Motivasi Belajar Siswa SMP Di tinjau Dari Self-Efficacy Guru

(1)

1

MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DITINJAU DARI

SELF-EFFICACY

GURU

SKRIPSI

Oleh : Mitha Ayuningtyas

201210230311168

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

2

MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DITINJAU DARI

SELF-EFFICACY

GURU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

Mitha Ayuningtyas 201210230311168

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Motivasi belajar siswa SMP ditinjau dari self-efficacy guru 2. Nama Peneliti : Mitha Ayuningtyas

3. NIM : 201210230311168

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 17 Desember 2015 – 7 Januari 2016 Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si. ( ) Anggota Penguji : 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi.,M.Psi. ( ) 2. Siti Maimunah, S.Psi., M.Si ( ) 3. Istiqomah S.Psi., M.Si ( )

Pembimbing I

Dra. Tri Dayakisni, M.Si.

Pembimbing II

Diana Savitri Hidayati, S.Psi., M.Psi. Malang,

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

ii

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Mitha Ayuningtyas

Nim : 201210230311168

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul: Motivasi Belajar Siswa SMP Ditinjau Dari Self-Efficacy Guru

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak

bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 03 Februari 2016 Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat Dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Motivasi Belajar Siswa SMP ditinjau dari Self-Efficacy Guru” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yag sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendukung dan memberi arahan yang sangat berguna, sehingga penluis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

2. Diana Savitri Hidayati, S.Psi., M.Psi., selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya, memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen wali yang telah mencurahkan perhatian, bimbingan, doa, semangat yang sangat berarti bagi penulis.

4. Siti Maimunah, S.Psi., M.A selaku Kepala Laboratorium Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan Santi Ardhani Palupi, S.Psi selaku staff Laboratorium Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendukung dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Drs. Affandi selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 02 dan seluruh guru-guru yang telah memberikan izin untuk pengambilan data penelitian.

7. Bapak, (Alm) Ibu, Adik, Nenek dan seluruh keluarga besar yang selalu menyelipkan nama penulis dalam setiap doa-doanya, dukungan dan kasih sayang yang tiada tara. Hal ini merupakan kekuatan terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Teman-temanku tercinta, Psikologi C angkatan 2012 yang telah memberikan semangat, serta membantu disetiap kesulitan.

9. Sahabat-sahabatku Ria Indi, Debri Agriawan, Ridha Dwita, Wilda Zulmi, Dewi Pitriani, Hanifah Putri, Maghfirotika Arga, Dhicky Zakariyah, Qoriatussani, Nur Rahmatul Azkiya, Laila Alfinur, Laila Qurotul, Quwatun Azimah, & Muhimatin Ainiyah terimakasih atas dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi.

10.Sahabat-sahabatku sejak SMA Ismi, Keke, Shoima, Zida, Erly, Zahroh, Hafi, Revi, Manda, Af‟ie, Hilyah, Linda, (Alm) Fetri, Desri, Tusya, Ellyn, Mia, Annisa, Iin, Alfiyah, Putri, Icha, Linda, Eliya terimakasih atas dukungan dan doa-doanya untuk penyelesaian skripsi.

11.Teman-temanku sekaligus keluargaku, Iin Febri, Darmayani, Endah, Mentari Rani, Kiki Karnia, Frisca Putri, Muhammad Anshori, Prisma Hastian, Rochim Yulianto, Arif Kurniawan, Suryo Guritno terimakasih banyak atas dukungan dan semangatnya, serta mendengarkan keluh-kesah dalam penyusunan skripsi.

12.Seluruh Siswa-Siswi SMP Muhammadiyah 02 Batu yang meluangkan waktunya untuk mengerjakan skala penelitian dengan sebaik-baiknya.


(6)

iv

13.Panti Asuhan Akhlaqul Karimah Malang, kepada Ibu pengurus dan adik-adik serta komunitas pencinta anak yatim Malang untuk selalu menyelipkan nama penulis dalam doa-doanya, dukungan dan semangat serta berbagi pengalamannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya karena tanpa bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan berjalan lancar sesuai target. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat saya harapkan untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Malang, 03 Februari 2016 Penulis


(7)

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

Motivasi Belajar ... 5

Self-Efficacy Guru ... 7

Hubungan Motivasi Belajar dengan Self-Efficacy Guru ... 8

Hipotesa ... 9

METODE PENELITIAN ... 9

Rancangan Penelitian ... 9

Subjek Penelitian ... 9

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 9

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 10

HASIL PENELITIAN ... 11

DISKUSI ... 13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 15

REFERENSI ... 15


(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian . ... 10 Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 10 Tabel 3. Perhitungan T-score Skala Self-Efficacy Guru ... 12 Tabel 4. Perhitungan T-score Motivasi Belajar Bahasa Inggris

(Self-efficacy guru tinggi) ... 12 Tabel 5. Perhitungan T-score Motivasi Belajar Bahasa Jawa

(Self-efficacy guru tinggi) ... 12 Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Motivasi Belajar ... 12 Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis ... 13


(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil Tryout Skala Motivasi Belajar ... 21

Hasil Tryout Skala Self-Efficacy guru ... 23

Hasil Penelitian Skala Motivasi Belajar ... 25

Hasil Penelitian Skala Self-Efficacy Guru ... 26

Lampiran II Uji Asumsi Uji Normalitas ... 28

Uji Homogenitas ... 28

Lampiran III Blue Print Blue Print Tryout Skala Motivasi Belajar ... 30

Blue Print Tryout Skala Self-Efficacy Guru ... 31

Blue Print Skala Motivasi Belajar (dari Self-efficacy guru tinggi) ... ... 32

Blue Print Skala Motivasi Belajar (dari Self-efficacy guru rendah) ……….. . 33

Blue Print Skala Self-Efficacy Guru ……… 34

Lampiran IV Skala Penelitian Skala Motivasi Belajar ... 36

Skala Self-Efficacy Guru ………. 37

Lampiran V Input Data dari Subyek Penelitian Input Data Skala Motivasi Belajar (dari Self-efficacy guru tinggi) ………….. ... 41

Input Data Skala Motivasi Belajar (dari Self-efficacy guru rendah) …………... 45

Kategori Motivasi Belajar (dari self-efficacy guru tinggi) ... 50

Kategori Motivasi Belajar Bahasa Jawa (dari self-efficacy guru rendah ) ... 52

Input Data Skala Self-Efficacy Guru ………... 56

Kategori Self-Efficacy Guru ……… 57

Lampiran VI Hasil Analisa Data Perhitungan T-Score Motivasi Belajar (dari Self-efficacy guru tinggi) ... 59


(10)

viii

Perhitungan T-Score Self-Efficacy Guru ……… 63 Uji Hipotesa (Paired Sample T-test) ……….. 64 Lampiran VII


(11)

1

Motivasi Belajar Siswa SMP Di tinjau Dari

Self-Efficacy

Guru

Mitha Ayuningtyas

Fakultas Psikologi,Universitas Muhammadiyah Malang

Mitha_ayu15@yahoo.com

Pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran interaksi guru dan siswa. Siswa termotivasi untuk belajar karena dorongan untuk mencapai hasil yang baik . Self-efficacy guru merupakan sejauh mana guru cukup percaya diri akan kemampuannya untuk menjalankan rencana program pembelajaran agar tercapainya kesuksesan tugas mengajar yang spesifik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari tingkat self-efficacy guru. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kausal komparatif dengan subjek penelitiannya berjumlah 115 siswa di SMP Muhammadiyah 02 kota Batu. Metode pengumpulan data menggunakan skala motivasi belajar yang telah melalui proses validasi dan reliabilitas. Hasil penelitian diperoleh bahwa hipotesa diterima yang berarti siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy tinggi lebih tinggi motivasi belajaranya daripada siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy rendah. (sig=0.001; p=0.05; 0.001<0.05 ).

Kata kunci: Self-efficacy guru, Motivasi belajar

School education cannot be separated from the learning process of the interaction between teachers and students. Students are motivated to learn because of the encouragement to achieve good results. Self-efficacy of teachers is their confidence and their ability to carry out the plan of learning programs in order to achieve the success to teach specific tasks. The aim of this study is to know the differences of student motivation to learn in terms of teachers’ self-efficacy. This research is quantitative causal comparartive with 115 students at SMP Muhammadiyah 02 Batu. The method collecting the data using motivation scale have been passed the process of validation and reliability. The result is showed that the hypothesis is accepted if there is as students who are taught by a teacher with high self-efficacy higher learning motivation than students who are taught by teachers with low self-efficacy. (sig = 0.001; p = 0:05; 0.001 <0.05).


(12)

2

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna dari segala ciptaan sang maha kuasa, kesempurnaan itu membuat manusia memiliki keunikan yang berbeda antara manusia yang satu dengan lainnya, sehingga keunikan tersebut membawa manusia pada kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan tersebut yang menjadi bekal bagi individu yang bersangkutan untuk menjalani kehidupan. Individu adalah seperti apa yang dia pikirkan, jika berfikir berhasil maka kemungkinan besar akan berhasil dan termotivasi untuk melakukan usaha agar tujuannya tercapai sehingga mendapatkan kemudahan dalam meraihnya, namun jika individu berfikiran sebaliknya maka apa yang di dapat sama dengan apa yang difikirkan, sehingga orang yang gagal bisa jadi bukan karena dia tidak mampu namun karena dia tidak yakin bahwa sebenarnya dia bisa. Dunia pendidikan menjadi sorotan yang belum berhasil dalam mengembangkan misi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan erat dengan bagaimana proses belajar-mengajar yang dialami setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang di lalui.

Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Berbagai upaya dalam pendidikan telah dilakukan di antaranya pengembangan maupun penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara bertahap, konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi (Hamalik, 2008). Menurut Uno (2008) bahwa adanya harapan dan cita-cita masa depan merupakan salah faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar, maka dalam hal ini guru dapat menentukan nilai ulangan yang dapat memberikan tolak ukur hasil pembelajaran siswa dalam 1 tahun (2 semester), sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar dalam menghadapi ulangan semesteran agar dapat nilai yang baik dan dapat naik kelas.

Pendidikan menurut UU No.22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan data yang ada dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report pada tahun 2011 yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934, nilai ini menempatkan Indonesia berada di posisi ke-69 dari 127 negara didunia. Indonesia sangat mengalami penurunan tingkat pendidikan yang pada tahun lalu menempati peringkat ke-65 menjadi peringkat ke-69. Mengapa hal tersebut bisa terjadi, dikarenakan tujuan dari belajar hanya semata-mata untuk nilai, sehingga siswa merasakan proses belajar yang tidak baik yang hanya mementingkan mendapatkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan mendapatkan kualitas yang terbaik (Kompasiana, 2012).

Dunia pendidikan di Indonesia akan dapat maju jika dimulai dari siswa, guru maupun aspek-aspek yang terlibat dalam dunia pendidikan bekerja bersama-sama untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih baik lagi. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di Negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA. Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).

Pemahaman tentang sekolah yang efektif perlu memahami sekolah sebagai suatu sistem, sekolah sebagai suatu sistem yang secara keseluruhan terdiri atas komponen input, proses dan output atau outcome. Output sekolah tidak hanya diukur dari lulusannya, namun dapat diukur dari tingkat kinerjanya. Kinerja sekolah bukan semata-mata kinerja siswa yang belajar, tetapi


(13)

3

kinerja seluruh komponen sistem, artinya kinerja sekolah adalah pencapaian atau prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses persekolahan. Semua pihak sekolah harus terlibat dalam memajukan pendidikan yang lebih baik lagi, sehingga terciptalah efektifitas sekolah dalam kesesuaian melaksanakan tugas dengan sasaran yang di tuju. Mutu pendidikan yang baik didalam sekolah menunjukkan adanya siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu, memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar-mengajar, memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari kinerja kepemimpinan professional kepala sekolah (Ihtiati,2012).

Pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran interaksi guru dan siswa, guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas mustahil akan menimbulkan proses belajar-mengajar yang maksimal (Utami, 2003). Gardner (1985) mengungkapkan bahwa siswa termotivasi untuk belajar dengan maksimal apabila melihat guru peduli dengan keadaan siswa tersebut. Peduli dalam hal ini bahwa guru tidak memperlihatkan perbedaan siswa yang satu dengan yang lainnya, menghargai tugas serta memiliki gaya interaksi yang demokratis.

Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan belajar adalah mendapatkan hasil yang baik. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, serta memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Sardiman (2011) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang di kehendaki oleh subjek dapat di capai. Menurut Uno (2008) motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator yang mendukungnya.

Pelaksanaan proses belajar-mengajar selayaknya berpegang pada apa yang tergantung dalam perencanaan pelembajaran. Depdiknas (2004) menyatakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM) yakni: (1) faktor guru, yang perlu mendapat perhatian adalah keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam mengelola tahapan pembelajaran, menggunakan media dan mengalokasikan waktu yang tepat. (2) faktor siswa, perlu diperhatikan bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda. (3) faktor kurikulum, merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengkoordinasikan tujuan dan isi pelajaran. (4) faktor lingkungan, interaksi belajar-mengajar didalam suatu lingkungan merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar.

Breen & Littlejhon (2000) menggambarkan ketertarikan erat antara motivasi dengan kemampuan (ability), jika seseorang merasa mampu untuk melakukan sesuatu maka ia akan termotivasi untuk melakukan sesuatu. Begitu juga jika seseorang memiliki motivasi, maka akan memunculkan perasaan mampu untuk melakukan sesuatu. Namun demikian, bagi banyak siswa mengalami hubungan antara motivasi dan kemampuan diatas berfungsi secara terbalik, artinya bahwa banyak ditemui siswa yang mengembangkan gambaran dirinya sebagai “siswa yang tidak mampu”, “siswa yang tidak bisa” berusaha menghindari situasi-situasi yang menyebabkan mereka harus melakukan hal-hal yang mereka anggap tidak dapat dikerjakan. Sehingga siswa merasa mulai gagal atau tidak dapat menyelesaikan sebuah tugas dan pada akhirnya mereka kehilangan motivasi (Wahyuni, 2009).


(14)

4

Setiap siswa yang memiliki motivasi untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut. Hadinata (2006) motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar akan lebih semangat, aktif serta optimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah di sekolah akan berdampak kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran sehingga terhambat dalam pencapaian tujuan yang di tetapkan.

Beberapa penelitian telah berhasil mengungkapkan bahwa Self-Efficacy guru memiliki pengaruh positif terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa, bahwa semakin tinggi self-efficacy guru maka semakin tinggi pula motivasi dan prestasi yang dimiliki oleh siswa. Guru mendorong siswa untuk memahami pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan alat bantu visual sehingga membuat siswa tertarik untuk belajar. Guru juga melibatkan siswa dalam proses belajar-mengajar dan memberikan penilaian pada tugas. Hubungan antara guru dan siswa mempengaruhi suasana kelas, guru bertanggung jawab dalam pengaturan kelas termasuk dalam kedisiplinan, pendekatan dan metode belajar serta interaksi dengan siswa. self-efficacy guru yang tinggi dilihat dari cara penyampaian guru dalam berinteraksi dengan siswa. guru mengajak siswa berpartisipasi didalam pembelajaran, meningkatkan motivasi instrinsik dan menyeimbangkan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan. (Mojavezi & Tamiz, 2012).

Sejumlah penelitian lain yang telah diuraikan tentang pengaruh self-efficacy guru terhadap prestasi anak-anak dan kesuksesan di sekolah (Muijs & Rejnolds, 2001; Tournaki & Podell, 2005). Self-efficacy guru dapat mempengaruhi prestasi siswa dalam beberapa cara, guru dengan self-efficacy tinggi lebih mungkin dibandingkan guru dengan self-efficacy rendah untuk menerapkan inovasi didaktik dalam kelas, menggunakan pendekatan manajemen kelas dan pengajaran yang memadai, mendorong otonomi siswa, dan bertanggung jawab bagi siswa dengan kebutuhan belajar khusus (Allinder, 1994), mengelola masalah kelas (Chacon, 2005), dan untuk mengontrol siswa dengan tugas-tugas yang di berikan (Podell & Soodak, 1993). Guru yang memiliki self-efficacy yang tinggi mengenai keefektifan dikelas mempengaruhi prestasi-prestasi siswa dalam beberapa hal (Ormord,2009) yakni: (1) guru lebih bersedia mencoba strategi-strategi mengajar yang baru yang membantu siswa belajar secara lebih baik. (2) guru memiliki ekspektasi yang lebih tinggi akan performa para siswa, karena itu menetapkan standart performa yang lebih tinggi pula. (3) guru menyerahkan usaha yang lebih besar dalam pengajaran mereka dan lebih gigih (persistent) membantu siswa belajar.

Wardiman Djojonegoro juga menjelaskan bahwa guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu : Kemampuan profesional, meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerja, dan upaya professional. Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan professional yang dimilikinya kedalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional, menunjukan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentarsikan untuk tugas-tugas profesinya, dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, disini guru dituntut untuk dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil (Suyanto, 2001).

