Soekarno saat itu. Kondisi kesehatan yang menurun juga tidak lepas dari faktor lengsernya Soekarno, sehingga pada akhirnya sang proklamator harus
menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Soeharto melalui Supersemar yang menjadi penanda berdirinya pemerintahan Orde Baru.
B. Rumusan Masalah
Untuk membahas pokok permasalahan dalam makalah ini, maka disusunlah beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pertentangan antara Soekarno, TNI AD, dan PKI? 2. Bagaimana kronologi kejatuhan pemerintahan Orde Lama?
3. Bagaimana korelasi antara Pemberontakan PKI 1965, Supersemar dengan kejatuhan Soekarno?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa tujuan yang ingin disampaikan oleh penyusun, antara lain :
1. Untuk mengetahui pertentangan antara Soekarno, TNI AD, dan PKI. 2. Untuk mengetahui kronologi kejatuhan pemerintahan Orde Lama.
3. Untuk mengetahui korelasi antara Pemberontakan PKI 1965, Supersemar dengan kejatuhan Soekarno.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pertentangan Soekarno, TNI AD, dan PKI
Semenjak kemerdekaan, Indonesia sudah menjadi ladang operasi intelejen dari berbagai negara. Jaringan yang cukup berpengaruh adalah M-16 dari
Inggris dan CIA dari AS di samping intelejen RRC dan KGB-nya Uni Soviet. Semua jaringan intelejen ini bekerja di bidang pengawasan, pengaruh,
pengarahan operasi, sampai pengambilalihan kekuasaan di tahun 1965 dari Presiden Soekarno oleh Soeharto yang dilandasi dengan satu kepentingan
yang pembuktiannya hanya bisa dilihat dalam kelanjutan setelah kudeta 1965. Kelanjutannya adalah pembantaian massal, pelarangan ideologi
komunis,soekarnois dan PKI, dan semua partai maupun organisasi masyarakat yang dekat dengan Soekarno. Bagaimanapun, kejatuhan Soekarno
dari kepemimpinan nasional sebagai presiden pertama RI tetap merupakan misteri sejarah. Namun, rentetan peristiwa setelah kejatuhan Soekarno
membuktikan peristiwa tersebut terencana sangat matang dan canggih. Pada dekade tahun 60-an, peta politik Indonesia sudah meruncing dan
menimbulkan tiga kekuatan politik, Soekarno, PKI dan tentara AD. Antara PKI dengan tentara AD timbul persaingan politik. Persaingan antara PKI
dengan AD memuncak pada tanggal 30 September 1965 dengan diculiknya tujuh perwira AD oleh anggota PKI dari resimen Cakrabirawa di bawah
komando Letnan Kolonel Untung. Ketujuh perwira tinggi AD ini dibawa ke daerah Lobang Buaya dan ditemukan tewas semuannya. PKI juga menyusup
ke tubuh ABRI dengan menghasut perwira-perwira rendah ABRI yang tidak puas dengan atasannya.
Kepentingan Soekarno terhadap PKI dan TNI sangat besar. PKI sebagai Partai Komunis memberikan suara terhadap Soekarno ketika Soekarno
mengeluarkan kebijakan dengan landasan sosialis. Dukungan penuh selalu diberikan oleh PKI kepada Soekarno dikarenakan kesamaan pandangan
politik kiri. Namun Soekarno juga tidak bisa melepaskan peranan TNI
5
terutama AD. TNI adalah militer yang memiliki kekuasaan untuk mengamankan Negara. Maka Soekarno berusaha untuk tetap
menyeimbangkan politik terhadap TNI-PKI agar salah satu dari mereka tidak berperang secara terbuka. Karena jika salah satu dari mereka menjadi
“pemenang” maka kekuasaan Soekarno akan hancur. Jika TNI menang dan PKI kalah, maka pendukung dari kebijakan Soekarno akan habis diberangus.
