B. Rumusan Masalah
Industri pengolahan hasil-hasil pertanian di Indonesia banyak menghasilkan limbah yang sangat potensial sebagai bahan pakan ternak.
Bagasse merupakan salah satu limbah industri pertanian yang belum banyak digunakan sebagai bahan pakan. Bagasse merupakan bahan pakan kualitas
rendah yang memiliki kandungan nutrien dan nilai kecernaan yang rendah. Kandungan protein kasar yang rendah 3,10, sedangkan kandungan serat
kasarnya tinggi 34,90 Tarmidi, 2004. Untuk itu perlu adanya perlakuan khusus agar bagasse dapat digunakan untuk pakan ternak dalam skala yang
besar yaitu dengan menaikkan protein kasar dan menurunkan serat kasarnya. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan fermentasi yang diharapkan dapat
menaikkan nilai kecernaan dari bagasse. Fermentasi bagasse dengan menggunakan probiotik diharapkan
mampu menaikkan protein kasar dan menurunkan serat kasar. Di dalam probiotik terdapat bakteri lignolitik, selulolitik dan lignoselulolitik yang
mampu menghasilkan enzim untuk memecah serat kasar dengan kandungan lignin tinggi. Mikrobia proteolitik pada probiotik akan membantu pemecahan
protein kasar menjadi asam amino, dengan penambahan urea pada fermentasi bagasse diharapkan dapat meningkatkan kandungan protein kasarnya.
Untuk mengetahui nilai manfaat dari penggunaan bagasse dalam ransum maka perlu diketahui kualitas ransum yang mengandung bagasse.
Oleh karena itu dilakukan uji kualitas bagasse fermentasi dilihat dari nilai kecernaannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian agar dapat diketahui nilai kecernaan bagasse fermentasi dalam ransum pada kelinci New
Zealand White jantan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai kecernaan in vivo ransum yang menggunakan bagasse
fermentasi sebagai salah satu komponennya pada kelinci New Zealand White jantan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelinci