Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014

(1)

KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK DI DESA TIGABOLON KECAMATAN

SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

MELLA RORIA SUKANI RITONGA 111021096

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MELLA RORIA SUKANI RITONGA 111021096

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi dan balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Tingkat kepatuhan ibu yang masih kurang tentang pemberian imunisasi dasar berpengaruh pada dukungan keluarga untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon tahun 2013.

Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi ibu yang patuh sebanyak 34 orang (65,4%) dan tidak patuh sebanyak 18 orang (34,6%). Hasil uji statistik menunjukkan variabel dukungan keluarga informasional, penilaian, instrumental, dan emosional berpengaruh terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon kecamatan Sidamanik tahun 2013.

Agar petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanannya dalam bentuk pelayanan di posyandu memberikan informasi tentang kesehatan bayi dan balita setiap kunjungan posyandu, khususnya pemberian ulangan imunisasi seperti: Hepatitis B, Polio, DPT sehingga ibu mengerti bahwa imunisasi sangat penting untuk kesehatan anaknya demi meningkatkan kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di Desa Tigabolon Tahun 2013.


(5)

Family responsibilities mainly mothers immunization of infants and toddlers are very play an important role so that the benefits be gained against the success of immunization and child health improvement. The compliance level of the mother who is still lacking about the granting of basic immunization effect on family support to bring her baby to the health facilities in order to get the immunization. This research aims to know the relationship between family support to basic immunisations capital carry out compliance in children in the village of Tigabolon by 2013.

Data analysis using chi square test. The results showed the frequency of mothers who dutifully as much as 34 people (65,4%) and as many as 18 people wayward (34,6%). Results of statistical tests show variable evaluating informasional family support, assessment, instrumental, and emotional effect on maternal immunization exercise basic compliance in children in the village of Tigabolon sub-district of Sidamanik by 2013.

So health workers can improve his Ministry in the form of service at posyandu provides information about the health of infants and toddlers each visit posyandu, specifically the granting of Deuteronomy: Hepatitis B immunization, poliomyelitis, DPT immunization so that mothers understand that are crucial for the health of his son in order to improve compliance with the mother performing the basic immunization in children in the village of Tigabolon by 2014.


(6)

I . Identitas

Nama : Mella Roria Sukani Ritonga

NIM : 111021096

Tempat/Tanggal Lahir : Sipinggan, 19 September 1988

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : Kelima dari Lima Bersaudara Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : M. Ritonga

Nama Ibu : T. Dabukke

Alamat Rumah : Sipinggan No. 40 Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994-2000 : SD HKI Pulo Siborna

2. Tahun 2000-2003 : SLTP YPI Dharmabudi Sarimatondang 3. Tahun 2003-2006 : SLTA Kartika Jaya 1-4 Pematang Siantar 4. Tahun 2007-2010 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

5. Tahun 2011-2014 : Mengikuti Pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara


(7)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014“.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan support yang tiada terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan support yang tiada terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

tersusunlah skripsi ini

6. Seluruh Staf Dosen PKIP yang telah memberikan bimbingan selama mengerjakan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen FKM USU dan Staf Administrasi yang terlah memberikan bimbingan dan masukan selama mengerjakan skripsi ini.

8. dr. Diklanto Silaen selaku Kepala Puskesmas Sarimatondang Sidamanik, beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

9. Ayahanda M. Ritonga dan Ibunda T. Dabukke yang tercinta serta kakak dan Abang tersayang: Rosmaida Rahayu Ritonga, Rosdiana Ronauli Ritonga, Ondo Ritonga dan Jisman Ritonga yang telah mendoakan dan memberikan dorongan semangat kepada penulis.

10. Teman- teman mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan teman-teman mahasiswa peminatan PKIP: kak Helmida, kak Dermawanti, kak Yenni, dan Eka Jaya yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan upaya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam materi, makna maupun tata cara penulisan, Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.


(9)

kasihNya kepada kita semua dan semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, April 2014 Penulis


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Konsep Keluarga ... 9

2.1.1. Pengertian Keluarga ... 9

2.1.2. Tipe Keluarga ... 9

2.1.3. Struktur Keluarga ... 10

2.1.4. Fungsi Keluarga ... 11

2.1.5. Peran Keluarga ... 11

2.2. Konsep Dukungan Keluarga ... 12

2.2.1. Defenisi Dukungan Keluarga ... 12

2.2.2. Komponen Dukungan Keluarga ... 14

2.2.3. Sumber Dukungan Keluarga ... 15

2.2.4. Manfaat Dukungan Keluarga ... 15

2.2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga 16 2.3. Kepatuhan Ibu ... 16

2.3.1. Defenisi Kepatuhan ... 16

2.3.2. Manfaat Kepatuhan ... 19

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 20

2.4. Imunisasi ... 22

2.4.1. Pengertian Imunisasi ... 22

2.4.2. Tujuan Imunisasi ... 23

2.4.3. Manfaat Imunisasi ... 24

2.4.4. Macam-macam Imunisasi ... 24

2.4.5. Sasaran Imunisasi ... 26

2.4.6. Jenis-jenis Imunisasi Dasar ... 26


(11)

2.7. Kerangka Konsep ... 35

2.8. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data Primer ... 38

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Instrumen Penelitian... 38

3.6. Defenisi Operasional ... 38

3.7. Aspek Pengukuran ... 39

3.8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 42

3.8.1. Teknik Pengolahan Data ... 42

3.8.2. Analisa Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.1.1. Letak Geografis ... 44

4.1.2. Demografis ... 44

4.2. Karakteristik Responden ... 44

4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden ... 44

4.3. Hubungan Dukungan Informasional Terhadap Kepatuhan Ibu .. 56

4.4. Hubungan Dukungan Penilaian Terhadap Kepatuhan Ibu ... 57

4.5. Hubungan Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan Ibu .... 58

4.6. Hubungan Dukungan Emosional Terhadap Kepatuhan Pasien .. 59

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1. Hubungan Antara Dukungan Informasional Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 60

5.2. Hubungan Antara Dukungan Penilaian Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 61

5.3. Hubungan Antara Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 64


(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 67 6.1. Kesimpulan ... 67 6.2. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(13)

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik

di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Informasional Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Kategori Berdasarkan Variabel Dukungan

Informasional Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Penilaian Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Variabel Dukungan

Penilaian Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dukungan

Instrumental Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Dukungan

Instrumental Terhadap Kepatuhan Ibu

di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Dukungan

Emosional Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Dukungan

Emosional Terhadap Kepatuhan Ibu di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Kepatuhan

Ibu Melaksanakan Imunisasi dasar di Desa Tigabolon

Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori berdasarkan Pernyataan

Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar di Desa Tigabolon Tahun 2014 ... 54


(14)

Tabel 4.13 Hubungan Dukungan Penilaian Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi dasar di Tigabolon

Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.14 Hubungan Dukungan Instrumental Terhadap Kepatuhan Ibu

Melaksanakan Imunisasi Dasar di Tigabolon

Tahun 2014 ... 56 Tabel 4.15 Hubungan Dukungan Emosional Terhadap Kepatuhan

Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar di Desa Tigabolon


(15)

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi dan balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Tingkat kepatuhan ibu yang masih kurang tentang pemberian imunisasi dasar berpengaruh pada dukungan keluarga untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon tahun 2013.

Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi ibu yang patuh sebanyak 34 orang (65,4%) dan tidak patuh sebanyak 18 orang (34,6%). Hasil uji statistik menunjukkan variabel dukungan keluarga informasional, penilaian, instrumental, dan emosional berpengaruh terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon kecamatan Sidamanik tahun 2013.

Agar petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanannya dalam bentuk pelayanan di posyandu memberikan informasi tentang kesehatan bayi dan balita setiap kunjungan posyandu, khususnya pemberian ulangan imunisasi seperti: Hepatitis B, Polio, DPT sehingga ibu mengerti bahwa imunisasi sangat penting untuk kesehatan anaknya demi meningkatkan kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di Desa Tigabolon Tahun 2013.


(16)

Family responsibilities mainly mothers immunization of infants and toddlers are very play an important role so that the benefits be gained against the success of immunization and child health improvement. The compliance level of the mother who is still lacking about the granting of basic immunization effect on family support to bring her baby to the health facilities in order to get the immunization. This research aims to know the relationship between family support to basic immunisations capital carry out compliance in children in the village of Tigabolon by 2013.

Data analysis using chi square test. The results showed the frequency of mothers who dutifully as much as 34 people (65,4%) and as many as 18 people wayward (34,6%). Results of statistical tests show variable evaluating informasional family support, assessment, instrumental, and emotional effect on maternal immunization exercise basic compliance in children in the village of Tigabolon sub-district of Sidamanik by 2013.

So health workers can improve his Ministry in the form of service at posyandu provides information about the health of infants and toddlers each visit posyandu, specifically the granting of Deuteronomy: Hepatitis B immunization, poliomyelitis, DPT immunization so that mothers understand that are crucial for the health of his son in order to improve compliance with the mother performing the basic immunization in children in the village of Tigabolon by 2014.


(17)

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetus WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati delapan tujuan Mille nium Development Goals (MDGs), yang pencapaiannya dicanangkan paling lambat pada tahun 2015, salah satu dari program MDGs adalah untuk menurunkan angka kematian bayi/anak (Maryunani, 2009).

