistemik dan terstruktur.6 Dengan disahkannya kebijakan UndangUndang PMA (Penanaman Modal Asing) maka dibentuknya juga kebijakan
instrumen hukum dengan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri.
Untuk mendukung peningkatan penanaman modal asing maupun modal
dalam negeri di bidang pengusahaan sumber daya hutan, maka pemerintah
membangun instrumen hukum yang dimulai dengan pembentukan UndangUndang No.5 Tahun 1967 mengenai ketentuan-ketentuan pokok kehutanan.
Kemudian, untuk melaksanakan ketentuan mengenai pengusahaan hutan yang
mendasari kebijakan pemberian konsesi eksploitasi sumber daya hutan, maka
dikeluarkan Keputusan Presiden No.21 Tahun 1970 yunto Keputusan Presiden

No.18 Tahun 1975 tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil
Hutan (HPH dan HPHH). Setelah peraturan pemerintah ini dikeluarkan, maka
kegiatan eksploitasi sumberdaya hutan secara besar-besaran dilakukan oleh
pemerintah di berbagai wilayah di Indonesia.
Kebijakan pembangunan kehutanan di Indonesia pada era Orde Baru telah
mengambil keuntungan besar dari hasil eksploitasi kayu (hutan) untuk
kepentingan negara dan pengusaha (konglomerat) yang dekat dengan kekuasaan
rezim Soeharto. Sistem eksploitasi yang dilegalkan oleh pemerintah telah
memperburuk kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan negara. Hal ini ditandai

6 San Afri Awang, (2006). “Sosiologi Pengetahuan Deforestasi Konstruksi Sosial dan
Perlawanan: Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Implikasinya”, Yogyakarta: Debut Press, p. 115118

dengan semakin meningkatnya konsumen Indonesia sebagai penyedia utama
produk kayu tropis terutama kayu lapis dan diikuti juga produk hasil pulp (bubur
kayu) dan kertas.7 Instrumen pengelolaan hutan yang diciptakan oleh pemerintah
Orde Baru untuk mencapai keuntungan besar dalam pertumbuhan ekonomi antara
lain melalui perusahaan kayu HPH, industri pengolahan kayu dan industri pulp
dan paper. Sehingga, deforestasi di Indonesia pada rezim Orde Baru terjadi karena
adanya beberapa kepentingan baik dalam penyediaan bahan baku industri untuk

kepentingan pasar global serta investasi dan perencanaan kebutuhan kayu untuk
industri pulp dan kertas.8
Dalam perspektif pembangunan kehutanan pada era Orde Baru, sistem
pertumbuhan ekonomi yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat ternyata
tidak memenuhi kepentingan dan kesejahteraan rakyat secara merata serta tidak
memberi keuntungan secara langsung. Tetapi model pertumbuhan ekonomi Orde
Baru malah memberikan hasil yang cukup serius terhadap kerusakan hutan.
Politik pembangunan sumberdaya hutan pada masa pemerintahan Soeharto tidak
menghasilkan sistem rehabilitasi dalam pengelolaan hutan melainkan malah
membuktikan adanya kegagalan sektor pengguna swasta dalam mewujudkan
pengelolaan hutan lestari.
Salah satu penyebab utama deforestasi pada rezim Orde Baru tidak hanya
terjadi karena perdagangan hasil hutan tetapi juga akibat dari perluasan eksploitasi
hutan produksi yang dilakukan oleh para aktivis HPH termasuk salah satunya
7 Micski, 2007:187, dalam buku San Afri Awang (2006). Sosiologi Pengetahuan Deforestasi
Konstruksi Sosial dan Perlawanan: Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Implikasinya. Yogyakarta:
Debut Press, p.119
8 Ibid.

dampak secara tidak langsung dari praktik pemanenan hasil hutan non kayu yang

tidak lestari dan juga tindakan konversi lahan hutan yang digunakan oleh berbagai
sektor lain seperti sektor pertanian dan perkebunan. Maka, implikasi dari
eksploitasi hutan secara tidak terkendali di era Orde Baru tidak hanya sebatas
semakin menipisnya jumlah tegakan kayu yang bernilai ekonomi tinggi untuk
pendapatan devisa negara tetapi juga

Indonesia

kehilangan kekayaaan

keanekaragaman hayati dan kerusakan alam serta pengabaian atau penggusuran
hak-hak masyarakat lokal serta marjinalisasi tatanan sosial dan budaya
masyarakat yang tidak pernah diperhitungkan sebagai nilai ekonomi, ekologi, dan
nilai sosial budaya.9
Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan oleh laju deforestasi pada rezim
Orde Baru antara lain dengan meningkatnya konsentrasi polutan yang
menciptakan ancaman serius akan rusaknya lapisan ozon dan terjadinya
perubahan iklim akibat fenomena pemanasan global. Hal ini menunjukkan bahwa
posisi Indonesia terhadap besarnya laju deforestasi dalam dinamika politik
lingkungan global sangat terancam karena Indonesia sebagai negara berkembang

yang memiliki aset ekosistem dan mekanisme pada pelestarian hutan tropis sudah
mengalami penurunan atau terdegradasi karena kualitas dari hutan tropis secara
tidak

terkendali

sudah

mengubah

penggunaan

lahan-lahan

hutan

dan

menghilangkan sebagian sumber oksigen di atmosfir sehingga menyebabkan efek
rumah kaca. Kenyataan ini yang memperbesar tekanan masyarakat internasional

terhadap pemerintah Indonesia guna membatasi proses kerusakan hutan tropis.

