petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut. Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan
tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari
hidupnya. Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan seseorang yang dapat dipercaya kredibilitasnya tinggi yang dapat membuat individu
memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri.
2.3.2 Manfaat Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkah pasien melaksanakan cara pencegahan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau petugas yang lain. Kepatuhan sulit diukur karena
tergantung pada banyak faktor, diantaranya para ibu yang sering tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan imunisasi pada bayinya yang dianjurkan dokter dan
petugas yang lain, untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan ibu agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melaksanakan imunisasi pada bayinya.
Taylor 1991 mengatakan ketidakpatuhan sebagai suatu masalah medis yang berat secara umum ketidak patuhan meningkatkan resiko berkembangnya masalah
kesehatan karena akan memperpanjang dan memeperburuk kesakitan. Setiap orang dapat menjadi tidak patuh kalau situasinya memungkinkan untuk itu. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dikatakan bahwa ibu yang tidak patuh dalam melaksanakan imunisasi pada bayinya, bahwa ibu yang tidak patuh dipandang sebagai orang yang
Universitas Sumatera Utara
benar-benar tidak patuh terhadap kesehatan bayinya, sedangkan yang patuh adalah orang yang benar-benar bertanggung jawab terhadap kesehatan bayinya
Imunisasi sebagai pencegahan penyakit yang diberikan kepada bayi dan balita, menurut aturannya harus diberikan sesuai umur dan jenis imunisasi yang
sedang dibutuhkan oleh bayi dan balita. Namun karena berbagai alasan misalnya pengetahua dan sikap ibu dalam melaksanakan imunisasi pada anaknya sering terjadi
ketidakpatuhan sehingga pemberian imunisasi pada anaknya tersebut tercapai.
2.3.3 Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j. 2000 berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh
positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diantaranya: 1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007.
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai
Universitas Sumatera Utara
suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan imunisasi pada bayi dan balitanya Azwar, 2007.
2. Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan imunisasi pada bayi dan balitanya Notoatmodjo, 2007.
3. Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih,
adanya ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan Effendy, 2006. Ibu
yang mempunyai bayi dan balita sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap yaitu dengan:
a. Menjelaskan pada ibu fungsi imunisasi pada bayi serta menjelaskan apa dampak pada bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi
b. Mengingatkan jadwal imunisasi. c. Memberikan motivasi pada ibu untuk melakukan imunisasi pada bayinya.
Motivasi ibu dalam pelaksanaan imunisasi pada bayi dan balitanya akan semakin teratur jika mendapat dukungan besar dari keluarga. karena keluarga merupakan
orang yang terdekat yang dapat memberika motivasi pada proses imunisasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat ekonomi Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya ibu yang mempunyai bayi dan balita yang bekerja dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa
digunakan untuk membiayai semua kebutuhan hidupnya sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat
ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan. 5. Perilaku sehat.
Perilaku sehat dapat di pengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga
dapat mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri
terhadap perilaku yang baru tersebut. 6. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap
program imunisasi. Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan imunisasi, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada
ibu dan bayinya, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada pada ibu sehingga tidak melaksanakan imunisasi pada bayi dan balitanya.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Imunisasi