Studi Self-Efficacy gurusebagian besar telah dikonseptualisasikan dalam pengertian Bandura tentang Self-Efficacy itu sendiri. Self-efficacy guru telah di definisikan sebagai sejauh mana


(15)

5

seorang guru berkeyakinan dalam menguasai situasi kelas dan memproduksi hasil positif bagi siswa-siswanya. Guru yang memiliki self efficacy tinggi tersebut akan berkeyakinan bahwa “saya pasti bisa”, “saya dapat mengajarkan materi ke peserta didik saya dengan baik”, dan ”saya akan mengantarkan peserta didik saya menuju kesuksesan”. Menurut Bandura (1994) perilaku manusia di motivasi oleh interaksi 2 jenis harapan: efikasi diri dan harapan hasil. Eren (2009) dalam penelitiannya yang berjudul pengujian secara efisien efikasi guru di Turki tentang pengajaran dan pembelajaran menunjukkan bahwa self-efficacy guru, konsep tentang pengajaran dan pembelajaran serta tujuan berprestasi siswa saling berhubungan yang tidak dapat diabaikan. Self-efficacy guru secara signifikan berkorelasi positif dengan konsep konstruktif dalam pengajaran dan pembelajaran dengan melakukan pendekatan penguasaan pada siswa dalam tujuan beprestasi, konsep konstruktif dalam pengajaran dan pembelajaran yakni siswa terlibat secara aktif dalam interaksi social untuk bekerjasama mencapai tujuan pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Chan & Elliot, 2004). Penelitian juga telah dibuktikan bahwa guru dengan tingkat tinggi self-efficacy lebih mungkin untuk membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil daripada mengajar kelas secara keseluruhan, sehingga memungkinkan kesempatan untuk instruksi lebih individual (Moran & Hoy 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Widyoko & Rinawati (2007) tentang pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa kinerja guru IPS di SMP Muhammadiyah Purworejo tergolong baik dengan prosentase sebesar 61,5% sedangkan untuk motivasi belajar siswa termasuk kategori tinggi dengan prosentase sebesar 48,5%. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudajana (2002) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.

Self-efficacy guru menunjukkan keyakinan atau kemampuan guru dalam mengatur dan menjalankan rencana program pembelajaran dengan baik sehingga tercapainya kesuksesan dalam proses belajar-mengajar tersebut. Guru yang kreatif dan inovatif akan menciptakan suasana belajar-mengajar disekolah yang menyenangkan (learning is fun), penerapan belajar yang aktif sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses belajar-mengajar disekolah dengan baik dan siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Guru yang tidak yakin dengan kemampuan atau keyakinan dalam mengajar membuat respon siswa yang berbeda, siswa cenderung meremehkan dan tidak termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat di rumuskan masalah yang akan di angkat dalam penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari self-efficacy guru? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari tingkat self-efficacy guru. Manfaat penelitian yaitu memberikan pengetahuan kepada guru akan pentingnya Self-efficacy dalam proses belajar-mengajar serta mengarahkan siswa-siswi untuk peningkatan motivasi belajar.

Motivasi Belajar

Sadirman (2011) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang di kehendaki oleh subjek dapat di capai. Menurut Uno (2008) motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada


(16)

siswa-6

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukungnya.

Brophy (2004) Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktifitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Menurut Djamarah (2002) motivasi belajar pada setiap individu dapat berbeda, sehingga ada siswa yang sekedar ingin menghindari nilai jelek bahkan untuk menghindari hukuman dari guru, dan orientasinya hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, namun adapula siswa yang benar-benar ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan atau keinginan seseorang yang berasal dari internal maupun eksternal untuk mengarahkan pada suatu pencapaian hasil atau tujuan tertentu yang diharapkan mampu menggugah semangat belajar.

Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santock (2007), yaitu: (1) Motivasi instrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuau demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Dalam aktifitas belajar, motivasi intrinsik sangat dibutuhkan. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan gemar belajar. (2) Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu lain (cara untuk mencapai tujuan) yang dapat dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus bisa menggunakan motivasi ekstrinsik dengan efektif dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2002).

Menurut Sardiman (2011) aspek-aspek motivasi belajar adalah ketekunan menghadapi tugas, keuletan menghadapi kesulitan, minat terhadap berbagai macam-macam masalah, perasaan senang saat bekerja, kebosanan pada tugas yang sifatnya rutin, kemampuan untuk mempertahankan pendapat, keinginan tidak mudah putus asa, dan kesenangan mencari dan memecahkan masalah.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Syah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: (1) Guru, guru merupakan peranan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Pada pelajaran tertentu guru harus menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri. (2) Orang tua dan keluarga, berperan dalam membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. (3) Masyarakat dan lingkungan, berpengaruh terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh dari teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong anak lain untuk melakukan kegiatan yang sama.


(17)

7 Karakteristik Motivasi Belajar

Menurut Prayitno (1989) karakteristik dari siswa yang memiliki motivasi belajar antara lain: (1) Minat untuk belajar, yaitu minat untuk belajar dan melakukan kegiatan belajar lebih banyak. Ditunjukkan dengan ketertarikan siswa terhadap bidang pelajaran dan adanya rasa ingin tahu, dan siswa senang bertanya kepada guru pada hal-hal yang belum di fahami. (2) Perhatian dalam proses belajar-mengajar, yaitu perhatian yang dimiliki siswa dapat membantu siswa untuk lebih menerima penjelasan, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam belajarnya dan dalam menyelesaikan tugas. Perhatian juga ditunjukkan dengan tidak mengganggu teman dan sikap hormat terhadap guru selama proses belajar-mengajar. (3) Konsentrasi, yaitu siswa yang memiliki konsentrasi tinggi dalam belajar akan memiliki kemampuan menghindari pengaruh luar dan dapat mengatasi gangguan tersebut, sehingga kegiatan belajar tidak terganggu. (4) Ketekunan, yaitu mempelajari baik-baik bagian yang sulit dalam usaha untuk menyelesaikannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengulangi kembali bahan-bahan yang telah diberikan oleh guru. (5) Ketajaman dalam memecahkan masalah, yaitu siswa yang tajam pikirannya tidak akan menganggap tugas sebagai salah satu beban tetapi sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dan cepat bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah dan dalam pemecahannya siswa akan menggali penyelesaiannya dari berbagai sumber.

Self-Efficacy Guru

Bandura (1997) mengatakan bahwa self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas/tindakan tertentu yang perlu di lakukan untuk mencapai hasil yang di inginkan. Bandura juga mengemukakan beberapa dimensi dari efikasi diri, yaitu: magnitude (tingkat kesulitan suatu tugas), generality (seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas), strength (kuat lemahnya keyakinan seorang individu).

Self-efficacy menurut Alwisol (2005) dapat di peroleh, diubah, di tingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber: pengalaman menguasai suatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experiences), persuasi social (social persuation) dan keadaan emosi (emotional/physiological states). Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu, pengalaman vikarius diperoleh melalui model social, persuasi social adalah percaya kepada pemberi persuasi dan sifat realistic dari apa yang dipersuasikan.

Self-efficacy guru telah didefinisikan sebagai sejauh mana seorang guru cukup percaya diri akan kemampuannya untuk mempromosikan belajar siswa yang baik (Bandura,1994). Efikasi diri dalam mengajar sebagai “keyakinan diri seorang guru terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menjalankan rencana program pembelajaran agar tercapainya kesuksesan tugas mengajar yang spesifik untuk konteks materi tertentu”. Hal itu juga perlu dianggap sebagai penilaian terhadap kemampuan guru dalam hasil belajar dan keterlibatan siswa dalam proses belajar, bahkan bagi peserta didik yang dirasa sulit dan tidak termotivasi dalam belajar (Bandura, 1997; Moran & Hoy, 2001). Menurut Smylie (1989), guru dengan self-efficacy tinggi jauh lebih mungkin untuk memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dengan siswa menggunakan berbagai model untuk memenuhi kebutuhan semua peserta didik.


(18)

8

Self-efficacy guru dikembangkan oleh Moran & Hoy (2001) berisikan 3 aspek yakni (1) Efficacy in Student Engagement (efikasi dalam keterlibatan siswa), yaitu: menunjukkan minat dan perhatian siswa yang mendorong siswa untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan agar tercapai suatu tujuan yakni hasil belajar yang memuaskan (Djamarah, 2002) (2) Efficay in Instructional Strategies (efikasi dalam strategi pembelajaran), yaitu: penataan cara-cara memilih, menetapkan, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran dengan mempertimangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi untuk mencapai hasil yang diinginkan (Uno, 2008) dan (3) Efficacy in Clasroom Management (efikasi dalam manajemen kelas), yaitu: proses pengorganisasian segala sumber daya kelas bagi peserta didik sehingga tercipta tujuan pengajaran dan proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Djamarah, 2002).

Jadi, berdasarkan pendapat para ahli bahwa self-efficacy guru merupakan bentuk penilaian kemampuan diri atau keyakinan seorang guru dalam memberikan pengajaran yang baik kepada siswa dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Self-efficacy berbeda dengan aspirasi atau cita-cita karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat di capai), sedangkan efikasi diri menggambarkan penilaian kemampuan diri.

Motivasi Belajar Siswa dengan Self-Efficacy Guru

Motivasi belajar pada umumnya merupakan daya penggerak dalam diri seorang siswa sehingga menimbulkan suatu kegiatan untuk belajar dan tujuan yang ingin dicapai. Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa. Setiap siswa yang memiliki motivasi untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut (Sardiman, 2011). Terdapat dua aspek yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu motivasi intrinsik yang lebih pada motivasi dalam dirinya (tujuan itu sendiri) dan motivasi ekstrinsik lebih pada melakukan sesuatu untuk mendapatkan atau mencapai tujuan yang lain (Santrock, 2007).