Sebaliknya jika PKI menang dan TNI kalah, maka Soekarno akan kewalahan dengan ambisi PKI dengan revolusi nya untuk mencapai tatanan masyarakat
sosialis Negara Komunis dan tetap saja posisi Soekarno akan hilang. Permusuhan anatara PKI dan AD sudah dimulai sejak lama, peristiwa
pemberontakan PKI Madiun 1948 adalah salah satu contoh. PKI yang secara massif terus mendekati Presiden Soekarno dengan persamaan ideologinya
yaitu Sosialis. Manuver-manuver dilakukan oleh PKI demi kelancaran politknya. Penyusupan kedalam tubuh TNI dilakukan oleh Sjam
Kamaruzaman. Kemudian PKI juga membentuk sayap-sayap ormas seperti Lekra bidang kebudayaan, Partai Buruh Indonesia, SOBSI, Partai Sosialis,
PESINDO, BTI dan Lasykar Rakyat. Permusuhan ini meruncing ketika Perdana Menteri Cina Chou En Lai datang
ke Indonesia dan menyerahkan sumbangan senjata ke Indonesia. PKI menghendaki senjata tersebut diserahkan kepada buruh tani dan membentuk
Angkatan Kelima selain dari Angkatan Laut, Angkatan Udara, Angkatan Darat dan Angkatan Kepolisian. Namun, pihak tentara AD yang sudah faham
dengan strategi yang dilancarkan oleh PKI menolak dengan keras pembentukan Angkatan Kelima tersebut dengan alasan sulitnya jalur
koordinasi. Pembentukan Angkatan Kelima ini menurut PKI sangat diperlukan untuk
mempersejatai relawan-relawan yang akan dikirim untuk mengganjang Malaysia. Pada 17 Maret 1961 Soekarno mengumumkan konfrontasi dengan
Malaysia. Menurut Soekarno, Malaysia itu adalah proyek Nekolm dari Inggris.
6
Selain itu, faktor yang selanjutnya adalah ditemukannya dokumen Gilcrist oleh simpatisan PKI. Dokumen ini ditemukan ketika simpatisan PKI
membakar gedung keduataan Inggris dalam rangka demonstrasi. Menurut dokumen itu, tentara AD membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan
coup d’etat atas kekuasaan Soekarno pada hari ulang tahun ABRI tanggal 5 Oktober 1965. PKI dengan alibi ingin menyelamatkan Negara dari rencana
kudeta militer, maka PKI mendahului gerakan mereka dengan menculik tujuh perwira tinggi AD pada tanggal 30 September 1965.
Penculikan perwira AD oleh PKI menimbulkan instabilitas politik dan ekonomi di Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 1965 Mayjen Soeharto
diserahi tugas oleh Soekarno untuk mengambil alih komando tentara. Kekuasaan ini dilembagakan dengan pembentukan Kopkamtib Komando
Oprasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Tujuannya adalah untuk memulihkan keamanan dan ketertiban pasca penculikan perwira AD.
Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada Mayjen Soeharto yang disebut dengan SUPERSEMAR untuk
mengamankan jalannya pemerintahan dan untuk mengembalikan kestabilan politik. Namun dengan berbekal Surat Perintah yang berisi kewenangan
Soeharto melakukan tindakan apa saja demi kestabilan Negara, tindakan yang pertama Soeharto adalah membubarkan PKI. Pembubaran PKI berarti
pelemahan terhadap Soekarno, karena dukungan terbesar dari Soekarno adalah PKI.
Peristiwa G30S dan proses penanganannya yang dilakukan oleh TNI-AD telah terbangun persepsi dalam masyarakat bahwa terjadi dualisme
kepemimpinan yakni, Mayjen Soeharto yang pada waktu itu sebagai Panglima Kostrad yang mencanangkan tema melaksanakan Pancasila dan dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen seperti berada di atas angin karena momentum dan sepertinya mengambil alih dalam melakukan pembantaian
terhadap PKI, karena PKI yang dituduh merongrong Pancasila harus dilawan. Namun disisi lain Presiden Soekarno sebagai pemimpin negara yang
seharusnya diminta pendapat tidak dilibatkan.
