BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai bangsa yang besar tidak pernah luput dari apa yang dinamakan gejolak sosial. Salah satu wujud dari gejolak sosial adalah
pemberontakan. Menurut website Wikipedia 2013, pemberontakan adalah penolakan terhadap otoritaspemimpin, yang dapat timbul dalam berbagai
bentuk, mulai dari pembangkangan masyarakat sipil sampai kekerasan yang terorganisir, dengan tujuan meruntuhkan otoritas kepemimpinan yang ada.
Salah satu pemberontakan yang terjadi di Indonesia adalah Gerakan 30 SeptemberPKI 1965. Pemberontakan tersebut melibatkan seluruh unsur
Partai Komunis Indonesia dengan menggunakan beberapa unsur TNI AD melalui jalur birokrasi khusus. Hal tersebut dibuktikan dari adanya aktivitas
pengiriman beberapa anggota Politbiro serta CC-PKI ke sejumlah daerah dengan tujuan membantu CDB setempat. Gerakan PKI pada awalnya
diskenariokan sebagai gerakan murni yang dilakukan TNI AD dan sifatnya internal, sehingga apabila gerakan yang dilakukan berhasil, dan adanya
berbagai demonstrasi sebagai dukungan dari masyarakat, kemudian dilakukan pembentukan Dewan Revolusi, baik di pusat dan daerah, hal tersebut akan
membuktikan bahwa rakyat Indonesia menyetujui dan mendukung kebijakan TNI AD. Taktik yang demikian itulah, partai kemudian mengambil kebijakan
hanya akan mendukung keinginan dari rakyat Abdullah, dkk Ed., 2012. Sifat dari Gerakan 30 SeptemberPKI 1965 G30S bukan hanya dilihat dari
sudut pandang politik atau militer. Ruang lingkup gerakan tersebut bahkan lebih luas dari Angkatan Darat dan Angkatan Bersenjata, yaitu skala nasional.
PKI Partai Komunis Indonesia adalah dalang dari gerakan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Sam dan Pono sebagai Central Komando
Abdullah, dkk Ed., 2012. Peristiwa G30S yang terjadi pada tahun 1965 masih saja menjadi
kontroversial dan merupakan peristiwa paling gelap bagi sejarah Indonesia.
1
Apabila membicarakan gerakan tersebut dari segi kronologi dan peristiwa, maka Gerakan 30 September sudah begitu jelas, namun apabila kita ingin
membicarakan siapa aktor intelektual yang terlibat di dalamnya, maka hal tersebut sulit dijawab dan selalu mengundang perdebatan di masyarakat
Abdullah, dkk Ed., 2012. Menurut Sulistiyono, sejak awal tragedi nasional yang kita sebut dengan
Peristiwa G30S ini sudah diliputi misteri yang sulit untuk dipecahkan hingga saat ini. Berbagai pendapat yang diungkapkan, interpretasi, dan spekulasi
tentang fakta dalam peristiwa tersebut, jelas membuat kesimpangsiuran, apalagi jika kita sudah mulai membicarakan siapa dalang yang ada di balik
gerakan dan bagaimana bisa terjadi, serta karena apa gerakan tersebut terjadi Abdullah, dkk Ed., 2012: 261-262.
PKI sangat pandai dalam berpropaganda. Keadaan sosial yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Kondisi internasional yang ditandai dengan
adanya ketegangan antara Blok Timur Rusiakomunis melawan Blok Barat Amerikakapitalisme, dapat dimanfaatkan oleh PKI, apalagi setelah muncul
PRRIPermesta yang membuat Amerika menjadi bulan-bulanan karena penemuan bukti-bukti yang menyatakan bahwa mereka terlibat. PKI pun juga
mampu memanfaatkan ketenaran dan nama baik Soekarno. Pernyataan- pernyataan yang disampaikan oleh Soekarno diambil alih dan seakan-akan itu
adalah pernyataan PKI, sehingga masyarakat mengidentifikasi Soekarno lebih dekat dengan PKI daripada PNI Moedjanto, 1988.
Dari adanya beberapa partai, tidak bisa kita pungkiri bahwa PKI adalah partai yang mampu membaca keadaan. PKI mampu tampil sebagai juara dalam
segala hal. PKI merupakan partai yang mempunyai organisasi yang rapi, mengedepankan kedisiplinan, dan sangat cerdik dalam aksi-aksi revolusioner
sosialis. Soekarno jelas sangat menyenangi apa yang dimiliki oleh PKI, apalagi semua itu sangat dibutuhkan untuk menghadapi kekuatan Angkatan
Darat. PKI sangat dekat dengan sang pemimpin kita, yaitu Soekarno, sehingga PKI berani melakukan aksi terhadap keadaan yang menguntungkan
2
bagi mereka dan melakukan aksi penyingkiran terhadap beberapa organisasi yang bagi PKI adalah musuh Moedjanto, 1988.
Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa di mana terjadi carut-marut sosial- politik. Presiden, TNI AD, dan PKI saling mencurigai dan bersaing untuk
menjadi yang dominan. Soekarno, dalam hal ini, justru membiarkan kecarut- marutan karena disebabkan oleh salah satu faktor yang sangat mengganggu
dalam perannya sebagai pemimpin, yaitu kondisi kesehatan yang menurun. PKI yang mengandalkan keselamatan mereka kepada Presiden merasa cemas,
sehingga mereka merasa harus segera merebut kekuasaan sebelum Presiden wafat. PKI kemudian mengadakan pelatihan fisik berupa latihan militer
Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lubang Buaya dengan alibi untuk mempersiapkan pasukan Ganyang Malaysia. Ketegangan yang memuncak
dan semakin kuat dan solidnya PKI, membuat mereka yakin bahwa kekuasaan milik Presiden harus direbut. Secara bersamaan, terdengar isu
bahwa terdapat pembentukan Dewan Jenderal yang dari sudut pandang PKI merupakan sebuah ancaman yang bisa menjadi pesaing dalam merebut
kekuasaan dari Soekarno. Isu Dewan Jenderal sangat mengganggu Presiden dan PKI. PKI berpikir bahwa mereka akan menjadi korban penghancuran
pertama kali apabila Dewan Jenderal berhasil merebut kekuasaan. Alasan itulah yang mendasari bahwa PKI harus menjalankan sebuah aksi
pembalasan. Pada akhirnya PKI membentuk sebuah gerakan tandingan yang diberi nama Dewan Revolusi. Dewan Revolusi ini dipimpin oleh tokoh-tokoh
Perwira ABRI, dan bukan dari PKI. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kegagalan. Apabila Dewan Revolusi menemui kegagalan, maka PKI tidak
akan dilibatkan, melainkan kegagalan tersebut seakan-akan kegiatan Dewan Revolusi yang berada di intern Angkatan DaratABRI Moedjanto: 1988.
PKI pada akhirnya melakukan pemberontakan dengan menculik dan membunuh beberapa jenderal pada malam hari tanggal 1 Oktober 1965.
Pemberontakan tersebut merupakan titik puncak perseteruan antara PKI dan TNI AD. Kondisi sosial-politik yang tidak sehat, ditambah pula keadaan
ekonomi yang krisis, merupakan beberapa penyebab jatuhnya Presiden
3
Soekarno saat itu. Kondisi kesehatan yang menurun juga tidak lepas dari faktor lengsernya Soekarno, sehingga pada akhirnya sang proklamator harus
menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Soeharto melalui Supersemar yang menjadi penanda berdirinya pemerintahan Orde Baru.
B. Rumusan Masalah