Ketika melihat pada angka kematian anak, biasanya merujuk pada anak di bawah usia lima tahun (balita), merupakan pembedaan yang bermanfaat, seperti proporsi anak yang meninggal, baik ketika masih bayi ataupun sebelum mencapai usia lima tahun. Jelas bahwa pencapaian kemajuan karena proporsi balita yang meninggal kurang dari separuh angka tahun 1990. Pada 2007, angkanya sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan pengurangan angka tahun 1990 menjadi dua pertiganya. Artinya, harus menurunkannya dari 97 kematian menjadi 32 kematian.

Dampak negatif untuk anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah anak tersebut dapat berisiko terjangkit atau terserang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC, Difteri, Polio dan juga Campak. Jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia, dimana Indonesia masih


(18)

menduduki peringkat ke-3 dunia setelah India dan China. Target cakupan imunisasi program UCI (Universal Child Immunization) untuk BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis B harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten bahkan di setiap desa (Hariyono Suyitno, 2005).

Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di antara negara ASEAN sekitar 75 persen kematian bayi di bawah umur 1 tahun karena infeksi saluran napas akut (ISPA), komplikasi perinatal (bayi umur 0-28 hari), dan diare. Karena itu, upaya mengatasi ketiga penyebab utama kesakitan dan kematian itu harus diutamakan. Banyak penyakit terkait ISPA bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, pertusis, Hib, dan pneumokokus. Imunisasi hepatitis B pada bayi juga bisa mencegah kanker hati kelak pada usia produktif. Karena 90 persen bayi yang dilahirkan ibu dengan infeksi hepatitis B akan terinfeksi virus itu, 95 persen di antaranya berkembang menjadi kronik dan kanker hati (Maryunani, 2009).

Imunisasi seharusnya diketahui oleh setiap keluarga dan masyarakat, kira – kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1 anak akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan kesehatan untuk vaksinasi telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua bayi dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap (Surinah, 2008).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekarang adalah 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per hari. Dalam Millenium Depelopment


(19)

Goals (MDGs), di Indonesia menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran (Maryunani, 2009).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti body untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti body yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Ismoedjanto, 2003).

Imunisasi bukan hanya program kesehatan di Indonesia tapi juga program dunia (WHO). Menurut data WHO sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran keanak sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85-95% bayi dinegara – negara maju tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan, sosial ekonomi dan lain-lain (Samik Wahab 2012).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, cakupan Universal Child Immunization (UCI) tahun 2010 adalah 75,3 persen. Tahun 2011, pencapaian UCI turun menjadi 74,1 persen. UCI ialah cakupan imunisasi lengkap pada bayi (0-11 bulan) minimal 80 persen. Indonesia menargetkan semua desa dan kelurahan


(20)

mencapai UCI 100 persen tahun 2014. Program imunisasi dasar itu mencakup BCG, hepatitis B, DPT-HB, polio, dan campak. Untuk tahun lalu 2012, 25,9 persen bayi tidak terimunisasi lengkap. Padahal tiap tahun 4,5 juta - 5 juta bayi lahir di Indonesia (Kompas.com).

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), program pengembangan imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan program imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajiban oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan, imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B imunisasi yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik. Jenis imunisasi wajib terdiri dari; imunisasi BCG (Bacille Calmette guerin), Hepatitis B, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), Polio, dan Campak (Ismoedijanto, 2003).

Pada tahun 2012 cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia mencapai 86,8%. Angka ini sudah melampaui target nasional yaitu 85%. Namun angka ini belum dinyatakan baik , sebab masih banyak jutaan anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Sekitar 14% atau 3,9 juta balita yang belum di imunisasi jumlah ini tentunya masih sangat banyak bahkan ada daerah yang pencapaian tingkat imunisasi hanya 60% - 70% (Kompas.com).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara menyebutkan sepanjang tahun 2012 dari perkiraan jumlah bayi yang dilahirkan sebanyak 299.299, yang dimunisasi hanya 231.767 bayi atau 77,5 persen. Cakupan


(21)

imunisasi sebesar 77,5 persen ini masih rendah bila dibandingkan standard Kemenkes RI yakni 80 persen (Kompas.com)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun yang mempunyai 31 kecamatan memperoleh keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Simalungun tahun 2008 sebesar 99,46%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (92,00%), namun masih berada dibawah Indikator Standart Pelayanan Minimal (SPM) 2010 (100%).

Kecamatan Sidamanik mempunyai 13 desa pencapaian imunisasi 98%, dan diantara desa tersebut yang paling rendah pencapaian imunisasi adalah desa Tigabolon hanya mencapai 62% yaitu 56 anak yang melakukan imunisasi dari 105 anak pada tahun 2013. Sedangkan di desa Ambarisan yang merupakan bagian dari desa kecamatan Sidamanik sudah mencapai target imunisasi sampai 100%.