Gardner (1985) mengungkapkan bahwa siswa termotivasi untuk belajar dengan maksimal apabila melihat guru mereka peduli dengan keadaan siswa. Peduli dalam hal ini bahwa guru tidak memperlihatkan perbedaan siswa yang satu dengan yang lainnya, menghargai tugas yang dikerjakan oleh siswa serta memiliki gaya interaksi yang demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah guru, guru merupakan peranan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran (Syah, 2003). Hubungan antara guru dan siswa mempengaruhi suasana kelas, guru bertanggung jawab dalam pengaturan kelas termasuk dalam kedisiplinan, pendekatan dan metode belajar serta interaksi dengan siswa. self-efficacy guru yang tinggi dilihat dari cara penyampaian guru dalam berinteraksi dengan siswa. guru mengajak siswa berpartisipasi didalam pembelajaran, meningkatkan motivasi instrinsik dan menyeimbangkan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan. (Mojavezi & Tamiz, 2012). Self-efficacy dalam mengajar sebagai bentuk keyakinan diri seorang guru terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menjalankan program pembelajaran agar tercapainya kesuksesan tugas mengajar yang spesifik untuk konteks materi tertentu.

Guru yang kreatif dan inovatif akan menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif, belajar dalam kelompok-kelompok kecil tidak hanya di dominasi dengan metode pembelajaran yang mengutamakan


(19)

9

ceramah yang membuat kebosanan pada diri siswa. Guru akan bersemangat dalam mengajar dan optimis untuk membentuk siswa menjadi lebih kompeten dengan mengetahui siswanya rajin, antusias menerima pelajaran yang di berikan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dari dalam diri siswa.

Rendahnya Self-efficacy guru dapat berpengaruh pula pada motivasi belajar siswa, guru yang kurang yakin atas kemampuannya dalam mengajar cenderung kurang menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga sering menggunakan metode yang monoton atau kurang menyenangkan yang menimbulkan respon siswa dalam belajar menjadi kurang tertarik, siswa merasa tidak nyaman ketika berada didalam kelas, cenderung meremehkan guru karena guru terlihat tidak memperdulikan, tidak menghargai serta tidak adanya umpan balik (feedback).

Hipotesa

Hipotesa penelitian ini adalah ada perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari self-efficacy guru.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif kausal komparatif karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan (mengkomparasikan) antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu, Jadi mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari tingkat self-efficacy guru.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMP. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, dimana subjek penelitian yakni seluruh siswa-siswi kelas 7, 8 & 9 di SMP Muhammadiyah 02 Batu yang terdiri dari 115 siswa.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu self-efficacy guru dan motivasi belajar.Variabel bebas yaitu self-efficacy guru adalah keyakinan guru tentang kemampuan diri dalam melakukan proses belajar-mengajar di sekolah yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diampunya, sedangkan variabel terikatnya yaitu motivasi belajar adalah dorongan atau keinginan seseorang untuk mengarahkan pada suatu pencapaian hasil atau tujuan tertentu yang diharapkan mampu menggugah semangat belajar.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yakni skala self-efficacy guru dan skala motivasi belajar. Skala self-efficacy guru dalam penelitian menggunakan teacher self-efficacy scale (TSES) yang dikembangkan oleh Moran & Hoy (2001) dengan tiga indikator yaitu, efficacy in student engagement dengan reliabilitas 0,87 , efficacy in instructional strategies dengan reliabilitas 0,91 , dan efficacy in classroom management dengan reliabilitas 0,90. dan telah di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti. Pilihan jawaban disediakan dengan rating scale yaitu skala Likert dengan 4


(20)

10

pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan atau item yang diungkap. Jumlah total item dalam skala (TSES) adalah 24 item.

Metode pengumpulan data untuk variabel motivasi belajar dengan menggunakan skala motivasi belajar yang dikembangkan oleh Prayitno (1989) dengan lima indikator yakni: minat untuk belajar, perhatian dalam proses belajar-mengajar, konsentrasi, ketekunan dan ketajaman dalam memecahkan masalah. Jenis skala Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu: “sangat sesuai”, “sesuai”, “tidak sesuai”, “sangat tidak sesuai”. Jumlah total item dalam skala adalah 40 item dengan indeks validitas 0,349-0,631 dan reliabilitas 0,941 (Hidayati, 2004).

Validitas item pada penelitian tahap pertama ini menunjukkan untuk skala motivasi belajar dengan total 40 item gugur sebanyak 4 item, sedangkan untuk skala self-efficacy guru dengan total 24 item gugur sebanyak 3 item. Adapun detail nilai validitas & reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item Jumlah Item Indeks Validitas Diujikan Valid

Skala Motivasi 40 36 0,399-0,992 Belajar

Skala Self-Efficacy 24 21 0,322-0,979 Guru

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil dari 40 item skala motivasi belajar, ada 36 item valid. Hasil pengujian koefisien validitas item berkisar antara 0,399 sampai dengan 0,992. Sedangkan hasil dari 24 item skala self-efficacy guru, ada 21 item valid. Hasil pengujian koefisien validitas item berkisar antara 0,322 sampai dengan 0,979.

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Alpha

Skala Motivasi Belajar 0,990 Skala Self-Efficacy Guru 0,979

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam try out penelitian reliabel karena reliabilitas pada setiap instrumen > 0,70 (cronbach alpha). Hal ini membuktikan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang memadai.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Secara umum, penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga prosedur utama sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, dan analisa data. Tahap persiapan yakni tahap sebuah penelitian dipersiapkan. Semua hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dipersiapkan seperti: pemilihan judul, perumusan masalah, penentuan hipotesis, penentuan instrument penelitian, menentukan populasi dan sampel serta analisa data penelitian.


(21)

11

Tahap pelaksanaan penelitian, yakni tahap dimana sebuah penelitian sudah dilakukan atau dilaksanakan. Peneliti melakukan try out terlebih dahulu, try out di mulai pada tanggal 17 Desember 2015 dengan menyebarkan 50 skala self-efficacy guru untuk guru dan 50 skala motivasi belajar untuk siswa. Try out dilakukan untuk mengetahui validitas & reliabilitas skala yang akan digunakan dalam penelitian.

Pengambilan data dimulai pada tanggal 5 Januari 2016 sampai pada 7 Januari 2016 dengan prosedur sebagai berikut: peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan skala self-efficacy guru pada 15 guru mata pelajaran yang berbeda-beda, dari data ke-15 guru peneliti melakukan scoring data untuk mengetahui perbedaan skor self-efficacy guru yang tinggi dan self-efficacy guru yang rendah dengan menggunakan perhitungan T-score. Perhitungan T-score tersebut didapatkan 6 guru memiliki skor self-efficacy tinggi dan 9 guru memiliki skor self-efficacy rendah, untuk mempermudah maka dari ke-6 guru peneliti mengambil skor dari satu guru saja untuk dijadikan patokan dalam pengisian skala motivasi belajar siswa yang ditinjau dari self-efficacy guru tinggi, begitu juga dengan ke-9 guru peneliti mengambil skor dari satu guru saja yang dijadikan patokan dalam pengisian skala motivasi belajar siswa yang ditinjau dari self-efficacy guru rendah. Pengambilan data skala motivasi belajar diberikan kepada 115 siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 02 Batu.

Tahap analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesa yang diajukan peneliti, maka dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah Paired Sample T-test menggunakan SPSS for windows ver.21 yang bertujuan untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah kedua kelompok mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah tidak secara signifikan.

Tahap penulisan laporan penelitan, yakni tahap dimana sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan.Pada tahap ini peneliti membuat laporan penelitian sesuai dengan format yang ditetapkan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan skala yang disebarkan, diperoleh data bahwa guru yang memiliki skor self-efficacy tinggi sebanyak 6 orang dengan presentase 40% yakni pada guru mata pelajaran Biologi, IPS, Penjaskes, Bahasa Inggris, Matematika dan Fisika, dari keenam guru dengan self-efficacy tinggi. Sedangkan guru yang memiliki skor self-efficacy rendah sebanyak 9 orang dengan presentas 60% yakni pada guru mata pelajaran Al-Islam, Bahasa Jawa, TIK, Bimbingan Konseling, Bahasa Indonesia, PKN, PLH, Seni budaya dan Bahasa Arab. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan T-score Skala Self-Efficacy Guru

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Score ≥ 50 6 40% Rendah T-Score < 50 9 60% Total 15 100%

Selain data Tabel 3, diperoleh pula data untuk motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy tinggi dan motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy rendah. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 4 & 5.


(22)

12

Tabel 4. Perhitungan T-score Motivasi Belajar Siswa (yang diajar oleh guru dengan self-efficacy tinggi)

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Score ≥ 50 53 46,1% Rendah T-Score < 50 62 53,9% Total 115 100%

Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 115 subjek penelitian, ada 53 subjek atau 46,1% yang memiliki motivasi belajar tinggi, dan 62 subjek atau 53,9% yang memiliki motivasi belajar rendah berdasarkan guru yang mengajar dengan self-efficacy tinggi.

