Ampas tebu Bagasse TINJAUAN PUSTAKA A. Kelinci

9 dengan kebutuhan pokok hidup kelinci dan disesuaikan dengan tujuan produksi yang diharapkan serta menjaga daya tahan tubuh terhadap lingkungan Whendrato dan Madyana, 1983. Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan yang terdiri dari berbagai jenis rumput dan daun- daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga Sugeng, 1987. Hijauan yang diberikan antara lain : rumput lapangan, limbah sayuran kangkung, sawi, wortel, lobak, kol, daun singkong, daun turi, daun lamtoro, daun kacang tanah, daun pepaya, talas dan lain-lain. Hijauan untuk pakan kelinci sebaiknya tidak diberikan dalam bentuk segar, tetapi telah dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya yang dapat menimbulkan kembung atau mencret Sarwono, 2007.

D. Ampas tebu Bagasse

Sejalan dengan semakin intensifnya usaha tanaman pangan dan tanaman perkebunan, maka hasil limbahnya akan semakin melimpah. Limbah dari penggilingan tebu menjadi gula adalah ampas tebu yang dikenal dengan istilah bagasse. Bagasse yang dihasilkan dari setiap penggilingan tebu diperkirakan sebesar 31,34 persen dari setiap batang tebu. Walaupun potensinya cukup besar, tetapi kecernaan dan kandungan nutrien merupakan faktor pembatas penggunaan bagasse sebagai bahan pakan Utomo et al., 1985. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan pakan ternak akan memberikan pengaruh positif dalam menunjang pembangunan peternakan dan ikut menjaga kelestarian hidup Mochtar dan Tedjowahyono, 1985. Sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan pakan ternak khususnya ternak ruminansia atau pseudo-ruminan nampaknya lebih tepat, sebab disamping ampas tebu bersifat volumneus juga mikroorganisme dalam caecum ternak tersebut mampu memfermentasikan serat kasar sebagai sumber energi. Potensi dari limbah sebagai bahan pakan ternak terletak pada nilai energi dari selulosa dan hemiselulosa Wahyono, 1985. 10 Ampas tebu merupakan limbah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, tetapi pemanfaatannya sebagai bahan pakan belum maksimal. Hal ini disebabkan karena rendahnya kualitas ampas tebu sehingga kecernaannya rendah. Ampas tebu mengandung protein kasar 3,10 persen, lemak kasar 1,50 persen, BETN 51,70 persen dan serat kasar 34,90 persen. Ditinjau dari komponen seratnya, ampas tebu mengandung 82 persen dinding sel yang terdiri atas selulosa 40 persen, hemiselulosa 29 persen, lignin 13 persen dan silika 2 persen. Nilai kecernaan ampas tebu sangat rendah, hal ini karena tingginya kadar lignin dalam ampas tebu. Selain itu, palatabilitas ampas tebu sangat rendah, hal ini disebabkan oleh tekstur ampas tebu yang kasar sehingga ternak tidak mau mengkonsumsinya dalam keadaan segar Tarmidi, 2004. Seperti halnya dengan limbah pertanian pada umumnya faktor pembatas penggunaan bagasse sebagai bahan pakan ternak adalah kandungan lignocellulose yang tinggi dan nutrien yang rendah. Dengan demikian penggunaan bagasse tersebut membutuhkan penanganan terlebih dahulu untuk menaikkan kecernaan dan kandungan nutriennya Soejono et al., 1985. Kandungan lignin yang cukup tinggi dan kecernaannya rendah, maka ada usaha untuk memperbaiki kecernaaanya Mochthar dan Tedjowahjono, 1985.

E. Teknologi Fermentasi