Menurut Sri Enda Sitepu (2011) dalam penelitiannya di desa Selotong menuliskan adanya dukungan keluarga (suami, orang tua, mertua maupun saudara lainnya) dalam bentuk memberikan pujian kepada ibu karena menyarankan bayi untuk diimunisasi yaitu dari 58 ibu yang mempunyai bayi hanya 16 ibu yang mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan imunisasi pada bayi dan balitanya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu bayi dan larangan dari keluarga untuk mencegah penyakit membawa bayinya untuk diimunisasi. Maka


(22)

dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi, sehingga pencapaian imunisasi tidak mencapai target yang diharapkan.

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi dan balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, oleh sebab itu suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut (Ali, 2002).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti dari desa Tigabolon yang di targetkan untuk imunisasi dasar pada anak dari jumlah sasaran 105 bayi hasil yang didapatkan sebanyak 56 bayi yang telah mendapatkan imunisasi dari data tersebut di atas dapat diketahui jumlah sasaran bayi yang mendapatkan imunisasi dasar pada anak belum memenuhi target sebesar 100% yang sesuai dengan Standart Pelayanan Minimal (SPM).

Menurut informasi dari petugas kesehatan di desa Tigabolon mengatakan bahwa petugas kesehatan sudah pernah melakukan penyuluhan tentang imunisasi dasar kepada para ibu yang mempunyai bayi dan balita di desa Tigabolon namun kenyataannya cakupan imunisasi masih rendah di desa Tigabolon. Dengan demikian petugas kesehatan akan segera melakukan door to door ke setiap rumah yang mempunyai bayi dan balita agar segera mendapatkan imunisasi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari 8 ibu yang mempunyai anak 9-24 bulan di desa Tigabolon menyatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan ibu yang memiliki bayi atau balita tidak mengimunisasikan bayi atau balitanya. Hal ini terkait dengan masih banyaknya larangan dari keluarga terutama larangan dari suami


(23)

karena anaknya masih terlalu kecil untuk diimunisasi, dengan informasi yang didapatkan peneliti bahwa ibu tidak patuh karena dukungan keluarga sangat penting dalam melaksanakan imunisasi pada bayi dan balitanya hal ini dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi.

Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tiga bolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa imunisasi merupakan hal yang penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita, untuk itu peneliti melakukan penelitian Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun tahun 2014.


(24)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan informasional terhadap kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon tahun 2014.

b. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan penilaian terhadap kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon tahun 2014

c. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan instrumental terhadap kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon tahun 2014.

d. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan emosional terhadap kepatuhan ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon.

1.4 Manfaat

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Sidamanik dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. b. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun agar meningkatkan pelayanan kesehatan posyandu di wilayah kerjanya.

c. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

d. Sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam suatu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut perannya masing-masing serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan satu atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

2.1.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga dapat dikelompokkan menjadi enam bagian yaitu :

a. Keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran maupun adopsi.

b. Keluarga Besar (extended family) terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga yang lain (hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis.

c. Keluarga berantai (social family) keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali.


(26)

d. Keluarga asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.

e. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

f. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan menurut ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan sedangkan, keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan (Sudiharto, 2007).

2.1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga ada bermacam-macam, diantaranya adalah :

1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

4. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

5. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi, 2006).


(27)

2.1.4 Fungsi keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial yang berbeda. Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar, yaitu :

a. Fungsi Afektif

Merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi

Merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi

Merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.1.5 Peran Keluarga

Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peran Ayah : sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.


(28)

2. Peran Ibu : sebagi istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak : anak-anaknya melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. (Effendi, 1998).

2.2Konsep Dukungan Keluarga 2.2.1 Defenisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2008). Anggota keluarga sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya karena hal ini akan membuat individu tersebut merasa dihargai dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998).

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam


(29)

melaksanakan kegiatan. Menurut Santono (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.

Bailon dan Maglaya dalam Setiadi (2008) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan (Friedman, 1998).

Sudiharto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut Bugges dalam Friedman (1998) keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga suami isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.


(30)

2.2.2. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.


(31)

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi : 1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif

yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda di sekitarnya. 3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang

besar terhadap pendidikan anak-anak nya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

4. Fungsi sosialisasi bagi anak nya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.

6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.

7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,


(32)

diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.

9. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarga nya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhan nya. Sedangkan asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

2.2.3 Komponen Dukungan Keluarga

Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu

a. Dukungan informasional keluarga adalah sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.


(33)

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi,

b. Dukungan penilaian keluarga bertindak adalah sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan bayi dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya bayi dari berbagai penyakit

d. Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Akhmadi, 2009). 2.2.4 Sumber Dukungan Keluarga

Ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artificial. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).


