Kamal 1994 menambahkan bahwa lignin tidak dapat dicerna oleh mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Hal ini menunjukkan bahwa
lignin dalam bagasse fermentasi merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan kecernaan bahan kering. Faktor yang berpengaruh terhadap
kecernaan bahan kering diantaranya bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, laju perjalanan melalui alat pencernaan dan pengaruh terhadap
perbandingan dari nutrien lainnya Anggorodi, 1990, jumlah pakan yang diberikan, pengolahan bahan pakan dan kesehatan individu ternak yang
bersangkutan Parakkasi, 1986.
D. Kecernaan Bahan Organik
Rata-rata kecernaan bahan organik pada kelinci New Zealand White jantan yang mendapat pakan perlakuan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata kecernaan bahan organik kelinci New Zealand White jantan
Keterangan : Rerata yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukan perbedaan sangat nyata P0,01
Rata-rata kecernaan bahan organik kelinci New Zealand White jantan selama penelitian untuk perlakuan P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah
79,97 ; 75,28 ; 72,98 ; dan 71,50 persen, memperlihatkan adanya penurunan kecernaan bahan organik masing-masing perlakuan. Hasil analisis variansi
menunjukkan bahwa ransum yang menggunakan bagasse fermentasi sampai taraf 15 memberikan pengaruh sangat nyata P0,01 terhadap kecernaan
bahan organik kelinci New Zealand White jantan. Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test DMRT menunjukkan bahwa P0 berbeda sangat nyata dengan P1,
P2 dan P3. P1 berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3. Hasil tersebut membuktikan bahwa ransum yang menggunakan bagasse fermentasi dengan
taraf 5 persen P1 sudah menurunkan kecernaan bahan organik pada kelinci Ulangan
Perlakuan 1
2 3
4 Rerata
P0 79,42
76,16 79,29
84,99 79,97
A
P1 74,38
75,52 75,73
75,50 75,28
B
P2 71,23
73,76 73,63
73,31 72,98
B
P3 70,95
72,83 71,08
71,14 71,50
B
New Zealand White jantan. Kecernaan bahan organik kelinci New Zealand White jantan hasil penelitian seperti diagram batang pada Gambar 4.
79,97 75,28
72,98 71,50
10 20
30 40
50 60
70 80
90
K ec
er n
aa n
B ah
an O
rg an
ik
P0 P1
P2 P3
Ransum yang M enggunakan Bagasse Fermentasi
Diagram Kecernaan Bahan Organik
A B
B B
Gambar 4. Rata-rata kecernaan bahan organik kelinci New Zealand White jantan .
Perbedaan yang nyata dengan penggunaan bagasse fermentasi dalam ransum ini disebabkan oleh kecernaan bahan kering yang berbeda nyata,
karena kecernaan bahan organik sangat berkaitan dengan kecernaan bahan kering. Tillman et al. 1989 menjelaskan bahwa kecernaan bahan kering
dapat mempengaruhi kecernaan bahan organik. Bahan organik terdiri dari lemak, protein kasar, serat kasar, dan BETN Kamal, 1994. Sedangkan
bahan kering terdiri dari lemak, protein kasar, serat kasar, BETN dan abu Tillman et al., 1989.
Anggorodi 1990, menjelaskan bahwa semakin banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan pakan, semakin tebal dan semakin tahan
dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna pakan. Bagasse fermentasi berasal dari tanaman tebu yang memiliki dinding sel yang tebal
mengandung serat kasar dan lignin sangat tinggi. Menurut Tillman et al, 1989, dinding sel tanaman terdiri terutama dari selulosa dan hemiselulosa
yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin. Menurut Kamal 1994 selulosa, hemiselulosa dan lignin tidak dapat dicerna oleh enzim yang
dihasilkan oleh kelenjar getah pencernaan, sedangkan lignin tidak dapat dicerna oleh mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Hal tersebut
memperkuat dugaan kandungan lignin yang tinggi dalam bagasse fermentasi merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan kecernaan bahan
organik.
E. Nutritive Value Index Bahan KeringNVI BK gramekorhari