Tabel 5. Perhitungan T-score Motivasi Belajar Siswa (yang diajar oleh guru dengan self-efficacy rendah)

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Score ≥ 50 49 42,6% Rendah T-Score < 50 66 57,4% Total 115 100%

Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 115 subjek penelitian, ada 49 subjek atau 42,6% yang memiliki motivasi belajar tinggi, dan 66 subjek atau 57,4% yang memiliki motivasi belajar rendah berdasarkan guru yang mengajar dengan self-efficacy rendah.

Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Motivasi Belajar

Mean N Std.Deviation Std.Error Mean Pair 1 Motivasi Belajar

(Self-efficacy guru tinggi) 98.30 115 12.639 1.179 Motivasi Belajar

(Self-efficacy guru rendah) 95.27 115 10.712 .999

Tabel 6 menunjukkan rata-rata (mean) skor motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy tinggi lebih tinggi yakni dengan rata-rata 98,30 daripada motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy rendah dengan rata-rata 95,27.

Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Paired Differences 95% Confidence Interval of the

Differences

T df Sig.(2-tailed)

Lower Upper

1.208 4.861 3.292 114 .001

Tabel 7 menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,292 dengan sig. 0,001. Karena sig < 0.05 dan t hitung (3.292) > t tabel (df 114, taraf signifikansi 5% = 1,66) maka dapat disimpulkan bahwa


(23)

13

H1 diterima, artinya terdapat perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari self-efficacy guru. Motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy tinggi dengan rata-rata = 98,30) lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy rendah = 95,27). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa penelitian diterima, yang berarti terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP ditinjau dari self-efficacy guru.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar siswa SMP ditinjau dari self-efficacy guru, yakni Motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy tinggi lebih tinggi daripada motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy rendah. Sehingga hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu di Turki yang dilakukan oleh Mojavezi & Tamiz (2012) terhadap guru dan siswa SMA di empat kota yang berbeda di kota Iran, dimana dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa semakin tinggi self-efficacy guru maka semakin tinggi pula motivasi dan prestasi yang dimiliki oleh siswa.

Penelitian ini bisa dijelaskan dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaria (2012) terhadap siswa SMP kelas 7 untuk mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif dan strategi ekspositori terhadap keaktifan siswa dan motivasi belajar siswa. Salah satu aspek dari self-effficacy guru adalah strategi pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus lebih memperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki, agar dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian tentang pengelolaan kelas yang dijelaskan oleh Widyarani (2011) terhadap siswa SMP kelas VII menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan pembelajaran efektif pada mata pelajaran IPS. Hal tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan, sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan kelas memberikan kontribusi atas pembelajaran efektif sebesar 54,6 %.

Menurut Sanjaya (2009) untuk mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahamkan siswa terhadap tujuan pembelajaran agar dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajarnya, semakin jelas tujuan yang ingin dicapai maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Teori tersebut menjawab hasil penelitian ini, dimana terdapat perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari self-efficacy guru. Guru dengan self-efficacy tinggi melibatkan siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga siswa menunjukkan minat dan perhatian dalam belajar agar tercapai hasil belajar yang memuaskan. Hasil penelitian ini bisa dijelaskan dengan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Mustikawan (2013) terhadap sampel guru pendidikan Agama Islam yang menunjukkan bahwa sekitar 7,7% memiliki self-efficacy sangat tinggi, 28,8% berada pada level tinggi, 37% pada level cukup tinggi, 20,9% pada level rendah dan 5,6% pada level


(24)

14

sangat rendah. Skor tersebut menunjukkan bahwa setiap guru memiliki self-efficacy yang berbeda dalam mengembangkan pendidikan karakter siswa. Rasa efficacy yang tinggi cenderung mendorong guru untuk berusaha keras mengajar dengan sebaik-baiknya meskipun dalam situasi-situasi yang menghambat (Milson,2002), sehingga seorang guru yang memiliki self-efficacy tinggi akan memiliki keyakinan atau kemampuan untuk meningkatkan motivasi, mampu melakukan tugas mengembangkan karakter siswa dengan tingkat keyakinan menjadi model karakter bagi siswa serta melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Fakta lain yang bisa menjelaskan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Shaukat & Iqbal (2012) terhadap guru di sekolah Lahore dengan rincian 108 guru laki-laki dan 90 guru perempuan yang menjelaskan bahwa self-efficacy guru sebagai fungsi pengembangan strategi pembelajaran, manajemen kelas serta keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan self-efficacy guru berdasarkan jenis kelamin, umur dan kualifikasi professional yang berkaitan dengan pengelolaan kelas. Temuan-temuan tersebut akan penulis bahas sebagai berikut:

Hasil temuan self-efficacy guru berdasarkan jenis kelamin menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru laki-laki dan perempuan pada aspek keterlibatan siswa dan strategi pembelajaran, akan tetapi guru laki-laki secara signifikan lebih baik dalam memanagemen kelas hal ini memungkinkan bahwa guru laki-laki biasanya mempertahankan disiplin ketat didalam kelas untuk mengontrol perilaku siswa yang mengganggu dalam proses belajar-mengajar (Shaukat, Abiodullah, & Rashid 2011). Bila dikaitkan dengan subjek penelitian menunjukkan perbedaan dimana ditemukan bahwa self-efficacy guru yang tinggi dengan subjek berjenis kelamin laki-laki sedangkan untuk self-efficacy guru yang rendah dengan subjek berjenis kelamin perempuan.

Hasil temuan self-efficacy guru berdasarkan umur dengan kategori muda dan tua menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk strategi pembelajaran, namun guru yang muda lebih baik untuk melibatkan siswanya dalam mengelola kelas daripada guru yang lebih tua. jika ditinjau dari penelitian tersebut bahwa klasifikasi umur (20-40 tahun) adalah guru muda sedangkan (41-50 tahun) adalah guru tua. Kedua subjek penelitian masuk dalam klasifikasi guru tua dengan usia 40 dan 50 tahun, namun keduanya memiliki tingkat perbedaan self-eficacy . Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan bahwa self-efficacy dalam diri seseorang dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan dan diturunkan melalui beberapa sumber diantaranya pengalaman performansi (prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu), pengalaman vikarius (diperoleh melalui model sosial), persuasi social dan keadaan emosi (Alwisol, 2005).

Fakta lain bahwa self-efficacy guru berdasarkan kualifikasi professional yakni M.Ed (More Qualified) atau berkualitas dan B.Ed (Less Qualified) atau kurang berkualitas tidak ada perbedaan dalam keterlibatan siswa dan strategi pembelajaran namun terdapat perbedaan dalam memanagemen kelas. Bila dikaitkan dengan subjek penelitian terdapat perbedaan dari lama mengajar guru dengan tingkat self-efficacy tinggi dan guru dengan tingkat self-efficacy rendah, dimana guru dengan tingkat self-efficacy tinggi mengajar selama 15 tahun sedangkan guru dengan tingkat self-efficacy rendah mengajar selama 30 tahun, hal tersebut dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori Ormord (2009) yang menyatakan bahwa guru yang memiliki self-efficacy tinggi dalam memanagamen kelas atau pengelolaan kelas dapat mempengaruhi prestasi-prestasi siswa, guru akan mencoba strategi-strategi mengajar yang baru agar membantu siswa belajar lebih baik.


(25)

15

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari ke 15 guru yang mengajar terdapat 6 guru yang memiliki self-efficacy tinggi dan 9 guru yang memiliki self-efficacy rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak yakin terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menjalankan rencana program pembelajaran yang baik agar tercapai kesuksesan tugas untuk mengajar (Bandura, 1994).

Keterbatasan penelitian ini terletak pada saat pengambilan data dimana peneliti harus menghandle keenam kelas sendirian untuk mengkondisikan siswa dalam mengerjakan skala yang diberikan oleh peneliti. Kondisi ini terjadi karena pengambilan data bersamaan dengan acara maulid Nabi sehingga sebagian guru sibuk mempersiapkan acara dan tidak bisa membantu peneliti dalam mengkondisikan kelas.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa hipotesa penelitian diterima yang berarti bahwa ada perbedaan motivasi belajar siswa ditinjau dari self-efficacy guru. Motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy tinggi memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang diajar oleh guru dengan tingkat self-efficacy rendah. Berdasarkan perhitungan statistik yang ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan taraf signifikansi motivasi belajar yakni 0.001 (0.001<0.05).

Implikasi dari penelitian ini adalah diperuntukkan kepada guru-guru dengan tingkat self-efficacy rendah untuk meningkatkan self-efficacy dalam mengajar agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa didalam kelas, peningkatan self-efficacy bisa dilakukan oleh sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, sehingga self-efficacy guru semakin meningkat dan terjaga. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema-tema yang hampir sama, yakni dengan meneliti kepada subjek yang berbeda misalnya kepada guru di sekolah dasar yang saat ini diharuskan dapat menguasai seluruh mata pelajaran.