7
Ditambah dengan munculnya sosok Soeharto sebagai penyelamat bangsa dari kehancuran oleh PKI. Rakyat larut dalam euforia kemenangan dari PKI dan
melupakan Presiden Soekarno. Dukungan muncul dari seluruh rakyat kepada Soeharto untuk membubarkan PKI dengan gerakan Tritura Tiga Tuntutan
Rakyat. Dari situlah kekuasaan Soekarno menurun dan rakyat lebih patuh kepada kekuasaan Soeharto. Selain itu, rakyat sudah muak dengan konsepsi-
konsepsi yang terus dikeluarkan oleh Soekarno seperti Nasakom, Manipol Usdek, Berdikari dan lainnya. Namun di sisi lain kemerosotan ekonomi yang
mengalami inflasi 600 menyengsarakan rakyat tanpa ada perbaikan dari pemerintah Soekarno.
Krisis ketatanegaraan dan pemerintahan yang terjadi pada tahun 1950-an memuncak dengan keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Presiden
Soekarno membubarkan Kabinet Djuanda dan membentuk Kabinet Kerja. Presiden Soekarno juga membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena
menolak anggaran belanja negara yang diajukan pemerintah. Bung Karno kemudian membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong DPRGR
tanggal 24 Juni 1960. Perbandingan keanggotaan DPRGR yang seluruh anggotanya dipilih Bung
Karno adalah nasionalis 94, Islam 67, dan komunis 81. Dengan demikian, PKI memperoleh banyak keuntungan dari kebijakan Bung Karno.
DPRGR dilantik Bung Karno tanggal 25 Juni 1960. Tugasnya adalah melaksanakan manipol, merealisasikan amanat penderitaan rakyat, dan
melaksanakan demokrasi terpimpin. Presiden Soekarno benar-benar menjadi inisiator dan operator politik tunggal demokrasi terpimpin. Garis
kebijakannya tentang demokrasi terpimpin tertuang dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita. Langkah
yang ditempuh adalah membentuk Front Nasional, menggabungkan lembaga tinggi dan tertinggi negara di bawah kendalinya, serta membentuk
Musyawarah Pembantu Pemimpin Revolusi MPPR. PKI berusaha keras berada di belakang pengaruh Bung Karno. PKI senantiasa
memainkan peranan sebagai golongan yang paling Pancasilais. Gagasan Bung
8
Karno tentang Nasakom jelas menguntungkan gerakan PKI. Bahkan, D.N. Aidit pada tahun 1964 berani berkata, ”bila kita telah mencapai taraf hidup
adil dan makmur dan telah sampai kepada sosialisme Indonesia, maka kita tidak lagi membutuhkan Pancasila.” Gerakan PKI ini dihadang golongan
Islam dan TNI AD. Bahkan, sejak pembentukan DPRGR kedua kelompok ini telah menentang secara keras. Namun, upaya itu mendapat rintangan karena
Bung Karno memang melindungi keberadaan PKI. Kondisi politik saat itu benar-benar panas karena PKI melakukan beberapa aksi dan kerusuhan.
Konflik antara PKI dan TNI AD pun tidak terhindarkan. Peristiwa G30S dan perkembangan sejarah selanjutnya harus dilihat dari
konteks keadaan politik Indonesia pada awal 1960-an. Suasana politik saat itu semakin tegang dalam tatanan kekuatan utama, yaitu Presiden Soekarno, TNI
AD, dan PKI. Pemerintah menjalankan politik Demokrasi terpimpin di bawah Pemimpin Besar Revolusi, Soekarno. Presiden Soekarno mempunyai
kekuasaan dan pengaruh yang luas. Demokrasi terpimpin yang dijalankan Soekarno bersifat revolusioner. Selain itu, Soekarno pun mengumandangkan
apa yang disebut sebagai Nasakom Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Banyak peneliti Barat yang mengatakan bahwa Soekarno adalah seorang
pemimpin yang diktator. Hal tersebut didukung dengan beberapa alasan, misalnya Soekarno yang memiliki peran politik dominan dan sering kali
mendapatkan pertentangan dari elite politik dan pihak pimpinan TNI-AD dalam memutuskan kebijakannya.