(34)

2.2.5 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Akhmadi, 2009)

Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Akhmadi, 2009).

2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi


(35)

tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah (Akhmadi, 2009).

2.3 Kepatuhan Ibu 2.3.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain. Kepatuhan adalah perilaku positif pasien dalam mencapai tujuan kesehatan.bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenal kesehatanya (Taylor, 1991).

Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas.

Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi. Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat


(36)

sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan.

Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri.

Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidak pahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi.

Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia ditinggalkan


(37)

petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut. Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri.

2.3.2 Manfaat Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkah pasien melaksanakan cara pencegahan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas yang lain. Kepatuhan sulit diukur karena tergantung pada banyak faktor, diantaranya para ibu yang sering tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan imunisasi pada bayinya yang dianjurkan dokter dan petugas yang lain, untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan ibu agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melaksanakan imunisasi pada bayinya.

Taylor (1991) mengatakan ketidakpatuhan sebagai suatu masalah medis yang berat secara umum ketidak patuhan meningkatkan resiko berkembangnya masalah kesehatan karena akan memperpanjang dan memeperburuk kesakitan. Setiap orang dapat menjadi tidak patuh kalau situasinya memungkinkan untuk itu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa ibu yang tidak patuh dalam melaksanakan imunisasi pada bayinya, bahwa ibu yang tidak patuh dipandang sebagai orang yang


(38)

benar-benar tidak patuh terhadap kesehatan bayinya, sedangkan yang patuh adalah orang yang benar-benar bertanggung jawab terhadap kesehatan bayinya

Imunisasi sebagai pencegahan penyakit yang diberikan kepada bayi dan balita, menurut aturannya harus diberikan sesuai umur dan jenis imunisasi yang sedang dibutuhkan oleh bayi dan balita. Namun karena berbagai alasan misalnya pengetahua dan sikap ibu dalam melaksanakan imunisasi pada anaknya sering terjadi ketidakpatuhan sehingga pemberian imunisasi pada anaknya tersebut tercapai.

2.3.3 Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j. (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai


(39)

suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan imunisasi pada bayi dan balitanya (Azwar, 2007).

2. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan imunisasi pada bayi dan balitanya (Notoatmodjo, 2007).

3. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006). Ibu yang mempunyai bayi dan balita sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan:

a. Menjelaskan pada ibu fungsi imunisasi pada bayi serta menjelaskan apa dampak pada bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi

b. Mengingatkan jadwal imunisasi.

c. Memberikan motivasi pada ibu untuk melakukan imunisasi pada bayinya. Motivasi ibu dalam pelaksanaan imunisasi pada bayi dan balitanya akan semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga. karena keluarga merupakan orang yang terdekat yang dapat memberika motivasi pada proses imunisasi.


(40)

4. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya ibu yang mempunyai bayi dan balita yang bekerja dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua kebutuhan hidupnya sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.

5. Perilaku sehat.

Perilaku sehat dapat di pengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri terhadap perilaku yang baru tersebut.

6. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program imunisasi. Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan imunisasi, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada ibu dan bayinya, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada pada ibu sehingga tidak melaksanakan imunisasi pada bayi dan balitanya.


(41)

2.4 Imunisasi

2.4.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di imunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan polio (Muslihatun, 2010).

2.4.2 Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian.

Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :

1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia

2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.


(42)

3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

4. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.

5. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

6. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentudari dunia seperti pada imunisasi campak 7. Mencegah terjadinya penyakit tetentu pada seseorang, dan menghilangkan

penyakit pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Maryunani, 2010). 2 .4.3 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat, dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Di dunia selama tiga dekada United Nations Chilldrenw Funds


(43)

(UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Difteri, campak, pertusis, polio, tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1:9 sampai 1:4 ( Yeyeh Rukiyah, 2010). 2.4.4 Macam-macam Imunisasi

Imunitas atau kekebalan, dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja.

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contonya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung :

- Kuman-kuman mati (misalnya : vaksin cholera – typhoid / typhus abdomi nalis – paratyphus ABC, vaksin vertusis batuk rejan).

- Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya : vaksin BCG terhadap tuberkulosis). - Virus-virus hidup diperlemah (misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis)

- Toxoid (= toksin = racun dari pada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).

Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per-oral melalui mulut maka pada pemberin vaksin tersebut tubuh akan membuat zat-zat anti terhadap penyakit yang bersangkutan, oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat


(44)

diukur dengan pemeriksaan darah, dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi. Untuk itu dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain : Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa poli sakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteriyang dimatikan.

a. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.

b. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.

c. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk imunogenitas antigen.

2. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, 2008).