REFERENSI

Allinder, R. (1994). The relationship between efficacy and the instructional practices of special education teacher and consultants. Teacher Education and Special Education, 17, 86-95

Alwisol. (2005). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. Encyclopedia of human behavior. Vol. 4, 71-81.

(1997). Self-efficacy : The exercise of control. New York: Freeman and Company.

Breen, M.P & Littlejhon, A.P. (2000) Clasroom Decision Making. Cambridge: Cambridge University Press.

Brophy, J. (2004). Motivating students to learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.


(26)

16

Chacon, C. (2005). Teachers‟ perceived efficacy among English as a foreign language teachers in Venezuela. Teaching and Teacher Education. 21, 257-272.

Chan, K. W. & Elliott, R. G. (2004). Relational analysis of personal epistemology and conceptions about teaching and learning. Teaching and Teacher Education, 20, 817-831.

Depdiknas. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Departemen Penididkan Nasional

Djamarah, B. S. & Zain, A. (2002).Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Eren, A. (2009). Examining the Teacher Efficacy and Achievement Goals as Predictors of Turkish Student Teacher‟s Conception about Teaching and Learning. Journal of Applied Psychology, Australian Journal of Teacher Education, 34(1).

Gardner, R.C. (1985). Social Psychology and Second Language Learning. The role of attitude and motivation in Second Language Learning. London: Edward Arnold.

Hadinata. 2006. Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Hidayati, P. (2004). Hubungan antara persepsi tentang variasi mengajar guru dengan motivasi belajar siswa. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Ihtiati, (2012). Efektifitas Sekolah. Al-„Ulum; Vol 1

Milson, A. J (2002) Social studies teacher educators‟ perceptions of character education. Mind,A(2012). Kualitas pendidikan Indonesia peringkat 69 tingkat dunia diakses dari:

http://www.blogspot.co.id/ 2015/ 04/pengertian-prestasi-belajar.html

Mojavezi, A. & Tamiz, M.P (2012) .The impact of teacher self-efficacy on the Students‟ Motivation and Achievement.Journal of Applied Psychology, 2, pp.483-491

Moran, M. T & Hoy, A. W. (2001). teacher efficacy: Capturing an elusive construct. Teaching and Teacher Education, 17(7), 783-805.

Muijs, R. D., & Rejnolds, D. (2001). Teachers‟ beliefs and behaviors: What really matters.Journal of Classroom Interaction, 37, 3-15

Ormrod M, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi pendidikan: Membantu siswa tumbuh dan berkembang Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Oktaria, N. (2012) Pengaruh penerapan strategi pembelajaran kreatif terhadap keaktifan dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ips di smp negeri 10 palembang. Skripsi. Universitas Sriwijaya


(27)

17

Podell, D & Soodak, L (1993). Teacher efficacy and bias in special education referally. Journal of Education Research, 86. 247-253

Santrock, J. W (2007). Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Prenada Media Group. Sanjaya, W. (2009). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Sardiman. 2011. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Shaukat, S., Abiodullah, M., & Rashid,K. (2011). Students‟ beliefs about information seeking

behaviour and responsible behaviour towards environment at postgraduate level, pressed in Journal of Pakistan Psychology, 42(1), 111-117.

Shaukat, S dan Iqbal, H. M (2012) Teacher self-efficacy as a function of student engagement, instructional strategies and classroom management. Pakistan Journal of Social Clinical Pyschology, Vol 10, No 2, 82-85

Smylie, M.A. (1989). Teachers‟ views of the effectiveness of sources of learning to teach. Elementary School Journal, 89, 543-558

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar proses belajar dan mengajar. Bandung:Sinar Baru Algesindo.

Suyanto. (2001) Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta: AdiCita Syah, M. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tournaki, N., & Podell, D. (2005). The impact of student characteristics and teacher efficacy on teachers‟ predictions of student success. Teaching and Teacher Education 21, 299– 314

Uno, H. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta: bumiaksara.

Utami, N. (2003). Kualitas dan profesionalisme Guru. darihttp://www.-pikiran rakyat.com/cetak/102/15/0802/htm. Diunduh 4 Oktober 2015.

Undang-undang RI.N0.20.2003. Tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Transmedia Pustaka

Wahyuni, N. E (2009). Motivasi dalam pembelajaran (cet pertama). Malang: UIN Press Wahyuni, E. N & Mustikawan, A. (2013) Self-efficacy guru pendidikan agama islam dalam

mengembangkan pendidikan karakter siswa. Penelitian Survey terhadap guru-guru pendidikan agama islam madrasah di Jawa Timur


(28)

18

Widyarani, D. (2011) Pengaruh pengelolaan kelas terhadap pembelajaran efektif pada mata pelajaran IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Unversitas Islam Negere Syarif Hidayatullah Jakarta

Widyoko, S. E. & Rinawati A. (2007). Pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Purworejo

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan (cet keempat). Malang: UMM Press


(29)

19


(30)

20

LAMPIRAN I

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


(31)

21

Uji Validitas & Reliabilitas Tryout (Skala Motivasi Belajar) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.987 40

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 130.860 10087.102 -.421 .988 Gugur

item2 131.680 10037.610 -.058 .988 Gugur

item3 131.240 10024.268 .029 .988 Gugur

item4 130.740 10006.523 .158 .988 Gugur

item5 130.800 9975.959 .404 .988 Valid

item6 131.240 9936.431 .513 .987 Valid

item7 130.680 9922.344 .698 .987 Valid

item8 131.540 9868.662 .746 .987 Valid

item9 131.040 9850.651 .774 .987 Valid

item10 131.260 9821.870 .789 .987 Valid

item11 131.460 9783.560 .877 .987 Valid

item12 131.220 9758.869 .872 .987 Valid

item13 131.080 9746.198 .900 .987 Valid

item14 130.840 9715.688 .916 .987 Valid

item15 131.180 9680.926 .940 .987 Valid

item16 131.600 9644.082 .937 .987 Valid

item17 130.760 9632.064 .964 .987 Valid

item18 131.000 9595.592 .948 .987 Valid

item19 130.720 9582.696 .954 .987 Valid

item20 131.020 9548.061 .953 .987 Valid

item21 130.640 9531.868 .961 .986 Valid

item22 131.000 9487.224 .979 .986 Valid

item23 130.700 9471.888 .954 .986 Valid

item24 130.400 9455.673 .972 .986 Valid

item25 131.280 9401.308 .975 .986 Valid

item26 130.860 9373.511 .981 .986 Valid

item27 130.760 9354.104 .979 .986 Valid

item28 130.920 9314.565 .977 .986 Valid

item29 130.800 9297.755 .984 .986 Valid

item30 130.660 9273.045 .988 .986 Valid

item31 130.660 9246.515 .989 .986 Valid

item32 131.040 9211.100 .980 .986 Valid


(32)

22

item34 130.340 9172.882 .989 .986 Valid

item35 130.180 9155.620 .985 .986 Valid

item36 130.740 9112.074 .977 .986 Valid

item37 130.620 9092.730 .977 .986 Valid

item38 130.480 9064.459 .986 .986 Valid

item39 130.440 9039.802 .991 .986 Valid

item40 130.660 8996.188 .990 .987 Valid

Hasil Reduksi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.990 36

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

item5 118.280 10018.655 .399 .991 Valid

item6 118.720 9978.206 .514 .991 Valid

item7 118.160 9964.709 .696 .991 Valid

item8 119.020 9911.163 .743 .991 Valid

item9 118.520 9892.989 .772 .991 Valid

item10 118.740 9864.033 .788 .990 Valid

item11 118.940 9825.894 .875 .990 Valid

item12 118.700 9801.235 .869 .990 Valid

item13 118.560 9787.721 .901 .990 Valid

item14 118.320 9757.773 .915 .990 Valid

item15 118.660 9722.270 .940 .990 Valid

item16 119.080 9684.810 .938 .990 Valid

item17 118.240 9674.268 .962 .990 Valid

item18 118.480 9637.642 .946 .990 Valid

item19 118.200 9624.367 .953 .990 Valid

item20 118.500 9589.235 .953 .990 Valid

item21 118.120 9573.006 .961 .990 Valid

item22 118.480 9527.765 .980 .990 Valid

item23 118.180 9512.191 .955 .990 Valid

item24 117.880 9496.353 .972 .990 Valid

item25 118.760 9441.533 .976 .990 Valid

item26 118.340 9414.433 .981 .990 Valid

item27 118.240 9395.166 .979 .990 Valid

item28 118.400 9355.796 .976 .990 Valid


(33)