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang carut marut adalah kondisi kesehatan Soekarno yang
menurun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh dua kekuatan yang sudah lama berseberangan, yaitu PKI dan TNI-AD. Kedua pihak saling mencurigai
bahwa mereka sama-sama sudah mempersiapkan sebuah kudeta terhadap Soekarno yang sedang sakit.
Menilik ke belakang, bahwa PKI merupakan sebuah organisasi yang secara organisatoris telah mampu menentukan tujuan perjuangan, landasan, metode
mencari kawan dan mencapai tujuan, penetapan kawan yang dijadikan sekutu
9
dan lawan sebagai musuh yang semestinya dimusnahkan, maka PKI selalu melakukan hal-hal yang bersifat revolusioner. PKI pun secara jelas
menuliskan bahwa tujuan perjuangan selanjutnya adalah Revolusi Indonesia yang komunis.
Sejak mencetuskan penggunaan Metode Kombinasi Tiga Bentuk perjuangan MKTB, PKI berhasil keluar sebagai pemenang Pemilu 1955, terutama
setelah keluar Dekrit 5 Juli 1959, mereka semakin pesat. Strategi merangkul Soekarno dan mampu memanfaatkan kesempatan politik nasional untuk
mengimplementasikan program-program perjuangan partai, seperti Manipol dan UUPA. Presiden Soekarno saat menjalankan pemerintahan memerlukan
dukungan dari ABRI, namun kebijakan yang dikeluarkan Soekarno cenderung sejalan dengan PKI. Di sisi lain, Soekarno pun membutuhkan sekutu untuk
menghadapi TNI AD yang tidak serta merta mau tunduk dengan kebijakan Soekarno. Dalam kondisi seperti itulah, hubungan Soekarno, PKI, dan TNI
AD semakin memanas seiring timbulnya persaingan yang semakin kuat. PKI merupakan partai terbesar di dunia di luar negara komunis. Pada tahun
1964 PKI telah berubah menjadi kekuatan yang besar dan agresif dalam perpolitikan Indonesia. PKI mengusulkan kepada Bung Karno agar dibentuk
”Angkatan Kelima”. Yang dimaksud PKI adalah agar rakyat yang di bawah pengaruhnya dipersenjatai. Oleh karena itu, para gerilyawan PKI memperoleh
latihan kemiliteran di pangkalan udara Halim Perdanakusuma. Jumlah kader PKI yang ikut kursus dan latihan hingga bulan September adalah dua ribu
orang. Mendekati akhir bulan September 1965, ribuan tentara berkumpul di Jakarta. Orang menduga bahwa itu dilakukan untuk menyambut hari ABRI
tanggal 5 Oktober. Dengan kedudukan dan potensi itu, PKI mempersiapkan perebutan kekuasaan. Persiapan dilakukan secara matang dilakukan oleh Biro
Khusus yang dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Biro Khusus menyarankan kepada pimpinan PKI D.N. Aidit untuk
mengadakan perebutan kekuasaan pemberontakan. Hal ini diputuskan dalam rapat pimpinan biro tersebut pada bulan Agustus 1965. Keputusan itu
ditindaklanjuti dengan rapat rahasia secara maraton.Setelah melalui
10
serangkaian rapat, PKI kemudian mengambil keputusan akhir. Keputusannya adalah komandan gerakan dijabat Letkol Untung Komandan Batalion I
Resimen Cakrabirawa. Resimen ini sehari-hari bertugas mengawal presiden.
B. Kronologi Kejatuhan Orde Lama