9 Op.cit, p.134-135

Untuk mengurangi risiko lingkungan hidup ini, maka emisi global harus dibatasi
sampai sejauh mungkin dengan memberikan tanggung jawab kepada semua
anggota masyarakat internasional tanpa mempersoalkan perbedaan tingkat
kemajuan pembangunan, tingkat kemajuan industrialisasi, struktur sosial, serta
orientasi politik.10
Dengan tingginya laju deforestasi pada era Orde Baru, semakin
memberikan tekanan besar bagi negara Indonesia di mata dunia internasional.
Seperti halnya pada masa rezim Soeharto terdapat pertikaian kepentingan antara
pemerintah dan pengusaha kayu dengan NGO lingkungan hidup (NGO
Internasional) yang menyangkut permasalahan penggunaan dana reboisasi dan
permasalahan prinsip-prinsip eksploitasi hutan yang berkelanjutan.11 Hal ini
terjadi karena pemerintah dan pengusaha kayu lebih mementingkan konsep atau
pendekatan state or bureaucractic environmentalis yang mana mengutamakan
pertimbangan kepentingan negara dalam pembangunan tanpa mengubah struktur
sosial ekonomi dalam masyarakat. Sedangkan dalam kelompok NGO lingkungan
lebih berpatisipatoris dengan adanya pengakuan yang tegas tentang hak-hak sosial

ekonomi penduduk lokal.12
Konflik yang terjadi pada era Orde Baru antara pengusaha kayu yang
tergabung dalam MPI (Masyarakat Perhutanan Indonesia) menggelar kampanye
untuk membangun citra positif eksploitasi hutan di Indonesia. Namun demikian,

10 Michael P. Todaro, (1998). “Masalah-masalah Kritis Menjelang Abad Ke-21”, Jakarta:
Erlangga, p.287-290
11 Aleksius Jemadu, (2008). “Politik Global dalam Teori&Praktik: Isu Lingkungan Hidup dalam
Politik Global & Indonesia”, Yogyakarta: Graha Ilmu, p.342-343
12 Ibid.

aktivitas yang dilakukan oleh para MPI ternyata diterima dan dipandang dengan
citra negatif oleh negara-negara maju khususnya AS dan Eropa Barat yang
menjadi salah satu konsumen Indonesia dalam produk kayu karena mereka telah
memperoleh informasi dari NGO internasional yang menjelaskan bahwa aktivitas
eksploitasi hutan di Indonesia pada era Orde Baru telah merusak jutaan hektar
hutan. Dan pada akhirnya pun negara-negara maju memboikot produk kayu
Indonesia karena dinilai kebijakan pemerintah Orde Baru telah menempatkan
sistem ekonomi politik sebagai sumber pendapatan pembangunan negara dan
sistem ini juga mampu merusak lingkungan hidup global khususnya pada sumber

daya hutan.13
Dengan adanya ancaman boikot dari dunia internasional terhadap produk
kayu Indonesia dapat memberikan kontribusi dan tindakan tegas terhadap
pemerintah Orde Baru supaya pemerintah lebih tegas dalam memberikan
kebijakan dan regulasi hukum terhadap kegiatan pengeksploitasian hutan kepada
pelaku HPH, memiliki ketegasan dalam memberikan sanksi kepada pelanggar
HPH dan tidak mengabaikan sistem pelestarian hutan.

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik sebuah

rumusan masalah penelitian yaitu:
1.

Bagaimana tekanan dunia internasional terhadap isu deforestasi di
Indonesia pada era Orde Baru?

13 Ibid.

2.

Bagaimana respon Indonesia saat memperoleh tekanan dari dunia
internasional terhadap isu deforestasi pada era Orde Baru?

1.3.

TUJUAN PENELITIAN
Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

maka peneliti bertujuan:
1.

Untuk mengetahui bagaimana bentuk tekanan dari dunia internasional saat
menerima efek dari deforestasi di Indonesia pada era Orde Baru.

2.

Untuk mengetahui bagaimana respon Indonesia saat memperoleh tekanan
dari dunia internasional terhadap isu deforestasi pada era Orde Baru.

1.4.

PENELITIAN TERDAHULU
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai fenomena yang diangkat

dalam tulisan ini, telah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian terdahulu
yang mendekati penelitian penulis dengan melihat fenomena dari berbagai
perspektif. Sebelumnya penelitian dilakukan oleh Sri Azora Kumala Sari S.H
yang meneliti tentang “Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu
Perspektif dari Ekologi dan Hukum Lingkungan Internasional”. Dalam
penelitiannya, ia mengungkapkan bahwa permasalahan lingkungan sebenarnya
tidak mengenal batas wilayah tetapi dalam pengelolaan lingkungan suatu negara
merupakan tanggung jawab dari negara tersebut. Pengatur hukum lingkungan
secara konsepsional yang dikaitkan dengan prinsip ekologi di tingkat internasional
dapat terbentuk pada saat diadakannya konferensi Stockholm 1972 yang mana di

dalam deklarasi ini mengatur keseluruhan perlindungan lingkungan hidup baik
dari segi prinsip dan penggunaannya.14
Pada penelitiannya ia juga menjelaskan bahwa kasus kebakaran hutan
dampak yang terjadi tidak hanya bersifat pada lintas batas negara tetapi juga
menjadi salah satu isu yang bersifat global. Untuk mengatasi dan menanggulangi
masalah tersebut tidak hanya negara yang bertanggung jawab melainkan juga
ditangani secara global atau kerjasama dari negara-negara lain serta adanya peran
dari pengembangan hukum internasional untuk mempertanggung jawabkan
permasalahan kebakaran hutan. Dan untuk menanggulangi permasalahan
lingkungan global, pengatur hukum lingkungan internasional yang terbentuk
dalam konferensi Stockholm memiliki beberapa prinsip yang dapat dijadikan
sebagai sumber hukum untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan global
antara lain prinsip kedaulatan negara, prinsip kewajiban untuk tidak menyebabkan
bahaya lingkungan, prinsip tanggung jawab negara, prinsip kewajiban untuk
menilai dampak lingkungan dan lain-lain.15
Sedangkan menurut penelitian dari San Afri Awang16 bahwa peran
manusia dalam melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya hutan tidak hanya
dilihat dari satu sisi saja tetapi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari
14 Sri Azora Kumala Sari, S.H (2008). Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu
Perspektif dari Ekologi dan Hukum Lingkungan Internasional. Fakultas Hukum, Universitas
Sumatra
Utara.
Approach
http://www.google.co.id/url?q=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
1207/1/09E01686.pdf&sa=U&ei=WNIwTuTNMrHRiALUot25Bg&ved=0CBMQFjAC&usg=AF
QjCNFuxOZ5qWvMO1GHw5uD9df44cvFQ, diakses pada tanggal 12 Juli 2009.
15 Ibid, p.45-46
16 Prof. Dr. Ir. H San Afri Awang ialah Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM. Ketua Jurusan
Management Hutan Fakultas Kehutanan UGM, dalam http://bdh.fkt.ugm.ac.id/index.php?option=
com_content&task=view&id=297&Itemid=312