23

item30 118.140 9313.347 .988 .990 Valid

item31 118.140 9287.143 .989 .990 Valid

item32 118.520 9250.867 .981 .990 Valid

item33 118.480 9225.928 .984 .990 Valid

item34 117.820 9212.396 .990 .990 Valid

item35 117.660 9195.658 .985 .990 Valid

item36 118.220 9152.093 .977 .990 Valid

item37 118.100 9132.010 .978 .990 Valid

item38 117.960 9103.672 .987 .990 Valid

item39 117.920 9079.136 .992 .990 Valid

item40 118.140 9035.429 .991 .990 Valid

Uji Validitas & Reliabilitas Hasil Tryout (Skala Self-Efficacy Guru)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

item1 75.353 1064.433 -.350 .974 Gugur

item2 75.471 1054.254 -.111 .973 Gugur

item3 75.235 1047.864 .047 .973 Gugur

item4 75.314 1039.420 .334 .972 Valid

item5 75.353 1031.433 .407 .972 Valid

item6 75.294 1022.132 .672 .971 Valid

item7 75.098 1013.170 .719 .971 Valid

item8 75.235 1003.864 .818 .970 Valid

item9 75.098 995.490 .873 .970 Valid

item10 75.157 987.695 .902 .969 Valid

item11 75.373 975.358 .906 .969 Valid

item12 75.176 968.068 .910 .969 Valid

item13 74.980 961.900 .924 .968 Valid

item14 74.941 954.696 .953 .968 Valid

item15 74.941 946.576 .935 .968 Valid

item16 75.314 933.380 .954 .968 Valid

item17 75.294 924.612 .962 .968 Valid

item18 75.118 919.106 .948 .968 Valid

item19 75.137 909.601 .974 .967 Valid

item20 74.922 903.914 .962 .968 Valid

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(34)

24

item21 75.020 894.140 .969 .968 Valid

item22 75.333 880.107 .972 .968 Valid

item23 75.176 876.908 .973 .968 Valid

item24 75.039 869.758 .969 .968 Valid

Hasil Reduksi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.979 21

Item-Total Statistics

Scale

Mean if Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item

Deleted

Item4 66.02 1056.5 0.322 0.981 Valid Item5 66.059 1048.256 0.403 0.981 Valid Item6 66.000 1038.84 0.669 0.980 Valid Item7 65.804 1030.361 0.705 0.980 Valid Item8 65.941 1020.696 0.811 0.979 Valid Item9 65.804 1012.321 0.865 0.979 Valid Item10 65.863 1004.121 0.900 0.978 Valid Item11 66.078 991.594 0.905 0.978 Valid Item12 65.882 984.546 0.906 0.978 Valid Item13 65.686 978.34 0.920 0.978 Valid Item14 65.647 970.673 0.954 0.977 Valid Item15 65.647 962.393 0.937 0.977 Valid Item16 66.020 948.86 0.957 0.977 Valid Item17 66.000 940.28 0.963 0.977 Valid Item18 65.824 934.108 0.954 0.977 Valid Item19 65.843 924.815 0.978 0.977 Valid Item20 65.627 918.758 0.967 0.977 Valid Item21 65.725 908.883 0.974 0.977 Valid Item22 66.039 895.158 0.974 0.977 Valid Item23 65.882 891.426 0.979 0.977 Valid Item24 65.745 884.354 0.973 0.978 Valid


(35)

25

Uji Validitas & Reliabilitas Hasil Penelitian (Skala Motivasi Belajar) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.990 36

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Item 1 118.280 10018.655 .399 .991

Item 2 118.720 9978.206 .514 .991

Item 3 118.160 9964.709 .696 .991

Item 4 119.020 9911.163 .743 .991

Item 5 118.520 9892.989 .772 .991

Item 6 118.740 9864.033 .788 .990

Item 7 118.940 9825.894 .875 .990

Item 8 118.700 9801.235 .869 .990

Item 9 118.560 9787.721 .901 .990

Item 10 118.320 9757.773 .915 .990

Item 11 118.660 9722.270 .940 .990

Item 12 119.080 9684.810 .938 .990

Item 13 118.240 9674.268 .962 .990

Item 14 118.480 9637.642 .946 .990

Item 15 118.200 9624.367 .953 .990

Item 16 118.500 9589.235 .953 .990

Item 17 118.120 9573.006 .961 .990

Item 18 118.480 9527.765 .980 .990

Item 19 118.180 9512.191 .955 .990

Item 20 117.880 9496.353 .972 .990

Item 21 118.760 9441.533 .976 .990

Item 22 118.340 9414.433 .981 .990

Item 23 118.240 9395.166 .979 .990

Item 24 118.400 9355.796 .976 .990

Item 25 118.280 9337.716 .985 .990

Item 26 118.140 9313.347 .988 .990

Item 27 118.140 9287.143 .989 .990

Item 28 118.520 9250.867 .981 .990

Item 29 118.480 9225.928 .984 .990

Item 30 117.820 9212.396 .990 .990

Item 31 117.660 9195.658 .985 .990

Item 32 118.220 9152.093 .977 .990


(36)

26

Uji Validitas & Reliabilitas Hasil Penelitian (Self-Efficacy Guru) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.979 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Item 1 66.020 1056.500 .322 .981

Item 2 66.059 1048.256 .403 .981

Item 3 66.000 1038.840 .669 .980

Item 4 65.804 1030.361 .705 .980

Item 5 65.941 1020.696 .811 .979

Item 6 65.804 1012.321 .865 .979

Item 7 65.863 1004.121 .900 .978

Item 8 66.078 991.594 .905 .978

Item 9 65.882 984.546 .906 .978

Item 10 65.686 978.340 .920 .978

Item 11 65.647 970.673 .954 .977

Item 12 65.647 962.393 .937 .977

Item 13 66.020 948.860 .957 .977

Item 14 66.000 940.280 .963 .977

Item 15 65.824 934.108 .954 .977

Item 16 65.843 924.815 .978 .977

Item 17 65.627 918.758 .967 .977

Item 18 65.725 908.883 .974 .977

Item 19 66.039 895.158 .974 .977

Item 20 65.882 891.426 .979 .977

Item 21 65.745 884.354 .973 .978

Item 34 117.960 9103.672 .987 .990

Item 35 117.920 9079.136 .992 .990


(37)

27

LAMPIRAN II

UJI ASUMSI


(38)

28 UJI NORMALITAS

Statistics

Score_B.Inggris Score_B.Jawa

N

Valid 115 115

Missing 0 0

Skewness .172 .135

Std. Error of Skewness .226 .226

Kurtosis -.197 .637

Std. Error of Kurtosis .447 .447

Pada tabel nilai Skewness untuk data Skala Motivasi Belajar Bahasa Inggris adalah 0,172 dan nilah Std. Error of Skewness adalah 0,226 maka 0,172/0,226=0,761 untuk tabel nilai Kurtosis Motivasi Belajar -0,197 dan nilai Std.Error of Kurtosis 0,447 adalah -0,197/0,447=0,440 karena hasil pembagian nilai Skewness dan Kurtosis berada diantara ±2 maka distribusi data normal. Sedangkan untuk data Skala Motivasi Belajar Bahasa Jawa adalah 0,135 dan nilah Std. Error of Skewness adalah 0,226 maka 0,135/0,226=0,597 untuk tabel nilai Kurtosis Motivasi Belajar 0,637 dan nilai Std.Error of Kurtosis 0,447 adalah 0,6371/0,447=1,425 karena hasil pembagian nilai Skewness dan Kurtosis berada diantara ±2 maka distribusi data normal (Priyatno, 2012).

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances Score_Motivasi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.403 1 228 .057

ANOVA Score_Motivasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 529.570 1 529.570 3.859 .051 Within Groups 31290.991 228 137.241

Total 31820.561 229

Pada tabel uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sig > 0,05 yang artinya bahwa kedua data motivasi belajar (mata pelajaran Bahasa Inggris dan mata pelajaran Bahasa Jawa) sama atau homogen.


(39)

29

LAMPIRAN III

BLUE PRINT


(40)

30 Blue Print Tryout (Skala Motivasi Belajar)

No. Karakteristik

motivasi belajar

Pengertian Item Jumlah

Item

%

F UF

1 Minat untuk

belajar Minat untuk belajar dan melaksanakan kegiatan belajar lebih banyak. Ditunjukkan dengan ketertarikan siswa terhadap bidang pelajaran dan adanya rasa ingin tahu dan siswa bertanya kepada guru pada hal-hal yang belum difahami.

1, 15, 25,

35 6, 16, 26, 36 8 20%

2 Perhatian dalam proses belajar-mengajar

Perhatian yang dimiliki siswa dapat membantu siswa untuk lebih menerima penjelasana, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam belajarnya dan dalam menyelesaikan tugas.

7, 17, 27,

37 2, 14, 24, 34 8 20%

3 Konsentrasi Konsentrasi yang tinggi dalam belajar akan memiliki kemampuan menghindari pengaruh luar dan dapat mengatasi gangguan tersebut, sehingga kegiatan belajar tidak terganggu.