2.4.5 Sasaran Imunisasi

Program imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk mencegah angka kematian pada bayi, anak dibawah tiga tahun, bawah lima tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup : Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan).


(45)

2.4.6 Jenis - jenis Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.

1. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin) a. pengertian

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga anti bodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

c. Usia pemberian imunisasi

Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan. Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering datang kerumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.


(46)

d. Cara pemberian imunisasi

Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada paha.

e. Tanda keberhasilan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah.

f. Efek samping Imunisasi

Umumnya tidak ada namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). dan biasanya akan sembuh sendiri.

g. Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat / menahun.


(47)

2. Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus) a. Pengertian

Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini:

- Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.

- Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas.

- Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci / terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.

b. Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT. c. Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (I.M atau i.m). d. Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan,


(48)

yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.

e. Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam / sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.

3. Imunisasi Polio a. Pengertian

- Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.

- Imunisasi Polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. (Kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan).

b. Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.


(49)

c. Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

d. Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi polio melalui oral / mulut (Oral Poliomyelitis vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV).

e. Efek Samping Imunuisasi

Hampir tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot dan kasusnya biasanya jarang terjadi.

f. Kontra – indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio.

4. Imunisasi Campak a. Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan. Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari


(50)

ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit campak mudah menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi.

b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. c. Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

d. Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan (s.c) e. Efek Samping Imunisasi

Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi, mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.

f. Kontra Indikasi Imunisasi

Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak : - Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.


(51)

- Dengan penyakit gangguan kekebalan. - Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan. - Dengan kekurangan gizi berat.

- Dengan penyakit keganasan.

- Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).

5. Imunisasi Hepatitis B a. Pengertian

- Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.

- Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

b. Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali. c. Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.


(52)

d. Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler (I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan, lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

e. Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

f. Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun bila kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun diatas 500 tahan selama 5 tahun diatas 200 tahan selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya 100 maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angka nol bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

h. Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi umumnya, setelah 3 kali suntikan lebih dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup (Maryunani, 2010).

2.4.7 Jadwal pemberian imunisasi - BCG

Imunisasi BCG ini diberikan sejak lahir. Apabila usia >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.


(53)

- Hepatitis B

Imunisais hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3 sampai 6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu.

- Polio

Imunisasi polio-0 diberikan pada saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir dirumah bersalin atau rumah sakit Oral Polio Vaccine (OPV) diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kebayi lain).

- DPT

Imunisasi diberikan pada usia lebih ≥ 6 minggu, secara terpisah atau secara kombinasi dengan hepatitis B.

- Campak

Imunisasi campak -1 diberikan pada usia 9 bulan (Proverawati & Andhini, 2010). 2.5Landasan Teori

Salah satu kunci keberhasilan imunisasi dasar pada anak adalah adanya dukungan dari keluarga yakni Suami, Mertua, dan Anak. dukungan ini berupa pemberian informasi kepada ibu tentang imunisasi dasar pada anak, menemani ibu saat pergi ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi pada anaknya serta membantu ibu merawat bayi selama ibu bekerja.

Caplan (1976) dalam friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki fungsi yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.


(54)

Dukungan Keluarga

 Informasional

 Penilaian

 Instrumental

 Emosional

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian - uraian dan juga teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependent

2.8 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak.

Kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak


(55)

METODE PENELITIAN 3 .1 Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2013 sampai bulan Februari Tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 9-24 bulan yang berada di desa Tigabolon tahun 2013 sebanyak 105 orang sejak bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014 .

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 9-24 bulan di desa Tigabolon. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow (1997) sebagai berikut:


(56)

Keterangan :

N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) z : Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

p : Proporsi (ditentukan = 0,5 maka besar sampel:

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dari 105 ibu yang memiliki anak usia 9-24 bulan maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 52 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur anggota sampel dan teknik sampling yang digunakan bila anggota sampling mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata proporsional (Sugiono, 1999)

Untuk mempermudah penelitian maka besar sampel yang diperoleh dari setiap lingkungan di desa Tigabolon yaitu:


(57)

1. Tigabolon Pane 2. Tigabolon Pekan 3. Simodong

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan yaitu dukungan keluarga dan kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak 9-24 bulan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung dalam penelitian berupa data umum dokumentasi/literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun.

3.5 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung pada ibu yang mempunyai anak umur 9-24 bulan dengan menggunakan kuesioner kepada ibu di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik.

3.6 Definisi Operasional

1. Dukungan informasional adalah anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara) dapat memberikan berbagai informasi kepada ibu tentang


(58)

pentingnya imunisasi dasar bagi kesehatan anaknya sehingga ibu dapat patuh melaksanakan imunisasi dasar pada anaknya.