segi politik, ekonomi dan globalisasi. Menurut pendapat Giddens dalam buku
karya San Afri Awang bahwa politik, ekonomi, dan globalisasi lingkungan
memiliki pengaruh yang sangat besar untuk terjadinya isu deforestasi baik dalam
bentuk tindakan eksploitasi terhadap sumberdaya alam hutan karena apabila
dilihat dari segi ekonomi bahwasannya hutan diidentifikasikan sebagai sumber
keuntungan dari ekstrasi kayu dan juga sebagai penghasil barang dan jasa yang
memiliki keterkaitan dengan mekanisme pasar, baik pasar untuk jasa-jasa hutan
maupun untuk barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat dari dalam
kawasan hutan. Tetapi apabila dilihat dari segi politik, bahwasannya hutan
merupakan salah satu bagian dari agraria yang dikuasai oleh negara yang mana
diusahakan dan dikelola atas dasar pemberian hak oleh pemerintah Indonesia
kepada lembaga pemerintah dan lembaga swasta untuk dilakukannya kegiatan
eksploitasi dengan tujuan menciptakan sumber fiskal dan devisa, pengembangan
industri kehutanan dan untuk pembangunan nasional. Dan implikasi deforestasi
dari tindakan eksploitasi tidak hanya mempengaruhi lingkungan lokal tetapi juga
mempengaruhi keamanan lingkungan global yang mengakibatkan terjadinya
pemanasan global dan rusaknya lapisan ozon.
Dari beberapa penjelasan penelitian terdahulu bahwa setiap kerusakan
hutan yang terjadi khususnya di Indonesia dapat mempengaruhi keamanan
lingkungan baik lingkungan domestik maupun global karena setiap pelaku
deforestasi memiliki tujuan yang berbeda dan memanfaatkan hasil hutan tanpa
mempedulikan akan kelestarian hutan. Menurut para peneliti diatas bahwasannya
isu deforestasi dapat dilihat dari berbagai perspektif baik dari perspektif ekologi,

politik, hukum, ekonomi maupun globalisasi lingkungan. Dengan adanya isu ini
maka banyak pula tekanan dari masyarakat internasional yang memberikan
kontribusi kepada pemerintah supaya pemerintah memiliki kebijakan yang tegas
untuk mengatasi kerusakan hutan. Meskipun peran hukum lingkungan
internasional melalui perjanjian internasional menekan pemerintah untuk mampu
mengatur dan melindungi keamanan lingkungan hidup tetapi pemerintah tetap
saja mengabaikan akan pentingnya pelestarian sumberdaya hutan demi
mementingkan pembangunan perekonomian negara.
Dengan hal ini, maka penulis ingin memfokuskan penelitiannya pada
tekanan dunia internasional terhadap isu deforestasi di Indonesia pada era Orde
Baru yang mana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tekanan yang
diberikan oleh dunia internasional dalam menanggapi kasus deforestasi ini dan
tekanan ini diharapkan dapat mampu memberikan kontribusi yang tegas dan
mampu menyadarkan kepada pemerintah akan pentingnya pelestarian hutan alam
karena besarnya manfaat dan fungsi hutan tidak hanya dirasakan oleh negara yang
memiliki hutan saja tetapi manfaat kualitas hutan ini dapat dirasakan oleh dunia
internasional sebagai paru-paru dunia.

1.5.

KERANGKA KONSEPTUAL

1.5.1. Konsep Deforestasi dalam Dinamika Politik Internasional
Deforestasi merupakan gambaran nyata dalam perubahan lingkungan
hidup global karena adanya pengurangan kawasan luas hutan akibat kegiatan
penebangan hutan (stand of trees) sehingga lahan dapat dialihgunakan untuk

penggunaan nir hutan.17 Deforestasi juga mengancam kehidupan serta integritas
budaya masyarakat yang bergantung pada hutan dan persediaan hasil hutan baik
kayu maupun non kayu dapat digunakan untuk generasi mendatang.18
Deforestasi terus terjadi dari masa ke masa karena akibat adanya
perubahan sistem pemerintahan dan kekuasaan politik di Indonesia. Laju
deforestasi pada sistem pemerintahan Orde Baru dinilai paling besar dan paling
serius karena dianggap memiliki keterkaitan dengan kuatnya antara relasi pada
sistem ekonomi politik yang sentralistik. Pembangunan dan pengembangan
sumberdaya hutan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi secara
nasional karena pembangunan Orde Baru lebih mementingkan target pencapaian
angka pertumbuhan ekonomi dengan cara mengekspor hasil eksploitasi hutan ke
pangsa pasar global untuk memperoleh pendapatan devisa negara. Dengan hal itu,
maka kebijakan pemerintah membentuk Undang-Undang penanaman modal asing
tahun 1967 dan Undang-Undang penanaman modal dalam negeri tahun 1968
dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan devisa negara yang dapat
memperbaiki kinerja ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi makro di
Indonesia.19
Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melancarkan serta memberikan izin kepada setiap investor asing atau perusahaan
dalam negeri yang mengelola kekayaan alam hutan secara komersial maka
17 Pengawahutanan dalam http://id.wikipedia.org/Pengawahutanan , yang diakses pada tanggal
15 Mei 2011.
18 Markku Kanninen, dkk. (2009). “Apakah Hutan Dapat Tumbuh Di Atas Uang?: Implikasi
Penelitian Deforestasi Bagi Kebijakan yang Mendukung REDD”. Perspektif Kehutanan 4. Bogor:
Center For International Forestry Reseacrh (CIFOR)
19 Herman Hidayat. 2008. Loc.cit

