81 seterusnya. Siemens mempergunakan istilah flag dan notasi pengalamatan F0.0, F0.1, dan
seterusnya. Sprecher+Schuh menggunakan istilah kumparan dan notasi C001, C002, dan seterusnya. Telemechanique menggunakan istilah bit dan notasi B0, B1, dan seterusnya.
Toshiba menggunakan istilah relai internal dan notasi R000, R001, dan seterusnya. Allen- Bradley menggunakan istilah penyimpanan bit bit storage dan notasi pada produk PLC-
5-nya, B3001, B3002, dan seterusnya. OMRON menggunakan pengalamatan 20000, 20001, dan seterusnya.
Contoh penggunaan relai internal dalam program dengan notasi Siemens dan OMRON, diperlihatkan pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12. Contoh penggunaan relai internal. a. Dengan notasi Siemens,
b. Dengan notasi OMRON.
5.4 FUNGSI TIMER DAN COUNTER
5.4.1 Timer
Di dalam banyak aplikasi kontrol, pengontrolan waktu adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan. Sebagai contoh, sebuah motor atau pompa yang dikontrol untuk beropersi
selama interval waktu tertentu, atau diaktifkan setelah beroperasi selama periode waktu tertentu. Contoh lain, adalah pengaturan waktu nyalapadam dari suatu lampu lalu-lintas.
Itulah sebabnya PLC dilengkapi dengan timer untuk mendukung kebutuhan tersebut. Timer mengukur atau menghiyung waktu dengan menggunakan piranti clock internal
CPU. Pendekatan paling umum bagi sebuah timer, dipandang sebagai sebuah relai yang
ketika kumparannya dialiri arus akan mengaktifkan kontak-kontaknya setelah jangka waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, timer berperan sebagai sebuah output
untuk sebuah anak tangga program, mengontrol kontak-kontaknya yang terletak pada anak tangga yang lain seperti digambarkan pada Gambar 5.13a. Ada juga yang
82
Waktu HidupON
MatiOFF delay
ON a
Waktu HidupON
MatiOFF delay
OFF b
memperlakukan timer sebagai sebuah blok delay fungsi tunda yang ketika disisipkan ke sebuah anak tangga akan menunda sinyal-sinyal dari anak tangga tersebut untuk mencapai
output Gambar 5.13b.
Gambar 5.13. Penggunaan Timer pada program Terdapat beberapa bentuk timer yang dapat dijumpai pada PLC. Pada PLC-PLC
berukuran kecil, biasanya hanya terdapat satu bentuk saja, yaitu timer on-delay. Timer semacam ini akan hidupON setelah satu periode waktu tunda yang telah ditetapkan
Gambar 5.14a. Timer off-delay berada dalam keadaan hidup selama periode waktu yang telah ditetapkan dan kemudian mati Gambar 5.14b. Durasi waktu yang ditetapkan untuk
sebuah timer biasa disebut waktu preset, dan besarnya adalah kelipatan dari satuan atau basis waktu yang digunakan. Beberapa basis waktu yang biasa digunakan adalah 10 ms,
100 ms, 1 s, 10 s dan 100 s. Misalnya pada PLC OMRON, basis waktunya adalah 100 ms 0,1 s, sehingga nilai preset sebesar 5 maka periode waktu tunda sama dengan 0,5 s.
Gambar 5.14. Sinyal Timer. a. ON-delay, b. OFF-delay Gambar 5.15 memperlihatkan contoh ladder diagram dan kode mnemonik suatu
sistem yang menggunakan fungsi timer dari dua pabrikan PLC, yaitu PLC Mitsubishi dan Siemens. Gambar 5.15a PLC Mitsubishi memandang timer sebagai sebuah output yang
83
TIM 001
N 000.00
TIM001 N : Timer number
S : Set value 010.00
LD 000.00 TIM 001
0050 LD TIM001
OUT 010.00
0050
S
memberikan reaksi tertunda setelah kontak-kontak input diaktifkan. Pada Gambar 5.15b PLC Siemens, timer dipandang sebagai sebagai komponen tunda pada sebuah anak
tangga. Simbol di dalam kotak menandakan pada gambar mengindikasikan sebuah timer on-delay, dengan angka 0 yang muncul setelah huruf T mengindikasikan operasi
penundaan pengaktifan on-delay. Waktu tunda yang dipilih adalah 5 s.
Gambar 5.15. Program timer. a. Dengan PLC Mitsubishi, b. Dengan PLC Siemens
Gambar 5.16 memperlihatkan diagram tangga untuk PLC Allen Bradley. Sinyal DN done adalah sinyal yang dihasilkan ketika timer telah menyelesaikan aktivitasnya,
sinyal EN enable adalah sinyal yang merupakan replika dari sinyal input ke timer dan digunakan untuk mengaktifkan kontak-kontak selama sekejap. Gambar 5.17
memperlihatkan contoh program dengan PLC OMRON dengan waktu tunda 5 s 0050 artinya 5 s, karena basis waktunya = 0,1 s.
Gambar 5.16. Diagram tangga timer pada PLC Allen Bradley
Gambar 5.17. Ladder diagram dan kode mnemonik program timer pada PLC OMRON
84 Sejumlah PLC, selain timer on-delay, juga dilengkapi dengan timer off-delay
secara built-in. Sebagai contoh, Gambar 5.18 yang memperlihatkan diagram tangga dan kode mnemonik suatu program timer dengan menggunakan PLC Siemens. Pada simbol
yang terdapat di dalam gambar kotak yang merepresentasikan timer, angka 0 diletakkan sebelum huruf T yang mengindikasikan bahwa timer yang bersangkutan adalah timer off-
delay.
Gambar 5.17. Diagram tangga dan kode mnemonik timer off-delay dengan PLC Siemens Gambar 5.18 memperlihatkan program PLC Allen Bradley yang menggunakan sebuah
timer off-delay. Basis waktu ditetapkan pada 1:0 1 detik. Preset ditetapkan pada nilai 10 sehingga waktu preset timer = 10 det. Pada anak tangga pertama, output timer dihasilkan
oleh kontak-kontak EN yang berarti tidak terdapat delay antara terjadinya input ke I:01201 dan output dari EN. Akibatnya, kontak-kontak EN pada anak tangga ke-2
menutup seketika setelah input diberikan ke I:01201, dan output O:01301 akan ON. Kontak-kontak TT timer timing pada anak tangga ke-3 diaktifkan segera setelah timer
berjalan. Karena timer ini adalah timer off-delay, timer dimulai dalam keadaan menyala selama 10 detik sebelum akhirnya matiOFF. Akibatnya, output O:01302 berada dalam
keadaan aktif selama 10 detik.. Kontak-kontak DN, yang normal-tertutup NC membuka setelah ada sinyal input sehingga output O:01303 aktif setelah 10 detik berlalu. Output
O:01304 adalah kebalikan dari output O:01303.
Gambar 5.18. Penerapan sebuah timer off-delay pada PLC Allen Bradley
85
TIM 001
000.00 TIM001
010.00
0100
010.00
Waktu Waktu
Input: 000.00
10 detik TIM001
Waktu Output:
010.00
Jika pada suatu PLC tidak tersedia timer off-delay, timer on-delay dapat digunakan untuk membentuk sebuah timer off-delay. Misalnya dengan menggunakan
PLC OMRON maka diperoleh ladder diagram seperti pada Gambar 5.19.
Gambar 5.19. Penerapan timer off-delay dengan menggunakan timer on-delay PLC OMRON
5.4.2 Counter