3, 13, 23,

33 8, 18, 28, 38 8 20%

4 Ketekunan Mempelajari baik-baik bagian yang sulit dalam

usaha untuk

menyelesaikannya, hal tersebut dilakukan dengan cara mengulangi kembali bahan-bahan yang telah diberikan oleh guru

9, 19, 29,

39 4, 12, 22, 32 8 20%

5 Ketajaman dalam

memecahkan masalah

Siswa yang tajam pikirannya tidak akan menganggap tugas sebagai salah satu beban tetapi sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dan cepat bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah dan dalam pemecahannya siswa akan

5, 11, 21,


(41)

31 menggali penyelesaiannya dari berbagai sumber

Jumlah 20 20 40 100%

Blue Print Tryout Skala Self-Efficacy Guru No. Indikator Self-efficacy

guru

Pengertian Item Jumlah

Item

% 1 Efficacy in Student

Engagement (Efikasi dalam keterlibatan siswa) menunjukkan minat dan perhatian siswa yang mendorong siswa untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan agar tercapai suatu tujuan yakni hasil belajar yang memuaskan.

1, 2, 4, 6, 9, 12, 14,

22

8 33,3%

2 Efficacy in Intructional

Strategies (Efikasi pembelajaran) penataan cara-dalam strategi cara memilih, menetapkan, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran dengan mempertimangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi untuk mencapai hasil yang diinginkan.

7, 10, 11, 17, 18, 20,

23, 24

8 33,3%

3 Efficacy in Clasroom

Management (Efikasi dalam manajemen kelas) proses pengorganisasian segala sumber daya kelas bagi peserta didik sehingga tercipta tujuan pengajaran dan proses pembelajaran yang efektif dan efisien

3, 5, 8, 13, 15, 16, 19,

21

8 33,3%


(42)

32

Blue Print Skala Motivasi Belajar (untuk motivasi belajar yang diajar oleh guru dengan self-efficacy tinggi)

No. Karakteristik

motivasi belajar

Pengertian Item Jumlah

Item

%

F UF

1 Minat untuk

belajar Minat untuk belajar dan melaksanakan kegiatan belajar lebih banyak. Ditunjukkan dengan ketertarikan siswa terhadap bidang pelajaran dan adanya rasa ingin tahu dan siswa bertanya kepada guru pada hal-hal yang belum difahami.

11, 21, 31 2, 12, 24,

32 7 19,4 %

2 Perhatian dalam proses belajar-mengajar

Perhatian yang dimiliki siswa dapat membantu siswa untuk lebih menerima penjelasana, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam belajarnya dan dalam menyelesaikan tugas.

3, 13, 23,

33 10, 20, 30 7 19,4 %

3 Konsentrasi Konsentrasi yang tinggi dalam belajar akan memiliki kemampuan menghindari pengaruh luar dan dapat mengatasi gangguan tersebut, sehingga kegiatan belajar tidak terganggu.

9, 19, 29 4, 14, 27,

34 7 19,4 %

4 Ketekunan Mempelajari baik-baik bagian yang sulit dalam

usaha untuk

menyelesaikannya, hal tersebut dilakukan dengan cara mengulangi kembali bahan-bahan yang telah diberikan oleh guru

5, 15, 25,

35 8, 18, 28 7 19,4 %

5 Ketajaman dalam

memecahkan masalah

Siswa yang tajam pikirannya tidak akan menganggap tugas sebagai salah satu beban tetapi sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan dan cepat bertindak dalam menyelesaikan suatu

1, 7, 17,


(43)

33 masalah dan dalam pemecahannya siswa akan menggali penyelesaiannya dari berbagai sumber

Jumlah 17 19 36 100%

Blue Print Skala Motivasi Belajar (Untuk motivasi belajar siswa yang diajar oleh guru dengan self-efficacy rendah)

No. Karakteristik

motivasi belajar

Pengertian Item Jumlah

Item

%

F UF

1 Minat untuk

belajar Minat untuk belajar dan melaksanakan kegiatan belajar lebih banyak. Ditunjukkan dengan ketertarikan siswa terhadap bidang pelajaran dan adanya rasa ingin tahu dan siswa bertanya kepada guru pada hal-hal yang belum difahami.

8, 18, 34 17, 23, 35 6 16,6%

2 Perhatian dalam proses belajar-mengajar

Perhatian yang dimiliki siswa dapat membantu siswa untuk lebih menerima penjelasana, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam belajarnya dan dalam menyelesaikan tugas.

4, 9, 14,

21, 22, 24 13, 17 8 22,2 %

3 Konsentrasi Konsentrasi yang tinggi dalam belajar akan memiliki kemampuan menghindari pengaruh luar dan dapat mengatasi gangguan tersebut, sehingga kegiatan belajar tidak terganggu.

12, 30, 32 1, 7, 31,

36 7 19,4 %

4 Ketekunan Mempelajari baik-baik bagian yang sulit dalam

usaha untuk

menyelesaikannya, hal tersebut dilakukan dengan cara mengulangi kembali bahan-bahan yang telah diberikan oleh guru

6, 25, 29,

33 2, 15, 26 7 19,4 %


(1)

61

112 1.08362 60.84

108 0.76713 57.67

116 1.4001 64

T-Score Motivasi Belajar Siswa (dari Self-efficacy guru rendah) Score B Zscore Tscore

85 -0.95872 40.41

90 -0.49194 45.08

80 -1.42549 35.75

95 -0.02517 49.75

104 0.81503 58.15

105 0.90839 59.08

69 -2.4524 25.48

104 0.81503 58.15

100 0.44161 54.42

89 -0.5853 44.15

92 -0.30523 46.95

98 0.2549 52.55

85 -0.95872 40.41

114 1.74858 67.49

102 0.62832 56.28

106 1.00174 60.02

103 0.72168 57.22

64 -2.91917 20.81

100 0.44161 54.42

98 0.2549 52.55

94 -0.11852 48.81

94 -0.11852 48.81

106 1.00174 60.02

113 1.65523 66.55

112 1.56187 65.62

90 -0.49194 45.08

113 1.65523 66.55

103 0.72168 57.22

104 0.81503 58.15

117 2.02865 70.29

92 -0.30523 46.95

97 0.16154 51.62

96 0.06819 50.68

103 0.72168 57.22

89 -0.5853 44.15

91 -0.39859 46.01

91 -0.39859 46.01

105 0.90839 59.08

128 3.05555 80.56

107 1.0951 60.95

85 -0.95872 40.41

87 -0.77201 42.28

94 -0.11852 48.81

93 -0.21188 47.88

90 -0.49194 45.08

93 -0.21188 47.88

105 0.90839 59.08

95 -0.02517 49.75


(2)

62

103 0.72168 57.22

79 -1.51885 34.81

84 -1.05207 39.48

87 -0.77201 42.28

81 -1.33214 36.68

100 0.44161 54.42

100 0.44161 54.42

101 0.53497 55.35

98 0.2549 52.55

118 2.122 71.22

90 -0.49194 45.08

94 -0.11852 48.81

90 -0.49194 45.08

116 1.93529 69.35

89 -0.5853 44.15

110 1.37516 63.75

102 0.62832 56.28

90 -0.49194 45.08

91 -0.39859 46.01

78 -1.6122 33.88

93 -0.21188 47.88

108 1.18845 61.88

92 -0.30523 46.95

95 -0.02517 49.75

97 0.16154 51.62

98 0.2549 52.55

85 -0.95872 40.41

88 -0.67865 43.21

84 -1.05207 39.48

92 -0.30523 46.95

101 0.53497 55.35

89 -0.5853 44.15

92 -0.30523 46.95

105 0.90839 59.08

86 -0.86536 41.35

92 -0.30523 46.95

112 1.56187 65.62

93 -0.21188 47.88

108 1.18845 61.88

94 -0.11852 48.81

97 0.16154 51.62

97 0.16154 51.62

88 -0.67865 43.21

85 -0.95872 40.41

93 -0.21188 47.88

105 0.90839 59.08

85 -0.95872 40.41

90 -0.49194 45.08

89 -0.5853 44.15

76 -1.79891 32.01

82 -1.23878 37.61

90 -0.49194 45.08

70 -2.35904 26.41

80 -1.42549 35.75

101 0.53497 55.35


(3)

63

103 0.72168 57.22

87 -0.77201 42.28

118 2.122 71.22

90 -0.49194 45.08

90 -0.49194 45.08

90 -0.49194 45.08

90 -0.49194 45.08

92 -0.30523 46.95

108 1.18845 61.88

88 -0.67865 43.21

T-ScoreSelf-Efficacy Guru Score

Self-Efficacy Guru ZTSE Tscore_TSE

55 -1.37039 36.3

68 0.62383 56.24

72 1.23744 62.37

63 -0.14317 48.57

63 -0.14317 48.57

67 0.47043 54.7

60 -0.60338 43.97

60 -0.60338 43.97

63 -0.14317 48.57

80 2.46465 74.65

67 0.47043 54.7

67 0.47043 54.7

58 -0.91018 40.9

60 -0.60338 43.97

56 -1.21699 37.83


(4)

64

Uji Paired Sample T test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 MB_B.Inggris 98.30 115 12.639 1.179

MB_B.Jawa 95.27 115 10.712 .999

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 MB_B.Inggris & MB_B.Jawa

115 .653 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper


(5)

65

LAMPIRAN VII

SURAT PERIZINAN BUKTI

PENELITIAN


(6)