menimbulkan dampak disharmoni terhadap kehidupan masyarakat lokal yang
bergantung pada sumberdaya hutan. Kebijakan yang sangat otoriter dari rezim
Soeharto memang lebih mengorientasikan keuntungan bagi perusahaan swasta
dan negara dengan menyerahkan seluruh hak hutan negara untuk dikelola tanpa
memberikan kepedulian akan eksistensi kehidupan masyarakat hutan dan tidak
mempertahankan akan nilai-nilai budaya masyarakat terhadap hutan.
Deforestasi yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru memang tidak
terlepas dari konteks dinamika politik internasional karena kerusakan hutan yang
terjadi pada era ini merupakan salah satu isu yang sedang diperdebatkan dalam
forum internasional. Akibat laju deforestasi di Indonesia pada era Soeharto yang
setiap tahunnya terus meningkat membuat masyarakat dan dunia internasional
merasa khawatir akan terjadinya perubahan iklim.20
Deforestasi menjadi salah satu isu perubahan lingkungan hidup dalam
politik global yang memiliki pengaruh besar untuk terjadinya perubahan iklim dan
pemanasan global. Kondisi ini bukan lagi sebagai isu politik yang dimainkan oleh
suatu negara tetapi sebuah bukti empiris dari suatu hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh PBB sejak tahun 1990 secara berkesinambungan yang
membenarkan bahwa bumi tengah mengalami pemanasan yang membahayakan
akibat kerusakan hutan.21

20 Aleksius Jemadu, (2008). Op.cit, p.313
21 Semuel Limba, (2007). “Deforestasi di Maluku: Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku &
Maluku Utara”. Panitia Implementasi Program NFP-FAO Regional Maluku & Maluku Utara,
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, p.11. dalam http://www.google.co.id/#sclient=psyab&hl=id&source
=hp&q=deforestasi+hutan+dalam+konteks+politik+internasional&oq=deforestasi+hutan+dalam+k
onteks+politik+internasional&aq=f&aql=&gsupl=74846l94315l1l94816l57l2l46l48l0l1551l8452l

1.5.2. Konsep Politik Lingkungan dalam Dinamika Politik Internasional
Konsep politik lingkungan sebenarnya telah berkembang sejak akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Dalam perkembangannya, lingkungan memiliki
makna luas yang sering diartikan sebagai bentuk alam, akan tetapi lingkungan
disini tidak hanya menyangkut masalah sosial, hukum dan politik. Lingkungan
dalam konteks ini dipahami sebagai keadaan lingkungan alam yang berada pada
kondisi yang sangat memprihatinkan dan membutuhkan penanganan secara politik
dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah.
Dilihat dari sudut pandang politik lingkungan bahwasannya peneliti
mencoba untuk menguraikan hubungan kausal yang berdasarkan data empiris
melalui analisis terhadap data lapangan. Selain itu, konsep ini juga membahas
kebijakan negara tentang penyelamatan lingkungan sebagai bentuk respon dari
berbagai masalah lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.22
Isu deforestasi, degradasi hutan dan perubahan iklim merupakan salah satu
isu lingkungan yang menjadi pusat perhatian baik dari negara berkembang
maupun dunia internasional karena kerusakan lingkungan tersebut khususnya
sumberdaya hutan memiliki komponen biofisik yang memiliki kontribusi pada
peningkatan pemanasan global. Dengan terjadinya pemanasan global maka secara
langsung akan menimbulkan dampak negatif yang merugikan keamanan manusia
sehingga untuk menahan laju deforestasi dan degradasi hutan aktor negara baik

4-1.2.3.2.1l9l0&bav=on.2,or.rgc.rpw.,cf.osb&fp=584aea179c4e51a3&biw=128&bih=699
yang
diakses pada tanggal 12 Desember 2007
22 Bowo Dwi Siswoko, (2008). “Development, Deforestation, Climate Change”, Jurnal MHT,
vol. XIV No.2, Jurusan Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, p. 88

negara maju maupun negara berkembang, lembaga internasional, dan berbagai
civil society ikut terlibat dalam upaya penanggulangan kerusakan hutan.
Dalam konteks politik, bahwa isu deforestasi telah melibatkan aktor politik
mulai dari negara sampai dengan masyarakat sipil baik nasional maupun
internasional yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pemanfaatan hutan. Seperti halnya pada masa kebijakan pemerintah
Orde Baru bahwa dalam menangani masalah lingkungan khususnya dalam
melestarikan hutan produksi yang telah habis dieksploitasi belum mewujudkan
hasil yang optimal akibatnya kondisi lingkungan semakin parah dan terabaikan.
Masalah deforestasi di Indonesia pada era Orde Baru telah menunjukkan sistem
pengelolaan hutan yang salah dimana terdapat korelasi indikator yang
menjelaskan bahwasannya deforestasi terjadi akibat adanya kelengahan dari pihak
HPH dalam mengimplementasikan konsep dan sistem pembangunan kehutanan
yang berbasis lingkungan sehingga mengabaikan hak-hak masyarakat hutan.23
Pada titik inilah dinamika politik mulai berlangsung dan berkembang.
Dalam dinamika ini akan menggambarkan berbagai bentuk relasi yang terjadi baik
pada aktor yang dominan (pemilik kekuasaan) maupun aktor yang terpinggirkan.
Relasi ini yang menggambarkan aktor-aktor yang berkuasa dalam mengeksploitasi
hak hutannya dengan merugikan pihak tertentu sehingga konsep politik
lingkungan oleh Gary Paterson dapat didefinisikan sebagai:

23 Fitriani Yuliawati, Eksploitasi Ekonomi dalam Politik Lingkungan di Indonesia, di:
http://www.subhanagung.net/2011/03/eksploitasi-ekonomi-dalam-politik.html, yang diakses pada
tanggal 25 Maret 2011

Politik lingkungan adalah sebuah pendekatan yang menggabungkan
masalah lingkungan dengan politik ekonomi untuk membahas suatu
perubahan yang dinamis antara lingkungan sumber daya alam dengan
manusia dan antara kelompok atau masyarakat baik masyarakat nasional
maupun internasional terhadap pemanfaatan lingkungan.24
Sedangkan konsep politik lingkungan oleh Abe ken-ichi dapat didefinisikan sebagai:
Sebuah kumpulan nama yang digunakan oleh para ahli untuk menganalisis
secara kritis yang membahas mengenai masalah sumberdaya alam dan
asal-usul kerusakan sumberdaya alam yang dilakukan secara politik
ekonomi.25

Dengan adanya definisi dari para ahli, maka dapat dipahami bahwa konsep
politik lingkungan pada era Orde Baru semakin menunjukkan adanya keterkaitan
dalam dinamika politik internasional dimana adanya relasi aktor dominan dari
investor asing yang bekerja sama dengan pemerintah dan sektor kehutanan
Indonesia untuk mengeksploitasi hutan produksi demi meningkatkan nilai devisa
negara sehingga mengakibatkan terjadinya isu deforestasi yang menimbulkan
rezim lingkungan global dan politik lingkungan global.
Menurut Porter dan Brown (1997:13) mendefinisikan politik lingkungan
global dalam tataran hubungan internasional sebagai:
“Global Environmental Politic”, merupakan kualitas persoalan lingkungan
yang mengandung ancaman terhadap daya dukung alam sebagai sebuah
ekosistem (the global commons) yang mempengaruhi kehidupan manusia
yang tidak hanya terbatas dalam wilayah yuridiksi negara tersebut.26

24 Herman Hidayat. (2008). Op.cit, p.9
25 Ibid.
26 Dewitri, “Isu Lingkungan: Konsep dan Sejarah Perkembangan dalam Hubungan
Internasional”,
dalam
http://dewitri.wordpress.com/2007/07/17/isu-lingkungan-konsep-dansejarah-perkembangan-dalam-hubungan-internasional/ yang diakses 17 Juli 2007.

Dengan hal ini isu deforestasi termasuk salah satu unsur kerusakan
lingkungan yang mempengaruhi keamanan global dimana kerusakan tersebut
membutuhkan dana guna merehabilitasi kembali lahan hutan yang rusak serta
membutuhkan bantuan kerjasama dari dunia internasional untuk mencapai upaya
penanggulangan yang diharapkan.
Dalam pembahasan konsep ini, isu deforestasi tidak hanya membahas
masalah teknis dan metode pengurangan emisi akibat perubahan iklim dan
pemanasan global melainkan juga membahas keadaan ekonomi dan politik suatu
negara khususnya bagi negara-negara penghasil emisi karena apabila pengurangan
emisi berlangsung, hal ini dengan cepatnya dapat mempengaruhi dan merubah
struktur perekonomian negara.27 Saat perekonomian negara terganggu maka
dampak pada stabilitas politik akan sangat mengkhawatirkan.
Namun, disisi lain dalam sudut pandang konsep ini juga menjelaskan sisi
peran dari pemerintah Orde Baru yang menjalin relasi terhadap lembaga
internasional dimana relasi ini membantu pemerintah untuk melakukan
peminjaman dana reboisasi guna memperbaiki keadaan hutan yang rusak akibat
aktivitas eksploitasi meskipun pada akhirnya tujuan peminjaman ini akan
memperburuk keadaan perekonomian Indonesia.28
27 Erik Faripasha, (2009). “Dinamika Kemunculan Rezim Lingkungan Global dan Politik
Lingkungan Hidup Global”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta: Universitas Indonesia,
p.
45-46,
dalam
http://www.google.co.id/#sclient=psyab&hl==id&source=hp&q=deforestasi+hutan+dalam+konte
ks+politik+internasional&oq=deforestasi+hutan+dalam+konteks+politik+internasional&aq=&gsu
pl=748461943151119248161571246148101155118452141.2.3.2.11910&bav=on.2.or.rgc.rpw.,cf.
osb&fp=584aea179c4e51a3&biw=128&bih=69, yang diakses 12 Oktober 2011.
28
Duniayanu,
“Kebijakan
Politik
Luar
Negeri
Indonesia”,
dalam
http://d37r4.wordpress.com/2011/ 06/01/Indonesia-foreign-policy-quote/ yang diakses pada 01
Juni 2011.

1.6.

RUANG LINGKUP

1.6.1. Batas Materi
Fokus materi yang dibahas dalam penelitian ini ialah tekanan dunia
internasional terhadap isu deforestasi di Indonesia pada era Orde Baru. Aspekaspek yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1.

Deforestasi dan kebijakan pengelolaan hutan di Indonesia pada era Orde
Baru

2.

Bentuk tekanan yang diberikan oleh dunia internasional terhadap isu
deforestasi di Indonesia pada masa Orde Baru

3.

Bentuk tanggapan pemerintah Indonesia pada era Orde Baru saat
mendapatkan tekanan dari dunia internasional mengenai isu deforestasi

1.6.2. Batas Waktu
Batas waktu penelitian terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru karena
pada era tersebut Soeharto mengeluarkan beberapa kebijakan pada sektor
kehutanan untuk melakukan tindakan eksploitasi guna meningkatkan nilai
pembangunan nasional sehingga menimbulkan laju deforestasi yang terus
meningkat dan pada akhirnya mengakibatkan munculnya tekanan dari dunia
internasional yang ingin menyadarkan pemerintah akan pentingnya pelestarian
hutan di Indonesia.

1.7.

METODOLOGI PENELITIAN

1.7.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan data deskriptif kualitatif sebagai salah satu
cara untuk menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas. Menurut Mayer dan
Greenwood29 bahwa data deskriptif kualitatif lebih mengacu pada identifikasi
sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik sekelompok manusia,benda atau
peristiwa.

