BAB III PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN
A.Prinsip dasar Kepemimpinan Merupakan salah satu faham kepemimpinan yang berpandangan bahwa
hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin dilukiskan sebagai hubungan antara orang tua dengan anak. Faham ini didasarkan pada satu
konsep pemikiran dasar agar dalam kehidupan satu organisasi bawahan selalu menunjukkan sikap loyal, hormat dan setia kepada pemimpin.
Sebaliknya seorang pemimpin tampil menjadi panutan didalam pola pikir, sikap dan perilakunya selalu memberikan bimbingan, petunjuk dan tidak
semena-mena kepada bawahan. Analog seperti suasana interaksi antara orang tua dan anaknya dalam satu keluarga rumah tangga.
Dalam berbagai kesempatan seringkali ditemukan bahwa faham kepemimpinan yang dilukiskan sebagai hubungan antara orang tua dengan
anak telah mengalami pergeseran makna, antara lain dapat dilihat kejadian- kejadian nyata dalam masyarakat atau organisasi :
1. Pemimpin mempunyai peranan sentral yang harus dihormati, dipatuhi. Pemimpin adalah segala-galanya.
2. Pemusatan kekuasaan pada seorang pemimpin menyebabkan munculnya perilaku :
a Otoriter : Pemusatan kekuasaan disatu tangan yaitu pemimpin. Akibat
lebih jauh adalah pemimpin dapat berbuat sekehendaknya.
b Arogan : Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling kuasa,
paling menentukan.
3. Sikap Lone Ranger, pemimpin menganggap paling benar, tidak perlu
bantuan dan kerjasama dengan orang lain.
4. Sifat Dinosaurus, pemimpin menganggap paling hebat, dan selalu
berorientasi pada sikap : a Suka menakut-nakuti, mengancam dan menggertak.
17
b Suka berkelahi, marah-marah. c Tidak bertanggung jawab.
d Melarikan diri dari persoalan. e Mendahulukan kepentingan sanak saudara, keluarga dan kerabat.
f Persekutuan atau kerjasama dalam berbagai kepentingan untuk mencari keuntungan pribadi
5. Sikap apa yang dikatakan oleh pemimpin selalu dianggap benar, mendukung tanpa reserve.
6. Sikap yang menonjolkan hal-hal yang seremonial, formalitas, dan dalih yang berlindung pada hal-hal yang konstitusional, bahkan muncul hal-hal
yang penuh rekayasa. 7. Terkesan ada sikap feodalisme, seakan-akan ada hubungan hirarkis
yang tajam antara pemimpin dengan bawahan . Adalah tidak jujur, apabila seorang pemimpin dalam mempelajari
kepemimpinan semata-mata bersumber pada paradigma kepemimpinan hasil pengkajian dan pengembangan oleh pakar dari dunia barat, tanpa
mengabaikan dan memperhatikan nilai-nilai kepemimpinan bangsa yang justru digali dan berakar pada nilai-nilai moral, spiritual, etika, budaya, sosial
dan semangat yang diwariskan oleh nenek moyang. Paradigma, sebagai cara melihat, memandang, memberikan makna serta
bereaksi terhadap satu fenomena kehidupan secara implisit telah tertanam di dalam jiwa Bangsa Indonesia. Bertitik tolak pada pengertian dan makna pola
pikir yang telah disebutkan di atas, paradigma kepemimpinan sesungguhnya bertumpu pada ciri-ciri modern, serta azas integralistik, kekeluargaan,
persatuan dan kesatuan, azas selaras, serasi dan seimbang. Dalam ajaran kepemimpinan yang lain, terdapat pula yang disebut TRILOGI
KEPEMIMPINAN yaitu : “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Ketiganya merupakan ciri-ciri spesifik
kepemimpinan di Indonesia yang membedakan secara khusus dengan ciri- ciri kepemimpinan di negara dan bangsa manapun. Masing-masing
18
mengandung makna simbolis sebagai produk kebesaran jiwa nenek moyang para pendahulu.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha Arti kata Ing adalah di, Ngarsa berarti depan, Sung dari kata asung yang