2. Dukungan penilaian adalah anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara) menyediakan waktu untuk mendampingi ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar pada anaknya

3. Dukungan instrumental adalah anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara) menyediakan persediaan obat dirumah untuk mengantisipasi apabila anak demam setelah mendapatkan imunisasi.

4. Dukungan emosional adalah anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara) selalu mengingatkan ibu untuk membawa anaknya imunisasi sesuai jadwal imunisasi yang dibutuhkan.

5. Kepatuhan ibu adalah perilaku positif ibu dalam mencapai tujuan imunisasi dasar pada anaknya, yaitu ibu selalu membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal imunisasi yang dibutuhkan oleh anaknya.

6. Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. 3.7 Aspek Pengukuran

Metode pengukuran menggunakan kuesioner sebagai instrument untuk memperoleh data-data mengenai hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Dalam penilaian pernyataan jawaban


(59)

soal dilakukan dengan skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, yang diberi bobot :

1. Ya = Skor 1 2. Tidak = Skor 0

Pertanyaan dalam penelitian ini terdiri dari 30 pernyataan yaitu 20 pernyataan untuk dukungan keluarga, berdasarkan dukungan keluarga informasional terdiri dari 5 pertanyaan, dukungan penilaian terdiri dari 5 pertanyaan, dukungan instrumental terdiri dari 5 pertanyaan, dan dukungan emosional terdiri dari 5 pertanyaan dan 10 pertanyaan untuk mengetahui kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar.

a. Kategori baik adalah apabila responden menjawab pertanyaan dengan Ya. Jumlah skor nilai yang diperoleh ≥ 76%- 100% dari total skor.

b. Kategori cukup adalah apabila responden menjawab pertanyaan dengan Ya. Jumlah skor nilai yang diperoleh 56% - 75% dari total skor.

c. Kategori kurang adalah apabila responden menjawab pertanyaan dengan Ya. Jumlah skor nilai yang diperoleh < 56% dari total skor. (Arikunto, 2010). Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memberi skor pada tiap butir pernyataan b. Menjumlahkan skor dari pernyataan c. Memberi penilaian pada tiap kategori


(60)

A. Dukungan Informasional

Jumlah pernyataan sebanyak 5 dimana jawaban memiliki nilai total tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 0. Dukungan informasional dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertingginya adalah 2 dengan kriteria jawaban :

Jawaban ya, skornya : 1 Jawaban tidak skornya : 0 B. Dukungan Penilaian

Jumlah pernyataan sebanyak 5 dimana jawaban memiliki nilai total tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 0. Dukungan penilaian dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertingginya adalah 2 dengan kriteria jawaban :

Jawaban ya, skornya : 1 Jawaban tidak skornya : 0 C. Dukungan Instrumental

Jumlah pernyataan sebanyak 5 dimana jawaban memiliki nilai total tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 0. Dukungan instrumental dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertingginya adalah 2 dengan kriteria jawaban :

Jawaban ya, skornya : 1 Jawaban tidak skornya : 0


(61)

D. Dukungan Emosional

Jumlah pernyataan sebanyak 5 dimana jawaban memiliki nilai total tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 0. Sikap positi petugas dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertingginya adalah 2 dengan kriteria jawaban :

Jawaban ya, skornya : 1 Jawaban tidak skornya : 0 E. Kepatuhan Ibu

Jumlah pernyataan sebanyak 10 dimana nilai total tertinggi adalah 10 dan terendah adalah 0. Kepatuhan ibu dapat diukur dengan menggunakan skala Guttman karena peneliti menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, yang diberi bobot :

Ya : Skor 1

Tidak : Skor 0

Selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu : a. Patuh jika kesepuluh pernyataan dijawab “Ya”

b. Tidak patuh jika salah satu dari pernyataan dijawab “Tidak” 3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Menurut Setiadi (2007), pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:


(62)

a. Editing

Editing dilakukan untuk menilai kesesuaian hasil penelitian yang direncanakan dan kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, kejelasan pengisian dan observasi yang ditelah dilakukan.

b. Coding

Hasil penelitian yang telah diisi oleh peneliti diberi kode, membuat konversi jawaban ke dalam angka-angka sehingga memungkinkan dapat diolah dengan komputer

c. Entry data

Suatu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program komputer.

d. Cleaning data

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dibersihkan agar seluruh data yang sudah diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis data.

3.8.2. Analisa data

Analisis keeratan hubungan antara dua variabel menggunakan uji chi square dengan melihat nilai sig < 0,05.


(63)

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Desa Tigabolon merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sidamanik yang memiliki luas wilayah 60 Ha. Secara geografis, Desa Tigabolon berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bahal Gajah b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sarimatondang c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Panei Tongah d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Siborna 4.1.2. Demografis

Jumlah penduduk Desa Tigabolon pada Tahun 2013 tercatat mencapai 3.147 jiwa (608 Kepala Keluarga). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 1.503 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 1.644 jiwa serta jumlah bayi dan balita yaitu 248 jiwa.

