Penentuan Peubah Prediktor Diagnostik Multikolinearitas

, max , max . 100 1 y y x x y y x x V F V F V F V F S              dimana: j i F j i F x F , 1 ,     gradien prediksi timur-barat 1 , ,     j i j i y F F F gradien prediksi utara-selatan j i j i x V V V , 1 ,     gradien verivikasi timur-barat 1 , ,     j i j i y V V V gradien verifikasi utara-selatan Peningkatan akurasi skill prediksi NWP dikarenakan empat faktor Kalnay 2003: 1. Peningkatan kekuatan super-computer sehingga menghasilkan resolusi numerik yang lebih baik, 2. Perbaikan representasi dari proses fisik skala kecil awan, hujan, kelembaban, momentum, turbulensi dalam model, 3. Penggunaan metode yang lebih akurat untuk asimilasi data, dan 4. Peningkatan ketersediaan data, khususnya data satelit dan pesawat di atas lautan dan di Belahan Bumi Selatan BBS.

2.2.3. Tipe Model NWP

Terdapat dua tipe dasar dari model NWP, yaitu model barotropik dan baroklinik. Kedua tipe model tersebut menyediakan konsep fisik mendasar dan biasanya termasuk ke dalam kategori Riegel 1992: a. model kesetimbangan, berdasarkan persamaan vortisitas dan persamaan kesetimbangan, b. model persamaan primitif, berdasarkan sistem, biasanya memasukkan konsep persamaan hidrostatik. Setiap pusat prediksi cuaca, akan memiliki model numerik yang berbeda sehingga untuk lokasi dan waktu yang sama memungkin hasil prediksi yang berbeda. Dalam skala internasional, penelitian utama mengenai NWP umumnya dilakukan di negara-negara maju seperti European Center for Medium Range Weather Forecasts ECMWF, National Center for Environmental Prediction NCEP, weather services of UK Inggris, Perancis, Jerman, Scandinavian, Kanada, Jepang, dan Australia.

2.3. Model Output Statistics MOS

MOS merupakan model yang menghubungkan peubah prediktan y observasi stasiun cuaca dan peubah prediktor x parameter NWP yang biasa dibangun dalam suatu persamaan regresi linear berganda. Di samping itu, peubah prediktor dapat juga berupa parameter geografi seperti lintang, bujur, dan waktu BMG 2006.

2.3.1. Penentuan Peubah Prediktor

Proses pemilihan prediktor merupakan salah satu bagian terpenting dalam MOS. Setiap lokasi yang berbeda kemungkinan juga akan berbeda pula peubah prediktor yang berpengaruh terhadap peubah prediktan. Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan prediktor, yaitu: pendekatan secara statistik dan pertimbangan ilmiahkeahlian scientific judgment Tapp McNamara 1989. Pada penelitian Sutikno 2008 di Karawang, Subang, dan Indramayu, peubah penjelas prediktor yang berpengaruh terhadap curah hujan adalah kelembaban spesifik, komponen angin zonal, dan ketinggian geopotensial terutama pada musim kemarau. Sedangkan, pada musim hujan, peubah penjelas prediktor yang berpengaruh terhadap curah hujan adalah precipitable water, komponen angin zonal, dan kelembaban spesifik.

2.3.2. Diagnostik Multikolinearitas

Kekolinearan Ganda Suatu persamaan regresi linear berganda tidak akan bisa diandalkan jika peubah- peubah penjelas prediktor saling berkorelasi tinggi. Hal ini mengakibatkan koefisien regresi dugaannya cenderung bervariasi sangat besar dari sampel satu ke sampel lainnya, sehingga tidak diperoleh informasi yang tepat mengenai koefisien regresi yang sebenarnya populasi. Hal tersebut biasa disebut sebagai multikolinearitas atau kekolinearan ganda Widiharih 2001. Suatu metode formal untuk mendeteksi adanya kekolinearan ganda yang banyak digunakan adalah faktor inflasi ragam Variance Inflation Factors = VIF. Faktor ini mengukur seberapa besar ragam koefisien regresi dugaan membesar dibandingkan seandainya peubah-peubah bebasnya tidak berkorelasi linear. Faktor inflasi ragam FIR bagi dugaan koefisien regresi ke-k dinotasikan FIR k dan didefinisikan sebagai: FIR k = 1-R k 2 -1 dengan R k 2 adalah koefisien determinasi ganda bila peubah bebas ke-k X k diregresikan terhadap peubah-peubah bebas X lainnya dalam model. Nilai FIR terbesar di antara semua peubah bebas X digunakan sebagai indikator tingkat keparahan kekolinearan ganda Widiharih 2001. Dalam penelitian ini, nilai FIR terbesar yang lebih besar dari 4 digunakan sebagai indikasi adanya kekolinearan ganda.

2.3.3. Analisis Faktor