Pada

dasarnya,

deskriptif

kualitatif

juga

melibatkan

proses

konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi.
Di dalam penelitian deskriptif selain bertujuan untuk menggambarkan
secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti, penelitian
deskriptif juga fokus pada pertanyaan dasar “bagaimana” dengan berusaha
mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap.
Menurut Miles dan Huberman juga menjelaskan bahwa:
Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang meluas dan
berlandaskan kukuh serta membuat penjelasan tentang proses-proses
yang terjadi dalam lingkup-lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita
dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai
sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat dan
memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Dan lagi, data
kualitatif lebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh
penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk
kerangka teoritis baru,data tersebut dapat membantu para peneliti untuk
melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal.30

29 Dr. Ulber Silalahi, (2009). Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Rafika Aditama, p.27-28
30 Ibid, p.339

1.7.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari lapangan. Data ini diperoleh
dengan mempelajari dan memahami literatur, majalah, artikel, internet, dan karya
ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diangkat oleh penulis. Data
mengenai penelitian ini sendiri juga diperoleh dari perpustakaan pusat Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
Universitas Brawijaya Malang (Unibraw), Lab HI UMM, dan website yang terkait
dengan topik yang peneliti teliti.

1.7.3. Metode Analisa Data
Dalam proses analisa data, penulis mengolah dan mengorganisasi data
mentah ke dalam bentuk yang sesuai terutama untuk diolah dengan menggunakan
komputer, menyajikannya dengan berbagai bagan atau gambar untuk meringkas
segi-segi atau ciri-cirinya dan menginterpretasikan atau memberi makna teoritis
atas hasil.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tingkat analisa reduksionis.
Analisa reduksionis. Analisa reduksionis adalah unit eksplanasi yang berada pada
tingkat yang lebih rendah. Unit eksplanasi yaitu unit analisa yang hendak penulis
teliti yang biasa disebut sebagai variabel independen sedangkan unit analisa yaitu

perilaku yang hendak penulis deskripsikan yang biasa disebut sebagai variabel
dependen.31
Dalam judul penelitian ini, penulis mengidentifikasikan dua variabel yaitu
variabel independen yang terletak pada “Tekanan Dunia Internasional” dan
variabel dependen terletak pada “Isu Deforestasi di Indonesia”. Dalam penulisan
ini unit analisanya terletak pada “Sistem Regional dan Global”.

31 Mohtar Mas’oed, (1990). Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta:
LP3ES, p.35-39

1.8.

SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ini, maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
Judul :
Bab

Tekanan Dunia Internasional
Terhadap Isu Deforestasi

Pembahasan

di Indonesia
I

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang Masalah

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan Penelitian

1.4

Penelitian Terdahulu

1.5

Kerangka Konseptual

1.5.1. Deforestasi dalam dinamika politik
internasional
1.5.2. Politik Lingkungan dalam dinamika politik
internasional
1.6 Ruang Lingkup
1.6.1

Batas Materi

1.6.2

Batas Waktu

1.7

Metodologi Penelitian

1.7.1

Jenis Penelitian

1.7.2

Metode Pengumpulan Data

1.7.3

Metode Analisa Data

1.8

Sistematika Penulisan

II

Fenomena Isu Deforestasi di

2.1.

Deforestasi di Indonesia

2.2.

Kebijakan Pengelolaan Hutan pada Era

Indonesia
Orde Baru.
2.2.1.

Pemberian Izin HPH dan Ekspor Log

2.2.2.

Kebijakan Pengelolaan Hutan dalam
Industri Pengolahan Kayu

2.3.

Implementasi dari Deforestasi di Indonesia
pada Era Orde Baru

2.3.1.

Aktor HPH dalam Mengeksploitasi Hutan
Produksi di Indonesia

2.3.2.

Sistem Konglomerasi HPH di Indonesia
pada Era Orde Baru

2.3.3.

Ekstraksi Kayu dalam Proses HPH Untuk
Meningkatkan Nilai Ekspor Kayu di
Pasaran Global

III

Tekanan Dunia Internasional

3.1.

Bentuk Tekanan Dunia Internasional

terhadap Isu Deforestasi di

terhadap Isu Deforestasi di Indonesia pada

Indonesia

era orde baru
3.2.

Bentuk respon Indonesia terhadap tekanan
dari dunia Internasional

IV

Penutup

4.1

Kesimpulan

4.2

Rekomendasi dan Saran

SKRIPSI

TEKANAN DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP ISU DEFORESTASI
DI INDONESIA PADA ERA ORDE BARU

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

NATALIA INTAN P.P.
NIM: 07260057

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2012

KATA PENGANTAR

Salam

damai

dalam

nama

kasih

Tuhan.

Pertama-tama

penulis

memanjatkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat bimbingan serta rahmatNYA selama ini, akhirnya karya skripsi ini dapat
disusun dan terselesaikan dengan baik sesuai rencana dan kehendakNYA. Pada
kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan banyak rasa terima kasih
kepada:


Bapak Victor Pradhitama, S.Sos, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang
telah membimbing dengan penuh sabar, mendidik dan memberikan banyak
masukan kepada penulis terhadap perkembangan dan kemajuan pada
penulisan skripsi.



Bapak Rahmad K.Dwi Susilo, M.A., selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan kesempatan waktu untuk membimbing,
mendidik dan memberikan banyak masukan baik melalui beberapa
referensi

yang

pernah

beliau

berikan

kepada

penulis

terhadap

perkembangan dan kemajuan pada penulisan skripsi.


Ibu Dyah Estu, S.Sos, M.Si., selaku dosen penguji I yang telah
memberikan banyak dukungan dalam perjalanan skripsi ini serta
memberikan banyak masukan baik secara langsung maupun melalui
beberapa referensi yang pernah beliau berikan demi perkembangan dan
kemajuan pada penulisan skripsi.



Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si., selaku dosen penguji II yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis untuk perkembangan dan
kemajuan pada sistem penulisan skripsi.



Tidak lupa juga, penulis ingin mempersembahkan karya skripsi ini untuk
orang-orang tercinta yaitu my Lovely: mama, papa, dan kakak kuYohanes
De Briito (Mz Joe) serta mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau
karena dengan penuh cinta, kesetiaan, dan kesabarannya yang tulus selalu

memberikan harapan, semangat dan dukungan yang penuh dalam proses
penyelesaian skripsi ini serta tidak lupa juga subsidinya yang selalu
dipenuhi tanpa kekurangan apapun,, hehehhe… thank’s a lot mom and
dad,,, I love u my dearest parents n brother…..


Buat Bpk. Pipit (bpk kos), Ibu Pipit, Nadia, Mbk Desi, Dek Irfi makasih
banyak yahhh…@_@ Kalian sudah turut berperan untuk membantu
dengan memberikan semangat dan masukan yang sangat berharga buat aku
terlebih memberikan suatu pengharapan yang besar dalam perjuangan ku
untuk menyelesaikan tugas skripsi ini hingga sukses. Makasie yahhh
semuanya,,,,, hehhehe especially for my all home (L.A.) Blok E/23



Buat kakak2 kuyang paling setia yakni, Rm. Luis Rota (Kak Luis alias si
raja gombal.com, hehehhe…) di Austria, Rm. Tarsis Andreas di Missisipi,
Fr. Willy Agato di Mexico City, Rm. Fenz Poca (alias om dono) di
Brazilia, Rm. Tomy (alias kakak tertua) & Rm. Dhani (kakak yang baik
uda belikan Ice Cream Magnum, hehehe…) di Madiun serta Rm. Roni di
Blitar, biarpun kalian jauh tapi rasa cinta dan kasih dengan memberi
dukungan dan semangat yang utuh selalu mengalir di dalam jiwa ku.
Kalian selalu meyakinkan ke diri ku bahwa aku bisa untuk jadi yang
terbaik. Makasih yahh Rm, berkat do’a yang tulus dari kalian akhirnya aku
bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan sukses serta menjadi
yang terbaik. Wishes love U everyone,,,,,,I’m sure, I wish u’ll be proud of
me!!!!



Buat teman-teman Frater,,khususnya my dearest Fr. Aloysius Bulu Lero
(Aloy alias si jelekkkk.com), Fr. Bill (my dearest brother), Fr. Hendro
(alias raja model), Fr. Vensy Madang, Fr. Arnus (alias raja penasihat), Fr.
Yanto dll… Makasie yahhh berkat dukungan dan do’a yang penuh kasih
dari kalian semua, akhirnya aku bisa mencapai kesuksesan dalam
penulisan skripsi ini…. Love u et merci beaucop!!!!!



Buat sahabat-sahabat yang paling setia, Gita Prajnasari: makasie ya saii
atas dukungan dari dirimu, aku bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi ini
dengan sukses. By the way, makasie juga yah saii yang uda ngrawat aku

waktu sakit, makasie juga uda ngizinkan aku untuk nginep di rumah + mw
ngajak walking2 alias cuci mata, hehheheh… buruan yahh garap
skripsinya, tetep semangat yahh biar bisa nyusul kayak aku. Buat sahabat
ku Azarine (alias Linda): teman seperjuangan,,dirimu uda sukses, aku
sekarang menyusulmu, hehehhe… makasie yahhh suka dan duka kita
waktu garap skripsi menjadi tonggak kesuksesan sekarang, Mizz U saii…
and last buat sahabat ku Ika Rafida: makasie yahh uda ngasie aku motivasi
yang penuh dalam perjalanan skripsi ini, makasie juga yang uda setia
menemani aku saat detik2 mau menghadapi ujian sidang skripsi… tetep
semangat y kaa buat garap skripsinya!!!!! No Words to give up,, u can
raised to be done!!! Uppzz forget!!!!,,,for my dearest boy friendship..
Agung WM (alias Brongkos otak) hehhe.. Thank’s yours uda mw bantuin
aku waktu pinjem buku di perpus UGM. Makasie juga uda ngasie
semangat n dukungan yang penuh dalam perjalanan skripsi ku hingga
tuntas dengan sukses. Kapan coy kita nongkrong lagi di Jogja???
Hehhehe…. Dear: @Gita, @Linda, @Ika, @Agung: I Wish,, U are a
Greates Love My Friendships ……

DAFTAR ISI
Lembar Cover/Sampul Dalam
Lembar Persetujuan Skripsi ............................................................................

i

Lembar Pengesahan ......................................................................................

ii

Surat Pernyataan Skripsi Bukan Hasil Plagiat ................................................

iii

Berita Acara Bimbingan ..................................................................................

iv

Abstraksi .........................................................................................................

v

Ungkapan Pribadi/Motto .................................................................................

vii

Kata Pengantar ................................................................................................

viii

Daftar Isi ..........................................................................................................

xi

Daftar Tabel ....................................................................................................

xiv

Daftar Lampiran ..............................................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................

9

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................

9

1.4. Penelitian Terdahulu .............................................................

9

1.5. Konsep
1.5.1. Konsep

Deforestasi

dalam

Dinamika

Politik

Internasional ................................................................

13

1.5.2. Konsep Politik Lingkungan dalam Dinamika Politik
Internasional ................................................................

15

1.6. Ruang Lingkup
1.6.1. Batas Materi .................................................................

20

1.6.2. Batas Waktu .................................................................

20

1.7. Metodologi Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian ............................................................

21

1.7.2. Metode Pengumpulan Data ..........................................

22

1.7.3. Metode Analisa Data ...................................................

22

1.8. Struktur Penulisan ................................................................

24

BAB II

FENOMENA ISU DEFORESTASI DI INDONESIA
2.1. Deforestasi di Indonesia ........................................................

27

2.2. Kebijakan Pengelolaan Hutan Pada Era Orde Baru
2.2.1. Pemberian Izin HPH dan Ekspor Log .........................
2.2.2. Kebijakan

Pengelolaan

Hutan

dalam

32

Industri

Pengolahan Kayu .........................................................

45

2.3. Implementasi dari Deforestasi di Indonesia Pada Era
Orde Baru
2.3.1. Aktor HPH dalam Mengeksploitasi Hutan Produksi
di Indonesia ..................................................................

56

2.3.2. Sistem Konglomerasi HPH di Indonesia Pada Era
Orde Baru .....................................................................
2.3.3. Ekstraksi

Kayu

Meningkatkan

dalam

Nilai

Proses

Ekspor

HPH

Kayu

di

58

Untuk
Pasaran

Global ..........................................................................

61

BAB III TEKANAN DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP ISU
DEFORESTASI DI INDONESIA
3.1. Tekanan Dunia Internasional Terhadap Isu Deforestasi di
Indonesia Pada Era Orde Baru
3.1.1. Pengertian Tekanan Dunia Internasional Terhadap Isu
Deforestasi ...................................................................

63

3.1.2. Kebijakan Dunia Internasional dalam Menanggapi Isu
Deforestasi Akibat Isu Perubahan Iklim Global ..........

67

3.1.3. Bentuk Tekanan dari Dunia Internasional
3.1.3.1. Ancaman Boikot Dari Negara Importir
Terhadap Produk Hutan Kayu di Indonesia ..

74

3.1.3.2. Pemboikotan Ekspor dan Pendiktean Stock
Produksi Pulp dan Kertas Indonesia Oleh
Negara Importir .............................................

81

3.2. Respon

Pemerintah

Indonesia

Dalam

Menanggapi

Tekanan Dunia Internasional : Dengan Membentuk
Manajemen Consultative Group on Indonesian Forestry
(CGIF) ....................................................................................

88

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................

92

4.2. Rekomendasi ..........................................................................

94

Daftar Pustaka .................................................................................................
Lampiran-lampiran ..........................................................................................

DAFTAR TABEL

1. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang Terkait dengan
Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan Indonesia Pada Masa Orde Baru ....

37

2. Daftar HPH Milik Keluarga Soeharto ........................................................

46

3. Perusahaan pengekspor plywood terbesar dilihat dari Area, Investasi, dan
Nilai (juta) ..................................................................................................
3

4. Negara tujuan ekspor Plywood 1984, 1986, dan 1988 (ribuan m ) ...........

53
54

5. Perusahaan Konglomerasi HPH di Era Orde Baru yang Memiliki
Wewenang dalam Mengeksploitasi Luas Area Hutan di Indonesia ...........

59

DAFTAR LAMPIRAN
1. Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 649/Kpts /1990, tanggal 8 November
1990
2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 274/Kpts-II/1989, tanggal 3 Juni
1989

DAFTAR PUSTAKA

Referensi:
Awang, San Afri. 2006. Sosiologi Pengetahuan Deforestasi Konstruksi Sosial dan
Perlawanan: Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Implikasinya. Yogyakarta:
Debut Press.
----------------------. 2006. Sosiologi Pengetahuan Deforestasi Konstruksi Sosial
dan Perlawanan: Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Implikasi. Yogyakarta:
Debut Press.
Hidayat, Herman. 2008. Politik Lingkungan Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru
dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan: hutan dan Peranan Budi Daya
Hutan. Yogyakarta: Bumi Aksara
Iskandar, Untung, 1999. Kerjasama Internasional Menuju Pengelolaan Hutan Lestari.
Yogyakarta: PT. Bayu Indra Grafika

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik: Isu Lingkungan
Hidup dalam Politik Global & Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kanninen, Markku (et.all), 2009. Apakah Hutan Dapat Tumbuh Di Atas Uang?:
Implikasi Penelitian Deforestasi Bagi Kebijakan yang Mendukung REDD.
Bogor: CIFOR (Center For International Forestry Research).
Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES
Mulki, Fatiri. 2007. IMF dan Isu: Tujuan Liberalisasi Ekspor Kayu Bulat Hutan
Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia
Nurjaya, I Nyoman. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Perspektif
Antropologi Hukum: Hukum Pengelolaan Hutan di Indonesia dalam
Perspektif Sejarah. Malang: Diterbitkan atas Kerjasama Program Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unibraw, Arena Hukum Majalah
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dengan Penerbit Universitas Negeri
Malang (UM Press).

Pradnja, Resosudarmo dan Pierce Carol (ed.). 2003. Kemanakah Harus
Melangkah?: Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia:
Diskursus Kebijakan yang Berubah dan Masyarakat Adat, 1960-1999.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Simangunsong, Bintang C.H. 2003. The Economic Performance of Indonesia’s
Forest Sector in the Period 1980-2002. Jakarta: Departemen Kehutanan RI.
Smith, Wenban. 2001. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003.
Jakarta: CIFOR (Center For International Forestry Research).
Supriadi, 2006. Hukum Lingkungan Internasional: Deklarasi Rio de Janeiro.
Jakarta: Sinar Grafika
Todaro, Michael. 1998. Masalah-masalah Kritis Menjelang Abad Ke-21. Jakarta:
Erlangga.
Widyantoro, Bambang, (et.all). 2006. Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia:
Analisis Simulasi kebijakan dan Tekanan Internasional., Jakarta: Pegawai PT
Inhutani III (Persero) dan Staf Pengajar Program Studi Ekonomi Pertanian, Sekolah
Pascasarjana IP
Willem, Jan Van Gelder (profundo), (et.all). 2005. “Kutukan Komoditas Panduan Bagi
ORNOP Indonesia”, Chapter VI

Jurnal:
Marr, Carolyn. et.al. 2008. Keadilan Iklim dan Penghidupan Yang Berkelanjutan:
Perubahan Iklim Pencegahan Deforestasi dan Indonesia. Down to Earth:
KIPPY Print Solution.
Siswoko, Bowo Dwi. Dev