Penentuan Musim Hujan dan

2.4.2. Penentuan Musim Hujan dan

Musim Kemarau Tahun 2008 di Lima Wilayah Kajian Penentuan Musim Hujan MH dan Musim Kemarau MK di suatu wilayah ditentukan setelah mengetahui kapan terjadinya awal musim hujan AMH dan awal musim kemarau AMK. Menentukan AMH menggunakan data total hujan dasarian. Satu tahun kalender dibagi ke dalam 36 dasarian. Dasarian pertama mencatat total hujan dari tanggal 1 hingga tanggal 10 bulan yang bersangkutan. Dasarian kedua mencatat total hujan dari tanggal 11 hingga 20 pada bulan yang bersangkutan. Selanjutnya dasarian ketiga mencatat mencatat total hujan dari tanggal 21 hingga akhir bulan BMG 2008. Menentukan AMH dari seri data total hujan dasarian di masing-masing lokasi yang bersangkutan dengan acuan 50 mmdasarian yang diikuti oleh minimal dua dasarian berturut-turut. Jika AMH dan AMK sudah dapat ditentukan, maka dapat dilakukan penentuan Panjang Musim Hujan PMH. PMH berakhir saat total hujan dasarian telah mencapai kurang dari 50 mmdasarian yang diikuti oleh minimal dua dasarian berurutan. BMG 2008.

III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli tahun 2011, bertempat di Laboratorium Meteorologi dan Pencemeran Atmosfer, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.

3.2. Data dan Peralatan

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Data observasi harian curah hujan CH, suhu maksimum T max , suhu minimum T min dan kelembaban relatif RH kota Pontianak, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, dan Palu untuk periode data 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008 BMKG – banyumilih.blogspot.com . 2. Data keluaran model Numerical Weather Prediction NWP, produk The National Weather Services NWS, National Centers for Environmental Prediction NCEP, dengan waktu analisis dan prediksi 3 tiga jam, untuk periode data 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008, yang diunduh dari website NOAA: http:ready.arl.noaa.govREADYamet.php untuk lima wilayah kajian berdasarkan tiga wilayah tipe hujan di Indonesia yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Nama dan koordinat wilayah kajian No. Stamet o Bujur o Lintang 1 Supadio, Pontianak 109,40 -0,15 2 Simpangtiga, Pekanbaru 101,45 0,46 3 Ahmadyani, Semarang 110,38 -6,98 4 Juanda, Surabaya 112,76 -7,36 5 Mutiara, Palu 119,73 -0,68 Parameter-parameter keluaran NWP yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian Tereza Cavazos dan Bruce Hewitson 2002 yang berjudul “Relative Performance of Empirical Predictors of Daily Precipitation” tanpa menyertakan variabel kelembaban spesifik q yang dimuat dalam Tabel 3. Analisis data dalam studi ini menggunakan perangkat lunak Minitab 15 dan Microsoft Office 2007.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Melihat Kinerja Model NWP

Menentukan suhu dan kelembaban relatif RH sebagai variabel yang digunakan untuk melihat pola diurnal, serta menentukan bulan tertentu yang digunakan untuk melihat pola diurnal tersebut. Kemudian, membandingkan pola diurnal antar mandatory layer 1000, 850, 700, dan 500 hPa dan juga membandingkan pola tersebut antar wilayah kajian.

3.3.2. Mereduksi Data Kajian

Menentukan bulan yang mewakili musim hujan MH dan musim kemarau MK untuk masing-masing wilayah kajian. Proses ini diawali dengan penentuan panjang musim hujan PMH dan panjang musim kemarau PMK tahun 2008 untuk masing-masing wilayah kajian. 3.3.3. Post-processing Keluaran Model NWP dengan Teknik Model Output Statistics MOS 1. Menentukan waktu pengamatan untuk parameter NWP yang disesuaikan dengan peubah respon prediktor. Prediktan T max pada hari ke-t menggunakan waktu pengamatan pada jam 06.00 UTC