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak usia 9 – 24 bulan di desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun yang berjumlah 52 orang. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:


(64)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Responden di Desa Tigabolon

No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1 Umur Responden

<30 tahun 27 51,9

>30 tahun 25 48,1

Jumlah 52 100,0

2 Pendidikan Responden

SD 6 11,5

SMP 11 21,2

SMA 23 44,2

Perguruan Tinggi 12 23,1

Jumlah 52 100,0

3 Jumlah Anak Responden

1 orang 7 13,5

2 orang 15 28,8

3 orang 14 26,9

>3 orang 16 30,8

Jumlah 52 100,0

4 Pekerjaan Responden

PNS 10 19,2

Wiraswasta 19 36,5

Buruh 4 7,7

Petani 18 34,6

Tidak tetap 1 1,0

Jumlah 52 100,0

5 Pendapatan Responden

<Rp.1.000.000 17 32,7

Rp.1.000.000-1.500.000 18 34,6

>Rp.1.500.000 17 1,9

Jumlah 52 100,0

6 Umur Bayi Responden

<15 bulan 27 51,9

>15 bulan 25 48,1

Jumlah 52 100,0

7 Jenis Kelamin Bayi Responden

Laki-laki 20 38,5

Perempuan 32 61,5


(65)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa umur responden terbanyak adalah umur <30 tahun sebanyak 27 orang (51,9%). Berdasarkan pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 23 orang (44,2%). Berdasarkan Jumlah Anak responden terbanyak adalah >3 orang sebanyak 16 orang (30,8%). Berdasarkan pekerjaan responden terbanyak adalah Wiraswasta sebanyak 19 orang atau sekitar (36,5%). Berdasarkan pendapatan responden terbanyak adalah Rp.1.000.000-Rp.1.500.000 sebanyak 18 orang (34,6%). Berdasarkan umur bayi responden terbanyak adalah <15 bulan sebanyak 27 orang atau sekitar (51,9%). Berdasarkan jenis kelamin bayi responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 32 orang atau sekitar (61,5%).


(1)

Kategodi dukungan instrumental * Kategori kepatuhan ibu

Crosstab

Kategori kepatuhan ibu

Total Tidak Patuh Patuh

Kategodi dukungan instrumental

Baik Count 9 14 23

% within Kategodi dukungan instrumental

39.1% 60.9% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

26.5% 77.8% 44.2%

Kurang Count 25 4 29

% within Kategodi dukungan instrumental

86.2% 13.8% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

73.5% 22.2% 55.8%

Total Count 34 18 52

% within Kategodi dukungan instrumental

65.4% 34.6% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 12.560a 1 .000

Continuity Correctionb 10.566 1 .001

Likelihood Ratio 13.025 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association

12.318 1 .000

N of Valid Cases 52

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,96. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Kategori dukungan emosional * Kategori kepatuhan ibu

Crosstab

Kategori kepatuhan ibu

Total Tidak Patuh Patuh

Kategori dukungan emosional

Baik Count 8 11 19

% within Kategori dukungan emosional

42.1% 57.9% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

23.5% 61.1% 36.5%

Kurang Count 26 7 33

% within Kategori dukungan emosional

78.8% 21.2% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

76.5% 38.9% 63.5%

Total Count 34 18 52

% within Kategori dukungan emosional

65.4% 34.6% 100.0%

% within Kategori kepatuhan ibu

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 7.169a 1 .007

Continuity Correctionb 5.640 1 .018


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 7.169a 1 .007

Continuity Correctionb 5.640 1 .018

Likelihood Ratio 7.114 1 .008

Fisher's Exact Test .014 .009

Linear-by-Linear Association

7.031 1 .008

N of Valid Cases 52

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,58. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013

2 64 89

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN IBU POSTPARTUM DALAM PEMERIKSAAN Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Postpartum Dalam Pemeriksaan Postpartum Di Desa Kartasura Kecamatan Kartasura.

0 0 32

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Postpartum Dalam Pemeriksaan Postpartum Di Desa Kartasura Kecamatan Kartasura.

0 2 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENTINGNYA IMUNISASI DASAR DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN IMUNISASI DI BPS Hj. UMI SALAMAH Di DESA KAUMAN, PETERONGAN, JOMBANG

0 0 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI DESA KRAGAN GONDANGREJO KARANGANNYAR.

0 0 10

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga - Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014

0 1 30

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Pada Anak Di Desa Tigabolon Kecamatan Sidamanik Tahun 2014

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK DI DESA TIGABOLON KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN DIET GFCF PADA ANAK AUTIS SKRIPSI

0 1 19